111
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ardianto, Elvinaro. Metode Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Simbiosa Rekatama Media Bandung. 2010 Andersen, Margaret L. Thinking About Women: Sociological Perspectives on Sex and Gender. Third Edition. Macmillan Publishing Company New York. 1993 Babbie, Earl. The Basics of Social Research. Fourth Edition. Thomson Wadsworth Belmont USA. 2008 Baumeister F. Roy & Bushman J. Brand. Social Psychology: Human Nature. Thomson Wadswort, Inc. USA. 2008 Bogdan C. Robert and Biklen, Sari Knopp. Qualitative research for education: an introduction to theory and methods. Allyn and Bacon a Division of Simon & Schuster, Inc. USA. 1992 Best, Deborah L. Encyclopedia of Sex and Gender: Men and Women in the World’s Culture. 2003 Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2007 Brizendine, Louann. The Female Brain. Published by Broad way Books United States. 2006 Cutlip, M. Scott., Center, H. Allen., and Broom, M. Glen. Effective Public Relations. Edisi Kesembilan. Kencana Prenada Media Group, 2009 Crawford, Mary, and Unger, Rhoda. Women and Gender. A Feminist Psychology Fourth Edition. Mc Graw Hill Companies, Inc., New York. 2004 Daymon, Christine and Holloway, Immy. Qualitative Research Methods in Public Relations and Marketing Communication. Routledge New Fetter Lane, London. 2002 Effendi, Onong Uchyana. Human Ralations & Public Relations. Penerbit CV. Mandar Maju Bandung. 2009 Griffin, Em. A First Look at Communication Theory. Seventh Edition. McGrawHill Companies, Inc., New York. 2009
112
Gray, John. Men are from Mars, women are from Venus. A practical guide for improving communication and getting what you want in your relationship. 2002 Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis, Penulisan Proposal, dan Laporan Penelitian. UMM Press. 2008 Hendarso, Emy Susanti. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan: Penelitian Kualitatif Sebuah Pengantar. Prenada Media Group, Jakarta. 2007 Kuswarno, Engkus. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Penerbit Widya Padjadjaran. 2009 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group Jakarta. 2009 Lips, Hilary M. Sex and Gender. An Introduction. Sixth Edition. McGraw-Hill Higher Education, 2008 Lattimore, Dan., et.al. Public Relations: The Profession and the Practice. Third Edition. McGraw-Hill Companies, New York. 2008. Macionis, John J. Sociology. Twelfth Edition. Pearson Education, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. 2008 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2009 Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. 2008 Nasution, S. Metode Research. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. 2001 Nazir, Moh. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. 2005 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. PT Rajagrafindo Persada Jakarta. 2008 Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. Sukidin, Basrowi. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Penerbit Insan Cendikia Surabaya. 2002
113
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004 Suhartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahtraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008. Simanjuntak, John P., dkk. Public Relations. Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta. 2003 Toth, Elizabeth L. The Future of Excellence in Public Relations and Communication Management: Challenges for the Next Generation. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers Mahwah New Jersey. 2007 Tim Penulis Pusat Studi Wanita. Pengantar Kajian Gender. Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003 Vanderstoep, Scott W., and Johnston, Deidre D. Research Methods for Everyday Life: Blending Qualitative and Quantitative Approaches. Published by Jossey Bass San Francisco. 2009 West, Richard and Turner, Lynn H. Introducing Communication Theory: Analysis and Application. McGraw Hill Companies, Inc., New York. 2007 Wood, Julia T. Gender Lives: Communication, Gender, and Culture, Seventh edition Thomson Wadsworth. 2007 Wimmer, Roger D., and Dominick, Joseph R. Mass Media Research: An Introduction, Eight Editions. Wadsworth, Cengage Learning USA. 2006 Wilcox, Dennis L., Ault Philip H., and Agee Warren K. Public Relations: Strategies and Tactics. Fourth Edition. Harper Collins College Publishers. United States of America. 1995 Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain & Metode. PT RajaGrapindo Persada Jakarta. 2005
Disertasi Simorangkir, Deborah N. The Impact of the Feminization of Public Relations Industry in Indonesia. Disertasi. Universitas Pelita Harapan.
114
Jurnal Agustin, Sari Monik., dkk. Konsep Diri Perempuan Lajang di Perkotaan: Studi Interaksionisme Simbolik terhadap Stereotip Perawan Tua di Jakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Volume VII/No. 1 Januari – April 2008. Puspa, Ratih. Feminisasi dan Pelecehan Profesi Berjender Feminin: Sebuah Tantangan Praktisi PR. Jurnal dari: http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Feminisasi%20dan%20Pelecehan% 20Profesi%20Berjender%20Feminin.pdf , diakses pada tanggal 20 Juli, jam : 11: 49 WIB Kurnia, Novi dan Ngurah Putra, I Gusti. Perempuan Dalam Dunia Public Relations. Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik. Vol. 7, No. 3, Maret 2004 Safar, Misran. Teknik Pengolahan dan Interpretasi Data. SELAMI IPS Edisi Nomor 21 Volume II Tahun XII Agustus 2007. ISSN 1410-2323 Simorangkir, Deborah N. International Journal of Arts and Sciences. 3 (15): 7189 (2010) Universitas Pelita Harapan, Indonesia. Victoria Geyer-Sempel. Classroom to Boardroom: The Role of Gender in Leadership Style, Stereotypes and Aptitude for Command in Public Relations. Public Relations Journal Vol. 5, No. 2, spring 2011 ISSN 19424604 © 2011
Media elektronik/internet Cambridge Advanced Learner’s Dictionary Third Edition (online) diakses pada tanggal 29 November 2011 dari: http://dictionary.cambridge.org/dictionary/british/stereotype_1?q=stereotype CliffsNotes.Com. Gender Stereotypes. 7 Jul 2011, dari: http://www.cliffsnotes.com/study_guide/topicArticleId-26957,articleId26896.html Feminization of Public Relations Practice in USA. (2009, 1 April). Indian Public Relations Professionals (Online) diakses pada tanggal 2 Juli 2011 dari http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/prpoint/message/3901 Gender Stereotypes. (2011, 7 Juli). CliffsNotes (Online). Diakses pada tanggal 7 Juli 2011 dari: http://www.cliffsnotes.com/study_guide/topicArticleId26957,articleId-26896.html
115
Merriam Webster, dari http://www.merriam-webster.com/dictionary/gender, diakses pada tanggal 1 Juli 2011, jam 7: 05 WIB Putu Fajar Arcana. (2010, 31 Oktober). Public Relations Harus Berangkat dari Fakta. Kompas (online). Diakses pada tanggal 26 Juli 2011 dari http://female.kompas.com/read/2010/10/31/12591134/Public.Relations.Ha rus.Berangkat.dari.Fakta Ratih Puspa. Feminisasi dan Pelecehan Profesi Berjender Feminin: Sebuah Tantangan Praktisi PR. Jurnal. Diakses pada tanggal 20 Juli 2011 dari: http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Feminisasi%20dan%20Pelecehan %20Profesi%20Berjender%20Feminin.pdf Sebastian, Michael. (2011, 3 Maret). In the PR World, men still earn more than women. Ragan’s PR daily (online). Diakses pada tanggal 2 Juli 2011 dari: http://www.prdaily.com/Main/Articles/In_the_PR_world_men_still_earn_ more_than_women_7411.aspx Stanford Encyclopedia of Philosophy, dari http://plato.stanford.edu/entries/ feminism-gender/, diakses pada tanggal 01 July 2011, Jam 11: 13 WIB PR Hanya Untuk Wanita? Ya, tidaklah. (2010, 28 Mei). KOMPAS.com (online). Diakses pada tanggal 20 Juli 2011 dari: http://nasional.kompas.com/read/2010/05/28/17210326/ http://www.koalisiperempuan.or.id/stereotip-gender/, diakses pada tanggal 07 Juli 2011, jam 10: 53 WIB http://nasional.kompas.com/read/2010/05/28/17210326/ 28 Mei 2010 http://digilib.ui.ac.id/helper/viewKoleksi.jsp?id=134021&lokasi=lokal&template= abstrak.detail.template , diakases pada tanggal 22 Agustus 2011 Jam: 2: 11 WIB http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/prpoint/message/3901, diakses pada tanggal 02 Juli 2011, Jam 11: 15 WIB http://www.salon.com/21st/feature/1998/12/cov_03feature2.html, diakses pada tanggal 01 Juli 2011, Jam 12: 00 WIB http://www.loker.web.id/accounting-finance/lowongan-pr.html, tanggal 2 Juli 2011, jam: 11: 22 WIB
diakses
pada
http://www.cipr.co.uk/content/careers/careers-advice, diakses pada tanggal 19 April 2012, Jam 11: 30 WIB
116
http://www.prsociety.or.id/articles/encroachers-vs-excellent-communicators, diakses pada tanggal 30 Maret, 2012, jam 9:56 http://platformmagazine.org/2012/01/the-female-appeal-in-public-relations/ , diakses pada tanggal 20 April 2012, Jam: 11: 55 WIB http://www.instituteforpr.org/wp-content/uploads/2001_PRManagement.pdf diakses pada tanggal 02 April 2012, Jam 10: 15 WIB Public Relations Society of America. Dari: http://www.prsa.org/SearchResults/download/6D050206/0/Classroom_to_Boardroom_The_Role_of_Gender_in_Leade, diakses pada tanggal 24 April http://www.prsociety.or.id/articles/encroachers-vs-excellent-communicators, diakses pada tanggal 30 Maret, 2012, jam 9:56
Pedoman Wawancara: Informan (…..) Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan Bidang usaha Status perkawinan Masa kerja Pendidikan
: : : : : : :
Wawancara dilakukan dengan ..................PR (Humas)......................,di............................., pada tanggal..............,............ (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan ibu............ untuk menjadi informan (nara sumber) dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Mengenai Profesi Public Relations (PR)”. Pertama tentang latar belakang pendidikan, bisa ibu .............ceritakan latar belakang pendidikan ibu? (Jika S1 bukan komunikasi sedangkan S2 komunikasi) mengapa ibu memilih jurusan komunikasi? (atau jika latar belakang pendidikan tidak relevan untuk profesi PR) mengapa ibu tertarik untuk menjadi atau menggeluti bidang profesi PR? (B)
Informan: .................................
(A) Peneliti: Berkenaan dengan peran PR, ’Dan Lattimore’, dkk. menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu: ”Peran Teknis” (technician role) dan ”Peran Managerial” (Manager role)”. Ibu ..............sebagai PR (Humas) di................, jika mengacu pada penjelasan tadi, bisa ibu jelaskan bagaimana sih peran, fungsi, dan tugas –tugas yang ibu jalankan? (Note: Berdasarkan Jobdes yang ibu terima, apa saja sih tugas-tugas ibu di lembaga ini (UMB)?) (B)
Informan: …………………………………..
(A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan tugas ibu sebagai PR (humas) di ............., merasa berat atau bagaimana? Karena secara teori tugas PR cukup banyak…dan memerlukan kompetensi (skill) tertentu…. (B)
Informan:
(A) Peneliti: Ibu sebagai perempuan, dengan gender perempuan ibu, bagaimana sih ibu dalam menjalani profesi ini, apakah ibu merasakan adanya pertentangan antara ‘peran gender’ (mengurusi keluarga, anak, suami) dengan profesi ibu sebagai PR? (B)
Informan: ……………………………………
(A) Peneliti: Ibu sebagai PRO (Humas), bagaimana pengalaman ibu (apa yang ibu alami) pernah dianggap remeh oleh rekan-rekan kerja/atasan ibu? (B)
Informan:……………………………………..
(A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana pengalaman ibu dalam hal pengambilan keputusan, apakah ibu dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting? (B)
Informan: ……………………………………………….
(A) Peneliti: Terkait dengan kegiatan riset (e.g. fact finding, opini/persepsi public, dst) yang terkait dengan kepentingan lembaga (dalam hal ini …….), apakah ibu juga dilibatkan (melakukan riset)? (misalnya: untuk mengetahui gejala-gejala (secara internal) yang berpotensi menyebabkan krisis?) (B)
Informan: ……………………………..
(A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih bu yang sering diberikan tanggung jawab? (Jika perempuan), menurut ibu mengapa? (Stereotip PRO perempuan: detil, sabar, tekun, multitasking, empathy, murah, tidak ambisius, dsb) (B)
Informan: ……………………………..
(A) Peneliti: Dalam hal pengambilan keputusan, ada tidak sih bu perbedaan antara laki-laki dengan perempuan? (B)
Informan:……………………………….
(A) Peneliti:
Menurut ibu, cocok gak sih posisi PRO/humas dipegang oleh perempuan? Kan bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain? (B)
Informan: ……………………………….
(A) Peneliti: Apakah lembaga ini mengharuskan perempuan untuk posisi PR/Humas? (mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu, jika lembaga ini mensyaratkan perempuan/secara implisit mungkin?) (B)
Informan: ................................................
(Note: Bagaimana perbedaan peran antara PR perempuan dan laki-laki?) (C) Informan: ................................. (A) Peneliti: Bagaimana menurut ibu jika posisi PR ini dipegang oleh laki-laki? (B)
Informan: ……………………….
(A) Peneliti: Bagaimanakah peran PR (Humas) dalam melakukan komunikasi terkait dengan upaya membangun “image” (brand image)? (B)
Informan:
(A) Peneliti: Bagaimana sih ibu memaknai peran, fungsi, dan tugas yang ibu emban di .........ini? (B)
Informan
: …………………………..
Baiklah, demikian semua pertanyaan saya, terima kasih! Masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin masih ada yang belum tercover dalam wawancara kali ini yang ingin dibahas/ibu sampaikan? Kalau masih ada hal-hal lain yang belum tergali atau ada yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk bertemu lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Transkrip Wawancara: Informan 1 Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan Bidang usaha Status perkawinan Masa kerja Pendidikan
: Irmulan Sati, SH., M.Si. : Perempuan : Kabiro Humas Universitas Mercu Buana (UMB) : Layanan Jasa Pendidikan Tinggi : Kawin : 13 tahun : S1 Hukum Unej, S2 Manajemen Komunikasi UI
Wawancara dilakukan dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si sebagai Kabiro Humas Universitas Mercu Buana (UMB) yang bertempat di Kantor Kabiro Humas UMB Meruya, pada Hari Minggu tanggal 9 Oktober 2011. (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi informan (nara sumber) dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Mengenai Profesi Public Relations”. Pertama terkait dengan latar belakang pendidkan, Ibu Santi kan Sarjananya (S1) dari Fakultas Hukum (SH), kenapa ibu tertarik untuk menjadi atau menggeluti profesi PR? (B) Informan: ”Sebenarnya awalnya tidak pernah terpikir untuk menjadi PR ataupun dosen. Jadi gini, kan setelah selesai S1 itu saya meneruskan di S2 Manajemen Komunikasi UI. Nah.. itu yang membuat....saya memilih harus menjadi dosen, dan saya kan kompetensi peminatannya komunikasi dan public relations. Nah dari situ kayaknya kok menarik, jadi awalnya PR ini ”learning by doing” saja, dunia komunikasi PR kok menarik gitu. Nah dari situ kemudian akhirnya saya menemukan ”field” saya di situ. Saya setelah lulus setahun terus mengambil S2. Nah dari situ komunikasi PR kok menarik, jadi karena sekolah S2 saya itu saya berkegiatan di kehumasan. Bukan dari awal saya pengen menjadi PR. Nah kenapa saya ambil S2 komunikasi, waktu itu kan pada tahun 1996/1997 lah, saya sering ketemu temen-temen, faktor lingkungan dan dorongan dari temen-temen dan keluarga, waktu itu saran suami juga kalo bisa ambil peminatan S2 kalau untuk perempuan yang gak ribet. Kemudian tren juga yah karena komunikasi lagi booming dan bagus gitu. Jadi faktor lingkungan yang mengarahkan saya ambil komunikasi dan dorongan keluarga juga. Saya malah gak pernah punya cita-cita untuk menjadi PR, dari awal malah saya gak ada rencana untuk jadi dosen sebenarnya, cita-cita saya malah pengen jadi dokter. Saya memilih peminatan manajemen komunikasi dan PR karena dari sisi keilmuannya, kayaknya komunikasi dan PR itu menarik yah. ...akhirnya saya menemukan ”tone” saya kok ada di situ. Jadi saya lihat dari sisi kompetensi keilmuannya aja, tidak terpengaruh oleh ’stereotip’ bahwa PR lebih cocok untuk perempuan. Jadi yang menjadi pertimbangan utama kompetensi keilmuannya, kayak komunikasi organisasi, komunikasi itu kok ”challanging” dan bagus gitu”.
(A) Peneliti: Kenapa sih ibu ambil jurusan manajemen komunikasi dan PR untuk program S2? (B) Informan: ”Nah kenapa saya ambil S2 komunikasi karena awalnya saya sering ketemu temen-temen dan dorongan suami juga kalau ambil peminatan S2 yang gak ribet, kalau saya ambil S2 hukum kan paling saya jadi pengacara, tapi kan itu dunia yang keras rasanya kok gak ”tepak” gak cocok untuk saya. Jadi awalnya profesi PR ini saya ”learning by doing” aja, dunia PR kok menarik gitu. Nah dari situ akhirnya saya menemukan ”field” ku di situ. Jadi saya menjalani profesi ini karena sekolah S2 saya itu, bukan dari awal saya pengen jadi PR gitu, malah cita-citanya saya kepengen jadi dokter. Jadi menjadi PR ini karena sekolah S2 saya komunikasi itu”. ”Kalau di perguruan tinggi kan ada pilihan ada dosen dan struktural, awalnya saya berangkat dari dosen. Kalau dari awal sih untuk rekrutmen karyawan ada mekanismenya untuk tes dosen seperti ujian psikotes waktu itu untuk psikotesnya kita di UI, tapi sekarang kita kan sudah mempunyai LTT Psikologi UMB. Saya pertamanya sebagai dosen, kemudian saya ditarik ke struktural dari dosen, untuk jabatan struktural saya awalnya menjadi skretaris jurusan, ketua jurusan PR, akhirnya saya dipindah ke Biro humas sampai saya menjadi Kepala Biro Humas univeristas, jadi saya masuk ke praktisi PR karena promosi. Jadi saya berangkat dari struktural, sepadat apapun kegiatan saya, saya masih tetap harus mengajar. Walaupun saya mempunyai jabatan struktural tapi tetap saya harus mengajar, adi dosen saya tetap melekat”. (A) Peneliti: Berkenaan dengan peran PR, ’Dan Lattimore’, dkk. menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu: ”Peran Teknis” (technician role) dan Peran Managerial (Manager role)”. Ibu Santi sebagai PR (Kabiro Humas) di UMB, jika mengacu pada penjelasan di atas atau berdasarkan peran dan fungsi PR, apa saja sih tugas –tugas ibu?, mohon dijelaskan! (Note: Berdasarkan Jobdes yang ibu terima, apa saja sih tugas-tugas ibu di lembaga ini (UMB)?) (B) Informan: “Saya di sini sebagai namanya Kepala Biro HUmas dan Sekretariat Universitas yang dulunya ada di bawah biro marketing jadi tanggung jawabnya ke direktur marketing, tetapi sejak Desember 2010 saya bertanggung jawab langsung ke Rektorat (Rektor)”. Peran saya sebagai Kabiro Humas adalah kombinasi antara lain: Fasilitator komunikasi, ‘Media Relations’, Teknisi komunikasi, dan Peran expert (expert communication). Kalau untuk manajerial komunikasi dilakukan tapi tidak rutin dilakukan, untuk manajerial komunikasi hanya untuk case tertentu saja, tetapi yang daily: Fasilitator komunikasi, “Media Relations”, Teknisi komunikasi, dan peran “expert communication” dan fasilitator, itu yang paling sering dilakukan”.
“Jadi peran yang paling dominan saya jalankan ‘expert prescriber’, karena dilihat dari sisi kompetensinya itu. Kemudian teknisi komunikasi, kalau yang terkait dengan “managerial communication” kalau diprosentase kira-kira hanya sekitar 30% yah. Jadi empat itu saya perankan semuanya, cuma frekuensinya yang berbeda. Jadi yang peran ‘expert prescriber’ dan fungsi “Media Relations”. 10 kategori tugas-tugas PR yang dikemukakan Cutlip saya lakukan tiap hari, cuma kalau ‘riset’ gak sering yah, itu hanya dilakukan setahun sekali. Bisa dilihat di papan tulis, saya mempunyai jadwal event-event penuh yah. Untuk fungsi memberi masukan kepada manajemen saya lakukan cuma hanya yang terkait dengan kehumasan, kalau di luar itu kan saya tidak kompeten, misalnya yang menyangkut kemahasiswaan”. (A) Peneliti: Ibu sebagai wanita, dengan gender perempuan ibu, bagaimana sih ibu dalam menjalani profesi ini, adakah pertentangan antara gender perempuan dan profesi PR? (B) Informan: “Pertentangan pasti adalah, khususnya dari segi waktu yah, kadang-kadang saya harus pulang malam. Kalau dari sisi pembagian tugas, kebetulan dengan suami ada pembagian tugas, jadi sepanjang semuanya bisa dijalankan yang gak da masalah. Kecuali sakit tidak bisa ditolak yah”. “Untuk fungsi, saya di Humas itu banyak yah, saya menjalankan fungsi: ‘Media relations’, ‘Community Relations’, ‘Government Relations’, kecuali “Employee Relations” saya tidak pegang karena di-handle oleh bagian SDM (HRD). Fungsi yang lain saya juga betanggung jawab untuk protokoler, dokumentasi, publikasi dan sosialisasi, ’handling event’, dan ’consumer relations’. Nah untuk menjalankan fungsifungsi itu saja sudah habis waktu 24 jam, (jika 25 jam satu hari bagus mungkin, tapi tidak mungkin). Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut saya juga dibantu oleh 1 kepala bagian dan 2 staf kabiro (jadi 1 Kabiro, 1 Kabag, dan 2 orang staf), ditambah 9 orang tenaga ’partime’ (paruh waktu) dari mahasiswa. Disamping itu saya juga melakukan fungsi sekretariat UMB”. ”Untuk bicara pekerjaan di Humas ini banyak yah, walaupun saya bukan marketing tetapi saya melakukan fungsi marketing melalui fungsi ”Consumer relations”, jadi saya juga melakukan ’marketing support’, saya mengedukasi konsumen atau stakeholder eksternal bukan hanya anak SMA, tetapi sejak dari PAUD (TK) sampai pada level Mahasiswa melalui ”Customer care”. ”Program-program: implementasi dari fungsi-fungsi tersebut tadi, kegiatannya antara lain: melakukan konfrensi pers, membuat ’press release’, monitoring liputan-liputan media, media monitoring, advetorial, iklan TV, media breafing, termasuk media gathering, serta iklan cetak”. ”Tugas humas lain yang merupakan fungsi CR adalah ’Handling complaint’ seperti ’banner’ yang ada di Menteng dan Meruya tentang pengaduan pelanggan. Sedangkan untuk sosialisasi misalnya ”Kampanye budaya kerja melalui media online, Website, FB,
serta event tahunan seperti Festival UMB. Kita mendatangkan sekitar 4000 siswa SMA melalui kegiatan yang bersifat kompetisi, workshop, seminar, dan sosialisasi”. ”Untuk dokumentasi antara lain: event-event, protokoler, ulang tahun karyawan setiap bulan, seminar, handling tamu dari luar negeri, tanda tangan MoU, dan studi banding. Semua termasuk sosialisasinya baik melalui media online maupun media cetak”. (A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan tugas sebagai PR (humas) di UMB, berat atau bagaimana? (Karena secara teori tugas PR cukup banyak…dan memerlukan kompetensi (skill) tertentu). (B) Informan: “Em..kalau menurut saya enggak berat sih, kerena dari awal saya kan sudah di PR, saya dosen PR, jadi sebenarnya saya itu separo otak saya untuk spesialis di akademisi PR karena saya harus mengajar dan separo otak saya sebagai spesialis atau praktisi PR. Kalau saya sih seneng-seneng saja walaupun pekerjaan sulit tetap mudah dijalankan”. (A) Peneliti: Ibu sebagai spesialis PR (Humas) perempuan, bagaimana pengalaman ibu apakah pernah diremehkan (dianggap remeh) oleh rekan-rekan kerja ibu khususnya yang laki-laki (yang satu divisi atau atasan ibu?) (B) Informan: “Sejak awal PR UMB perempuan semua, saya Humas ke 4 (UMB kan sudah 26 tahun), kalau saya sendiri sejak awal tidak merasakan adanya pandangan seperti itu, artinya saya ditarik ke humas kalau dari sisi top manajemen karena kompetensi saya, dan alhamdulillah saya tidak mengalami diremehkan, “incase” kalau ada komen atau yang meremehkan juga saya tidak peduli, karena saya kerja berbasis kinerja, jadi kalau kerja saya “on the right track” ya gak masalah. Saya mendapat apresiasi sebagai kepala biro terbaik dari UMB. Jadi semua karyawan mempunyai “set motivated” yang tinggi untuk berprestasi, ‘achievement’ saya misalnya staf saya 2 kali menjadi juara ketiga penulisan ‘newsletter’ ‘in house media’ indira perhumas”. (A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana keterlibatan ibu dalam hal pengambilan keputusan, apakah ibu dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting? (B) Informan: “Saya dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan kompetensi komunikasi saya. Itu dilakukan dalam proses baik langsung maupun tidak langsung yah; saya selalu terlibat dalam Rapat Pimpinana, Rapat Direktur, dan Rapat Pimpinan Dekan, jadi kalau ada info-info atau policy kebijakan yang membutuhkan kompetensi saya dilibatkan. Sejauh ini sih gak da masalah”.
(A) Peneliti: Dalam hal kegiatan riset (e.g. fact finding, persepsi/opini public, dst) yang terkait dengan kepentingan dan citra UMB, apakah ibu melakuka kegiatan tersebut? Untuk mengetahui gejala-gejala (secara internal) yang berpotensi menyebabkan krisis? (B) Informan: “Sementara ini terkait dengan kegiatan riset, kalau saya hanya melakukan kegiatan riset yang berhubungan dengan masalah kepuasan pelanggan saja (sebagai customer care), jadi lebih fokus pada “customer care” bagaimana pelayanan dosen, administrasi, dan perpustakaan”. Karena sudah ada jobdesnya masing-masing”. (A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih bu yang sering diberikan tanggung jawab atau bagaimana pembagian tugasnya? (Jika perempuan), menurut ibu mengapa? (B) Informan: “Staf saya kebetulan perempuan semua (9 orang), yang laki-lakinya cuma satu orang, jadi otomatis perempuan yang melakukan kegiatan tersebut. Jadi walaupun perempuan ya kameraperson saya juga perempuan dan dia melakukan kegiatan liputan dan desain grafis”. (A) Peneliti: (Beberapa sumber/hasil penelitian mengemukakan bahwa, Stereotip PRO perempuan itu antara lain adalah: detil, sabar, tekun, multi-tasking, empathy, murah, tidak ambisius, dsb), bagaimana menurut ibu? (B) Informan: “Untuk stereotip ‘ketekunan’ saya setuju dengan pendapat itu, ada-lah pengaruhnya, tetapi semua itu tergantung pada orangnya masing-masing karena ada staf saya yang cuma mengerjakan itu-itu saja, tidak “multitasking”, tidak semua staf bisa “multitasking”. Tetapi karena saya sebagai kepala Biro saya harus me-lead semua, maka otomatis saya harus “multitasking” karena saya harus menghandle banyak kerjaan. Dan saya harus mendistribusikan pekerjaan dengan staf-staf saya. Saya setuju dengan beberapa stereotip tersebut, tapi semuanya tergantung orangnya”. “Dari sisi remunerasi di perguruan tinggi tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan lembaga bisnis murni seperti pertambangan, dsb. Kalau di perusahaan mungkin bisa 15 sampai 30 juta, tetapi kalau di universitas tidak sampai yah”. (A) Peneliti: Dalam hal pengambilan keputusan, ada ngak sih bu perbedaan antara laki-laki dengan perempuan?
(B) Informan: (A) Peneliti: Menurut ibu, cocok gak sih posisi PRO/humas dipegang oleh perempuan? Kan bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain? (B) Informan: “Kalau menurut saya profesi PR bisa dijalankan oleh siapapun yang memiliki kompetensi untuk bisa menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya sebagai PR. Prinsipnya profesi ini bisa dijalankan oleh siapapun, seperti halnya menjadi tentara, perempuan juga bisa menjadi tentara. Cuma penekanannya kalau perempuan lebih tekun, PR perguruan tinggi itu kalau dilihat dari “speed-nya” mungkin kira-kira 80-90 an lah, sedangkan di perusahaan swasta bisa 100% penuh. Kalau saya di sini masih bisa mengajar, menjadi konsultan komunikasi di luar. Jadi saya masih mempunyai celah-celah waktu untuk melakukan penelitian dsb”. (A) Peneliti: Apakah UMB mengharuskan (mensyaratkan) perempuan untuk posisi PR/Humas? (mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu, jika UMB mensyaratkan perempuan/secara implisit mungkin?) (B) Informan: ”Tidak harus perempuan, karena kebetulan dari awal di UMB PR nya perempuan.., profesi PR itu harus dilihat dari sisi kompetensi, bukan dilihat dari sisi cantik dan muda, karena tugas PR itu tidak mudah. Jadi, jika ada persyaratan cantik dan muda itu perlu kita pertanyakan kembali kepada perusahaan yang bersangkutan. Mungkin ada juga beberapa perusahaan yang bergerak di bidang ’entertainment’, tetapi kalau kayak perusahaan tambang, nggak bisa itu. Jadi kualifikasi untuk calon PRO harus dilihat kembali”. Karena pekerjaan PR itu tidak mudah, misalnya saja terkait dengan penanganan mahasiswa, itu tidak mudah menangani ribuan orang, apalagi UMB ini berlokasi di daerah masyarakat betawi yang secara budaya berbeda kalau dibandingkan dengan masyarakat yang lebih ”open minded”, belum lagi harus menghadapi ”pressure group” seperti FORKABI dan yang lainnya. Dengan demikian menjadi PRO itu tidak cukup hanya cantik, karena harus mempunyai keterampilan komunikasi antar budaya, lobi dan negosiasi, dsb. Jadi harus dipertanyakan kembali kepada perusahaan yang mensyaratkan perempuan cantik dan muda untuk menjadi PRO”. Note: jika PR sebagai divisi, apakah ada juga PR laki-laki; dan bagaimana peran dari perempuan dan laki-laki? Bagaimana perbedaan peran antara PR perempuan dan laki-laki? (A) Peneliti: Bagaimana ibu memaknai profesi PR yang ibu jalani, karena secara teori seorang praktisi PR berdasarkan peran dan fungsinya, mempunyai tugas-tugas (teknis dan nonteknis) yang tidak mudah? (secara pribadi bagaimana Ibu memaknainya?)
(A) Informan: ”Em...maksudnya dari sisi saya sendiri yah?, orang bekerja itu kan bagian dari proses belajar. Jadi kalau saya itu menjadi PR Officer harus siap berinovasi dan berkreatifitas, memaksimalkan kreatifitas. Kalau saya sepiritnya jadikanlah pekerjaan itu sebagai challange. Saya senang dengan pekerjaan ini karena jiwa saya sudah di sini, jadi sudah ’passion’ saya pada pekerjaan ini, jadi saya memaknainya bahwa menjadi PR officer itu harus selalu berinovasi dan kreatif, ada continues improvement karena pekerjaan PR itu tidak mudah. Banyak tantangan atau masalah seperti krisis dsb. Jadi saya memaknainya bagaimana saya berkreatifitas untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Jadi intinya ’continues improvement’ itu harus ada”. ”Sepiritnya tidak lagi kalau PR itu harus di hotel, atau bisnis lain, PT juga perlu di PR-in karena perguruan tinggi kan menyediakan sumber daya...Jadi, bagi saya menjadi PR itu bukan ”end of process” tapi ”continous process”, jadi ”long term achievement”. Jadi spiritnya saya harus mencintai pekerjaan saya dulu”. (A) Peneliti: Baiklah ibu Santi, demikianlah semua pertanyaan saya, terima kasih atas segala informasinya yang begitu berharga! Masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin masih ada yang belum tercover dalam wawancara kali ini yang ingin dibahas/ibu sampaikan? Kalau masih ada hal-hal lain yang belum tergali atau ada yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk bertemu lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Transkrip Wawancara: Informan 2 Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan Bidang usaha Status perkawinan Masa kerja Pendidikan
: Dian Metha Ariyanti, M. Si : Perempuan : Kepala Divisi Humas UNAS : Layanan Jasa Pendidikan Tinggi : Belum nikah : 2 tahun : S1 Jurnalistik Unpad, S2 Manajemen Komunikasi UI
Wawancara dilakukan dengan Dian Metha Ariyanti Kadiv Humas (Head of Public Relations) Universitas Nasional (UNAS), bertempat di Kantor Kabiro Humas & Marketing UNAS, pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2011. (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaanya untuk menjadi informan dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Mengenai Profesi Public Relations”. Yang pertama saya ingin mengetahui latar belakang pendidikan ibu, bisa ibu ceritakan tentang riwayat pendidikan ibu? (B) Informan: “Kalau di mana, kalau di Unpad itu kan e… komunikasi itu fakultas yah, saya ambil komunikasi S1 di FIKOM Unpad majoring-nya di jurnalistik, saya masuk 1999 dan selesai tahun 2004, kemudian S2 saya di UI juga ambil manajemen komunikasi peminatannya manajemen media, jadi S2 saya memang linier dengan background S1 saya di Unpad. Saya masuk S2 tahun 2009 dan selesai bulan September 2011”. Saya peminatannya kemaren di media, manajemen media. Saya selesai S1 2004, dan saya selesai di UI 2011, jadi saya angkatan 2009 yah di UI”. (A) Peneliti: Mengapa ibu tertarik dengan profesi PR padahal background ibu lebih ke media? (B) Informan: “Sebenarnya mungkin karena takdir membawa saya ke sini kali ya pak yah, karena begini emm,.kebetulan saya dulu cukup dekat dengan Kabag humas yang terdahulu…saya dulu sering liputan di sini untuk meng-cover bidang pendidikan di Unas, saya dulu lama di Republika, nah ee..kebetulan saat itu Unas membutuhkan staf humas dan pada saat itu masih berada di bawah Kabag humas terdahulu, jadi saya selesaikan S2 sembari saya belajar kehumasan pada bagian kehumasan di sini, kalau dulu humas ada di bawah bidang kerja sama di bawah kabag humas terdahulu, namun sekarang sudah tambah satu divisi yaitu UPT MPR…jadi saya masuk dengan kedekatan “relationship”, dengan pihak Unas juga gitukan, dan apa namamya, tapi mungkin kalau menurut saya jiga ada
pertimbangan khuus dari Kabag humas terdahulu yang melihat latar belakang saya yang jurnalistik mungkin dianggap lebih dekat dengan PR..saya direkrut, disiapkan kemudian ditinggal sama dia…sebenarnya profesi jurnalistik dengan profesi PR adalah dua profesi yang berbeda. Jadi rupanya saya disiapkan, direkrut dan ditinggal sama dia. Jadi saya masuk di sini berdasarkan kedekatan dan “relationship”. Saya “in touch” juga dengan peliputan media, dan saya juga menyiapkan kegiatan-kegiatan kehumasan”. (A) Peneliti: Bagaimana sih Peran PR yang ibu jalankan di Unas? (B) Informan: “Emm… ya I know, kalau dari empat peran itu.., mungkin emm…kalau kami di sini lebih ke peliputan media, jadi yang dominan lebih ke teknisi komunikasi untuk publikasi dalam arti teknisi publikasi, peliputan media, ...untuk peran ‘counselor’ saya jalankan juga namun prosentasenya sangat kecil. Saya juga men-suggest pak “rector” misalnya untuk menggunakan media apa, apa gitukan, dalam meng-handle “crisis”, bagaimana menghandle medianya, atau meng-counter sebuah pemberitaan, bagaimaana menciptakan brand image yang bagus karena kami di sini juga divisi marketing. Jadi saya memberi masukan ke manajemen hanya yang terkait dengan kompetensi komunikasi saya, atau yang terkait dengan kehumasan. Karena kalau ada “case” tertentu misalnya terkait dengan mahasiswa, itukan biasanya melibatkan semua divisi. Misalnya ada “case” tertentu yang terkait dengan “image” Unas, maka semua divisi dilibatkan”. Misalnya ada “case” mahasiswa meninggal di gunung, kami di sini yang mengklirkan, saya cari tahu dulu kronologisnya tentang kejadian tersebut untuk mengklirkan pemberitaan dengan para wartawan”. (A) Peneliti: Terkait dengan tugas-tugas kehumasan, tugas-tugas apa saja sih yang ibu jalankan, bisa ibu jelaskan? (B) Informan: “Emm, kita di sini kebetulan, kita “handle”…dari segi jurnalistik ada “website”, “magazine”, jurnal, …yang kita harus update terus, jadi semua fungsi-fungsi jurnalistiknya dijalankan, yang kedua, kita juga handle ke sisi rektorat, misalnya untuk pembuatan naskah pidato bekerja sama sengan skretaris rector. …kita juga punya CDC (Career Development Ccenter), jadi kita lakukan juga job expo dsb, kemudian terkait dengan “event-event” kita semua juga lakukan di sini, mulai dari desain “booth” nya, “content” dan “dealing” harga”. “Passion” dari awal jurnalistik ya pak, dulu ada dosen saya di Unpad yang sangat memotivasi saya untuk menjadi jurnalist. Saya juga pertamanya sih diperbantukan untuk sisi jurnalistiknya. Kemudian saya diberikan tugas yang full di kehumasan. Jadi aruslah yang membawa saya ke sini, gak juga sih, karena saya juga banyak kenal PR yang lakilaki, di sini juga kita banyak membutukan tenaga laki-laki, karena banyak kerjaan yang lebih cocok di-handle laki-laki”.
(A) Peneliti: Ibu sebagai perempuan dengan gender perempuan ibu, bagaimana sih dalam menjalani profesi PR ini, adakah pertentangan antara profesi dengan gender (peran gender) ibu sebagai perempuan? (B) Informan: “Pertama mungkin kalau saya belum berkeluarga, jadi tidak ada masalah dari sisi waktu walaupun harus lembur malam, tetapi kalau bagi mereka yang sudah berkeluarga saya kira soal manajemen waktu yang harus diperhatikan, karena saya juga kenal dengan beberapa PR perempuan yang harus standby 24 jam, walaunpun merekan bilang “saya harus punya “privacy time” dong, namun kadang-kadang ada “urgent call” atau ada halhal yang mendadak yang harus ditangani. Sekali lagi, walaupun saya belum berumah tangga, tapi saya sebagai perempuan bisa memahami bahwa ketika kita masuk dunia rumah tangga, maka kita harus bisa membagi waktu untuk urusan rumah tangga, ada privacy waktulah. Misalnya bagaimana kita mengatur bagaimana cara mendelegasikan tugas-tugas dengan orang lain, itulah gunanya kita punya anak buah, jadi persoalannya “time management” yang harus diperhatikan”. (A) Peneliti: Bagaimana sih ibu memaknai profesi PR ini yang syarat dengan tugas-tugas? (B) Informan: “Walaupun antara jurnalistik dengan PR, beda-beda tipis, tapi berbeda, misalnya waktu saya menjadi journalist saya harus di “treat” orang, sementara kita sebagai humas harus men-treat orang atau jurnalis, karena kita harus bisa meng-grab para wartawan agar bisa membuat pemberitaan ayng bagus, paling tidak memberitakan fakta-fakta. Jadi menurut saya PR adalah “challenging profession” …dan “never ending learning”, dan PR itu harus dari hati menurut saya, menghadapi wartawan itu susah-susah gampang, saya juga tahu karena saya pernah mengalami jadi wartawan, misalnya kita hanya dikontak ketika dibutuhkan saja, tanpa ada hubungan yang baik, jadi kita perlu membangun hubungan emosinal dengan para wartawan. Walaupun saya berlatar belakang jurnalistk, dan saya masih “in touch” dengan jurnalistik, jadi “passion” “has to be there” karena bekerja tanpa “passion” ya kayak mayat aja pak, hanya datang dan pulang untuk bekerja”. “Kalau soal rekrutmen di Unas biasanya mengambil dari dalam, tanpa ada publikasi untuk posisi humas” (A) Peneliti: Berkenaan dengan peran PR, ‘Dan Lattimore’, dkk., menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu:”Peran Teknis (Technician role) dan Peran Managerial (Manager Role)”. Ibu Metha sebagai PR (Humas) di UNAS, apa saja sih tugas –tugas ibu? (Atau berdasarkan peran dan fungsi PR, apa sih tugas-tugas ibu? mohon dijelaskan!)
Note: Mungkin bisa mengacu pada Jobdes yang ibu terima, apa saja tugas-tugas ibu sebagai PR di UNAS? (C) Informan: ”Mungkin kita sharing saja ya pak, saya akan memberikan background tentang PR di UNAS. PR di sini sedikit lebih uniq pak, karena mungkin e..’firstly’ kami di sini PR nya menjadi satu divisi dengan yang namanya Unit Pelaksana Teknis (UPT Marketing and Public Relations), jadi PR itu di bawah UPT MPR (MPR terdiri dari: PR, Marketing, dan Career Development Center (CDC)), kebetulan untuk marketing ini terkait dengan penerimaan mahasiswa baru,”how to promote” bagaimana mencari mahasiswa baru. Saya menjalankan fungsi PR, secara jobdes, jabatan saya sebagai PR, sedangkan untuk marketing sebetulnya di-handle orang lain, tetapi karena dia sedang cuti “which is I have no idea” kapan dia akan kembali bekerja, jadi fungsi-fungsinya saya juga yang menjalankan, termasuk menjalankan CDC. Oleh karena itu, saya juga menjalankan fungsi marketing juga, jadi fungsi tiga divisi ada di saya, dan saya bertanggung jawab kepada pak manajer MPR (Pak Haryono). Kalau dari segi ortala (struktural) kami langsung berada di bawah Rektor, yang dikepalai seorang manajer yang dibawahnya ada beberapa kadiv (kepala divisi), saya bertanggung jawab (reporting) ke ”Marketing Manager”. Divisi ini baru dibentuk sekitar dua tahun yaitu unit pelaksana teknik (UPT) Marketing Public Relations (MPR)”. Pada awalnya dulu ’humas’ berdiri sendiri dan ’penerimaan mahasiswa baru berdiri sendiri, namun kami merasa bahwa ini bisa di ”combine”, maka dibentuklah satu unit pelaksana teknis UPT MPR”. (A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan profesi PR (humas) ini, berat atau bagaimana? (Karena secara teori tugas PR cukup banyak…dan memerlukan kompetensi (skill) tertentu? (B) Informan: ”Kalau dibilang berat atau tidak, itu relatif ya pak yah, cuma kalau untuk meng-handle tiga pekerjaan ini bukan hal yang mudah, terutama terkait dengan penerimaan mahasiswa baru utuk marketingnya. Saya beri gambaran sedikit ya pak, walaupun PR dan Marketing bisa di-combine namun masing-masing mempunyai jobdes yang berbeda. Tugas (divisi), marketing ”how we market ourselves” ke luar, terutama karena tujuannya bagaimana mempromosikan UNAS ke luar. Ini dilakukan dengan berbagai program kerja kita, mulai dari”brand activation”, sampai “above the line” dan “below the line” juga kita lakukan di divisi ini. Saya harus ’keep up’ bekerjanya, untuk ‘external relation’ misalnya kita mempunyai ‘international office’. Kita di sini ada enam staf yang masing-masing mempunyai jobdes sendiri, kami mempunyai satu staff designer yang kemudian dia menghandle semua materi publikasi terkait dengan konsep kreatif, dan dua staff untuk publikasi dan “handling media”. Sedangkan untuk penerimaan mahasiswa baru di bawah itu ada counter PMB yang tenaganya 15 orang berasal dari mahasiswa yang telah kita latih tentang bagaimana seleksi administrasi dsb. Jadi staf di sini ada enam, laki-laki tiga dan perempuan tiga yang masing-masing mempunyai jobdes sendiri, ditambah satu keuangan”.
(A) Peneliti: Ibu sebagai PR (Humas) perempuan, bagaimana pengalaman ibu apakah pernah diremehkan (dianggap remeh) oleh rekan-rekan kerja ibu/atasan ibu khususnya yang lakilaki? (B) Informan: ”Frankly speaking” memang hal itu e,,apa namanya…saya gak akan bohong gak akan bilang gak ada sama sekali, itu”It happened” gitu kan. Jadi begini pak, di UNAS ini memang kental sekali dengan ”HMI”, di UNAS ini basisnyalah gitu, mantan para aktivis HMI menempati jabatan-jabatan yang sangat prestisius (dan itu didominasi oleh laki-laki, karena tidak ada mantan activist HMI perempuan untuk di sini yah). Nah, em.. mungkin bisa dibayangkan ketika ada rapat rektorat atau rapat apa gitu kan, ee..mungkin ketika di dalam rapat em..’flow’ keputusan diambil secara open, tetapi di luar ada lobi-lobi yang bisa mengubah keputusan-keputusan tersebut, ”It happened”. Tapi kalau saya..semua flow yang saya sebutkan di divisi saya, saya selalu berusaha meyakinkan mereka tentang apa-apa yang menjadi program kita. Tetapi karena saya meng-handle operasionalnya, jadi saya selalu melaporkan fakta-fakta, kenapa kita harus menggunakan desain ini atau kenapa kita harus menggelar acara A, B, atau C dan itu saya laporkan berdasarkan faktafakta. Saya terlibat dalam pengambilan keputusan penting seperti yang saya sampaikan”. (A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana keterlibatan ibu dalam hal pengambilan keputusan? (Mohon dijelaskan seperti apa keterlibatan ibu?) (B) Informan: “Saya terlibat, seperti yang saya jelaskan tadi, yaitu yang terkait dengan kompetensi komunikasi saya, walaupun manajer saya bisa menerima atau menolaknya, tetapi apa yang saya usulkan selalu berdasarkan fakta-fakta”. (A) Peneliti: Terkait dengan kegiatan riset (Misalnya: fact finding, dan isu-isu lain) yang terkait dengan kepentingan dan citra UNAS, apakah ibu melakukan kegiatan tersebut? (Misalnya untuk mengetahui gejala-gejala internal yang berpotensi menyebabkan krisis?) (B) Informan: ”Kalau riset kebetulan di UNAS (di kami) belum banyak dilakukan, kami hanya melakukan riset terutama yang terkait dengan penerimaan mahasiswa baru. Jadi riset yang dilakukan terutama terkait dengan bagaimana sih branding UNAS di mata masyarakat, biasanya kita lakukan bisa di awal penerimaan mahasiswa baru, bahan evaluasi kita, atau kita melakukan survey-survey langsung ke sekolah-sekolah untuk menyebar kuesioner untuk melihat keefektifan program-program kita, jadi ’mostly’ terkait dengan ’branding’ UNAS di mata para siswa. Survey ini dilakukan secara berkesinambungan (rutin), dan surveynya dilakukan oleh temen-temen, tetapi untuk implementasinya biasanya semua kita ikutan, kita semua terlibat”. Untuk “Career and Development Center” (CDC) kami menyebarkan questionare melalui email dan melalui website UNAS misalnya untuk menginformasikan ada kegiatan-kegiatan apa di UNAS”.
(A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih yang sering diberikan tanggung jawab? (Perempuan atau laki-laki), adakah perbedaan dalam pemberian tugas kepada laki-laki dan perempuan? (B) Informan: “Ada perbedaan, saya kan melihatnya dari beban (burden) pekerjaannya, misalnya untuk jobexpo kita perlu publikasi ke instansi dan harus melakukan ’dealing’ dengan instansi terkait, kalau misalkan kerjaan-kerjaan yang memerlukan waktu extra (harus pulang malam) maka kerjaan ini saya berikan kepada laki-laki. Atau misalnya untuk tugas-tugas lapangan seperti survey untuk pasang bilboard, untuk melihat bagaimana harganya kan harus survey lapangan, karena kadang-kadang dalam penawaran kurang jelas harganya, maka ini laki-laki yang melakukannya. Jadi untuk tugas lapangan biasanya ditangani oleh temen-temen yang laki-laki. Begitu juga pameran misalnya, untuk tugas bongkar barang jam sebelas ke atas, saya gak mungkin memberikan tugas itu kepada perempuan, maka kerjaan ini diberikan pada temen-temen laki-laki”. (A) Peneliti: Beberapa sumber dan hasil penelitian mengemukakan bahwa, stereotip PRO perempuan antara lain adalah: detil, sabar, tekun, multi-tasking, empathy, murah (dalam hal remunerasi), dan tidak ambisius) bagaimana tanggapan ibu? (B) Informan: ”Mungkin karena tidak dimanding menurut saya, tetapi hal ini tidak bisa digeneralisasi untuk semua perempuan, karena saya juga kenal beberapa perempuan perempuan yang sangat ambisius ketika bekerja, ’eager’ untuk ”compete” dengan laki-laki, bisa dibilang bisa mengikuti headnya laki-laki. Kembali, PR itu kan terkait dengan pencitraan ya pak, jadi orang bisa terkesan ketika berhubungan dengan PR yang supel, cantik, komunikatif, jadi orang bisa terkesan dengan cara orang merepresentasikan perusahaannya. Saya setuju perempuan itu cenderung lebih sabar, contohnya apa yang saya ceritakan kepada bapak tadi, case saya ”how to handle my boss”. PR kan terkait dengan pencitraan, jadi kalau perempuan mungkin bisa lebih mengelola emosionalnya ketika harus melakukan “deal-deal” dengan hal-hal yang bisa memicu emosi”. Jadi kalau menurut saya stereotip itu masih ada benarnya”. (A) Peneliti: Dalam hal pengambilan keputusan, ada ngak sih bu perbedaan antara staf laki-laki dengan perempuan? (Mungkin laki-laki lebih didengar/diperhatikan) (B) Informan: “It happened”, seperti yang saya jelaskan tadi..”.
(A) Peneliti: Menurut ibu, apakah profesi PRO ini lebih cocok untuk perempuan? Atau bagaimana? (Padahal bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain) (B) Informan: ”Menurut saya tidak ada masalah sebenarnya, tidak ada masalah dalam arti ketika kita bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sebagai PR, tidak ada masalah. Namun memang waktu saya kuliah juga di Unpad memang mayoritas mahasiswa pada konsentrasi PR adalah perempuan, sehingga kemudian itulah mungkin yang memunculkan anggapan bahwa PR itu harus dipegang gender perempuan (stereotip). Tetapi banyak juga laki-laki yang memegang posisi PR, mungkin kalau laki-laki pak dia bisa masuk kedalam dunia kelaki-lakian, dalam arti misalkan seperti saya bilang, misalkan ada bargaining-bargaining negosiasi yang harus diselesaikan di luar kantor. Dan memang ada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan laki-laki. Misalkan untuk melakukan negosiasi dan lobi-lobi dengan pejabat publik yang harus dilakukan di luar kantor (di lapangan golf misalnya), atau mungkin bos yang suka dengan otomotif, maka ini dibutuhkan laki-laki. Kan kerjaan PR juga ada yang memerlukan ‘hard skill’, jadi tidak selamnya luwes dan senyuman saja. Jadi walaupun ada stereotip bahwa PR itu harus perempuan, tapi ada kerjaan-kerjaan yang memerlukan “hard skill”. Jadi sebenarnya tidak tergantung pada jenis kelamin karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan seperti yang dicontohkan di atas”. (A) Peneliti: Apakah UNAS mensyaratkan (mengharuskan) perempuan untuk mengisi posisi PR/Humas? (Mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu) Note: Jika ada PRO laki-laki di divisi yang ibu pimpin, bagaimana pembagian tugasnya? (apakah ada perbedaan antara peran dan tugas PRO perempuan dan PRO laki-laki) (B) Informan: “Tidak mengharuskan perempuan, dan kebetulan PR UNAS yang sebelumnya juga dipegang oleh laki-laki dan cukup lama (sekitar 7 tahun), namun mungkin dari sisi emosionalnya masih cukup tinggi. Jadi ya itu tadi kelebihan perempuan saya kira kesabarannya ketika harus melakukan hal-hal yang bisa memicu emosi. Contohnya seperti “Case” yang saya katakan tadi “How to handle my boss”. (A) Peneliti: Bagaimana menurut ibu jika posisi PR ini dipegang oleh laki-laki? (B) Informan: “Kalau menurut saya tidak masalah, tetapi kalau kita lihat ketika saya kuliahpun, kalau saya di Unpad mayoritas perempuan. Sehingga ini kemudian mungkin memunculkan anggapan bahwa profesi PR itu lebih cocok untuk perempuan. Laki-laki atau perempuan sepanjang kita bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik tidak masalah”.
(A) Peneliti: Bagaimana ibu memaknai profesi PR yang ibu jalani, karena secara teori seorang praktisi PR berdasarkan perannya, mempunyai tugas-tugas (teknis dan nonteknis) yang tidak mudah? (Secara pribadi bagaimana Ibu memaknai profesi ini) (B) Informan: “Karena background saya ’Jurnalist’, saya betul-betul banyak sekali belajar tentang ke PR an. Menjalani posisi ini buat saya adalah ”Never ending learning”, karena tugas PR memang tidak mudah. Selain sebagai PR yang dituntut standby 24 jam, secara kodrati saya sebagai perempuan dengan peran gender saya, memang pekerjaan PR itu tidak mudah”. (A) Peneliti: Demikianlah semua pertanyaan saya, terima kasih atas waktu dan informasinya yang sangat berharga. Mungkin masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin ada yang belum ter-cover (tergali) dalam wawancara ini yang ingin ibu sampaikan? Jika ada informasi yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk dikonfimasi lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Transkrip Wawancara: Informan 3 Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan Bidang usaha Status perkawinan Masa kerja Pendidikan
: Linda Islami, M.Si : Perempuan : PR Manager Universitas Budi Luhur (UBL) : Layanan Jasa Pendidikan Tinggi : Singel parent : 10 tahun : S1 Komunikasi (PR), S2 Komunikasi PR
Wawancara dilakukan dengan Linda Islami PR Manager (Humas) UBL, bertempat di Kantor Kabiro Humas UBL, pada tanggal 18 Oktober 2011 dan 30 Januari 2012. (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi informan (nara sumber) dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Mengenai Profesi Public Relations”. (Suatu Studi Terhadap PRO Perempuan di Lima Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta) Pertama-tama yang saya ingin ketahui adalah latar belakang pendidikan ibu, bisa dijelaskan?: -
Latar belakang pendidikan ibu apa sih bu?
(B) Informan: ”S1 saya Komunikasi (PR) dari UBL juga, cuma waktu dulu namanya masih STISIP yah, saya terlambat masuk kuliah, jadi saya masuk 1998, sekolah saya telat si pak, selesai tahun 2002, jadi saya sambil kerja juga dari 1998 akhir sampai 2002 saya di marketing, jadi saya sudah banyak berhubungan dengan orang banyak. Jadi setelah selesai S1 saya ditawari untuk menjadi humas di UBL, jadi setelah selesai S1 langsung saya diangkat. S2 saya juga komunikasi (PR) di Ushahid, saya selesai tahun 2006. Jadi jenjang pendidikan saya linier pak. Jenjang pendidikan yang linier itu banyak dicari cari orang pak. Jadi kalau mau lanjut bapak juga harus linier pak, kalau mau jadi dosen susah kalau pendidikannya gak linier”. (A) Peneliti: Kenapa sih bu, ibu tertarik untuk memilih konsentrasi PR? (B) Informan: “Awalnya karena saya tertarik berhubungan dengan orang, saya suka berhubungan dengan manusia, saya suka berinteraksi dengan orang lain, gitu awalnya. Jadi intinya bersosialisasi. Saya juga baca buku-buku tentang PR, kalau PR itu perlu talent dan
keterampilan khusus. Bagaimana menguasai orang lain, itu juga yang menarik saya awalawalnya. Menurut saya, profesi PR itu sangat strategis, menyenangkan”. (A) Peneliti: Dulu bagaimana sih ibu masuk di UBL, bagaimana ibu mendapatkan informasi tentang lowongan kerja untuk posisi humas di UBL? Dari koran, atau iklan lain mungkin? (B) Informan: “Saya dipanggil owner, jadi saya gak pernah melamar, saya selalu dilamar. Jadi untuk formalitas setelah ditrima baru buat lamaran. Jadi awalnya background saya juga marketing yah. Jadi owner tertarik sama saya karena saya sudah banyak berhubungan dengan orang banyak”. Jadi kalau persyaratan calon PR harus perempuan tidak ada pak. PR yang pensiun kebetulan juga perempuan dan cantik, masih anaknya owner tetapi tidak punya background PR nya. Kalau ada yang mensyaratkan perempuan cantik, muda, itu salah pak, itu menyalahi aturan, itu salah kaprah pak, “guest relation” disamakan dengan PR. Kalau di sini sesuai dengan kualifikasi pak, jadi setiap dua tahun kita dievaluasi, alhamdulillah saya masih dipake, sudah dua kali evaluasi, karena kualifikasi saya mungkin sesuai untuk menjadi PR”. (A) Peneliti: Ibu sebagai perempuan, bagaimana sih ibu dalam menjalani profesi PR ini? Adakah perasaan bertolak belakang atau pertentangan antara profesi ibu dengan gender perempuan ibu, misalnya ibu selain harus menjalankan peran dan tanggung jawab PR, ibu juga harus mengurusi keluarga/rumah tangga dan care anak-anak. Bagaimana ibu menjalaninya? (B) Informan: ”Saya selalu bekerja dengan hati, memang dari dalam hati saya yah, dari dulu memang saya bercita cita pengen jadi PR terkenal. Apa yah, jiwa saya memang sudah di situ, sejak awal saya banyak berhubungan dengan orang. Memang hidup saya itu seperti itu, saya nikmati aja, walau saya harus urus event sampai malam. Waktu awal-awal jadi PR saya keliling keliling terus, ikut workshop untuk mengimprove knowledge saya. Jadi saya enjoy saja menjalani profesi ini”. (A) Peneliti: Apa sih maknanya profesi PR ini bagi ibu? (B) Informan: “Kalau saya “happy” ya pak, yang kedua saya suka “share” dengan orang lain yah, kalau saya suka membantu orang lain untuk mengatasi suatu masalah. Saat itu memang saya harus kerja keras, saya harus improve diri saya, saya harus belajar banyak, tapi kalau sekarang sih tinggal menikmati saja, tinggal maintain saja”.
(A) Peneliti: Berkenaan dengan peran PR, ’Dan Lattimore’, dkk. menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu: ”Peran Teknis” (technician role) dan ”Peran Managerial” (Manager role)”. Ibu Linda sebagai PR Manager (Humas) di UBL, apa saja sih peran ibu? (B) Informan: ”Di UBL saya di divisi kehumasan dan kerja sama, jabatan saya adalah ’PR Manager’ sejak tahun 2006. Secara garis besar, tugas-tugas saya lebih terfokus pada komunikasi eksternal. Untuk komunikasi internal ditangani oleh bagian SDM dan Yayasan. Tugastugas saya yang lain misalnya: bertanggung jawab untuk penerimaan mahasiswa baru, membawa para mahasiswa untuk melakukan studi lapangan di perusahaan, bertanggung jawab untuk mengkordinir acara spesial (special event) terkait dengan promosi UBL, membuat ’news letter’, dan mem-’back up management’. Secara struktural saya bertanggung jawab kepada ’Direktur’ kehumasan dan Yayasan”. (A) Peneliti: Peran ibu apa saja sih bu sebagai PR Manager? (note: Expert prescriber, Communication facilitator, Problem Solving facilitator, communication technician) (B) Informan: ”Kalo di sini di UBL, saya dikasih job hanya untuk berhubungan dengan publik eksternal (khususnya hubungan media), kalo saya spesifikasinya lebih ke event, ngurusin mahasiswa mau magang. Jadi kalau untuk riset fungsinya tetap saya (humas) tetapi yang melakukan divisi lain (kendali mutu). Materi konten release dari saya, pokoknya media relations saya yang lakukan. Jadi ini, ada juga pak, misalnya ada berita tentang BL, saya akan memberi tanggapan atau klarifikasi kalau wartawan datang langsung ke saya, kalau gak by email yang wawancara langsung, tapi jarang yah. Training sering juga sih, ke Universitas lain, atau ke departmen, tapi lebih ke promosi ya pak. Jadi saya melakukan tugas-tugas teknis seperti yang dikemukakan Cutlip, kecuali riset. Handling complaint juga yah, karena kita kan bidang pendidkan. Saya tidak kerja sendiri pak, saya mengunakan mahasiswa saya, intinya kan bagaimana men-direct orang, misalnya buat buletin saya dibantu mahasiswa”. Saya di sini ngak menangani riset, harusnya sih ada, tetapi di sini tidak yah, riset dilakukan oleh divisi lain”. (A) Peneliti: Fungsi PR apa yang ibu lakukan? (B) Informan: ”Fungsi yang saya jalankan lebih ke MR dan event-event, kalau untuk memberikan masukan-masukan kepada manajemen, biasanya lewat direktur ”Promosi dan Humas” jadi yang memberikan masukan direktur saya, jadi gak langsung. Kalau dulu sih bisa langsung ke owner/manajemen, karena sekarang beda manajemen, dan direktur saya humas juga kan ”direktur promosi dan humas kerja sama”.
”Untuk handling crisis kita, bukan saya saja, tapi di divisi kita, direktorat promosi dan humas, tidak saya sendiri. Krisis kan bisa juga misalnya pencapaian target mahasiswa tidak sesuai, jadi bukan hanya demo. Kalau mau ada demo juga biasanya saya yang meredam mahasiswa, jadi tidak jadi demo”. (A) Peneliti: Tugas PR yang ibu lakukan apa saja sih bu Linda? (B) Informan: ”Tugas-tugas PR seperti yang dikategorikan Cutlip saya lakukan, memang kan PR harus begitu pak, kecuali riset, karena itu di-handle bidang Kendali Mutu. Saya lebih ke Media relations dan event, training, saya sering mengisi, untuk departemen lebih ke promosi yah, saya sering menjadi juri juga, sebagai ketuanya juga. Untuk tugas pembuatan film, multimedia saya, tapi saya tidak sendiri. Untuk disain saya dibantu anak-anak mahasiswa”. (A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan profesi PR (humas) ini, apakah ibu merasa berat atau bagaimana? (Seperti kita ketahui bahwa secara teori tugas seorang spesialis PR (PRO) itu cukup banyak atau bisa dikatakan tidak mudah), bagaimana menurut ibu? (B) Informan: ”Kalau saya sih enjoy saja yah, karena pekerjaan PR itu menyenangkan. Saya bisa ketemu orang setiap hari; saya harus melayani para mahasiswa sebaik mungkin dan saya harus selalu siap untuk itu. Selain itu saya juga harus ”take care” karate. Untuk kegiatan di luar saya juga menjadi fasilitator di ”Mark Plus”, jadi kesempatan juga untuk saya promosi agar UBL terangkat walaupun minim di publikasi”. (A) Peneliti: Ibu sebagai spesialis PR (Humas) wanita, bagaimana pengalaman ibu apakah pernah diremehkan (dianggap remeh) oleh rekan-rekan kerja ibu khususnya yang laki-laki atau oleh atasan ibu?) (B) Informan: ”Di awal-awal pasti ada, karena banyak orang tidak mengetahui apa peran dan fungsi ’Humas (PR)’. Misalkan ketika ada usulan-usulan untuk kegiatan kehumasan cenderung dipersulit. Namun, ketika ada masalah (terjadi krisis) mereka membutuhkan (menghubungi) ’Humas’ untuk ’handling’ masalah tersebut. Orang kemudian baru mengetahui peran dan fungsi ’Humas’ dan sadar kalau ’Humas’ itu dibutuhkan misalnya juga ketika ada kunjungan ke luar negeri, maka humaslah yang mengkordinasikan semuanya sampai pada ”itinerary-nya” ’Humas’ yang menyiapkan”.
(A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana keterlibatan ibu dalam hal pengambilan keputusan penting di UBL? (mohon dijelaskan bagaimana keterlibatan ibu?) (B) Informan: ”Saya terlibat juga dalam pengambilan keputusan, dan hal-hal yang terkait terkait dengan administrasi kehumasan yang perlu ditanda tangani, maka Kepala Bagian Humas (direktur humas) dan saya (PR Manager) harus menandatanganinya”. (A) Peneliti: Terkait dengan kegiatan riset (misalnya: fact finding, dan isu-isu lain) yang berkenaan dengan kepentingan dan citra UBL, apakah ibu melakukan kegiatan tersebut? (misalnya untuk mengetahui gejala-gejala internal yang berpotensi menyebabkan krisis?) (B) Informan: ”Yang terkait dengan riset, kebetulan di UBL ada bagian sendiri yang ngurusin kegiatan tersebut yaitu ’Biro Kendali Mutu (BKM)’, dan yang berkenaan dengan public internal (karyawan) ditangani langsung oleh bagian SDM. Jadi saya tidak melakukan riset”. (A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih yang sering diberikan tanggung jawab? (perempuan atau laki-laki), jika perempuan mengapa? Adakah perbedaan di antara tugas untuk laki-laki dan perempuan? Jika ada seperti apa?, mengapa? (B) Informan: ”Kalau saya sih soal pembagian tugas sebenarnya tidak membeda-bedakan pekerjaan tertentu harus dikerjakan oleh orang berjenis kelamin tertentu. Namun ada sifat pekerjaan yang memang menuntut pembedaan itu, misalnya ketika pekerjaan itu membutuhkan fisik yang kuat, ya saya pasti berikan kepada laki-laki, karena bagaimanapun secara fisik laki-laki lebih kuat. Misalnya pekerjaan yang menuntut begadang sampai malam, maka laki-laki yang lebih tepat untuk melakukan kegiatan tersebut, ”itu menurut saya”. Jadi soal pemberian peran dan tugas, saya lebih melihat pada sifat pekerjaannya”. (A) Peneliti: Beberapa sumber dan hasil penelitian mengemukakan bahwa, stereotip PRO perempuan itu antara lain adalah: detil, sabar, tekun, multitasking, empathy, murah (dalam hal remunerasi), dan tidak ambisius) bagaimana menurut pendapat ibu? (B) Informan: ”Soal stereotip PRO perempuan, kalau menurut saya sih tergantung pada pribadinya masing-masing, tidak semua orang bisa ’multitasking’, dan tidak semua perempuan tidak ambisius. Jadi semua itu tergantung orangnya masing-masing”. Tetapi memang perempuan itu cenderung lebih mudah diarahkan, detil, dan cepet, jika dibandingkan dengan cowok”.
(A) Peneliti: Terkait dengan pengambilan keputusan, ada ngak sih bu perbedaan antara staf laki-laki dengan perempuan? (mungkin laki-laki lebih didengar/dianggap penting) (B) Informan: ”Kalau di UBL tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal partisipasi dalam pengambilan keputusan, sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masingmasing”. (A) Peneliti: Menurut ibu, apakah profesi PRO ini lebih cocok untuk perempuan? Atau bagaimana sih bu? (walaupun bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain, namun faktanya telah terjadi feminisasi) (B) Informan: ”Kalau menurut saya profesi ini bisa dijalani oleh siapapun tanpa membedakan jenis kelamin, yang penting kapasitas dan kualitas dia (otaknya), kan yang dilihat programnya bagus, bukan hanya cantiknya. Memang perlu juga penampilan cantik, tetapi bukan segalanya. Justru saya hawatir kalau profesi PR ini akan lebih didominasi laki-laki, karena banyak yang saya kenal praktisi PR (humas) laki-laki dan saya sering katakan kepada mahasiswa saya bahwa profesi ini bisa tergeser oleh kaum laki-laki”. (A) Peneliti: Apakah UBL mensyaratkan (mengharuskan) perempuan untuk mengisi posisi PR/Humas, atau bagaimana prosesnya? (mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu atau bagaimana?) Note: Jika ada PRO laki-laki di divisi yang ibu pimpin, bagaimana pembagian tugasnya? (apakah ada perbedaan antara peran dan tugas PRO perempuan dan PRO laki-laki) (B) Informan: “Tidak harus perempuan yang menjadi PRO (humas), namun kenyataannya dari dulu PRO di UBL adalah perempuan. Dari tahun 1999 sampai 2002 saya di marketing, kemudian dari 2002 sampai 2006 saya sebagai staf humas. Dari 2006 sampai sekarang saya sebagai ‘PR Manager’ (bidang promosi dan kerjasama)”. Jadi UBL tidak mensyaratkan perempuan untuk menjadi PRO”. (A) Peneliti: Bagaimana menurut ibu jika posisi PRO ini dipegang oleh laki-laki? (B) Informan: ”Tidak masalah, laki-laki maupun perempuan yang penting kapasitas (otaknya), dia mampu menjalankan peran dan fungsinya. Dia mampu membuat program-program kehumasan yang bagus, jadi laki-laki maupun perempuan sama saja”.
(A) Peneliti: Bagaimana ibu memaknai profesi PR yang ibu jalani, karena secara teori seorang praktisi PR berdasarkan perannya, mempunyai tugas-tugas (teknis dan nonteknis) yang tidak mudah? (secara pribadi bagaimana Ibu memaknainya?) (B) Informan: ”Bagi saya dalam menjalakan profesi ini diperlukan ketulusan hati, keikhlasan, dan bekerja dengan hati. Walaupun saya harus bekerja sampai malam tapi saya enjoy. Profesi PR sangat membutuhkan wawasan, untuk itu saya harus belajar juga tentang ’psikologi’, karena kita banyak berhubungan dengan orang. Saya happy banget dengan profesi ini, dan kita harus meningkakan kreatifitas untuk membuat program-program baru, walaupun kita hanya membuat konsep dan orang lain yang menjalankannya, tetapi kita puas. Sebagai PR spesialis saya juga harus senantiasa meng-upgrade diri karena ilmu PR berkembang terus, ”continues improvement” juga saya lakukan melalui workshopworkshop, dan saya banyak belajar dan diskusi dengan para profesional seperti ’ibu Elizabeth’ (Tri Sakti), pak Renal Kasali, bahkan saya belajar juga dari sekeliling saya (yaitu dari para mahasiswa)”. (A) Peneliti: Demikianlah semua pertanyaan saya, terima kasih atas waktu dan informasinya yang sangat berharga. Mungkin masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin ada yang belum ter-cover (tergali) dalam wawancara ini yang ingin ibu sampaikan? Jika ada informasi yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk dikonfimasi lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Transkrip Wawancara: Informan 4 Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan
: Annie Faaroek, SE : Perempuan : Kabag Humas Bidang Kerja Sama dan Promosi Universitas Esa Unggul (UEU) Bidang usaha : Layanan Jasa Pendidikan Tinggi Masa kerja : lebih dari 10 th Status perkawinan : Belum nikah Pendidikan : S1 Ekonomi Management
Wawancara dilakukan dengan Ibu Annie Faaroek Kabag Humas Bidang Kerja sama dan Promosi UEU yang bertempat di Kantor Public Relations & Marketing UEU, pada tanggal 18 November 2011. (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi informan (nara sumber) dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Mengenai Profesi Public Relations”. Berkenaan dengan peran PR, ’Dan Lattimore’, dkk. menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu: ”Peran Teknis (technician role) dan Peran Managerial (Manager role)”. Ibu Annie sebagai Kabag Humas di UEU, sesuai dengan peran dan fungsinya, apa saja sih tugas-tugas ibu? (mohon dijelaskan!) Note: Bisa mengacu pada Jobdes yang ibu terima, apa saja tugas-tugas ibu sebagai PR di UBL? Yang pertama, bisa ibu jelaskan latar belakang pendidikan Ibu? (B) Informan: “S1 saya selesai tahun 1990 an, saya mengambil jurusan Ekonomi Manajemen Pemasaran di UEU juga, tetapi pada saat itu UEU hanya buka program international seperti BBA dan MBA. Jadi sudah lama sekali saya selesai S1 saya, dan saat ini saya juga masih kuliah di FIKOM UMB dan saya ambil konsentrasi “Marketing Communication”, tapi sampai sekarang saya belum selesai, jadi ya cuma bayar perpanjangan saja. Saya sudah harus maju untuk tesis saya, cuma karena belum siap dengan bahan-bahannya, saya gak mau nanti dicoret-coret pembimbing, suruh ganti ini ganti itu mana sibuk dengan pekerjaan gini, saya ambil S2 ini kadang-kadang sama temen-temen suka ngomong kita kuliah S2 ini kok kayaknya gak dapet apa-apa yah, tapi karena untuk menambah wawasan dan menunjang pekerjaan saya, ya saya harus kuliah S2. Saya di kehumasan
(marketing) sudah 23 tahun, jadi sudah cukup lama, makanya saya ambil S2 komunikasi karena saya sudah bekerja di marketing (kehumasan) sejak awal lembaga ini berdiri. Kalau menurut saya PR itu sama dengan “sales”. (B) Informan: ”Saya di UEU sebagai Kabag Humas bidang kerja sama dan promosi yang berada di bawah Kabiro Humas. Dengan demikian saya bertanggung jawab kepada Kabiro Humas (Pak Jatmiko). Secara khusus saya bertanggung jawab untuk rekrutmen kelas reguler karena untuk kelas karyawan ada orang lain yang meng-handlenya. Tugas-tugas saya terutama terkait dengan rekrutmen calon mahasiswa baru antara lain: melakukan orientasi dan ’try out’ dengan cara ’door to door’ ke sekolah-sekolah yang menjadi mitra UEU. Jadi tugas saya lebih banyak bagaimana memperkenalkan dan mempromosikan UEU kepada khalayak. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kegiatan pameran pendidikan (education fair), dsb. Untuk alasan efisiensi, jadi tugas-tugas humas digabungkan dengan marketing, oleh karena itu Biro ini bernama ”Public Relations and Marketing”. (A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan profesi PR (humas) ini, berat atau bagaimana? (kita ketahui bahwa secara teori tugas seorang spesialis PR (PRO) itu cukup banyak atau bisa dikatakan tidak mudah), bagaimana menurut ibu? (B) Informan: ”Kalau menurut saya tugas PR ini tidak berat yah, buktinya saya sudah 23 tahun menjalankan profesi ini. Walaupun ada tantangan karena saya mencintai pekerjaan ini jadi ya tidak berat untuk menjalankannya. Saya juga bisa mencapai target-target yang diberikan kepada saya”. (A) Peneliti: Ibu sebagai spesialis PR (Humas) perempuan, bagaimana pengalaman ibu apakah pernah diremehkan (dianggap remeh) oleh rekan-rekan kerja ibu khususnya yang laki-laki (atau atasan ibu?) (B) Informan: ”Sejauh ini tidak ada, laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan, dengan kata semua diperlakukan sama. Lagi pula apa yang menjadi tugas saya (ditargetkan) selalu tercapai. Semua itu karena dilandasi kecintaan saya terhadap profesi ini, dan saya selalu menyesuaikan dengan lingkungan kerja, Alhamdulillah sampai sekarang saya tetap dipercaya”. (A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana keterlibatan ibu dalam hal pengambilan keputusan penting di UEU? (mohon dijelaskan seperti apa keterlibatan ibu?)
(B) Informan: ”Saya terlibat sejauh berkenaan dengan tugas-tugas kehumasan, misalnya untuk mempersiapkan materi presentasi. Terkait dengan hal ini misalnya untuk Fakultas Teknik, apa yang membedakan Fakultas Teknik di UEU dengan Universitas lain. Jadi semua itu harus disampaikan kepada jajaran manajemen UEU”. (A) Peneliti: Terkait dengan kegiatan riset (misalnya: fact finding, dan isu-isu lain) yang terkait dengan kepentingan dan citra UEU, apakah ibu melakukan kegiatan tersebut? (misalnya untuk mengetahui gejala-gejala internal yang berpotensi menyebabkan krisis?) (B) Informan: ”Saya tidak banyak melakukan riset, karena saya lebih banyak menggunakan data-data rekapitulasi tahunan (data-data sekolah mitra). Jadi saya tidak melakukan riset/ survey”. (A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih yang sering diberikan tanggung jawab? (perempuan atau laki-laki), jika perempuan mengapa? Adakah perbedaan di antara tugas untuk laki-laki dan perempuan? Jika ada seperti apa?, mengapa? (C) Informan: ”Sebagai ’team player’, saya tidak membedakan pembagian tugas antara staf yang lakilaki dan perempuan, karena semua itu adalah tanggung jawab ’team’. Saya selalu menekankan kepada staf saya (team) bahwa kita adalah ’team’, jadi semua menjadi tanggung jawab bersama. Saya tidak pernah memposisikan diri saya sebagai leader, tetapi lebih seperti ’nakoda’ kalau ibarat di dalam kapal. Jadi laki-laki dan perempuan diberikan tugas dan tanggung jawab yang sama. Tetapi, jika ada pekerjaan yang mengangkat-angkat barang misalnya, masa harus perempuan, ya laki-lakilah, karena secara fisik laki-laki lebih kuat. Jadi tidak ada perbedaan mengenai pembagian tugas”. (A) Peneliti: Beberapa sumber dan hasil penelitian mengemukakan bahwa, stereotip PRO perempuan antara lain adalah: detil, sabar, tekun, multitasking, empathy, murah (dalam hal remunerasi), dan tidak ambisius) bagaimana menurut pendapat ibu? (B) Informan: ”Menurut saya tidak semuanya begitu, kita tidak harus selalu lembut, karena orang bisa males mendengar kita, ada kalanya kita harus tegas. Jadi menurut saya itu hanya pandangan seseorang”. (A) Peneliti: Dalam hal pengambilan keputusan, ada ngak sih bu perbedaan antara staf laki-laki dengan perempuan? (mungkin laki-laki lebih didengar)
(B) Informan: ”Tidak ada perbedaan, semua sama sepanjang menyangkut kemajuan dan programprogram UEU”. (A) Peneliti: Menurut ibu, apakah profesi PRO ini lebih cocok untuk perempuan? Atau bagaimana sih bu? (walaupun bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain, namun faktanya telah terjadi feminisasi) (B) Informan: ”Kalau menurut pendapat saya, untuk profesi PR atau Marketing bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, jadi laki-laki dan perempuan sama. Tetapi untuk urusan di lapangan harus laki-laki karena perempuan itu lebih femininlah. Faktanya juga banyak praktisi PR laki-laki khususnya di perusahaan besar dan instansi pemerintah, jadi siapapun yang memenuhi syarat untuk menempati posisi PR (humas)”. (A) Peneliti: Apakah UEU mensyaratkan (mengharuskan) perempuan untuk mengisi posisi PR/Humas? (mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu atau bagaimana?) Note: Jika ada PRO laki-laki di divisi yang ibu pimpin, bagaimana pembagian tugasnya? (apakah ada perbedaan antara peran dan tugas PRO perempuan dan PRO laki-laki) (B) Informan: “Di UEU kebetulan dari awal humasnya perempuan, dan saya sendiri humas UEU sejak awal (saya sudah 23 tahun) menjadi humas. UEU tidak mengharuskan perempuan karena banyak praktisi humas (staf humas) yang lain adalah laki-laki seperti Kabiro Humasnya juga laki-laki (Pak Jatmiko)”. (A) Peneliti: Bagaimana menurut ibu jika posisi PR ini dipegang oleh laki-laki? (B) Informan: ”Laki-laki atau perempuan, menurut saya sama saja, karena faktanya juga banyak pejabat humas yang laki-laki khususnya di instansi pemerintahan, jadi laki-laki dan perempuan saja saja”. (A) Peneliti: Secara pribadi, bagaimana ibu Annie memaknai profesi PR ini, karena secara teori seorang praktisi PR (spesialis PR) sesuai dengan peran, fungsinya, memiliki tugas-tugas yang tidak mudah, bagaimana Ibu memaknainya? (B) Informan: ”Memang pekerjaan PR itu tidak mudah, untuk itu yang pertama sekali saya tanamkan dalam diri saya adalah ”saya harus mencintai pekerjaan (profesi) ini. Dengan demikian saya akan menghadapi semuanya dengan mudah. Saya tidak menjadikan diri saya sebagai
leader, jadi lebih pada kerja ’team’, dan saya merupakan bagian dari team. Jangan takut tantangan karena tantangan itu harus kita hadapi, saya enjoy dengan pekerjaan (profesi ini) dan saya belajar terus, dan sekarang saya juga sedang menyelesaikan studi komunikasi saya”. (A) Peneliti: Demikianlah semua pertanyaan saya, terima kasih atas waktu dan informasinya yang sangat berharga. Mungkin masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin ada yang belum ter-cover (tergali) dalam wawancara ini yang ingin ibu sampaikan? Jika ada informasi yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk dikonfimasi atau dikontak lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Transkrip Wawancara: Informan 5 Nama Jenis kelamin Pekerjaan/jabatan Bidang usaha Masa kerja Status perkawinan Pendidikan
: Iin Sri Bintari Wahyuni : Perempuan : Staf Humas Institut Bisnis Nusantara (IBN) : Layanan Jasa Pendidikan Tinggi : 2 tahun : Menikah : S1 Manajemen
Wawancara dilakukan dengan PR (staf humas) Iin Sri Bintari Wahyuni staf humas Institut Bisnis Nusantara (IBN) yang bertempat di Institut Bisnis Nusantara (IBN), pada tanggal 2 Oktober 2011. (A) Peneliti: Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi informan (nara sumber) dalam penelitian saya yang berjudul “Perspektif PRO Perempuan Tentang Profesi Public Relations”. Berkenaan dengan peran PR, ’Dan Lattimore’, dkk. menjelaskan bahwa ada dua peran besar yang secara konsisten selalu muncul dalam PR, yaitu: ”Peran Teknis (technician role) dan Peran Manajerial (Manager role)”. Ibu Iin sebagai PR (staf humas) di IBN, apa saja sih peran, fungsi, dan tugas-tugas mbak Iin? (apa saja yang mbak lakukan)? Note: Berdasarkan Jobdes yang ibu terima, apa saja sih tugas-tugas ibu di lembaga ini? (lihat ada 10 tugas) (B) Informan: “Sebagai staf “Humas” secara umum tugas-tugas yang saya lakukan adalah mengkomunikasikan program-program IBN kepada public eksternal khususnya ke sekolah-sekolah SMU untuk menjaring para calon mahasiswa baru. Kegiatan yang dilakukan antara lain presentasi program-program IBN, melakukan ‘try out’ bagi para siswa SMU, memfasilitasi Ujian Nasional, mengadakan pameran pendidikan. Terkait dengan materi-materi presentasi (media: brosur, dsb) “saya bersama staf lain yang membuat dan mempersiapkannya”. (A) Peneliti: Menurut Ibu, bagaimana sih dalam menjalankan tugas ibu sebagai PR (staf humas) di IBN, berat atau bagaimana? Karena secara teori tugas-tugas PR cukup banyak…dan memerlukan kompetensi (skill) tertentu
(B) Informan: “Tidak berat sih, saya bisa melakukan tugas-tugas yang diberikan, karena sesuai dengan background pendidikan saya”. Jadi menurut saya tidak berat dalam menjalankan tugastugas kehumasan yang diberikan. Walaupun saya di Biro Humas, tetapi job saya lebih cenderung ke marketing, ini sesuai dengan latar belakang pendidikan saya ’marketing’. Yang agak berat paling negosiasi dengan sekolah-sekolah”. (A) Peneliti: Ibu sebagai PRO (Humas) perempuan, bagaimana pengalaman ibu (apa yang ibu alami) pernah dianggap remeh oleh rekan-rekan kerja laki-laki atau oleh atasan ibu? (B) Informan: “Sebagai tim (karena saya bersama tiga orang staf humas yang lain bekerja sama dengan baik, kami saling membantu, dan selama menjalankan tugas-tugas saya tidak pernah mengalami diskriminasi atau diremehkan baik oleh atasan maupun staf humas yang lain yang laki-laki, kami bekerja sama sebagai tim”. (A) Peneliti: Terkait dengan fungsi-fungsi manajerial (fungsi manajemen), bagaimana pengalaman ibu dalam hal pengambilan keputusan, apakah ibu dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting di IBN? (B) Informan: “Kalau yang berkenaan dengan rapat-rapat pengambilan keputusan saya tidak pernah terlibat, karena kegiatan seperti itu hanya diikuti oleh atasan saya, “kepala biro”, paling yang saya lakukan hanya mempersiapkan materi-materi, informasi, dan data-data yang diperlukan oleh kepala biro, jadi saya tidak terlibat dengan rapat-rapat pengambilan keputusan atau yang terkait dengan manajemen IBN”. (A) Peneliti: Terkait dengan kegiatan riset (e.g. fact finding, dst) yang terkait dengan kepentingan dan citra IBN), apakah ibu juga melakukan kegiatan tersebut? (Misalnya untuk mengetahui gejala-gejala internal yang berpotensi menyebakan krisis? (B) Informan: “Kalau riset yang saya lakukan hanya yang terkait dengan biaya studi yang dibebankan oleh lembaga kepada mahasiswa khusunya lembaga-lembaga yang menjadi competitor IBN. Selain itu saya tidak melakukan riset”. (A) Peneliti: Terkait dengan penyelenggaraan event (special event) misalnya, siapa sih bu yang sering diberikan tanggung jawab? (Jika perempuan), menurut ibu mengapa?
(Stereotip PRO perempuan: detil, sabar, tekun, multitasking, empathy, murah, tidak ambisius, dsb) (B) Informan: “Saya setuju bahwa PRO perempuan itu lebih sabar dibandingkan laki-laki, dan menurut saya perempuan juga lebih komunikatif”. (A) Peneliti: Dalam hal pengambilan keputusan, ada ngak sih bu perbedaan antara laki-laki dengan perempuan? (B) Informan: “Saya tidak terlibat dalam pembuatan keputusan karena itu menjadi tanggung jawab Kabiro humas, jadi saya hanya melaksanakan keputusan-keputusan khususnya terkait dengan kegiatan humas dan pemasaran”. (A) Peneliti: Menurut ibu, cocok gak sih posisi PRO/humas dipegang oleh perempuan? Bagaimana bu? Kan bidang profesi PR merupakan bidang profesi umum, seperti halnya profesi lain? (B) Informan: “Campur, menurut saya sih siapa saja yang penting dia sabar dan bisa berkomunikasi dengan baik dengan khalayak. Karena kita banyak berhubungan dengan masyarakat khususnya sekolah-sekolah. Memang sih kalau perempuan itu gak garing dalam berkmunikasi dan itu sangat penting untuk menarik orang”. (A) Peneliti: Apakah IBN mengharuskan (mensyaratkan) perempuan untuk posisi PR/Humas? (mungkin Ibu ingat ketika proses rekrutmen dulu, jika lembaga ini mensyaratkan perempuan/secara implisit mungkin?) (B) Informan: ”Gak sih, paling juga syaratnya bisa berkomunikasi denga baik, berpenampilan menarik, wanita atau pria, berumur maximal 25 tahun. Jadi tidak harus perempuan”. (A) Peneliti: Bagaimana ibu memaknai profesi PR yang ibu jalani, karena secara teori seorang praktisi PR berdasarkan peran dan fungsinya, mempunyai tugas-tugas (teknis dan nonteknis) yang tidak mudah? (secara pribadi bagaimana Ibu memaknainya?) (B) Informan: ”Bagi saya profesi ini biasa saja yah, karena saya bisa menjalankannya, artinya gak beratberat amat. Cuma yang agak berat kalau soal negosiasi dengan pihak sekolah, untuk itu saya harus belajar tentang bagaimana lobi dan negosiasi. Mungkin juga karena saya hanya sebagai staf dengan tugas yang lebih spesifik jadi tantangannya tidak terlalu berat.
Latar belakang saya merketing, dan pekerjaan saya lebih banyak ke marketing. Akan tetapi saya harus terus belajar agar bisa menjalankan tugas saya dengan baik”. (A) Peneliti: Baiklah, demikianlah semua pertanyaan saya, terima kasih atas semua informasinya yang sangat berharga! Masih ada hal lain yang ingin Ibu tambahkan? Atau mungkin masih ada yang belum tercover dalam wawancara kali ini yang ingin dibahas/ibu sampaikan? Kalau masih ada hal-hal lain yang belum tergali atau ada yang perlu diklarifikasi, saya mohon ibu masih bersedia untuk bertemu lagi. Dan jika ibu menginginkan hasil penelitian ini, saya akan upayakan kopian laporan akhir penelitian ini. TERIMA KASIH...!!
Lowongan PR di security company02/04/08
Posisi PR di security company, namanya PT Bradjamusti Citra Nusantara (BCN). Kliennya adalah perusahaan2 minyak. Ada Chevron dumai sekitar 300 orang karyawan, Conocophilips palembang 250 orang, Total balikpapan 150 orang. Nah sekarang mereka ini lagi sangat membutuhkan eksternal affair yaitu PR yang salah satu fungsinya yaitu membina hubungan dengan klien perusahaan. Persyaratannya: She must be a female, Single Excellent in English (written and oral). Must be have a good looking, Siap bekerja dalam tekanan (mature). Lebih diutamakan berpengalaman di bidang PR, sales or Markom advantage. Komputer, internet or presentasi kudu harus bisa yaa.. Salary 4jt, negotiable. Alamatnya: PT Bradjamusti Citra Nusantara (BCN) Plaza PP lantai 4 jalan TB Simatupang Jakarta Timur. Loker Terbaru Lowongan PR di security company - Lowongan Kerja Terbaru 2011 http://lowonganpekerjaan.us/lowongan-pr-di-security-company.html#ixzz1OVb9pEYB http://lowonganpekerjaan.us/lowongan-pr-di-security-company.html
Lowongan PR PT. Monex Investindo Futures adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang futures trading. Saat ini kami membutuhkan Public Relation dengan syarat sebagai berikut: Kualifikasi: - Min Pendidikan D3 - Pengalaman dibidangnya min 1 Tahun - Wanita - Berpenampilam menarik - Usia 21-30 Tahun - Memiliki kemampuan interpersonal yang luwes, persuasif & Komunikatif - Mampu melakukan presentasi dan berminat dibidang marketing - Mempunyai relasi yang luas - Mampu berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan Fasilitas:
- Gaji pokok - Overiding / Insentif - Dan Bonus-bonus lainnya Bila sesuai dengan kualifikasi diatas, segera kirimkan foto & CV terbaru anda ke: Wisma Kyoei Prince Lt 9 Jl. Jend. Sudirman KAV 3 Jakarta 10220 Attn : Bpk Adi Putra Tel : 021- 5724377 / 021 71300829 Atau via Email :
[email protected] http://www.loker.web.id/accounting-finance/lowongan-pr.html
Lowongan PR Mencari beberapa pegawai untuk posisi sebagai Public Relation. Dengan kualifikasi: 1. Wanita usia min 20-30th 2. Pendidikan min D3 3. Berpenampilan menarik / cantik 4. Memiliki Network yang luas 5. Dapat mencapai target 6. Dapat bekerja secara team dan individual Income: 1. Salary 2jt-4jt 2. Bonus 3. Bounty Walk interview: PT.MAXCO FUTURES , Gd.Panin Pusat lt.5 Jl. Jendral Sudirman (senayan), Jakarta 10270, Indonesia. Mulai Tanggal 31 mei - 10 Juni 2011 Pukul.09.00-14.00 Contact person: Bp.Sofyan 085813480076 (No SMS) http://www.berniaga.com/Lowongan+PR-8321524.htm
TRIJAYA PRATAMA FUTURES, PT As a leading Futures Brokerage Company in Indonesia, PT. TRIJAYA PRATAMA FUTURES we are looking for high qualified people to join our consulting team. PUBLIC RELIATIONS (PR) Qualification: • • • •
Female max. 30 years old D3/S1 Fresh Graduate (experience is an advantage) Good looking and excellent working Able to operate Microsoft office
• • • • •
Creative, initiative and good judgment Excellent presentation, negotiation and communication skills Positive attitude, outgoing personality and high self confidence Flexible, a team player and able to multi-tasks Willing to be placed in areas bintaro
Benefit: • • •
Allowance, Commission (unlimited income) Excellent career prospect and opportunity to lead others Personal growth development and Best professional training Qualified candidates should send the application with detail CV & recent photograph to:
[email protected]
“DIBUTUHKAN SEGERA " Anda pribadi yang dinamis, menyukai tantangan dan selalu ingin belajar hal baru? Menyukai lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh tantangan? Apabila anda pribadi yang kreatif, berjiwa muda dan selalu berpikir positif datang dan bergabunglah dengan kami untuk menerima tantangan berikut: PR Officer Kualifikasi: • Wanita, usia 22 – 28 tahun • Berpenampilan menarik • Menguasai bahasa Inggris aktive baik lisan maupun tulisan • Menguasai MS Office • Memiliki social media network yang luas • Pengalaman minimal 1 tahun di posisi yang sama atau di media cetak atau media electronic. • Memiliki kemampuan presentasi yang baik Kandidat yang tertarik dengan tantangan ini dapat mengirimkan surat lamaran lengkap dengan CV, foto terbaru (max 250 Kb), gaji yang diinginkan, dokumen penunjang dan nomor telepon yang bisa dihubungi dalam bentuk: email ke:
[email protected] http://id.jobsdb.com/ID/EN/Search/JobAdSingleDetail?jobsIdList=200003000155802
We are leading Mobile Content Provider Company in Indonesia. Our company provides mobile contents through Telkomsel, XL, Indosat, Telkom Flexi, Hutchison etc. We Urgently requires an employee at some position as : Public Relation (PR) / Account Executive Basic Requirements: • • • • • • •
Female, not older than 25 years old Diploma or Bachelor degree from any discipline (GPA > 2,5) Excellent in negotiation. Has a pleasant personality and good looking. Strong interpersonal communication skill. Can work under pressure and long working hour Self-motivated, hardworking, willing to learn, excellent team-player and responsible
Skill Requirements: • •
Computer literate: Microsoft Word, Excel, PowerPoint. Note, Internet skills are essential; Experience 1 - 2 years. Fresh graduates are welcome to apply.
Excellent career development opportunities and a competitive remuneration package will be offered to the successful candidate. All applications will be treated in strict confidentiality. Please note that only short listed candidates who meet the requirement will be considered and contacted. If you meet the above requirements, please send application letter, CV in English With current & expected salary and recent colored photograph 4 x 6 to : HR Manager PT Braincode Solution Prince Center Building, 5th Floor, Suite 508 Jl. Jendral Sudirman Kav. 3-4 Jakarta 10220 or email :
[email protected] ( Please put subject : PR ) If you send CV through email, please also attach scanned photo and document needed http://id.jobsdb.com/ID/EN/Search/JobAdSingleDetail?jobsIdList=200003000159724
Perusahaan Retail Farmasi berskala Nasional memberikan peluang karir kepada Anda yang suka tantangan, untuk posisi: Public Relation (PR) (Jakarta Raya) Requirements: • Wanita, Single • Usia maksimal 25 tahun
• • •
Pendidikan min S1 Ilmu Komunikasi / Public Relation Fresh Graduated Komunikatif Kirimkan Aplikasi Lamaran Lengkap Anda ke: PO.BOX 4936 JKTM 12700 atau via email:
[email protected] Atau Telpon/SMS ke : 0858-13169458 For registered JobStreet.com users, to apply online or via sms JSA(spasi)APPLY(spasi)ESTDDW Send to 9333 http://www.jobstreet.co.id/jobs/2011/6/default/40/234558.htm?fr=J&utm_source=Indeed &utm_medium=organic&utm_campaign=Indeed
Ivory Bridal is one of Jakarta leading bridal. We provide custom design wedding gowns and one stop wedding products and services. Log on to see more information about our company www.ivorybridal.com Ivory Bridal is seeking an experienced PR staff. PR staff (Jakarta Raya) Responsibilities: • Planning, developing and implementing PR strategies (brand image, awareness) • Liaising with and answering enquiries from media, individuals, vendors, often via telephone and email • Liaising and networking with a range of stakeholders, e.g. customers, vendors • Organizing and attending events such as conferences, seminars, receptions and exhibitions; • Managing the production of marketing materials, including leaflets, posters, flyers, newsletters • Maintaining and updating customer databases; • Organizing events including exhibitions, in house events, etc • Maintaining and updating information on website, face book, etc •
Requirements: • Female • Max 30 years old • Must have at least 4 years experience in the field. • Energetic, fast learner, innovative, self motivated and have a result-driven attitude This is an amazing opportunity for the right person, with energy, enthusiasm, self motivation.
Please submit your application to Pamela:
[email protected] For registered JobStreet.com users, to apply online or via sms JSA (spasi)APPLY(spasi)EYVSG Send to 9333 http://www.jobstreet.co.id/jobs/2011/5/default/40/229238.htm?fr=J&utm_source=Indeed &utm_medium=organic&utm_campaign=Indeed PT BGP Indonesia, an international geophysical company is looking for suitable candidate to fill this positions: PR Assistant (PRA) (Jakarta Raya - Site Office) Requirements: • Male, maximum 50 years old • Must able to speak, write, and read in English • Have working experiences as PR in seismic project minimum 4project • Have good health Send only your RESUME and put position in email subject To:
[email protected] Only selected candidate will be contacted http://sivaid.jobstreet.com/_ads/id/jobs/2011/6/default/40/234249.htm?fr=J&utm_source=Indeed& utm_medium=organic&utm_campaign=Indeed
Gaya Communication is one of Indonesia’s most dynamic groups in major Business in MICE Industry; its activities are Meeting, Incentive, Convention, Exhibition, and Advertising. As growing company, we offer you the position as: PR and Media placement Junior (Jakarta Raya) Requirements: • Female maximum age 30 years old • Bachelor’s degree in any background, preferable PR or Communication • Fluent in English both oral & written is a must • Have a good appearance & pleasant personality • Able to work under pressure & flexibility of work hours • Strong Communication, interpersonal & organizational Skill • GPA 2,75
Sent your complete CV and recent photograph 4 X 6, to: HRD Manager PT. Gaya Kreasi Komunika Wiswa Bisnis Indonesia 2nd Floor Jl. KH. Mas Mansyur Kav. 12-A Jakarta - 10220 or
[email protected] Please visit our Website: www.gayacommunication.com http://www.jobstreet.co.id/jobs/2011/5/default/40/231238.htm?fr=J&utm_source=Indeed &utm_medium=organic&utm_campaign=Indeedhttp://www.jobstreet.co.id/jobs/2011/5/d efault/40/231238.htm?fr=J&utm_source=Indeed&utm_medium=organic&utm_campaign =Indeed
Perusahaan kami PT Fortune Star Global adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang integrated preventive health yang saat ini sedang berkembang dengan pesat sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang handal sebagai berikut: Public Relation (PR) (Jakarta Raya) Requirements: • Wanita, Usia 30 – 40 tahun • Min. S1 Ilmu Komunikasi/ Public Relation / Marketing • Pengalaman min. 5 tahun di bidang marketing/ komunikasi dan min. 3 tahun sebagai seorang PR • (Lebih diutamakan) Pengalaman di bidang kesehatan dan mempunyai relasi yang luas di industri kesehatan • Mampu berbahasa Inggris aktif baik lisan maupun tulisan • Bersedia tugas ke luar kota (mobilitas tinggi) • Mampu membuat konsep PR • Penampilan menarik dan memiliki integritas (good performance) Segera kirimkan CV dan pasfoto terbaru dengan subjek email sesuai dengan kode posisi yang ingin dilamar ke :
[email protected] Atau ke alamat: HRD Department PT. Fortune Star Global Wisma Pondok Indah I (Gd. Ericsson), suite 407
Jl. Sultan Iskandar Muda Kav V-TA Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310 Hanya kandidat yang sesuai dengan kualifikasi yang akan dipanggil untuk tahap selanjutnya. Wajib menuliskan kode posisi pada sudut kiri atas amplop. http://sivaid.jobstreet.com/_ads/id/jobs/2011/5/default/40/231415.htm?fr=J&utm_source=Indeed& utm_medium=organic&utm_campaign=Indeed
We are looking for young, dynamic, self motivated and dedicated person to fill the following position: PUBLIC RELATION (CODE: PR) REQUIREMENTS: • • • • •
Female min 21 years old, S1 any discipline from university (UBAYA & PETRA) Fresh graduate / overseas Have good networking skills Preferably having good communication in English and Mandarin Good looking, good manner, pleasant personality, energetic
If you fulfill the requirements please submit your application letter, resume and your recent photograph, Subject at your Walk in Interview with position code are published to: HUMAN RESOURCES DEPARTMENT PT. TRIJAYA PRATAMA SURABAYA Up. Ibu Rima M.12 - M.17 (Mezzanine Level) Town Square Surabaya Jl. Adityawarman 55 Surabaya Or send to :
[email protected] http://id.jobsdb.com/ID/EN/Search/JobAdSingleDetail?jobsIdList=200003000154807
PT Asiasoft is one of online entertainment company in Indonesia. We invite brilliant and extraordinary people to fill the following positions: Public Relation (PR) Qualification: •
FEMALE, Attractive, Bachelor degree from PR/Communication/any related
• • • • • • • • •
Min. experience 2 - 3 years especially in Game Online Industry or Public Relation/Media Journalistic Industry Able to communicate in English both writing and speaking and computer literate : Ms. Office, internet, email Able to work with tight deadline and under pressure Proactive person to share ideas and creativity Have channels and knowledge of local media Able to work as a team with all parties – internal and external Willing to learn and upgrade the skills during the working process Have a good way of communication and willing to report the progress of the tasks to direct superior Able to start work immediately
Please drop us your CV and resume, copies of academics transcripts, ID card and 4 x 6 photo to :
[email protected] Please write the position code on your subject We regret that only shortlsted candidates will be notified http://id.jobsdb.com/ID/EN/Search/JobAdSingleDetail?jobsIdList=200003000148451
Asyikin
Jl. Wijaya Kusuma I/5 No. 127 RT 003/RW 07 Kel. Malaka Sari Kec. Duren Sawit Jakarta Timur 13460 Mobile: 081519961142
[email protected]
Education:
University of Mercu Buana (UMB) Jakarta Degree in Communication Science - Public Relations (2009-2012) State University of Haluoleo Southeast Sulawesi Degree in English education (1997-1999 not certified) State University of Lampung Diploma (D3) in English education (1990-1993)
Bandar Lampung
Experience: Dec 2010 - Present CV. ANINDYATRANS (Sworn & Authorized Translation Service) Jakarta Freelance Translator/Interpreter Most recent activities: • Provided translation and interpretation for International Consultant during the internal seminar on Strategic Environmental Assessment (SEA) facilitated by Ministry of Home Affairs (MoHA) of The Republic of Indonesia • Provided translation and interpretation for Corruption Eradication Commission (known as KPK) investigator related to bribery cases being investigated • Provided translation and interpretation for International Correspondents of Discovery Reports Limited and South China Morning Post (SCMP) during the special meeting (interview) with business leader in Jakarta Previous activities (2001-2010):
•
•
•
•
•
May – Dec 2010
Provided translation and interpretation for international consultant from SC UK London during field visit to Southeast Sulawesi Provided translation and interpretation for SC representatives from Bangkok during the meeting with government officers (i.e. Head of Regency, Head of District Education Office) of Buton district – Southeast Sulawesi Provided translation and interpretation for international project evaluator from Brussels and Netherland during their visit to North Maluku to evaluate SC project implementation Provided translation and interpretation for International Consultant from Norwegian during the survey of water resources in Aceh And etc
Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia Assistant to NPO/Field Facilitator
West Java
Responsible for: • Coordinating and liaising with different stakeholders (i.e. government institutions : Immigration office, Kesbang, District and sectoral police, INGO, Intergovernmental Organization, and UN agency) • Deciding the refugees and asylum seekers that will be accompanied by JRS in accordance with the criteria stipulated by JRS • Assisting the asylum seekers in the process of obtaining the refugee status in collaboration with institutions and related stakeholders • Ensuring the basic needs (i.e. food, shelter, and health care) of refugees and asylum seekers are fulfilled in accordance with the standards have been stipulated by organization • Visiting the refugees and asylum seekers to give moral support to make them happy • Listening to the story, the problems of refugees and asylum seekers and deepen understanding of the needs, problems, and their interests • Providing report to team leader (i.e. monthly and sixth monthly report) • Mentoring the asylum seekers on the International Law on Refugee Protection • Improving the cross cultural understanding among refugees and asylum seekers • Identifying and facilitating the activities that can improve the knowledge and skills of the refugees and asylum seekers (i.e. English, computer, and carpenter class)
•
• •
Facilitating and accompanying the refugees and asylum seekers who need to go the hospital (to see the doctor) for their medical checkup when it’s needed Organizing the social and recreational activities for the refugees and asylum seekers Facilitating the Refugee Status Determination (RSD) process of asylum seekers assisted by JRS
Oct 2008 – Jan 2010 UNORC /UNDP
NAD/Jakarta
Moderator – Education Community of Practice (knowledge sharing management)
Responsible for: • Supporting the development of a "Community of Practice" in the relevant thematic area. Anchors Community collaboration; facilitates information-sharing of members; solicits new members; coordinates workshops and events to strengthen Community identity. • Managing the Community's electronic network mail group(s). Moderating the network overall including moderating, directing and filtering messages; actively encouraging member participation; facilitating electronic discussions; determining the relevant information resources for the network and ensuring these resources are maintained on the website. • Synthesizing responses to community member requests for advice and assistance. Consulting with members; guiding the Research Associate’s search for documentary information; compiling member replies; formulating concise responses; indexing responses in the knowledge base for intuitive retrieval. • Directly managing the drafting of bi-lingual consolidated replies (CR) as well as responsible for ensuring the overall quality of the CR and other written material circulated within the network. • Advising the UN Agency convener and the Community’s Resource Group (its guiding body) in identifying cutting edge issues of concern to the Community; organizing Community teams to develop strategies, programmes or projects to address them. • Coordinating the specific community development and supporting activities with the activities of the other Communities. Collaborating on collective initiatives; ensuring systems conformity and compatibility with the other Communities; sharing information on Community initiatives.
• Jan-Sep 2008
Translating the queries, responses, and Consolidated Replies (CR) from Indonesian into English and vice versa
Project Concern International
Advisor for Hygiene education
NAD
Responsible for: • Providing technical assistance regarding the capacity strengthening for education officials, school supervisors, school principals, teachers, as well as health officers from health department at district level in terms of teaching hygiene education issues in school using effective participatory (active, creative, joyful, and effective learning approach) • Providing advice on teaching, promoting materials development relating to hygiene education in school • Coordinating with different key stakeholders such as; District Education Office, District Health Office, Local Planning Board, and Bupati • Developing tools for monitoring and evaluation to assess the achievement of project implementation • Training, mentoring PCI project staff on active, creative, joyful, and effective learning approach to teach hygiene education in school • Assisting project evaluator team (donor) in terms of translation and interpretation regarding the project activities
May-Nov 2007
RTI
District Coordinator (DC) Decentralized Basic Education (BDE-1)
NAD
Responsible for: • Providing technical assistance regarding the capacity strengthening for education officials school supervisors, school principals, teachers, as well as community representatives in terms of school development planning • Facilitating workshop and training on school development planning and school committee empowerment • Coordinating with different key stakeholders such i.e. District Education Office, District Planning Board, District House Representative, and Bupati • Assisting District Facilitators (i.e. Education officials) to do the day to day activities in accordance with their job descriptions • Mentoring District Facilitators regarding school development planning and school committee • Developing work plan in reference to annual work plan
Nov 2006May 2007
Church World Service (CWS Indonesia) Information/Communication Officer
NAD
Responsible for: • Ensuring that all program documentation and report are prepared properly and timely • Evaluating the projects and partner’s reports according to the plan • Communicating and coordinating with logistic staff on commodity and distribution to project site • Doing documents translation from Bahasa Indonesia into English and vice versa as requested • Liaison with all CWS guest based on the request of Program Manager and Coordinator Information • Translation and interpretation for international visitors i.e. monitoring team, project evaluator, and journalist
2001-2005
Save the Children UK
Education Senior Project Officer/Translator Responsible for:
North Maluku
•
Providing leadership and direction to a project team for the management and progress of a project
•
Providing directions and contributions to the development and implementation of training workshops for teachers and government officials.
•
Financial and administrative supervision of project assistants working in the field office including management of day-to-day work, progress and performance.
•
Negotiating agreement with the provincial, district and local government for the implementation of SC-UK’s education program.
•
Day to day progress and monitoring of the project
•
Contributing to the development of the Save the Children’s programme strategies for the province.
•
Monitoring the day-to-day progress of project to ensure the implementation of programme activities designed
•
Assisting the project officers and school support workers to prepare work-plans
•
Coordinating and managing the weekly and monthly work-plans to progress projects
•
Providing appropriate financial and administrative report as required
•
Analyzing the implementation of a project to review the program activities designed.
•
Assisting with the development and conduct of training workshops for teachers, parents, school administrators, local government officials and SC-UK staff.
•
Gathering information and resources to develop curricula and teaching materials that reflect local circumstances.
•
Reporting to the specialist Education advisor on the progress of the projects.
•
Working closely with Provincial and District Education Department to ensure agreement on project design and implementation.
•
Translating the documents related to SC UK project, including simultaneous translation for meetings, training, and workshop
Special skills
Computer skills • Sound knowledge of Microsoft word, excel, power point, and email & Internet (web content management) Language skills •
English (written & spoken) fluent
•
Arabic (written & spoken) fair
•
Tamil – basic
•
Interpretation/translation for both from English into Indonesian and vice versa
•
Simultaneous translation for a variety of events (activities) i.e. workshops, trainings, meetings (seminar), field visit, including speeches for various clients (i.e. Save the Children UK, Evaluator team from European Commission, Norwegian Church, and UNICEF)
Training & Workshop: •
• •
Training on ‘Qualitative Research Methodologies’ – University of Mercu Buana Jakarta (18-19 January 2011) Training on the International Law of Refugee Protection – UNHCR Bogor (29-30 November 2010) National Consultation Workshop on ASEAN Human Rights Declaration-HRWG Jakarta (July 20, 2010)
•
Training on UN Conventions of Refugee Protection - JRS Jogjakarta (19-27 May 2010)
•
Training on Solution Exchange –UNORC Banda Aceh (13-16 October, 24-28 November 2008)
•
Training of Trainer on Facilitation Techniques for District Coordinator and District Facilitator – RTI/USAID Aceh Tengah (25-28 May 2007)
•
Training of Trainer on Facilitation of School Development Plan – RTI/USAID Aceh Tengah (06-10 August 2007)
•
Training of Trainer on School Committee Empowerment — RTI/USAID Banda Aceh (17-21 June 2007)
•
Training on Media & Communication—CWS Indonesia Jakarta (10-17 April 2007)
•
Training of Trainer on Child Rights Based Programming – SC Alliance Bangkok (26-31 August 2004)
•
Training on “Pembelajaran yang Hakiki” – Foundation for Excellence in Education North Maluku (26-29 September, 26-01 October 2005)
•
Training on Human Resource Development – SC Alliance Makassar (July 2005)
•
Training on Psychosocial - SC-UK Manado (September 2004)
•
Training on Child Rights Based Programming –SC Alliance Jakarta (June 2002)
•
Training on Convention on Rights of the Child – SC Alliance Jakarta (February 2001)
•
Training on Working in Conflict Area – SC Alliance Jakarta (February 20001)
•
Training on Separated Children –SC Alliance Jakarta (April 2001)
•
Training on Disable children- SC Alliance Jakarta (June 2001)
•
Workshop on data analysis- SC-UK Jakarta (29-31 July 2005)
References: Gaham Cameron
Program Manager Save the Children UK –Yangon Myanmar Email:
[email protected]
Agus Nugroho APMAS Project Coordinator Asian Institute of Technology Email:
[email protected] +66824926872
++66824926872 Anshar Patria, Ph. D Project Coordinator-Solution Exchange Aceh Nias Email:
[email protected]
Mobile: 0819 73744759 Taka Gani National Program Officer Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia Email:
[email protected] Mobile: +62 813 94171967