UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, Ida Hyang Widhi Wasa penulis panjatkan atas asung kertha wara nugraha dan berkat rahmat-Nyalah, penulis berhasil menyusun penelitian disertasi berjudul ”Inovasi Produk Kerajinan Batu Padas Tradisional Era Globalisasi di Desa Singapadu Kaler”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-3 pada Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana, Universitas Udayana. Rasanya sangat berat menyelesaikan disertasi ini tanpa bantuan beberapa pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih secara khusus dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A. selaku promotor, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dukungan, semangat, dan saran yang detail untuk penulisan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. selaku kopromotor I, yang dengan sabar membaca, memberikan saran komentar secara sistematik dalam penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S Kar., M.Hum. selaku kopromotor II berkat waktu dan pikiran sepenuhnya untuk memberikan koreksi secara terperinci dalam penyusunan disertasi ini. Segala budi baik beliau mendapat imbalan pahala dan selalu dianugerahi kesehatan serta kekuatan lahir dan batin oleh Tuhan Yang Mahaesa. Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk menempuh pendidikan doktor di Pascasarjana Universitas Udayana. Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S. (K), Asisten Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Asisten Direktur II, Prof. I Made Sudiana Mahendra, Ph.D., Ketua Program Studi
vi
Doktor (S3) Kajian Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Sekretaris Dr. I Putu Sukarja, M.Si., dan pembimbing akademik Prof. Dr. Ir. Sulistyawati, M.S., M.M., M.Mis., D.Th., serta semua dosen pengampu mata kuliah pada Program S3 Kajian Budaya, Universitas Udayana, berkat beliaulah ilmu kajian budaya, posmodern dapat penulis pahami. Ucapan terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada para penguji yang terdiri dari atas promotor Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A., kopromotor I, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., dan kopromotor II, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar.,M.Hum, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. Ir Sulistyawati, MS., MM., M.Mis., D.Th., Dr. Putu Sukardja, M.Si., dan Dr. I Made Ruastiti, S.S.T., M.Si, atas masukan dan saran kritis untuk penyempurnaan disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pegawai S3 Kajian Budaya Unud, Putu Sukaryawan, S.T., Ketut Budiastra, Nyoman Candra, Putu Hendrawan, Dra. Ni Luh Witari, Cok. Istri Murniati, Ni Wayan Arniati, dan A.A.A. Indrawati atas segala bantuan administrasi akademik, informasi, dan layanan perpustakaan yang prima kepada saya selama menempuh studi. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum. atas izin dan surat tugas yang diberikan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan doktor (S3). Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, (2003--2010) yang penuh semangat mendorong penulis melanjutkan studi S3. Ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada para pimpinan di ISI Denpasar yang telah memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini sesuai dengan rencana strategis institusi. Mereka adalah Wakil Rektor I, Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes., Wakil Rektor II, Drs. I Gst Ngr Agung Semarasara, M.Hum., Wakil Rektor III, Drs. I Wayan Gulendra, M.Sn., Wakil Rektor IV, Mangku Ketut Garwa, M.Sn., Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni
vii
Made Rinu, M.Si. Ucapan terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada kolega tim kerja di Program Studi Kriya, yang selalu mendukung, membantu, dan memotivasi sehingga disertasi ini dapat diselesaikan, yaitu Sekretaris Program Studi Kriya I Made Berata, S.Sn., M.Sn., Kepala Laboran Kriya Dra. Ni Made Rai Sunarini, M.Si., Ketua Program Studi Seni Murni, Dra Ni. Made Purnami Utami, M.Erg., dan staf dosen di Program Studi Kriya FSRD ISI Denpasar. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Kepala Desa Singapadu Kaler beserta staf atas rekomendasi penelitian ini, pemuka masyarakat di lingkungan Desa Singapadu Kaler, Drs I Nyoman Marsa, Dr. Drs. I Nyoman Lodra M.Si., Dr. Drs. I Wayan Mudana, M.Par., Drs. I Wayan Sika, para perajin dan pengusaha yaitu I Wayan Mustika, I Wayan Kandiyasa, I Ketut Komplit, I Wayan Darmika, I Made Jedeng, I Wayan Konten, Made Gama, Wayan Mardika, Ketut Arsana, Nyoman Yoyo, Made Mawan, I Ketut Candra, Nyoman Malen, Nyoman Sudi, I Ketut Sirmayasa, I Made Lusna, I Ketut Talenan, Made Buh, I Kadek Panco, I Wayan Purna, Kadek Mas, A.A Kerta, dan Koming Yasana atas bantuan informasinya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Terima kasih kepada sumber inspirasiku yang telah memberikan motivasi sangat berarti Ni Made Rai Sunarini serta ananda Dewi, Cindy, Aditya, mahasiswa Progran Studi Kriya, HMJ Prodi Kriya, Senat Mahasiswa ISI Denpasar, selaku sahabat dalam diskusi. Terima kasih pula kepada semua sahabat S3 Program Doktor Kajian Budaya, Angkatan 2011 A.A. Rai Sita Laksmi, Cok Istri Ratna Cora S., Ida Ayu Mahyuni, I Ketut Wenten Aryawan, Linggua Sanjaya Usop, I Gst Ngurah Seramesara, I Nyoman Arba Wirawan, Abdul Alim, Grace Langi, I Wayan Kandia, Ketut Kodi, Salman Alfarisi, Mustain, I Nyoman Wiratmaja, I Wayan Kondra, Refly, I Nyoman Sudipa, Michiko Okada, Ervantia Restulita, La Batia, Maria Rahayu, I Wayan Mudana, Mustaman, A.A. Raka, I Made Suantina, I Ketut Supir, Syahrun, I
viii
Nyoman Wardi, I Gede Suardana, I Made Suastana, dan I Wayan Munggah, terima kasih atas persahabatan yang selalu kompak dan semangat dalam diskusi selama mengikuti perkuliahan, memberikan masukan kepada penulis, dan motivasinya. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan hormat kepada kedua orang tua, Bapak I Wayan Pendet (almarhum) dan Ibu Ni Ketut Nyelem (almarhum) serta semua keluarga, kakak adik, atas pengertian dan doanya sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesabaran dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih kepada istri tercinta Ni Wayan Sariasih, ananda Made Rai Budaya Bumiarta, S.Sn., Ni Komang Ayu Pertiwi Pendet, S.S., dan Luh Mas Astiti Bakti atas kesabaran dan motivasinya lahir dan batin. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi ini dengan diiringi permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tidak sempat menyebutkan satu per satu dalam ucapan terima kasih ini. Semoga Tuhan Yang Mahaesa senantiasa memberikan limpahan anugerah kepada kita semua. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna, ke depan penulis mengharapkan, penelitian yang lebih mendalam dari pihak lain, sehingga dapat mengisi kekurangannya. Namun, penulis berharap, semoga disertasi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu kajian budaya, khususnya produk kekriyaan yang berkembang di masyarakat . Denpasar………………2016 Penulis
ix
ABSTRAK
Dewasa ini produksi kerajinan batu padas tradisional di Desa Singapadu Kaler mengalami penurunan, kurang diminati oleh perajin muda dan masyarakat konsumen. Secara visual proses produksi kerajinan tersebut mengalami inovasi dipelopori oleh generasi perajin muda. Inovasi yang dilakukan tidak lepas dari pengaruh globalisasi, ideologi dan teknologi, sehingga munculnya berbagai bentuk kerajinan batu padas dengan gaya estetis dan komodifikasi tampak sangat mengabaikan unsur-unsur tradisi yang sesungguhnya mengandung nilai budaya adiluhung. Hal itu merupakan permasalahan dan ancaman yang dapat menggeser nilai dentitas budaya lokal. Seluruh penelitian ini dipusatkan pada objek kajian yaitu inovasi kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler, dengan menggunakan metode kualitatif pendekatan kajian budaya, dengan pisau bedah analisis, antara lain teori akulturasi budaya, teori dekonstruksi, dan teori estetika posmodern. Permasalahan yang dikaji adalah (1) bentuk dan proses inovasi, (2) faktor yang mempengaruhi inovasi dan (3) implikasi inovasi kerajinan batu padas. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa inovasi kerajinan batu padas di Desa Singapadu Kaler lebih banyak mengadopsi unsur-unsur budaya luar dan budaya modern, baik ide, bentuk, teknik, motif, fungsi maupun penggunaan bahan baku. Inovasi yang dilakukan perajin di Desa Singapadu Kaler dilatarbelakangi oleh adanya ideologi pasar, kreatifitas perajin, estetika, pendidikan dan sosial budaya. Inovasi kerajinan batu padas berimplikasi positif bagi para pelaku/perajin, masyarakat dan keberlangsungan produksi kerajinan batu padas di Desa Singapadu Kaler mampu bersaing di pasar global. Temuan penelitian menunjukkan bahwa walaupun perajin di Desa Singapadu Kaler mengabaikan unsur-unsur tradisi, baik konsep, teknik pengerjaan, maupun bahan yang digunakan, ternyata tidak membuat produk kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler terpuruk. Bahkan tetap eksis dan makin diminati olah masyarakat konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
Kata kunci: kerajinan batu padas, globalisasi, komodifikasi, estetika postmodern
x
ABSTRACT Nowadays the production of traditional stone crafts in Kaler Singapadu Village has been decreased, since the young craftsmen and costumer society are no longer put any interest on it. Visually, the production process of this type of crafts has been innovated by young craftsmen in this village. The innovation made cannot be separated from globalization influence, ideology and technology which then resulting on stone crafts shapes variations with aesthetic style and co-modification by putting aside tradition elements which basically provide grand cultural values. This could be lead to issues and threats which can isolate local culture identity values. This research totally focused on the study object namely the innovation of stone crafts in Singapadu Kaler village based on qualitative-interpretative method using cultural studies approaches and sharp analysis theories, such as acculturation theory, deconstruction theory and aesthetic postmodern theory. The problems to be discussed 1) Shapes and innovation process, 2) Factors which influence the innovation, and 3) the implication of stone crafts innovation. This research performs that the innovation of stone crafts in Singapadu Kaler particularly adopting abroad culture elements and modern culture as well as the idea, shapes, techniques, patterns, function or even material used. The innovation made by craftsmen in Singapadu Kaler village occurred because of market ideology, creativity, craftsmen, aesthetic, education and social culture. The innovation has share positive implications for craftsmen, society and to the continuity of stone crafts in Singapadu Kaler to be able to compete in global market. The research findings show that even though the craftsmen in Singapadu Kaler village neglecting tradition elements both concepts, making techniques and also material used, in fact it does not even caused the immersed of stone crafts in Singapadu Kaler village, it even still exist and customer society both from local and abroad are more interested in it.
Keywords: Stone crafts, globalization, co-modification, and aesthetic postmodern
xi
RINGKASAN Sejak zaman prasejarah tahun 8000--5000 SM di Kabupaten Gianyar sudah banyak ditemukan hasil kebudayaan dan kesenian, seperti penemuan sarkopagus, nekara, dan benda peninggalan dari batu lainnya. Peninggalan tersebut berisi hiasan yang menunjukkan keahlian nenek moyang dalam membuat goresan dalam bentuk topeng, ukiran, patung, dan hiasan lainnya. Beberapa peninggalan yang berbentuk pahatan dan relief dapat dikaji situs purbakala Yeh Pulu, Goa Gajah di Desa Bedulu, Candi Tebing Bebitra, dan Candi Tebing Gunung Kawi, Tampaksiring, Gianyar. Di dalam bidang seni budaya, khususnya seni rupa dan seni kerajinan juga banyak diwariskan dalam bentuk naskah kuno berupa lontar yang berisikan cerita legenda, tantri, atau cerita wayang petikan dari epos Ramayana dan Mahabrata. Hal ini tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi juga disajikan dalam bentuk illustrasi gambar yang indah berukuran kecil. Selain djadikan pusat perhatian para seniman kelas dunia, di antaranya Walter Spies, Miguel Covarrubias mulai mengunjungi Bali sejak 1930. Bali juga memiliki sejarah seni rupa yang sangat fenomenal, sebelum kemerdekaan, di Ubud sudah ada organisasi seni rupa “Pita Maha” didirikan pada tahun 1930 yang dikoordinasikan oleh Tjokorde Gede Agung Sukawati bersama Walter Spies dan Rudolf Bonnet. Sejak Jaman Pita Maha ledakan kreativitas seni rupa Bali sangat menggembirakan. Hingga tahun 1990-an, muncul berbagai aliran sesuai dengan identitas daerah masing-masing, di antarnya seni lukis klasik Kamasan, aliran seni lukis Ubud, Batuan, Sanur, Denpasar, corak Young Artist, dan aliran seni lukis ekspresionis. Gerakan Pita Maha juga melahirkan seni ukir halus yang dikembangkan I Tegalan dari Banjar Belaluan, Denpasar. Ia mengawali membuat patung-patung halus, pengolahan bentuk dengan distorsi dan proporsi diperpanjang berdasarkan pengalaman imajinasi. Distorsi dan proporsi memanjang mengikuti bentuk alamiah akar pepohonan dikembangkan terus oleh pematung Ida Bgs Nyana dari Desa Mas, Ubud. Sebaliknya, aliran patung ekpresionisme yang ditekuni Nyoman Cokot dengan memahat batang kayu hingga ke cabangnya sangat spontan bertekstur kasar serta motif dan bentuk wajah menganga, mata mendelik. Cokot berkerja tidak berdasarkan konsep, tetapi mengikuti bentuk atau sulur kayu yang ada. Aliran ekspresionis atau lebih sering dikatakan ”Cokotisme” dikembangkan terus oleh anak-anaknya, bahkan diikuti pula oleh I Made Jojol pematung dari Desa Taro dan I Wayan Cemul dari Ubud dengan memanfaatkan media batu padas. Berbeda halnya dengan masyarakat perajin patung batu padas di Desa
xii
Singapadu Kaler. Setelah peristiwa bom Bali II pada tanggal 1 Oktober 2005, arus modernisasi mulai mempengaruhi pola berpikir dan mengubah konsep penciptaan, para perajin muda mengarah pada orientasi pasar global. Hal ini secara perlahan menggeser pola-pola penciptaan kerajinan tradisional yang berpedoman pada norma dan pakem tertentu serta kandungan nilai adiluhung sangat tinggi. Desa Singapadu Kaler merupakan sentra industri kerajinan batu padas yang sudah dikenal masyarakat mancanegara. Hampir 75% masyarakatnya menekuni pekerjaan sebagai perajin batu padas (Monograpi Desa Tahun 2010). Dilihat dari karakter, bentuk, dan motif kerajinan batu padas tradisional yang diproduksi perajin Singapadu Kaler mencerminkan identitas dekoratif, mempelihatkan keindahan garis, bidang, bentuk, tekstur, komposisi, dan proporsi selalu menjadi bahan pertimbangan, dibandingkan dengan kerajinan batu padas yang berkembang di Desa Batubulan, Desa Keramas Gianyar, Desa Balayu Tabanan dan Desa Sidemen Karangasem. Konsep penciptaan kerajinan batu padas tradisional di Desa Singapadu Kaler selanjutnya disingkat (KBPT), masih ditujukan pada kepentingan agama Hindu sehingga tercermin skema atau bentuk yang melampaui pengalaman manusia (transdental), feodalistis, dan komunal. Konsep penciptaan mengarah pada kepentingan raja (penguasa) sehingga melahirkan bentuk kerajinan tradisional mengikuti norma tertentu, mengacu kepada ciri-ciri kerajinan tradisional Bali mempunyai arti dan makna simbolik bersifat religius magis, seperti perwujudan patung dewa-dewi, hiasan bangunan berupa kekarangan, pepatran dan relief. Keanekaragaman bentuk dengan karakter halus, yaitu tokoh dewa, kesatria, sedangkan karakter kasar yaitu mitos hantu, dan raksasa, dipihak lain karakter tua dengan ciri khas mata sipit difungsikan sebagai hiasan bangunan suci/pura. Dalam pandangan estetika klasik secara umum seni digambarkan lewat prinsip form follows meaning, artinya dalam menata baik karya seni maupun kerajinan lebih diutamakan makna ideologis dengan tampilan secara keseluruhan mengacu pada bentuk komposisi simetris yang memberikan makna keseimbangan. Secara umum bentuk kerajinan batu padas tradisional di Desa Singapadu Kaler mengambil bentuk-bentuk dimensi wayang Bali menggunakan tiga proporsi, yaitu (1) lanjar khusus untuk membuat patung skala tinggi atau ditempatkan pada ketinggian, (2) nyepek, mengikuti ukuran manusia, dan (3) rentet khusus bentuk punakawan dan patung-patung lucu. Akan tetapi, semenjak pariwisata Bali semakin bekembang dan ditandai dengan pertumbuhan fasilitas, hotel, home stay, restoran, spa, dan lain-lain akhirnya konsep kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler mulai bergeser. Para perajin muda tidak hanya mencipta kerajinan batu padas tradisional, tetapi juga batu
xiii
padas modern sebagai penunjang elemen estetika ruang, arsitektur, dan taman untuk memenuhi permintaan pariwisata. Kondisi inilah yang mengakibatkan kerajinan batu padas di Desa Singapadu Kaler dikuasai pengusaha (kapitalis), sehingga meminggirkan para perajin tradisional yang masih mempertahankan idealisme. Gejala ini perlu disikapi secara arif dan bijaksana, mengingat kondisi seperti ini tidak saja melemahkan, tetapi juga dapat menghancurkan identitas budaya lokal. Paparan di atas pada dasarnya memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh budaya global sehingga menguasai budaya lokal sebagaimana yang terjadi dalam produk kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler. Secara halus perjalanan pengaruh dalam bentuk inovasi terjadi dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007 setelah bom Bali II sampai dengan tahun 2013. Fenomana ini tercermin dengan munculnya ide dan konsep baru penciptaan kerajinan batu padas dengan memanfaatkan teknologi modern. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang penting dipertanyakan adalah faktor apakah yang mempengaruhi inovasi produk KBPT, bagaimanakah bentuk dan proses inovasinya, serta apa implikasi inovasi terhadap kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat? Seluruh pertanyaan tersebut ditujukan untuk mengetahui, memahami, dan mengungkapkan inovasi produk KBPT pada era globalisasi. Selain itu, juga untuk memahami dan menganalisis faktor yang mempengaruhi serta implikasi inovasi produk kerajinan batu padas tradisional di Desa Singapadu Kaler, Sukawati, Gianyar, sehingga dapat menghasilkan makna pada beragam konteks. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis, serta memberikan sumbangan pemikiran mengenai konsep-konsep seni budaya sebagai refleksi kehidupan sosial. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, wawasan keilmuan yang holistik dan integratif, serta dapat merangsang para peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih mendalam dan lebih luas, baik tentang inovasi produk kerajinan maupun seni lainnya. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat memotivasi dan menumbuhkan sikap kritis terhadap fenomena perkembangan produk kerajinan tradisional. Bagi pengusaha dan perajin, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan agar ke depan tetap memperhatikan dan memperhitungkan nilai produksi serta nilai-daya kreativitas dan nilai-nilai estettis sehingga mampu bersaing secara sehat. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan agar dalam mengambil kebijakan atau keputusan para pemimpin daerah mempunyai kewajiban untuk membina dan memajukan seni budaya, khususnya seni kerajinan batu padas.
xiv
Selanjutnya, untuk dapat merealisasikan tujuan di atas peneliti memanfaatkan grand theory yaitu teori akulturasi budaya, teori dekonstruksi, dan teori estetika posmodern. Secara fungsional teori akulturasi budaya dimanfaatkan untuk menjawab persoalan faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi produk kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler. Teori dekonstruksi dimanfaatkan untuk mengungkapkan bentuk dan proses inovasi produk kerajinan batu padas, dan teori estetika posmodern digunakan untuk mengungkap implikasi inovasi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Singapadu Kaler. Selain memanfaatkan teori kritis tersebut, penelitian ini juga memanfaatkan metode penelitian kualitatif-interpretatif. Metode penelitian kualitatif-interpretatif adalah metode penelitian yang biasa dipakai di dalam kajian budaya, yang objek kajiannya selalu terkait dengan permasalahan sosial, gender, agama, kebudayaan hibrida, dan masalah budaya minoritas yang lainnya. Hasil penelitian ini pada dasarnya telah mengungkap fakta-fakta bahwa perkembangan inovasi kerajinan batu padas tradisional di Desa Singapadu Kaler terjadi karena adanya prubahan pola kehiduan masyarakat yang awalnya tradisional menjadi masyarakat modern. Hal tersebut ternyata sangat berpengaruh terhadap segala produk kebudayaan, tidak terkecuali kerajinan batu badas. Setidaknya selain memberikan dampak positif, perkembangan inovasi kerajinan batu padas desa Singapadu Kaler ternyata juga menciptakan dampak negatif. Dampak positif yang paling banyak tentunya dialami para perajin batu padas. Kenyataan ini tak lepas dari eksistensi perajin yang memiliki daya kreativitas dan skill tinggi sehingga dengan berkembangnya peradaban global, para perajin dituntut untuk belajar menimba ilmu dan pengalaman, agar mampu menciptakan model kerajinan batu padas yang lebih indah, kreatif, dan inovatif. Selain meningkatkan ketrampilan sehingga lebih kreatif, para perajin tentunya juga mendapat pengalaman belajar menciptakan model atau gaya kerajinan batu padas modern. Pemilik modal sebagai penyandang dana utama memegang peranan dan memiliki pengaruh sangat besar dalam memproduksi kerajinan batu padas di Desa Singapadu Keler. Atas kemampuan modal yang dimiliki, pengusaha batu padas mampu memenuhi tuntutan perkembangan globalisasi sehingga hasil produksi batu padas di Desa Singapadu Kaler dapat maju dengan pesat. Kemajuan ini tentu saja tidak hanya berdampak positif pada perajin, masyarakat desa, dan masyarakat konsumen, tetapi juga terhadap pengusaha batu padas sendiri. Dampak positif yang diperoleh para pengusaha atau para pemilik modal adalah (1) memiliki kesempatan mendapatkan keuntungan jauh lebih besar akibat produk kerajinannya laku terjual. (2) pengusaha atau pemilik modal dapat semakin membesarkan dan memajukan usahanya, sehingga
xv
mereka memiliki kesempatan membuka usaha kerajinan di beberapa tempat; (3) para pengusaha atau pemilik modal akhirnya dapat membatu perajin dan masyarakat desa jauh lebih besar karena dapat memberikan lapangan pekerjaan di daam bidang kerajinan batu padas; (4) dampak positif yang tidak kalah penting adalah munculnya kepercayaan dan pengakuan, baik dari para perajin, masyarakat, maupun pemerintah bahwa pengusaha batu padas di Desa Sengapadu Keler telah ikut meningkatkan pembangunan, baik dalam lingkup regional maupun nasional. Akibat dari komersialisasi produk KBPT Desa Singapadu Kaler banyak masyarakat yang berpindah profesi awalnya dari bertani kini berpaling menjadi perajin. Untuk meyakini masyarakat dapat hidup dari perajin, mereka harus tekun dan berjiwa besar berlandaskan pengembangan diri untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan pada masa depan. Hal itu dapat dicapai disertai dengan menambah wawasan dan pemahaman tentang nilai-nilai sastra berupa filsafat tentang kedalaman tanda dan petanda sebagai simbol yang divisualkan dalam bentuk karya kerajinan. Dorongan untuk menjadikan produk KBPT sebagai mata pencaharian yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi, pasar, keterlibatan konsumen, profesionalisme, dan budaya baru. Setelah dilakukan penelitian di lapangan diketahui bahwa semakin banyak masyarakat yang menekuni dan menjadikan produk KBPT sebagai pekerjaan pokok atau profesi untuk menggantungkan hidupnya. Belakangan ini profesi sebagai perajin, baik bekerja di bawah asuhan para pengepul maupun berdiri sendiri, sudah mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi, membangun rumah, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orientasi pemikiran perajin ke arah komersialisasi sudah dilakukan semenjak produk KBPT mulai dikerjakan untuk menunjang kebutuhan pariwisata yaitu berproses dari awal hingga selesai. Dampak positif yang tidak kalah penting adalah dampak yang terjadi pada masyarakat konsumen, baik berasal dari wilayah regional, nasional, maupun konsumen yang berasal dari masyarakat internasional. Terkait dengan konteks ini, keuntungan yang didapatkan dari masyarakat konsumen tersebut tentu tidak hanya berhubugan dengan keindahan batu padas yang dibeli dari perajin, tetapi juga berhubungan dengan gengsi dan status sosial. Artinya, dengan membeli kerajian batu padas yang berasal dari Desa Singapdu Keler tersebut, masyarakat konsumen tidak hanya dapat membeli keunikan, keindahan, dan eksotisme batu-batu asli produksi Desa Singapadu Keler, tetapi juga memiliki prestise tersendiri. Hal ini tidak terlepas dari track record kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler yang sudah dikenal tidak hanya dalam lingup regional dan nasional, tetapi juga dalam lingkup internasional.
xvi
Dengan demikian tidak semua orang dapat membeli kerajinan batu padas yang diproduksi perajin Desa Singapadu Kaler, kecuali orang-orang tertentu. Mengingat Desa Singapadu Kaler merupakan pusat kegiatan produksi kerajinan batu padas, maka seluruh perkembangan yang diraih pengusaha dan perajin tentu juga berdampak posisif bagi pemerintah Kabupaten Gianyar. Dampak positif tersebut adalah meningkatnya anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang diperoleh dari perkembangan sentra industri batu padas tersebut. Hal ini tentu merupakan sumbangan yang sangat positif yang diberikan oleh para pengusaha, perajin, masyarakat konsumen, dan masyarakat Desa Singapadu Kaler akibat dari terpeliharanya hubungan simbiosis mutualisme antara berbagai elemen masyarakat tersebut. Secara kronologis, hubungan simbiosis mutualisme dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama, pengusaha menyediakan dana dan lahan sebagai modal dan tempat produksi batu padas. Kedua, pengrajin dengan daya kreativitasnya kemudian mengerjakan semua bahan-bahan produksi untuk dijadikan sebagai barang kerajinan seni yang siap untuk dijual. Ketiga, barang kerajinan dipasarkan dan selanjutnya dibeli oleh masyarakat konsumen sehingga menghasilkan pajak pendapatan daerah yang dimasukkan dalam kas Pemerintah Kabuaten Gianyar. Keempat, masyarakat desa adat Singapadu Kaler, sebagai pemelihara ketertiban, keamanan dan kedamaian menjaga sebaik-baiknya agar seluruh kegiatan produksi batu padas di desa tersebut berjalan lancar dan baik. Pengaruh globalisasi yang berdampak munculnya kerajinan batu padas inovatif pada dasarnya telah menambah kekayaan khasanah seni budaya di Bali. Artinya, dengan berkembangnya produk-produk kerajinan batu padas yang modern dan kekinian, khasanah budaya Bali semakin kaya, tidak hanya dalam konteks seni ukir, seni rupa, seni arsitektur, seni tari, seni teater. atau seni musik tradisonal, tetapi juga seni kerajinan batu padas. Dengan meningkatnya produksi kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler, Pulau Bali pada akhirnya tidak hanya dikenal sebagai daerah tujuan pariwisata, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, akan tetapi juga dikenal sebagai pusat kesenian tradisional dan pusat kerajinan batu padas di Indonesia. Bertolak dari perkembangan inilah, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa perkembangan yang diraih para perajin dalam menciptakan kerajinan batu padas inovatif pada dasarnya tidak hanya menambah kekayaan seni budaya Bali, tetapi juga kekayaan khasanah seni budaya Indonesia. Di dalam hal ini, seni budaya tidak hanya terbatas pada seni karawitan, seni tari, seni batik, seni tenun, seni teater tradisional, dan sebagainya, tetapi Bali dan Indonesia juga memiliki seni kerajinan batu padas yang diproduksi para perajin dari Desa Singapadu Kaler, Sukawati, Gianyar.
xvii
Sementara itu, selain dampak positif, dampak negatif paling nyata akibat perkembangan kerjinan batu padas di Desa Singapadu Kaler adalah meningkatnya daya saing antarpemilik modal atau pengusaha dan semakin banyaknya muncul pungasaha dari luar Bali. Hal ini dapat dianggap sebagai kelemahan karena dapat mengancam eksistensi pengusaha lokal. Para pengusaha lokal justru berbalik sekadar menjadi peerajin, sementara pemilik modalnya adalah orang-orang luar Bali, baik orang Indonesia maupun orang asing. Inilah dampak negatif yang tentunya akan muncul bilamana tidak segera diantispasi. Kemajuan globalisasi secara umum telah menciptakan pasar bebas sehingga setiap orang dapat membuat usaha dan bersaing secara bebas. Persaingan tidak sehat yang terjadi pada para pemilik modal pada dasarnya juga dapat menimpa para perajin batu padas di Desa Singapadu Keler. Perajin satu dengan lainnya mulai bersaing memperebutkan pembeli, tetapi dengan cara yang kurang sportif. Misalnya, saling menciptakan fitnah di depan para pembeli bahwa kerajinan batu padas yang diciptakan perajin A kurang bagus, masih lebih bagus ciptaan pengrajin B atau perajin C. Tindakan ini, tentu menimbulkan dampak negatif, karena dapat menurunkan minat beli terhadap hasil kerajinan batu padas yang diciptakan perajin dari Desa Singapadu Kaler. Dampak negatif lain, yang muncul akibat inovasi kerajinan batu padas, yaitu terhadap perajin mulai saling menjatuhkan dengan cara menjual harga kerjinan batu padas ciptaannya jauh di bawah harga pasar. Hal ini tentu saja sama dengan mematikan sumber pendapatan para perajin karena setiap perajin dapat menjual hasil karyanya secara bebas dengan harga yang sangat murah. Di samping itu, tentu saja dapat menurunkan eksistensi para perajin yang notabene memiliki skill dan daya kreativitas sangat tinggi. Tingginya arus kunjungan wisatawan ke Desa Singapadu Kaler tidak saja memberikan keberuntungan, tetapi juga berdampak negatif terhadap sikap dan perilaku para perajin. Secara umum perajin batu padas tradisional awalnya membuat kerajinan didasari dengan sikap gotong royong (ngayah) sebagai persembahan terikat oleh pakem, norma, serta nilai-nilai yang bersifat mengikat dan baku. Kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler dihasilkan dari sumber kekayaan alam. Kondisi bahan baku batu padas saat ini sudah mulai menipis akibat terusmenerus digali sehingga untuk mendapatkan bahan baku tersebut harus didatangkan dari luar. Hal itu tentu akan menciptakan dampak negatif karena selain akan merusak lingkungan alam, harga bahan baku tersebut akan semakin mahal. Hal ini terjadi karena selalu didatangkan dari luar dan proses pengirimannya juga memakan waktu yang cukup lama sehingga menghabat proses produksi. Dampak negatif lain yang
xviii
tidak kalah penting, yaitu kerusakan alam akibat terus-menerus digali untuk dijadikan barang-barang kerajinan. Kondisi ini sangat dilematis karena pada satu sisi kerajinan batu padas Desa Singapadu Kaler merupakan sumber penghasilan masyarakat, tetapi pada sisi lain, akibat bahan bakunya diambil dari alam, maka hal tersebut merupakan ancaman tersendiri bagi kelestarian alam lingkungan. Oleh karena itu, dengan makin canggihnya teknologi modern, maka proses produksi kerajinan batu padas setidaknya dapat disiasati dengan cara memanfaatkan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan. Bertolak dari hal tersebut maka dalam produk kerajinan batu padas tersimpan berbagai makna, antara lain (1) makna inovasi, (2) makna kreativitas, (3) makna ekonomi, (4) makna estetis, (5) makna komodikatif, dan (6) makna perubahan budaya.
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….
i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR……………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………..……………………………….
iii
PANITIA PENGUJI………………………………………………………...
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………...
v
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………..
vi
ABSTRAK…………………………………………………………………..
x
ABSTRACT…………………………………………………………………..
xi
RINGKASAN……………………………………………………………….
xii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
xx
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
xxvi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
xxviii
GLOSARIUM……………………………………………………..………...
xxix
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM………………………………..
xxxviii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
xxxix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….
14
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………..
14
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………………...
14
xx
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………..
15
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….
16
1.4.1 Manfaat Teoretis………………………………………………………
16
1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………………………….
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
18
2.1 Kajian Pustaka………………………………………………………..
18
2.1 Konsep………………………………………………………………..
26
2.2.1 Inovasi Produk.…………………………………..…………………...
26
2.2.2 Kerajinan Batu Padas Tradisional…….……………………………...
28
2.2.3 Globalisasi.……………………………….……….…..........................
31
2.3 Landasan Teori………………………………………………………...
33
2.3.1 Teori Akulturasi Budaya .....................................................................
34
2.3.2 Teori Dekonstruksi……..…………………………………………......
37
2.3.3 Teori Estetika Postmodern..…………….………………………….....
40
2.4 Model Penelitian ……………………………………………………...
43
BAB III METODE PENELITIAN
45
3.1 Rancangan Penelitian………………………………………………….
45
3.2 Lokasi Penelitian…….…………………………………………………
49
3.3 Jenis dan Sumber Data………………………………………………....
51
3.4 Teknik Penentuan Informan………………………………………........
55
3.5 Instrumen Penelitian…………………………………………………...
56
xxi
3.6 Teknik Pengumpulan Data….. ………………………………………..
57
3.6.1 Observasi……………………………………………………..............
58
3.6.2 Wawancara Mendalam……………………………………….............
59
3.6.3 Studi Dokumen……………………………………………………….
60
3.6.4 Studi Kepustakaan…………………………………………………....
61
3.7 Teknik Analisis Data…………………………………………………..
62
3.8 Penyajian Hasil Analisis Data ………………………………………...
63
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN PRODUK KERAJINAN BATU PADAS DESA SINGAPADU KALER
69
4.1 Kondisi Geografis ………...…..………................................................
69
4.2 Kekhususan Desa Singapadu Kaler ………………………………......
78
4.3 Kependudukan dan Mata Pencaharian………………………………...
83
4.4 Pendidikan……………………………………………………………..
88
4.5 Agama dan Kepercayaan……………………………………………...
89
4.6 Produk Kerajinan Batu Padas Desa Singapadu Kaler ………………...
92
4.7 Bentuk dan Motif Kerajinan Batu Padas Tradisional Desa Singapadu Kaler………………………………………………………
104
4.7.1 Bentuk Kerajinan Batu Padas Tradisional……………………............
106
4.7.2 Motif Kerajinan Batu Padas Tradisional…………………….............
115
4.8 Fungsi dan Makna Kerajinan Batu Padas Tradisional Desa Singapadu Kaler………………………………………………………...................
120
4.8.1 Fungsi Kerajinan Batu Padas Tradisional…………………………….
121
4.8.2 Makna Kerajinan Batu Padas Tradisional……………….…………....
124
xxii
BAB V BENTUK DAN PROSES INOVASI PRODUK KERAJINAN BATU PADAS TRADISIONAL DI DESA SINGAPADU KALER
134
5.1 Inovasi……………………………………………………....................
134
5.2 Kerajinan Batu Padas Singapadu Kaler Masa Kini………....................
141
5.2.1
Inovasi Ide dan Gagasan ……………………………………………
146
5.2.2
Inovasi Bentuk ……………………………………………………...
150
5.2.3
Inovasi Teknik Produksi…………………………………………….
158
5.2.4
Inovasi Motif......................................................................................
162
5.2.5
Inovasi Fungsi……………………………………………………….
168
BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INOVASI PRODUK KERJINAN BATU PADAS TRADISIONAL DI DESA SINGAPADU KALER
173
6.1 Faktor Internal………………………………………………………….
175
6.1.1 Pendidikan…………………………………………………………….
176
6.1.2 Daya Kreativitas Seniman/Perajin………….………………………...
180
6.1.3 Ekonomi………………………………………………………………
190
6.1.4 Sosial Budaya…………………………………………………………
200
6. 2 Eksternal……………………………………………………….............
204
6. 2.1 Perkembangan Pariwisata………………………………………….....
204
6.2.2 Perubahan Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern…….........
207
6.2.3. Perkembangan Teknologi …………………………………………...
211
6. 2.4 Pengaruh Budaya Modern ……………………………………….......
215
xxiii
BAB VII IMPLIKASI DAN MAKNA INOVASI PRODUK KERAJINAN BATU PADAS TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SINGAPADU KALER
219
7.1 Implikasi Positif ……………………………………………………….
221
7.1.1 Meningkatkan Daya Kreativitas Perajin.……………………............
224
7.1.2 Daya Saing Pemilik Modal ………………………………………....
226
7.1.3 Meningkatnya Pendapatan Masyarakat ……………………………..
227
7.1.4 Status Sosial Masyarakat Konsumen...................................................
231
7.1.5 Pendapatan Daerah …………………………......................................
232
7.1.6 Kekayaan Khazanah Seni Budaya Bali...............................................
234
7.2 Implikasi Negatif...................................................................................
235
7.2.1 Persaingan Antarpemilik Modal …………………………………….
236
7.2.2 Persaingan Perajin …………………………………………………..
237
7.2.3 Perubahan Peran Perajin Tradisional ………………………………..
238
7.2.4 Berkurangnya Bahan Baku …………………………… …………....
243
7.3 Makna Inovasi........................................................................................
244
7.3.1 Makna Kreativitas…………………………………………………...
247
7.3.2 Makna Ekonomi……………………………………………………..
248
7.3.3 Makna Estetis………………………………………………..............
254
7.3.4 Makna Komodifikasi...........................................................................
259
7.3.5 Makna Perubahan Budaya...................................................................
260
BAB VIII. SIMPULAN DAN SARAN
264
8.1 Simpulan……………………………………………………………….
264
8.2 Saran-Saran..……………………………………………………….......
267
8.3 Temuan……………………………………………………………........
268
xxiv
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
271
LAMPIRAN-LAMPIRAN......……………………………………………...
283
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Karya I Wayan Cemul, Karya I Made Jojol, Karya Ida Bagus
xxv
Nyana.........................................................................................
5
Gambar 4.1 Peta Pulau Bali …………………............................................... 69 Gambar 4.2 Peta Wilayah Kabupaten Gianyar........... …………………....... 70 Gambar 4.3 Peta Lokasi lokasi dan Kondisi Topografi Desa Singapadu Kaler...........................................................................................
70
Gambar 4.4 Gapura Desa Singapadu Kaler ……………………..................
73
Gambar 4.5 SMK Pariwisata Werdhi Sila Kumara Desa Singapadu Kaler..
74
Gambar 4.6 Kantor Kepala Desa Singapadu Kaler Terletak di Sisi Timur Jalan Raya Silakarang................................................................
75
Gambar 4.7 Lambang Desa Singapadu Kaler. ……………………………..
76
Gambar 4.8 Relief Kresna Murti, Karya I Pekak Sore Ditebing SungaiWos, Dan Motif Boma Candi Bentar Pura Tirta Empul Desa Adat Silakarang, Tahun 1940 ………………………………………. 82 Gambar 4.9 Arsitektur Bangunan Art Shop, Dan Pajangan Produk Kerajinan Batu Padas……………………………….................
99
Gambar 4.10 Pemajangan Produk Di Alam Terbuka………………………..
99
Gambar 4.11 Ilustrasi/Gambar Dewata Nawa Sanga……………………….
131
Gambar 5.1 Skema Proses Terbentukan Inovasi Kerajinan Batu Padas……
136
Gambar 5.2 Ide dan Gagasan Membuat Relief Dengan Ukuran 2x5 Meter, Teknik Sambung dan Conk Down……………………………....
150
Gambar 5.3 Model Kap Lampu Dengan Bidang-bidang Giometris, Hiasan Relief Gedung Show Room Mitsubishi Motors, Tohpati, Denpasar………………………………………………………...
154
Gambar 5.4 Karya Tradisi, dan Karya Masa Kini……………………………
157
Gambar 5.5 Motif Ragam Hias Gua Gajah, Bedahulu Gianyar……………...
164
xxvi
Gambar 5.6 Motif Ragam Hias Relief Dan Kekarangan Terletak Di Pura Desa Silakarang Dibuat Tahun 1942. ………………………….
165
Gambar 5.7 Inovasi Motif Pepatran Pada Lampu Dinding dan Lampu Jongkok dan Motif Topeng sebagai Tempat Duduk…………....
168
Gambar 5.8 Patung Naif Hiasan Meja di Rumah Sakit “Kasih Ibu” dan Patung Air Mancur di “Warung Subak”................................
172
Gambar 6.1 Bentuk Pot Bunga dan Vetelasi Motif Flora Giometris………... 184 Gambar 6.2 Bentuk Desain Air Mancur, dan Bentuk Kap Lampu Taman….
185
Gambar 6.3 Motif Relief Flora dengan Ide Gagasan Teknik Knock Down....
185
Gambar 6.4 Jambang Bunga Motif Kamboja, Relief Flora dan Patung Abstrak…………………………………………………………
190
Gambar 6.5 Ciri Khas Patung Tradisi dan Model Patung Masa Kini……….
193
Gambar 6.6 Produk Kerajinan Batu Padas dengan Teknologi Masa Kini…..
217
Gambar 7.1 Patung Legong Kesan Pastiche, Bentuk Patung Lucu Kesan Parody………………………………………………………….
250
Gambar 7.2, Produk Kerajinan Patung Masa Kini dengan Kesan Parody...... 260
DAFTAR TABEL
xxvii
GLOSARIUM Tabel 2.1 Pemanfaatan dan Nilai Bahan Batu Padas dari Tahun 1980an Sampai Tahun 2014……………………………………...
30
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Singapadu Kaler…………………...
83
Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Singapadu Kaler …………. 84 Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Perajin dan Pengusaha Batu Padas di Desa Singapadu Kaler……………………………………. 86 Tabel 4.4 Kondisi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan……... 92 Tabel 4.5 Nilai Kerajinan Batu Padas, Bahan Lokal, Palimanan dan Campuran................................................................................ 102--103 Tabel 4.6 Bentuk Kerajinan Batu Padas Dua Demensi………………..
112--113
Tabel 4.7 Bentuk Kerajinan Batu Padas Tiga Demensi……………….. 114 Tabel 4.8 Motif Kerajinan Batu Padas Tradisional Keketusan…………
117--118
Tabel 4.9 Motif Kerajinan Batu Padas Tradisional Pepatran…………
118--119
Tabel 4.10 Motif Kerajinan Batu Padas Tradisional Kekarangan…….
119--120
Tabel 4.11 Kelompok Ragam Hias yang Berfungsi Aktif dan Pasif…
123--124
Tabel 4.12 Perbedaan Seni Rupa Modern (Barat) dengan Seni Rupa /Kerajinan Bali (Timur)……………………………………
126
Tabel 4.13 Bentuk Fungsi dan Makna Kerajinan Batu Padas………....
132--133
Tabel 5.1
Perkembangan Kerajinan Batu Padas di Desa Singapadu Kaler Dapat Dilihat dan Dipahami dari Gaya (Style) Bentuk, Fungsi, Dan Makna................................................
140
Tabel 5.2 Wujud Kongkret Terjadinya Inovasi Desain Kerajinan Batu 141--143 Padas ……………………...............................................
xxviii
adiluhung
: seni budaya yang bernilai luhur/ tinggi dan kekal sepanjang zaman.
akasa
: udara benda alam yang tidak tampak, tidak bisa diraba, tetapi sejatinya ada dan bisa bergerak.
amplas
: sebuah media atau peralatan berbentuk kertas bertekstur kasar berfungsi untuk menghaluskan permukaan kayu, batu padas, granit, beton, dan sebagainya.
angkul-angkul
: pintu masuk tradisional masyarakat Bali.
apah
: zat air, dalam pengertin tradisional bumi terbentuk dari lima unsur, salah satu diantaranya adalah zat air.
api- apian
: motif hiasan atau ornamen berbentuk keketusan stilisasi dari benda-benda alam, diterapkan pada bidang-bidang memanjang sebagai bingkai pembatas.
arca
: bentuk patung perwujudan dewa-dewi atau makhluk halus lainnya sudah melewati proses sakralisasi.
bayu
: angin atau tenaga yang ada, baik di alam makro maupun dalam diri manusia (alam mikro).
babad
: cerita semi sejarah kerajaan pada jaman dahulu dan kini sering dipakai sebagai tema dalam pementasan topeng.
bebatuan
: motif hiasan atau ornamen berbentuk keketusan stilisasi dari benda-benda alam (batu) dipahatkan pada bidang datar memanjang sebagai pembatas.
xxix
bedogol
: bentuk patung dalam ukuran besar dengan wujud dan karakter menyeramkan biasanya ditempatkan pada posisi kanan dan kiri pintu masuk pura (sebagai penjaga pintu).
bhakti marga
: sembah sujud penghormatan dengan cara/jalan bakti.
bhakti
: sembah sujud /hormat.
bibih ingka
: motif hiasan berbentuk ikatan-ikatan garis lengkung stilisasi dari bentuk anyaman biasanya dipahatkan sebagai pembatas atau bingkai.
candi bentar
: gapura berbentuk simetris belah dua pembatas antara bangunan satu dan yang lain.
dalang
: orang yang mampu memainkan atau mementaskan wayang kulit; dalam bentuk cerita Ramayana, Mahabrata, Tantri dan bentuk cerita lainnya.
dalem waturenggong
: penguasa/Raja Gegel pada masa kerajaan; Dalem Kresna Kepakisan.
dalem sukawati
: penguasa/Raja Sukawati pada masa kerajaan.
dewasa ayu
: hari-hari baik untuk melakukan kegiatan; membuat patung sebagai persembahan, membangun parahiyangan atau membuat peralatan tertentu.
dewa yadnya
: upacara persembahan berbentuk pengabdian, sesajen, dan bentuk lainnya kepada para dewa secara tulus ikhlas.
dewata nawa sanga
: sembilan dewa penguasa penjuru mata angin, utara Dewa Wisnu, timur laut Dewa Sambu, timur Dewa Iswara, tenggara Dewa Sangkara, selatan Dewa Brahma, barat daya Dewa
xxx
distorsi
Ludra, barat Dewa Mahadewa, barat laut Dewa Kuera, dan tengah Dewa Siwa. : pengolahan bentuk sesuai dengan imajinasi, ada yang diperpendek atau sebaliknya, bahkan diperbesar keluar dari proporsi semula.
dwimatra
: sebuah penampakan atau gambar hanya bisa dilihat dari satu arah pandang.
ganggong
: motif hiasan berbentuk keketusan stilisasi dari alam flora dipahatkan secara beraturan, ukuran dan bentuk yang sama memenuhi bidang memanjang sebagai pembatas atau bingkai.
gotong royong
: bentuk kerja sama saling membantu, baik dalam bentuk fisik maupun finansial, yang dilakukan oleh masyarakat Bali di tingkat desa, banjar, pemuda, PKK, dan kelompok lainnya untuk menyelesaikan masalah atau pekerjaan.
grand theory
: teori pokok yang dipakai untuk membedah permasalahan dalam penelitian.
Ida Sang Widhi Wasa
: Tuhan Mahaagung dan Maha Pencipta yang diyakini oleh umat hindu sebaai penguasa dunia dengan segala isinya.
juru gambel
: orang yang mampu memainkan berbagai macam gamelan, baik untuk mengiringai tarian maupun gamelan lepas yakni gong, angklung, gender, rindik dan sebagainya.
juru gender
: orang yang mampu memainkan seperangkat gamelan berbentuk bilahan berlaras slendro, pengiring pertunjukan Wayang Kulit Parwa.
kober
: bentuk bendera dengan hiasan tertentu diikatkan pada tombak berfungsi sebagai sarana ritual agama Hindu.
xxxi
karang asti
: bentuk hiasan stilisasi dari kepala gajah, ditempatkan pada bagian bawah struktur bangunan karena diyakini secara filosofis memberikan kekuatan.
karang boma
: bentuk hiasan stilisasi dari kepala harimau, ditempatkan pada bagian atas pintu masuk kori agung atau candi kurung, sebagai pelengkap bangunan dapat memberikan kesan kemegahan dan keindahan.
karang sae
: bentuk hiasan stilisasi dari kepala kelelawar, kadang-kadang ditempatkan pada bagian atas pintu dikombinasikan dengan jenis pepatran, untuk memberikan kesan kemegahan dan keindahan.
karang tapel
: bentuk hiasan stilisasi dari kepala manusia, hewan, dan binatang, dikombinasikan dengan berbagai jenis pepatran untuk memberikan kesan kemegahan dan keindahan.
kayika
: sikap atau tingkah laku yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan.
kekarangan
: bentuk ragam hias stilisasi dari kepala binatang, dikombinasikan dengan beberapa motif pepatran sehingga terbentuk sebuah motif hias. : bentuk ragam hias stilisasi dari alam benda dan tumbuh planton yang terdapat di sawah diketus atau distrukturisasikan secara terpotong dalam ukuran dan bentuk yang sama. : kelopak daun.
keketusan
kepitan kuta mesir
: merupakan ragam hias gabungan dari motif Mesir dan Bali dengan penonjolan bentuk garis geometris berwujud huruf T, L dan Swastika.
xxxii
lanjar
: proporsi tubuh manusia atau perawakan yang tinggi kurus.
lelontek
: hiasan yang yang dibuat dari kain dengan tangkai bambu memanjang dari bawah ke atas makin kecil menyerupai penjor dilengkapi hiasan berupa lukisan naga atau motif lainnya.
mas- masan
: motif hiasan stilisasi dari bentuk bunga tersusun secara beraturan dan berulang-ulang, dipahatkan sebagai penutup bidang atau ruang melebar menyerupai relief.
manacika
: konsep berpikir yang baik untuk memecahkan suatu masalah.
merajan
: pura keluarga, tempat persembahyangan atau pemujaan bagi orang Bali, terletak pada posisi utama mandala dalam lingkungan perumahan tradisional Bali.
metaksu
: berjiwa seakan memancarkan vibrasi.
modern
: bersifat baru masa kini.
ngaturang ayah
: bekerja tanpa upah/finansial.
ngayah
: bekerja tanpa imbalan uang, dilakukan oleh masyarakat umum pada tempat-tempat suci agama Hindu.
nyepek
: bentuk ideal secara keseluruhan proporsi seimbang.
nguwopin
: membantu secara sukarela berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan.
pakem
: aturan yang sifatnya mengikat terkait dengan nilai-nilai kemasyarakatan.
parbe
: latar belakang, dinding sebuah bangunan.
xxxiii
patuk
: alat pemotong bertangkai sejenis kampak.
patra punggel
: ragam hias yang lahir dari inspirasi penggabungan bentuk daun, bunga, buah, dan kuping guling menjadi sebuah bentuk terjalin saling mengikat dalam satu kesatuan yang utuh.
patra samblung
: bentuk ragam hias terinspirasi dari tumbuhan menjalar, yaitu pohon samblung, sebagai ciri utama patra samblung sangat dominan menggambarkan bentuk daun dan bunga.
patra cina
: merupakan ragam hias lahir dari akulturasi budaya Bali dan Cina, sebagai ciri khas utama dengan menonjolkan motif daun dan bunga.
patra banci
: merupakan penggabungan dari beberapa bentuk ragam hias menjadi satu unit kesatuan yang utuh dan indah sebagai hiasan pada bidang tertentu.
patra sari
: bentuk ragam hias dengan ciri khas utama menampakkan rangkaian wujud bunga dan daun.
pelinggih
: tempat pemujaan atau bangunan suci; meru, gedong, taksu, dan lainnya.
pepatran
: bentuk hiasan stilisasi dari alam tumbuhtumbuhan (flora) dibuat dan dikombinasikan sedemikian rupa menjadi sebuah bentuk yang menarik dan indah.
pertiwi
: lapisan tanah tempat berpijak, mendirikan bangunan, menanam pohon, tempat melakukan segala aktivitas terkait dengan kehidupan.
xxxiv
pengukir
: orang yang memiliki keahlian memahat atau membuat ragam hias berbentuk ukiran, patung dan relief yang diterapkan pada bangunan suci/parahiyangan dan perumahan.
penyengker
: tembok pembatas pekarangan rumah antara jalan dan tetangga.
pengider ider
: sembilan penjuru mata angin; utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut.
pipid
: semacam hiasan dari daun kelapa atau rontal, dibuat dengan menggunakan perpaduan teknik torehan dan ikatan. Bentuk pipid umumnya digunakan sebagai hiasan penjor atau menghias panggung pertunjukan.
pitamaha
: organisasi seniman lukis dan patung pertama yang ada di daerah Ubud.
pratima
: bentuk patung perwujudan dewa-dewi sebagai simbol dalam pemujaan
pregina
: orang yang memiliki keahlian menari terkait dengan persembahan tari wali, bebali dan bali-balihan.
prelingga
: bentuk perwujudan simbolisasi Tuhan Hyang Mahakuasa.
pretiwimba
: wujud perumpamaan terkait dengan simbol ketuhanan.
proporsi
: terkait dengan ukuran tubuh manusia, binatang, serangga dan sebagainya.
pura
: tempat persembayangan bagi umat Hindu; pura kayangan jagat, sad kayangan, dang kayangan, pura kayangan tiga, pura manca, pura ulun carik dan lannya.
xxxv
raksasa
: wujud patung dengan karakter keras, mata mendelik, dan perawakan kekar.
rentet
: terkait dengan bentuk dan proporsi yang pendek. : sesuatu yang bersifat sakral dan angker.
religius rwebineda
: dalam dunia kehidupan diyakini ada dua sifat yang berbeda; baik dan buruk, hitam putih, vertikal horizontal, maju mundur, dan seterusnya.
silaperang
: nama permukiman zaman dadulu berdasarkan kejadian sejarah.
sanggah
: tempat persembahyangan dalam lingkungan keluarga (kelompok sudra) terletak pada posisi utama mandala.
sangging
: sebutan seseorang yang ahli di bidang seni.
taluh kakul
: telur siput.
tali ilut
: motif keketusan menggambarkan rangkaian ikatan tali memanjang.
tantri
: cerita rakyat mengisahkan peperangan singa melawan kerbau, perjalannan burung bangau dan ikan, anjing dengan kura-kura, dan lainnya.
tapakan
: simbol ketuhanan atau perumpamaan, ada yang berbentuk ada yang abstrak.
teja
: sinar kekuatan.
togog
: patung tokoh pewayangan, punakawan, raksasa, bedogol sebagai hiasan atau penanda.
tri kaya parisuda
: tiga konsep Hindu yang mengarahkan pada pola berpikir yang baik, berkata yang jujur dan benar serta berbuat sesuai dengan kemampuan menuju kebenaran.
xxxvi
tradisional
: sikap atau kebiasaan yang dilakoni secara turun- tumurun dari generasi pertama dan seterusnya.
tukang
: pekerja atau pembuat; rumah, peralatan rumah tangga, banten, patung, dan sebagainya.
tukang togog
: pekerja atau pembuat patung.
tukang ukir
: pekerja atau pembuat hiasan berbentuk ukiran.
umbul-umbul
: sejenis bendera bentuknya memanjang ke atas makin kecil mengikuti arah tangkai bambu menyerupai penjor.
util
: bentuk garis melingkar.
wacika
: perkataan yang benar dan jujur sesuai dengan pikiran dan kata hati.
yasa kerti
: pengabdian dengan tulus ikhlas.
xxxvii
DAFTAR SINGKATAN
CD
Compac Disk
DEKRANASDA
Dewan Kerajinan Nasional Tingkat Daerah
Disperindag
Dinas Perisdustrian dan Perdagangan
KBPT
Kerajinan Batu Padas Tradisional
LMD
Lembaga Masyarakat Desa
LKMD
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
NIT
Negara Indonesia Timur
PSSRD
Program Studi Seni Rupa dan Desain
RIS
Republik Indonesia Serikat
SD
Sekolah Dasar
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
SMSR
Sekolah Menengah Seni Rupa
SSRI
Sekolah Seni Rupa Indonesia
STSI
Sekolah Tinggi Seni Indonesia
xxxviii
DAFTAR LAMPIRAN
1
Lampiran Pedoman Wawancara
283
2
Lampiran Daftar Informan Pengusaha dan Perajin
286
3
Lampiran Produk Kerajinan Batu Padas Desa Singapadu Kaler
288
xxxix
xl