Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................. i Bagian Kesatu ......................................................................... 1 Kondisi wakaf saat ini .................................................2 Bagian Kedua ........................................................................ 20 A. What Is Wakaf ......................................................... 20 B. The History Of Wakaf ........................................... 25 C. All About The Book Of Wakaf ............................. 30 D. The Types of Wakaf .............................................. 37 E. The Golden Arrow: Wakaf for Charity ............ 40 Bagian Ketiga ....................................................................... 46
A. Weaknesses and Threads ..................................48 B. The All New Product: Wakaf Produktif ........ 53 C. Vacancy: Wakaf Produktif di Indonesia! ........ 61 D. Good Example Design: Pemberdayaan Tanah
Wakaf Produktif ................................................... 70
Bagian Keempat ................................................................... 77 A. Wakaf Tunai dan Pembangunan Ekonomi .......... 82 B. Gimana sih Mengelola Wakaf Tunai? ................. 89 i
C. Masa Depan Cerah Menunggu ............................... 91 D. Contoh Desain Usaha : Pemberdayaan Tanah Wakaf Strategis ..................................................... 96 Bagian Kelima ....................................................................... 99 A. Apa Yang Bisa Kamu Wakafkan .........................99 B. Simulasi Pelaksanaan Wakaf ............................ 103 C. Pilih Jadi Wakif atau Nazhir nih ................... 108 Referensi .............................................................................. 113
ii
BAGIAN PERTAMA The Big Problem: Beginilah Kondisi Kita sekarang! Kalau kita bicara tentang Islam dan ekonomi, sebenarnya kita bukan hanya membincangkan satu golongan tertentu (agama tertentu) saja. Tapi juga berarti kita lagi membicarakan sebuah persoalan kemanusiaan yang besar, yang berhubungan dengan kehidupan banyak orang di dunia ini. Secara umum, coba kita pikirkan, apa sih motivasi terbesar dari adanya penjajahan di dunia ini? Baik penjajahan militeristik maupun penjajahan kolonialistik, semuanya pasti punya motif ekonomi. Ingat kan, waktu di SMA kita belajar sejarah tentang penjajahan? Ada istilah gold, gospel, and glory. Yang disebut pertama kan gold, artinya emas, harta. Hubungannya ke ekonomi. Baru deh ada motif gospel (penyebaran agama) dan terakhir glory atau prestise. Lepas dari penjajahan, berbagai rezim yang berkuasa juga melakukan kontrol gede-gedean atas perekonomian suatu bangsa, terutama yang rezimnya militeristik atau diktator. Mereka pegang kendali atas hampir semua sektor ekonomi di negara tersebut. Naaah... look who's hiding! Di belakangnya pasti ada kepentingan negara besar tertentu. Istilahnya ada konspirasi negara-negara maju atas negara berkembang
1
atau negara terbelakang. Mau tahu contohnya negara maju tersebut? Gak jauh-jauhlah... negaranya Om Bush itu, alias Amerika Serikat. Memasuki abad 20, Amerika melihat potensi perkembangan ekonomi dan ideologi pasar Cina yang beda sama dia. Maka dia jadi khawatir. Dibidiklah beberapa negara potensial, termasuk Indonesia. AS tahu banget kalau Indonesia potensial dalam segi kekayaan alam, tapi lemah dalam SDM. OK deh, cocok banget buat dia kuasai. Nggak bisa melakukan invasi atau penjajahan berupa pencaplokan daerah, dia tetap keukeuh menancapkan hegemoninya lewat pemerintah. Terutama zaman Orde Baru. Dibuatnya Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya tergantung sekali kepada AS. Caranya gimana? Dengan 'pintarnya' mereka mempengaruhi sekaligus memaksa pasar untuk mengikuti desain pola ekonomi politik global everytime they need. Dasarnya kita juga nggak peka, ya sudah... ikut terus! Padahal ekonomi global itu juga jelas punya dampak negatif lho. Misalnya disintegritas alias perpecahan. Gini nih, sejak awal globalisasi mengiklankan dirinya sebagai 'pemersatu' secara universal. Gimana bisa? Tiap komunitas itu kan unik. Gak bisa dipaksakan semua harus 'satu' diantara terlalu banyak perbedaan. Sementara globalisasi sebagai salah satu ide bikinan manusia juga punya sifat rapuh. Emang bisa mengikat semua perbedaan dalam 'pemersatu' yang rapuh? Nggak logis kan?
2
Kedua, masalah kemiskinan. Globalisasi itu kan pada hakikatnya adalah keterbukaan dimana semua orang bebas bersaing di pasar terbuka. Coba bayangkan, iya kalau yang bersaing itu si kuat dalam segi modal dan ketrampilan. Tapi kalau dia si lemah, baik dalam modal dan ketrampilan? Hmmm... siap-siap aja menyingkir sebelum digusur. Kejam ya? Ya begitulah. Jadilah jargon 'Siapa suruh jadi orang miskin, bodoh pula?', sebagai kata-kata sakti untuk memasuki dunia penuh kompetisi ini. The winner takes
it all, and the looser has to fall.
So, globalisasi sebagai sistem sudah 'miskin keadilan'. Globalisasi diciptakan hanya untuk si kaya dan si pandai. Bagus sih, dari satu sisi menciptakan nilai-nilai kompetitif. Tapi di sisi lain, kalau kita tidak masuk kriteria itu, siap-siap tersingkir dan tersungkur. Indonesia sebagai negara yang jujur saja, banyak hutangnya, sudah tentu jadi sasaran 'diobok-obok' oleh badan-badan ekonomi milik si kuat, seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO, dengan dalih 'membantu demi memulihkan kondisi ekonomi menyongsong pasar bebas dan era globalisasi' (Mulia sekalee...:P). Negara-negara berkembang lain juga sama saja nasibnya. Nah, Indonesia sebagai negara muslim terbesar harusnya bisa dong keluar dari jerat ekonomi global itu. Caranya?
Be brave! Kita harus berani keluar dari jerat itu dengan menciptakan sebuah sistem yang tangguh. Bisa nggak?
3
Bisa dong. Mungkin kita bisa mencontoh Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan yang membuat sistem ekonomi berbasis negara. Jadi mereka menghindari sistem keuangan pasar yang dimonopoli negara-negara maju. Jadi kita membutuhkan sebuah sistem ekonomi yang dibangun atas dasar kesetaraan, demokratis, dan islami. Karena demokrasi, tanpa mengedepankan etika dan moral yang baik, tetap saja akan berdampak buruk bagi kemanusiaan. Ini wajah ekonomi umat Islam Indonesia Indonesia ini sebenarnya negara besar, tapi ekonominya timpang. Sebagian besar ekonominya dikuasai oleh dua kelompok: (1) tradisional feodalis, (2) modern kapitalis. Mereka pakai sistem ribawi pula! Kaum tradisional feodalis menguasai sektor ekonomi di desa. Mereka adalah para pemilik sawah, ladang, kebun serta tambak. Persaingan biasanya antar keluarga, dan dimenangkan oleh keluarga yang anggotanya lebih banyak, lebih rajin, lebih kaya, dan lebih nekad. Nah, keluarga yang kalah harus mengabdi dengan bekerja kepada keluarga yang menang. Begitu seterusnya turun temurun. Yang kaya tambah kaya, yang miskin tetap miskin atau tambah miskin. Kadang-kadang mereka terpaksa menjerat diri dengan meminjam uang kepada rentenir/tengkulak. Makin miskin deh. Sudah dosa, miskin pula.
4
Bagi yang tahan dengan nasib ini, tetap memburuh di desa. Yang nggak tahan memilih jadi urban di kota. Iya kalau sukses di kota, kalau nggak? Bahkan kaumm urban yang bermodal nekat ke kota bisa jadi gelandangan, pengemis, bahkan pelaku tindak kriminal. Huh, nggak banget dech! Sudah banyak sekali kisah seperti ini kita dengar. Mungkin kita juga mengenal mereka sebagai orang-orang di sekitar kehidupan kita. Sementara di kota, dikuasai oleh masyarakat modern kapitalis. Ini biasanya bersinergi dengan perbankan dan lembaga keuangan lain dalam menjalankan sistem ekonomi ribawi. Jelas dong, kemenangan ada di pihak dengan SDM dan modal gede! Maka terciptalah ketimpangan sosial akibat sistem ekonomi kapitalis, yang disebabkan oleh: 1.
Efisiensi modal dan tenaga. Bagaimana dengan modal kecil dan tenaga yang sedikit bisa dapat untung gede. Nggak heran PHK dimana-mana, dalihnya efisiensi. Jadi posisi kaum buruh memang lemah banget. Kalau bukan tenaga terampil, ya siap-siap diputus kontrak sewaktu-waktu. Makanya banyak kaum buruh demo dimana-mana.
2.
Penekanan harga beli dan pelambungan harga jual. Harga beli bahan baku dari masyarakat ditekan, tapi giliran sudah jadi, dijual dengan harga tinggi. Untung kan si produsen?
Kalau produk itu bukan produk primer sih nggak terlalu masalah. Tapi kalau sudah menyangkut kebutuhan pokok seluruh golongan masyarakat, kan repot. Apalagi kita sering
5
dengar adanya pengusaha kartel yang menguasai dari ujung sampai pangkal. Sehingga, para pengusaha berideologi kapitalis itu mudah mempermainkan harga. Lagi-lagi masyarakat kecil yang kena getahnya. Apaapa mahal, cari kerja susah. Gimana coba? Kaidah Hobbes ”yang kuat memakan yang lemah” jadi mainstream yang berlaku dimana-mana, di desa dan di kota. Siapa yang kuat itu? Mereka sebetulnya hanya segelintir orang saja. Tapi duitnya banyak, sehingga dapat mempengaruhi ekonomi. Mereka itu adalah: 1.
Para bankir... jelaas dong. Namanya juga bankir, tempatnya orang naruh duit.
2.
Para pengusaha kuat. Ya, pengusaha jenis ini biasanya memiliki lobby yang sangat kuat untuk mempengaruhi kekuasaan. Pokoknya, banyak kebijakan penguasa yang pada akhirnya bias gara-gara dipengaruhi oleh pengusaha.
3.
Nasabah kakap. Orang tajir (kaya raya) yang memiliki uang berlimpah.
4.
Nasabah menengah dan kecil yang punya tabungan dan deposito. Meskipun mereka duitnya nggak terlalu banyak, atau bahkan tidak banyak, tetapi karena jumlah mereka banyak, maka akumulasi duitnya juga banyak.
Terus gimana nasib kaum duafa/marginal? Nggak sepenuhnya benar kalau ada asumsi mereka tertolong oleh
6
adanya kaum tradisional feodalis dan kaum modern kapitalis. Yang jelas, mereka tetap tertindas. Berapa jumlah pengangguran dan jumlah lapangan kerja yang ada? Seimbang nggak? Terus, apa kita berdiam diri dan tetap setia jadi pengikut dan penikmat sistem ekonomi kapitalis? Apalagi sistem kapitalis sudah mulai ada tanda-tanda tumbang dengan gejolak saham di Wall Street, AS, pada awal bulan oktober 2008 yang lalu. Bahkan menurut ekonomi Islam, sistem kapitalis tinggal menunggu waktu untuk bangkrut. Nah sekarang, kenapa kita nggak melirik lembagalembaga pemberdayaan ekonomi Islam seperti zakat dan wakaf? Bukankah zakat dan wakaf dibangun atas prinsip kejujuran dan keadilan sosial? Dan memang dua ajaran itu sudah terbukti dalam sejarah bukan? Bahkan sebagai penopang berdirinya peradaban Islam yang sangat maju. Khusus untuk wakaf, di negeri kita, jika lihat dari ketersediaan aset dengan kesejahteraan sosial, kan belum dikelola secara optimal. Peruntukkannya masih sebatas untuk pembangunan pesantren, sekolah, madrasah, masjid, dan makam. Belum produktif untuk pemberdayaan ekonomi gitu loh. Padahal potensi wakaf itu sungguh luar biasa dan harusnya dapat diberdayakan. Secara umum, ini image wakaf di Indonesia: 1.
Umumnya berupa benda tak bergerak, kayak tanah dan bangunan.
2.
Biasanya di atas tanah itu didirikan masjid atau madrasah.
7
3.
Penggunaannya tergantung wasiat yang mewakafkan (Wakif).
4.
Pengelola (Nazhir) benda wakaf rata-rata karena faktor kepercayaan, misalnya percaya kepada kyai, ustadz, ajengan, ulama atau tokoh masyarakat. Sementara kemampuan profesionalnya belum tentu.
5.
Timbul pandangan kalau benda wakaf nggak boleh diutak-atik, meski untuk renovasi. Akibatnya? Banyak benda wakaf yang terlantar!
Padahal lagi nih, kalau saja wakaf bisa dikelola secara profesional, bisa menjadi salah satu solusi yang luar biasa untuk mengatasi masalah ekonomi umat yang ujungnya ke masalah sosial. Apalagi sifat dari aset wakaf itu harus tetap hingga hari kiamat. Gimana caranya? Sabar... kita akan membahas hal itu nanti. Setelah ini kita masih akan mengamati kondisi umat Islam di negara lain dan gimana 'pintarnya' Yahudi memainkan perannya. Yang sama menyedihkan: Kondisi ekonomi umat Islam dunia(The Truth about the Muslim World Economic
Disasters!) 1.
Peristiwa Black September dianggap sebagai titik balik keadaan ekonomi dunia. Hampir semua belahan bumi menganggap peristiwa 11 September 2001 itu sebagai sejarah hitam bagi dunia ekonomi, khususnya AS. Boleh dibilang, pasca kejadian itu, ekonomi AS kelimpungan. Negara-negara maju termasuk AS makin
8
menggiatkan intimidasi terhadap negara-negara muslim yang dianggap sebagai 'sarang teroris'. AS menggulirkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya menekan negara-negara muslim dengan tujuan agresi dan invasi dengan semboyan 'mengenyahkan teroris'. Tapi menurut para analis, kebijakan AS menyerang teroris cenderung berstandar ganda. 2.
Di sisi lain, kebijakan AS itu memperparah kondisi ekonomi negara-negara muslim yang sedang terpuruk. Padahal sebelumnya kondisi umat Islam pernah mengalami kemajuan, tidak hanya bidang ekonomi, tapi juga di bidang ilmu pengetahuan, seni budaya dan semua bidang ilmu. Namun semua itu lambat laun menurun seiring dengan direbutnya teknologi oleh negara-negara barat.
3.
Lima belas tahun yang lalu, Pakistan pernah mengalami kebangkitan ekonomi. Proporsi kebangkitan ekonominya dari 13% bisa mencapai 33%. Tapi sekarang kehidupan warganya kembali terpuruk. Sudah begitu, negara itu demen banget perang saudara, sampai bom-boman segala. Hampir sepertiga warganya hanya memiliki pendapatan kurang dari 2 USD dalam sehari. Aduh, di negara kita bagaimana ya? Kamu sendiri, berapa USD kira-kira pendapatanmu perhari?
4.
Sementara itu Kuwait, Brunei Darussalam, dan Uni Emirat Arab memiliki angka pendapatan perkapita 10.000 USD. Makmur bener kan? Tapi dari 56 negara lain, dimana di dalamnya terdapat populasi muslim, angka pendapatan perkapita mereka masih kurang dari 5.000 USD.
9
5.
Saat ini paling tidak terdapat enam negara muslim dari delapan negara miskin di dunia. Betapa menyedihkannya! Negara-negara itu adalah Etiopia, Sierra Leone, Afghanistan, Somalia, Nigeria, Mozambique, dan Pakistan. Padahal di masa lalu, kita ingat benar bahwa enam negara muslim itu, selama tujuh abad (abad VII-XIV) pernah mengalami kejayaan dalam ilmu kimia, matematika, filsafat, ilmu perbintangan hingga kedokteran dan farmasi.
6.
Warisan kekayaan sumber daya alam berupa minyak bumi dan mineral yang banyak terdapat di negaranegara muslim ternyata belum bisa dikelola secara optimal (karena keterbatasan teknologi?). Misalnya Saudi Arabia, Iran, Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab diperkirakan memiliki 700 milyar barrel minyak hanyalah produk domestik kotor dari keseluruhan kekayaan 'dunia Islam' yang ditaksir mencapai 1,05 trilyun USD. Bandingkan dengan pemilikan AS yang mencapai 14 trilyun USD, Perancis 1,5 trilyun USD, Jerman 2 trilyun USD, Inggris 1,5 trilyun USD, dan Itali 1,05 trilyun USD.
7.
Salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah merosotnya kemampuan dalam bidang IPTEK. Lebih dari 800 juta, dari total populasi sekitar 1,3 milyar umat Islam, adalah buta huruf. Tidak lebih dari 600 universitas di dunia Islam yang mencapai standar internasional dan hanya mempunyai 300.000 ilmuwan. Bandingkan dengan Jepang, misalnya, yang memiliki 1000 universitas yang memiliki standar pengajaran dan riset internasional. Tokyo sebagai salah satu kota
10
besarnya sudah memiliki sekurang-kurangnya 113 universitas terkemuka dengan 700.000 ilmuwan. AS memiliki 5758 universitas dengan 1,1 juta ilmuwan. India memiliki 8407 universitas. 8.
Jadi, kemerosotan umat Islam bukan hanya di bidang ekonomi, tapi juga di bidang pendidikan dan sosial politik.
Sungguh sebuah bencana besar yang mengerikan dan membuat kita menangis. Mengapa kita sedemikian terpuruk? Tidak ada jalan lain, selain mengangkat kembali ketiga perangkat kehidupan tersebut untuk meraih kembali kejayaan yang pernah kita peroleh di masa lalu. Siap nggak kita? Ya, harus siap dong... Jerat Ekonomi Yahudi: The Jewish' Economic Chain Saat ini negara-negara besar dan maju berlombalomba untuk menginvasi ekonomi ke negara-negara dunia ketiga, kayak Indonesia. Kebesaran dan kemajuannya dijadikan modal untuk menakan negara lemah. Ya lemah SDM, lemah teknologi, lemah militer, lemah poltik dan lemah ekonomi. Kenapa? Karena umumnya negara-negara dunia ketiga punya sumber daya ekonomi yang besar. Indonesia juga termasuk nih, yang sedang mengalami terpaan ekonomi global gedegedean. Sudah gitu, sumber daya manusianya belum mampu pula untuk mengoptimalkan kekayaan alamnya. Kesempatan dong buat pihak asing untuk 'masuk'. Bisa ditebak, yang
11
terjadi adalah eksploitasi ekonomi besar-besaran! Dampaknya adalah rakyat Indonesia makin miskin dan kita juga mengalami ketergantungan yang luar biasa terhadap asing. Tatanan ekonomi dunia memang bukan didesain untuk kepentingan dunia ketiga, tapi untuk negara maju. Mereka berusaha dengan segenap cara agar dapat menguasai dunia di segala bidang. Mau perang juga hayuuuk. Terpaksa deh negara-negara dunia ketiga yang banyak muslimnya harus mati-matian bekerja demi kepentingan mereka. Contohnya invasi AS dan Inggris ke Irak dan Afghanistan. Ngapain mereka capek-capek ke sana? Mau membangun sekolah? Orang mereka ke sana jelas-jelas mengincar ladangladang minyak. Kita sama-sama tahu bahwa Irak dan Afghanistan memiliki cadangan minyak terbesar setelah Arab Saudi. Bahkan sekarang-sekarang ini Iran juga diincar mau diserang. Alasannya? Lagi-lagi karena Iran dituduh mengembangkan senjata nuklir. Rupanya mereka nggak kapok-kapok juga setelah kegagalan total di Irak yang dituduh menyimpan senjata pemusnah massal. Buktinya? Bohong besar dan hanya jadi alat untuk menyerang dan menjajah demi minyak! Sungguh terlalu memang mereka! Trus, siapa pelopornya? Tunjuk hidung Om Bush, alias AS. Selain itu, didukung habis sama Om Tony Blair, PM Inggris. Dua orang itu ibarat jari telunjuk dan jari tengah. Saking deketnya, keinginan AS kayak apapun hampir pasti didukung. Makanya ada yang bilang, Tony Blain diibaratkan buldog. Siapa di belakangnya?
12
Nggak lain Yahudi! Sudah bukan rahasia lagi, kalau para penentu kebijakan politik dan bisnis di sana adalah Yahudi. Siapapun presiden AS yang terpilih, di belakangnya dapat dipastikan kaum Yahudi yang sangat berpengaruh. Siapa para pemegang saham The Federal Reserve (Bank Sentral AS)? 1.
Rothschilds Bank of London
2.
Rothschilds Bank of Berlin
3.
Israel Moses Seif Bank of Italy
4.
Wanburg Bank of Amsterdam
5.
Wanburg Bank of Hamburg
6.
Lazard Brothers of Paris
7.
Lehman Brothers of New York
8.
Kuhn and Loeb Bank of New York
9.
Chase Manhattan Bank of New York
10.
Goldman-Sachs of New York.
Semua lembaga keuangan raksasa itu adalah milik Yahudi. Siapa penguasa dan pemain utama di lembaga keuangan raksasa di New York seperti IMF dan World Bank yang suka meminjamkan uang ke kita? Istilah meminjamkan itu kata halusnya lho, tapi hakikatnya mereka itu jual jasa rentenir internasional. Kok? Ya, iya. Peminjaman utang itu kan harus dibayar dengan bunganya. Jika pemerintah yang pinjam
13
tidak mampu membayar sesuai jadwal, maka berlaku bunga berbunga. What? Bukankah itu budaya kapitalis yang suka meng-anak-kan uang. Menurut istilah Zaim Saidi, Direktur Tabung Wakaf Indonesia, uang beranak uang adalah riba murni. Nah, lembaga keuangan dunia itu dikuasasi oleh kelompok tertentu. Mereka adalah Yahudi yang sejak tahun 1664 sampai sekarang menjadikan New York sebagai tujuan utama migrasi mereka. Nggak heran kan jika mereka murka banget saat WTC diledakkan. Mereka kan menganggap New York sebagai mesin uang bagi tumbuh kembangnya gerakan zionisme di dunia. Tapi sebenarnya aktor intelektual peledakan itu siapa ya? Trus, siapa raja bisnis pers dan penerbitan di AS? The New York Times dimiliki oleh keluarga Suzberger, pemodal Yahudi. Suzberger juga menguasai 36 perusahaan surat kabar lainnya dan 12 majalah, termasuk Mc Call's dan Family Circle. Pimpinan majalah Time adalah Stephen J Ross, Yahudi juga. Penerbit buku kelas raksasa seperti Random House, Simon and Schuster, dan Ime Inc. Book Co, juga dimiliki pemodal Yahudi. Pimpinan Simon and Schuster adalah Richard Snyder dan Jeremy Kaplan, keduanya Yahudi. Penerbit buku anak, Western Publishing, dengan pangsa pasar 50% buku anak di seluruh dunia, dimiliki oleh Richard Bernstein, Yahudi juga. Walt Disney Company, yang merupakan konglomerasi bisnis media yang termasuk terbesar, dipimpin seorang Yahudi, Michael Eisner.
14
Eits... bukan hanya di AS lho, mereka pegang peran utama. Siapa penyebab awal krisis ekonomi di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia? Ya, dialah si pialang kelas kakap George Soros, Yahudi pula. Dengan kekuatan modalnya, Soros sengaja menjungkirbalikkan sistem ekonomi Indonesia yang pada saat itu memang sudah rapuh. Gimana nggak rapuh, kan digerogoti virus KKN yang ditularkan rezim penguasa saat itu. Pengaruh Yahudi yang begitu besar dalam percaturan ekonomi dan politik dunia sudah barang tentu menyebabkan pertarungan ideologi. Bahkan dalam tataran tertentu, sasaran ke negara berpenduduk muslim seperti Indonesia, dilandasi target 'hancurkan!'. Paling lemah, ya mereka dapat mengendalikan negara target untuk bersekutu demi kepentingan mereka dalam memerangi musuh-musuh mereka. Kalau menentang, konsekuensinya mereka akan menciptakan kekacauan, dalam bidang politik dan ekonomi. Aaarrrgghh... mau marah kan? Sementara itu, saat ini hanya ada satu sistem ekonomi dalam pasar dunia yaitu ekonomi kapitalistik ciptaan mereka. Salah satu ciri utamanya adalah peran akumulasi modal atau kapital dalam menjalankan roda perekonomiannya. Pola yang dikembangkan dengan sistem bunga, fiskal dan pajak. Zaim Saidi berpendapat bahwa sistem bungan itu anak dari demokrasi. Di Indonesia, kita sudah sama-sama tahu bahwa sistem ini mengakibatkan gap yang tajam antara si pemilik
15
modal besar dengan si pemilik modal kecil. Akibatnya angka kemiskinan membengkak di hampir semua wilayah Indonesia karena si gajah tega menindas si semut. Hal ini jelas menjadi kendala bagi pemberdayaan ekonomi lemah, seperti lembaga wakaf misalnya. Apalagi semua sektor sudah dicengkeram erat oleh sistem ribawi. Katakanlah di sektor mikronya sistem ekonomi Syariah sudah dijalankan. Namun pas berhadapan dengan kondisi makronya, kepentok lagi dengan sistem ribawi. Fakta-fakta di atas dipaparkan bukan bermaksud menjadikan kamu parno atau antipati sama Yahudi. Ini hanya sekedar gambaran bahwa sudah waktunya we get back on the track. Kembali bersatu dan menggerakkan sistem ekonomi Islam. Ini bisa menjadi alternatif yang luar biasa dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat muslim dunia. Apalagi tanda-tanda kebangkitan ekonomi Islam sudah mulai terasa dan isyarat kehancuran sistem kapitalisme mulai terlihat. Semangat yuk! Hyuuk... All for one, one for all... Sekarang kita akan melihat dulu keadaan dan potensi sumber daya alam di beberapa negara muslim. Sejak tahun 1945-1958, Timur Tengah telah memberikan sumbangan produksi minyak ke seluruh dunia. Pada mulanya sumbangan tersebut hanya sebesar 7,5% saja, tapi kemudian meningkat hingga 25,4%. Bahkan cadangan minyak yang dimiliki saat ini hampir 85% persediaan minyak
16
di seluruh dunia. Dan jika persediaan minyak ini dapat dikelola dan diberdayakan melalui kemampuan teknologi yang memadai, cadangan minyak yang ada bisa digunakan sampai 150 tahun ke depan. Libya, Aljazair, dan Tunisia diperkirakan memiliki cadangan minyak melimpah. Selain minyak, Indonesia dan Malaysia memiliki kekayaan berupa karet dan timah. Mesir memiliki kekayaan kapas terbesar di dunia. Turki yang menguasai Bosporus dan Dardanella sangat strategis sebagai penjaga pintu gerbang utara ke Laut Tengah. Dengan demikian, bisa dibilang lebih dari 60% wilayah Laut Tengah merupakan wilayah yang dimiliki oleh Islam. Tapi bangga saja nggak cukup lho. Soalnya kalau segala kekayaan itu tidak segera dioptimalkan dengan peningkatan iptek, bisa keburu habis dimanfaatkan pihak asing. Saat ini banyak negara muslim yang justru sedang terpuruk secara ekonomi masih terlena dengan kejayaan masa lalu. Sedangkan faktor lain terpuruknya ekonomi Islam adalah karena di saat yang sama sedang terjadi kebangkitan kapitalisme Eropa dan adanya pengaruh kultur tradisional yang belum melakukan modifikasi dengan pasar. Jadi sudah waktunya bagi negara-negara muslim berpikir dan bergerak untuk bersatu secara strategis dalam mengembangkan ekonomi masyarakatnya. Masyarakat muslim juga nggak harus terpaku dengan perkembangan teknologi dari barat yang kadang juga nggak sesuai dengan konsep pengembangan ekonomi Islam. Contohnya sistem bagi hasil dalam ekonomi Islam (mudharabah) yang dalam teori dan prakteknya beda banget
17
dengan sistem ekonomi modern yang dikenal dengan bank konvensional. Pemberdayaan ekonomi muslim harus dilakukan dengan meneliti dan menyesuaikan kebutuhan dan keadaan kehidupan masyarakat muslim itu sendiri. Sebaiknya masyarakat muslim memiliki kebijakan tersendiri berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi tanpa terpaku dan tergantung dengan kebijakan ekonomi barat atau eropa. Menurut MA Mannan, ekonom asli Bangladesh, strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat muslim dilakukan karena faktor-faktor berikut: 1.
Untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang luas dan berkembang pesat di negara muslim, sehingga hasilnya bisa dirasakan secara luas oleh masyarakat muslim juga.
2.
Untuk menyesuaikan sumber daya alam penduduk muslim yang berkembang pesat.
3.
Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan mengurangi pemborosan.
4.
Untuk menghindari eksploitasi monopolistik, bisnis spekulatif dan pemborosan yang anti sosial dalam sistem kompetitif.
5.
Untuk membantu terciptanya ditribusi pendapatan dan kekayaan yang lebih adil.
6.
Untuk melakukan menyeluruh dalam secara cepat.
dengan
perubahan struktural dan ekonomi negara-negara Islam
18
7.
Untuk pemerataan ekonomi antara negara muslim yang sudah maju dengan negara muslim yang sedang berkembang.
Di sini perlu banget lembaga-lembaga Islam yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi umat duduk bareng untuk mencari solusi memecahkan masalah ini. Perlu juga dipertimbangkan ide dimana masyarakat miskin harus menciptakan modal sosial sebagai senjata melakukan perubahan. Modal sosial itu misalnya: 1.
Bantuan dari luar hanya ditujukan kepada mereka yang sudah bisa membantu dirinya sendiri dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
2.
Masyarakat miskin harus jadi pelaku utama dalam perubahan.
3.
Mengidentifikasi masyarakat.
4.
Memberikan kesempatan yang luas bagi para dhuafa untuk berpartisipasi aktif dalam proses sosial.
5.
Mengenalkan dua bentuk intervensi, yaitu fokus pada kerjasama tingkat individu/pribadi per pribadi, dan melakukan kerjasama sosial yang didukung oleh reformasi institusi dan struktur yang memberdayakan
kebutuhan-kebutuhan
dasar
19
BAGIAN KEDUA The Alternative Solution: Wakaf! Seperti yang sudah kita bahas, bahwa situasi ekonomi umat Islam yang sedang sangat terpuruk ini harus segera diperbaiki. Salah satu cara adalah dengan mengoptimalkan lembaga-lembaga wakaf, termasuk yang ada di Indonesia. Mungkin diantara kamu ada yang belum faham, apa sih sebenarnya wakaf itu dan bagaimana penggunaannya, kok bisa membantu menjadi solusi bagi umat? Nah sekarang kita bahas satu-satu ya. A. What is Wakaf? Dalam istilah syara' secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (kepemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah digunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (Wakif) tanpa imbalan. Namun para ahli fikih dalam tataran pengertian wakaf yang lebih rinci, saling bersilang pendapat. Biar kamu nggak bingung, kita bahas sedikit ya. a.
Imam Abu Hanifah
20
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si Wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si Wakif, malah dia boleh menariknya kembali. Jika si Wakif meninggal dunia, harta wakaf diwariskan kepada ahli warisnya. Jadi efek dari wakaf hanyalah 'menyumbangkan manfaatnya'. b.
Imam Malik
Wakaf tetap menjadi milik Wakif, tetapi si Wakif tidak boleh melakukan sesuatu yang menyebabkan kepemilikannya atas harta itu lepas, dan ia nggak boleh menarik kembali wakafnya, serta ia wajib menyedekahkan manfaat wakaf tersebut. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk waktu tertentu, jadi tidak ada wakaf selamanya (kekal). Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, sedang benda itu tetap jadi milik si Wakif. c.
Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal
Wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakaf, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh lagi melakukan apapun terhadap harta yang diwakafkan. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana Wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.
21
d.
Madzhab Imamiyah
Benda yang diwakafkan menjadi milik mauquf alaih, namun tidak boleh menghibahkan dan menjualnya. Keabadian Benda Wakaf Para imam madzhab, kecuali Imam Maliki, berpendapat bahwa wakaf terjadi jika benda itu diwakafkan selamalamanya atau terus menerus. Itu sebabnya wakaf disebut sebagai shadaqah jariyyah. Sementara pendapat Maliki, wakaf ada jangka waktunya, setelah itu kembali kepada pemiliknya. Hal ini cukup relevan dengan kondisi saat ini, seperti kita kenal dalam hukum agraria ada istilah HGB (Hak Guna Bangunan), Hak Pakai, atau sistem kontrak. Penjualan Benda Wakaf Nggak terlalu banyak perbedaan di kalangan ulama tentang masalah ini. Ada yang sama sekali melarang menjualnya dan ada pula yang nggak berpendapat. Secara umum, ketentuannya adalah: a.
Masjid
Semua sepakat tidak boleh menjual masjid. Namun Imam Hambali berpendapat bahwa masjid boleh dijual ketika nggak ada jemaahnya yang shalat di situ lagi, atau karena masjid itu sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi kecuali dengan cara dijual. Jadi terpaksa banget... b.
Kekayaan masjid
Sebagian ulama membolehkan menjualnya atau mengambil manfaatnya sebagai upah bagi yang mengurusnya.
22
c.
Wakaf Non Masjid
Sebagian ulama, kecuali Syafii membolehkan menjual wakaf non masjid dengan alasan: 1.
Bila benda wakaf itu sudah tidak memberi manfaat lagi sesuai dengan peruntukkannya
2.
Bila hanya bisa dimanfaatkan dengan menjualnya
3.
Bila benda itu sudah rusak atau ambruk
4.
Bila disyaratkan atau diizinkan oleh Wakif
5.
Bila ada sengketa antara pengurus wakaf
6.
Bila benda wakaf itu dijual sehingga hasilnya bisa dipakai untuk memperbaiki bagian lainnya
7.
Bila masjidnya ambruk, barang-barang seperti batu bata, papan, pintu, kaca dll penjualannya dilihat dari kemaslahatannya yang dipandang oleh para pengurus.
Dasar Hukum Wakaf Tidak ada ayat Al Quran yang secara tegas memerintahkan wakaf. Namun ada ayat yang difahami berkaitan dengan wakaf sebagai amal kebaikan, misalnya: QS Al Hajj 77, Ali Imran 92, dan Al Baqarah 261. Selain itu ada beberapa hadits Nabi saw: Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya (HR Muslim).
23
Hadits tersebut dikemukakan dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan shadaqah jariyyah dengan wakaf (Imam Muhammad Ismail al Kahlani, tt. 87). Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa sahabat Umar ra memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah saw untuk memohon petunjuk. Umar berkata, "Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?" Rasulullah saw menjawab, "Bila kamu suka, kamu tahan pokoknya (tanahnya) dan kamu sedekahkan hasilnya". Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak juga dihibahkan dan tidak juga diwariskan. Berkata Ibnu Umar, Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta (HR Muslim). Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Umar mengatakan kepada Nabi saw, saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi saw mengatakan kepada Umar, "Tahanlah (jangan jual, hibahkan atau wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah" (HR Bukhari dan Muslim).
24
Jadi kalau melihat hukumnya, wakaf termasuk dalam kategori muamalah sunnah yang segala ketentuannya bersifat ijtihadi, artinya sesuai dengan hasil penggalian hukum-hukum oleh para ahli fikih. Sehingga hal itu sifatnya fleksibel. Jelas deh kalau wakaf itu potensinya cukup besar untuk bisa dikembangkan sesuai kebutuhan zaman, terutama dalam pengembangan ekonomi lemah. Beda dengan zakat. Kalau zakat kan hukumnya wajib dikeluarkan dengan batas nishab yang ditentukan. Ayat-ayat Al Quran yang membahas tentang zakat diantaranya adalah QS At-Taubah 60 dan At-Taubah 103. B. The History of Wakaf Masa Rasulullah saw Wakaf disyariatkan setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 2 Hijriyah. Ada dua pendapat fuqaha (para ahli fikih) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan wakaf. Sebagian ulama mengatakan, yang pertama melaksanakan wakaf adalah Rasulullah saw yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun masjid. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari 'Amr bin Saad bin Muad. Ia berkata, kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam. Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Anshar mengatakan adalah wakaf Rasulullah saw (Asy-Syaukani, 129).
25
Rasulullah saw pada tahun 3 Hijriyyah pernah mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah, diantaranya adalah kebun A'raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan beberapa kebun lainnya. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf adalah Umar bin Khattab ra, sesuai dengan hadits yang sudah kita bahas sebelumnya. Setelah Umar, syariat wakaf dilakukan oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kurma kesayangannya yang diberi nama Bairaha. Selanjutnya disusul Abu Bakar yang mewakafkan tanahnya di Mekkah. Utsman menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang subur. Mu'adz bin Jabal mewakafkan rumahnya yang disebut Dar al-Anshar. Wakaf juga dilaksanakan oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah saw. Tuh kan, para sahabat dan keluarga Nabi juga tidak segan-segan mewakafkan harta kesayangannya. Masa Dinasti-dinasti Islam Praktek wakaf semakin berkembang pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Semua orang berduyun-duyun melaksanakan wakaf. Wakaf tidak hanya untuk fakir miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, perpustakaan, membayar gaji para guru dan stafnya, serta memberi beasiswa bagi para siswa dan mahasiswanya. Semangat masyarakat melaksanakan wakaf telah menarik perhatian negara sehingga negara mau
26
mengelolanya secara profesional, untuk solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat.
membangun
Wakaf pada awalnya hanyalah keinginan seseorang untuk berbuat baik dengan kekayaannya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun setelah masyarakat Islam merasakan manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik. Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid, atau secara individu dan keluarga. Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar al-Hadhramiy, pada masa khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Ia sangat perhatian dan tertarik dengan pengembangan wakaf, sehingga membentuk lembaga wakaf tersendiri sebagaimana lembaga lainnya dibawah lembaga pengawasan hakim. Lembaga wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan di seluruh dunia Islam. Pada saat itu juga hakim Taubah mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak saat itu, pengelolaan lembaga wakaf di bawah Departemen Kehakiman dikelola dengan baik dan hasilnya disalurkan kepada yang membutuhkan dan yang berhak. Pada masa dinasti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan Shadr al Wuquuf yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola wakaf. Lembaga wakaf berkembang searah makin teraturnya administrasi.
27
Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir, perkembangan wakaf juga cukup menggembirakan, dimana hampir semua tanah pertanian menjadi tanah wakaf. Semuanya dikelola dan menjadi milik negara (baitul mal). Ketika Shalahuddin Al Ayyubi memerintah Mesir, ia bermaksud mewakafkan tanah-tanah milik negara, diserahkan kepada yayasan-yayasan keagamaan dan yayasan sosial, sebagaimana yang dilakukan oleh dinasti Fathimiyah sebelumnya. Sebenarnya dalam hukum fikih Islam, masih terdapat perbedaan pendapat dalam mewakafkan harta baitul mal. Orang pertama kali yang mewakafkan tanah milik negara (baitul mal) adalah Raja Nuruddin asy-Syahid dengan ketegasan fatwa yang dikeluarkan seorang ulama pada masa itu, Ibnu 'Ishrun dan didukung ulama lainnya, bahwa mewakafkan harta milik negara hukumnya boleh (jawaz). Argumentasinya adalah menjaga dan memelihara harta milik negara, sebab dasar hukumnya sebenarnya tidak boleh. Shalahuddin al-Ayyubi banyak mewakafkan harta milik negara untuk keperluan pendidikan, seperti mewakafkan beberapa desa (qaryah) untuk pengembangan madrasah madzhab Asy-Syafi'iyah, Malikiyah dan Hanafiyah. Dana didapat dengan model mewakafkan kebun dan tanah pertanian. Pembangunan madrasah madzhab Syafi'i dibangun di samping makam Imam Syafi'i, dengan cara mewakafkan kebun pertanian dan pulau Al-Fil. Dalam rangka kesejahteraan ulama dan pengembangan misi Sunni, Shalahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bagi orang Kristen yang datang dari Iskandariyah untuk
28
berdagang wajib membayar bea cukai. Hasilnya dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha dan keturunannya. Perkembangan wakaf pada masa dinasti Mamluk sangat pesat dan berkembang. Apapun yang dapat diambil manfaatnya boleh diwakafkan. Yang paling banyak diwakafkan adalah tanah pertanian dan gedung-gedung, seperti perkantoran, penginapan dan sekolah. Pada masa itu juga terdapat hamba-hamba sahaya yang diwakafkan untuk merawat lembaga-lembaga agama. Seperti mewakafkan budak/pelayan untuk mengurus masjid dan madrasah. Hal ini pertama kali dilakukan oleh penguasa dinasti Utsmani ketika menaklukkan Mesir, Sulaiman Basya yang mewakafkan budaknya untuk merawat masjid. Manfaat wakaf pada masa dinasti Mamluk digunakan sebagaimana tujuannya. Wakaf keluarga untuk kepentingan keluarga, wakaf umum untuk kepentingan sosial, membangun tempat pengurusan jenazah dan membantu fakir miskin. Ada juga wakaf untuk sarana di Mekkah dan Madinah (Haramain), seperti kain Ka'bah (Kiswatul Ka'bah). Raja Shaleh bin Al-Nasir membeli desa Bisus lalu diwakafkan untuk membeli kiswah Ka'bah setiap tahunnya dan mengganti kain kuburan Nabi saw dan mimbarnya setiap lima tahun sekali. Perundang-undangan wakaf pada dinasti Mamluk telah dimulai sejak Raja Al Dzahir Bibers al Bandaq (1260-1277 M) dimana dengan undang-undang tersebut Raja Al Dzahir Bibers memilih hakim dari masing-masing empat madzhab Sunni. Pada masa ini wakaf dibagi 3 kategori:
29
1.
Pendapatan negara dari hasil wakaf yang diberikan oleh penguasa kepada orang-orang yang dianggap berjasa;
2.
Wakaf untuk membantu Haramain (tanah suci Makkah dan Madinah);
3.
Wakaf untuk kepentingan masyarakat umum.
Sejak abad kelima belas, kerajaan Turki Utsmani dapat memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi sebagian besar wilayah Arab. Hal ini tentu saja mempermudah untuk menerapkan Syariat Islam, termasuk wakaf. Diantaranya adalah dibuatnya peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf yang dikeluarkan pada tanggal 19 Jumadil Akhir 1280 H. Undang-undang tersebut mengatur tentang pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara pengelolaan wakaf, cara pencapaian tujuan wakaf, dan melembagakan wakaf. Pada tahun 1287 H dikeluarkan undang-undang yang menjelaskan tentang kedudukan tanah-tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah wakaf produktif. Itu sebabnya sampai sekarang di wilayah Arab masih banyak tanah berstatus wakaf. Demikianlah wakaf masih dilaksanakan dari waktu ke waktu dan berkembang ke semua negara muslim, termasuk Indonesia. Bahkan lembaga wakaf itu telah meresap menjadi hukum adat bangsa Indonesia. Disamping di Indonesia juga banyak terdapat harta wakaf, baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak.
30
Di negara-negara muslim lain, wakaf juga mendapat perhatian serius sehingga menjadi amal sosial yang memberi manfaat bagi masyarakat banyak. Dalam sejarahnya, wakaf terus berkembang dengan inovasi yang sesuai dengan pergerakan zaman, seperti adanya bentuk wakaf tunai (uang), wakaf HAKI dll. Di Indonesia, saat ini wakaf juga mendapat perhatian yang lebih serius dengan dikeluarkannya Undang-Undang Wakaf untuk memayungi berbagai hal tyang terkait dengan wakaf. C. All About The Book of Wakaf Nah, sekarang kita mulai sedikit lebih dalam membahas tentang wakaf ini. Biar nggak pusing, kita bahas sedikit demi sedikit dulu. Syarat dan Rukun Wakaf Wakaf dinyatakan sah bila telah dipenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf adalah: 1.
Waqif (orang yang mewakafkan harta)
2.
Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan)
3.
Mauquf 'alaih (Pihak yang diberi wakaf/peruntukan
4.
Shighat
wakaf)
(pernyataan atau ikrar mewakafkan sebagian hartanya).
Wakif
untuk
Syarat Pemberi Wakaf (Wakif) Orang yang mewakafkan disyaratkan memiliki kecakapan hukum dalam membelanjakan hartanya. Hal ini mencakup 4 kriteria:
31
1.
Merdeka, bukan budak. Sekarang sudah tidak ada lagi kali ya yang disebut budak?
2.
Berakal sehat. Kalau orang tidak berakal sehat, alias gila, maka secara hukum apa yang dilakukan tidak sah.
3.
Dewasa/baligh. Kedewasaan juga menunjukkan kebebasan kehendak. Anak kecil yang belum baligh tidak boleh mewakafkan hartanya, kecuali didampingi oleh walinya.
4.
Tidak berada dalam pengampuan (boros/tabarru').
Syarat Benda Wakaf (Mauquf bih) Di sini akan berkaitan dengan dua hal, yaitu syarat sahnya harta yang diwakafkan, dan kadar benda yang diwakafkan. Syarat sahnya harta yang diwakafkan: 1.
Mutaqawwam (segala sesuatu yang dapat disimpan dan
2.
Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan, sehingga tidak menimbulkan sengketa atau kebingungan. Misalnya jangan mewakafkan sebagian tanah (sebagian yang mana?).
3.
Milik Wakif. Kepemilikannya harus juga sempurna, bukan sebagian milik orang lain. Contoh, mewakafkan rumah yang cicilannya belum lunas. Karena kepemilikannya belum sepenuhnya (sebagian milik
halal digunakan dalam keadaan normal/bukan dalam keadaan darurat).
32
pengembang), maka rumah dimaksud belum dapat diwakafkan. 4.
Terpisah, bukan milik bersama. Demikian juga, kepemilikan bersama tidak boleh diwakafkan, wong milik bersama kok. Ya, kalau yang lain semua setuju, tetapi kalau yang lain tidak setuju bagaimana?
Secara umum, syarat benda itu dapat diwakafkan ketika berupa benda yang memiliki keabadian manfaat yang dapat diambil berulang-ulang. Sifatnya tidak berupa benda yang langsung habis. Sebagai misal, makanan atau minuman. Kedua benda ini tidak bisa diwakafkan karena sifatnya yang langsung habis ketika dimakan atau diminum. Lagian nggak mungkin lah orang mewakafkan bakso semangkuk, bakwan sepiring, es buah sebaskom, minyak wangi sebotol, dan lain sebagainya. Kalau kita memberikan makanan, minuman, minyak wangi atau benda lain yang sifatnya dapat habis seketika kepada orang lain, maka disebut sedekah biasa. Sementara kalau wakaf itu, bendanya harus utuh dan manfaatnya dapat diambil secara berulang-ulang. Dalam undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf bahwa wakaf itu harus dapat diambil manfaat selamanya atau dalam jangka waktu tertentu. Bagaimana dengan wakaf uang? Bukankah uang sifatnya lentur, bisa muncul tiba-tiba, sekaligus bisa hilang dalam sekejab? Ya memang betul uang itu sifatnya mobile atau lentur. Namun, dalam pelaksanaan wakaf, uangnya tetap tidak boleh berkurang seperti karakter wakaf lainnya dengan cara
33
memelihara keabadiaan nilai nominalnya. Oleh karena itu, wakaf uang harus dikelola secara transparan untuk diinvestasikan pada produk-produk LKS dan/atau instrumen Syariah. (PP No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Wakaf, Pasal 48 ayat (2)). Bagaimana jika dalam pengelolaannya dilakukan di luar bank Syariah dan terjadi lost atau kerugian? Di dalam PP tersebut Pasal 48 ayat (5) telah mengatur, bahwa pengelolaan di luar bank Syariah harus mengasuransikan dengan asuransi Syariah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian yang dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan aset wakaf. Jenis Benda yang diwakafkan: Benda wakaf tak bergerak: a.
Tanah
b.
Bangunan
c.
pohon untuk diambil buah/hasilnya
d.
sumur untuk diambil airnya.
Benda wakaf bergerak: a.
hewan
Dalilnya dari Hadits yang diceritakan Abu Hurairah ra, "Orang yang menahan (mewakafkan) kuda di jalan Allah, karena imannya kepada Allah dan mengharapkan pahalanya dari Allah, maka makanannya, kotorannya, dan kencingnya dalam penilaian Allah yang mengandung kebaikan-kebaikan" (HR Bukhari).
34
b.
perlengkapan rumah ibadah
c.
senjata
d.
pakaian
e.
buku
f.
mushaf
g.
uang, saham, atau surat berharga lainnya. Ini yang sekarang dikenal dengan wakaf tunai.
Berhubungan dengan wakaf tunai, ada beberapa pendapat yang bisa kita ambil. 1.
Imam Bukhari menyebutkan bahwa Imam Azh Zhuhri (wafat 124H) berpendapat boleh mewakafkan dinar dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
2.
Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan memperbolehkannya sebagai pengecualian karena sudah banyak dilakukan masyarakat, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra, yang berbunyi, "Apa yang dipandang kaum muslimin itu baik, dipandang baik juga oleh Allah".
Syarat Penerima Wakaf (Mauquf 'alaih) Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan syariat Islam. Pada dasarnya, wakaf adalah amal kebaikan yang mendekatkan diri manusia
35
kepada Tuhannya. Karena itu mauquf 'alaih haruslah pihak yang berbuat kebajikan. Para ulama fikih sependapat bahwa infaq kepada pihak yang berbuat kebajikan inilah yang membuat wakaf menjadi ibadah yang mendekatkan manusia kepada Tuhannya. Pentingnya Pengelola Wakaf (Nazhir) Nazhir adalah pihak yang diberi kepercayaan mengelola harta wakaf. Para ulama sepakat bahwa Wakif harus menunjuk Nazhir, baik perseorangan, organisasi atau lembaga. Tujuannya agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta itu tidak sia-sia. Kalau Nazhir nggak mampu melaksanakan tugasnya, maka pemerintah wajib menggantinya dengan tetap menjelaskan alasan-alasannya. Syarat moral Nazhir: 1.
Paham tentang hukum wakaf dan ZIS
2.
Jujur, amanah dan adil
3.
Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha
4.
Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan
5.
Cerdas spiritual dan emosional.
Syarat manajemen: 1.
Punya jiwa leadership yang OK. Jiwa kepemimpinan itu penting karena terkait dengan pengelolaan harta umat dan manajemen SDM.
36
2.
Visioner. Maksudnya, memiliki pengembangan masa depan.
konsep
untuk
3.
Cerdas intelektual, sosial dan pemberdayaan. Tentu, kecerdasan sangat penting, karena untuk memecahkan berbagai persoalan diperlukan kejelian dan kecepatan penanganan.
4.
Profesional dalam bidang pengelolaan harta. Ya, kalau belum memiliki pengalaman dalam pengelolaan harta takut amburadul.
Syarat bisnis: 1.
Mempunyai keinginan. Tentu keinginan dalam pengelolaan. Bahasa sederhananya memiliki semangat.
2.
Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk magang. Pengalaman merupakan salah satu poin penting. Tanpa pengalaman dikhawatirkan bekerja tidak optimal.
3.
Punya ketajaman untuk melihat peluang usaha seperti seorang enterpreneur. Hmm... kira-kira siap nggak ya jadi Wakif atau Nazhir?
D. The Types of Wakaf Bila ditinjau dari segi peruntukannya, wakaf dibagi atas dua jenis, yaitu: 1.
Wakaf Ahli
37
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, satu orang atau lebih, keluarga si Wakif atau bukan. Dalilnya secara hukum Islam dibenarkan berdasarkan Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik ra tentang adanya wakaf keluarga Abu Thalhah terhadap kaum kerabatnya. Di ujung hadits tersebut dinyatakan sebagai berikut: Aku telah mendengar ucapanmu tentang hal tersebut. Saya berpendapat sebaiknya kamu memberikannya kepada keluarga terdekat. Maka Abu Thalhah membagikannya untuk para keluarganya dan anak-anak pamannya. Pada perkembangannya, wakaf ahli dinilai kurang bisa dirasakan manfaatnya oleh umum. Apalagi kadang suka muncul pertentangan antar keluarga. Di Mesir, Turki, Maroko dan Aljazair, wakaf jenis ini telah dihapuskan. Menurut pertimbangan dari berbagai segi, wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak produktif. 2.
Wakaf Khairi
Wakaf yang peruntukkannya secara tegas untuk keagamaan dan kepentingan masyarakat luas. Seperti wakaf yang diserahkan untuk kepentingan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, kuburan, panti asuhan yatim piatu, dan lain sebagainya yang berupa wakaf konsumtif. Sedangkan yang produktif itu terdiri dari berbagai jenisnya. Hal yang membedakan dengan yang konsumtif adalah pola pengelolaannya, seperti wakaf tanah yang dikelola secara produktif, tanah wakaf yang di atasnya dibangun
38
usaha-usaha produktif, wakaf uang yang dikelola pada produk-produk Syariah dan jenis wakaf produktif lainnya. Prinsip dari wakaf khairi ini adalah untuk kebajikan umum. Jika wakaf ahli hanya diperuntukkan kepada keluarga atau orang-orang tertentu. Sedangkan wakaf khairi cakupannya lebih luas, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat, baik untuk kepentingan ibadah murni, seperti masjid, mushalla, panti asuhan, kuburan, atau untuk kepentingan sosial lainnya, seperti sumur (sumber air), jembatan, tanah wakaf yang peruntukannya untuk umum dan lain sebagainya. Benda-benda yang Boleh Diwakafkan Nah, kita sudah membahas jenis wakaf tersebut, kirakira sudah kepikiran belum, apa yang bisa kita wakafkan dari harta kita. Kayaknya nih kalau zaman sekarang, kita susah deh mewakafkan hewan peliharaan. Kalau hewannya berguna bagi umum sih bisa. Misalnya hewan ternak. Pada zaman dulu, hewan yang diwakafkan itu berupa hewan yang bisa diambil manfaatnya, seperti kuda untuk perang atau unta untuk sarana transportasi. Tapi kayaknya wakaf model beginian sudah kurang relevan. Begitu juga dengan pakaian. Bagaimana kegunaan pakaian kita untuk umum? Ya, pakaian yang dimaksud itu adalah salah satunya pakaian perang. Tentu kamu tahu bahwa pakaian perang pada jaman dulu terbuat dari besi, atau kere (bahasa Jawa) yang berfungsi untuk menahan atau pelapis badan dari serangan musuh, seperti sabetan pedang atau panah.
39
Kasus wakaf senjata demikian juga. Kalau zaman sekarang, di Indonesia, kita mewakafkan senjata, salahsalah kita bisa dicurigai mau berbuat kejahatan atau mendukung terorisme. Konteks wakaf senjata adalah saat dimana Islam pada waktu itu dalam kondisi mendapat serangan dari musuh. Namun, dalam keadaan damai, rasanya nggak mungkin wakaf berupa senjata. Karena prinsip dari senjata, khususnya sejata api, dikuasai oleh negara sebagai alat untuk mempertahankan diri atau untuk menjaga negara dari serangan musuh. Wakaf yang paling mungkin untuk dilakukan dari dulu hingga kini adalah wakaf tanah, bangunan, uang, kendaraan, logam mulia, surat berharga atau buku (yang sesuai dengan Islam dan atau prinsip-prinsip penyebaran ilmu). So, jangan tunggu waktu berlalu. Persiapkan diri kita untuk mewakafkan harta kita untuk kemaslahatan umum. E. The Golden Arrow: Wakaf for Charity Pada masa kejayaan Islam, wakaf sudah pernah mencapai puncak keemasannya, walaupun pengelolaannya masih sangat sederhana. Pada abad 8-9 Hijriyyah dipandang sebagai zaman keemasan wakaf. Pada saat itu wakaf meliputi berbagai macam benda, yaitu masjid, mushalla, sekolah, tanah pertanian, rumah, toko, kebun, pabrik roti, bangunan kantor, gedung pertemuan dan perniagaan, bazaar, pasar, tempat pemandian, tempat pangkas rambut, gudang beras, pabrik sabun, tempat pembiakan ayam, dll. Banyak banget kan? Soalnya para penguasa zaman dulu itu serius
40
banget untuk mengembangkan wakaf dan menganjurkan rakyatnya untuk berwakaf. Kebiasaan tersebut dilanjutkan hingga sekarang di beberapa negara dengan menggunakan wakaf untuk proyek penulisan buku, penerjemahan, dan riset dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan. Penggunaan wakaf dalam bidang kesehatan juga mencakup pembangunan rumah sakit, sekolah-sekolah kedokteran, dan pembangunan industri farmasi dan obat-obatan. Dilihat dari bentuknya, wakaf ternyata bukan hanya dalam bentuk benda tak bergerak. Di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi dan Turki, wakaf juga berbentuk tanah pertanian, perkebunan, flat, uang, saham, real estate yang kesemuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya dapat benar-benar digunakan untuk kesejahteraan umat. Dari negara-negara tersebut, Turki adalah negara yang paling panjang sejarah perwakafannya. Pemberdayaan wakaf mencapai puncaknya pada masa dinasti Utsmaniyah. Pada tahun 1925 diperkirakan tanah wakaf mencapai lebih dari separo tanah produktif. Hebat ya? Selain pemerintah, mereka juga memiliki sebuah lembaga yang memobilisasi sumber-sumber wakaf untuk membiayai bermacam-macam proyek joint venture yang disebut Waqf Bank and Finance Corporation. Hasil wakaf produktif misalnya wakaf rumah sakit, seperti rumah sakit yang didirikan tahun 1823 oleh ibunda Sultan Abdul Mecit di Istambul. Rumah sakit modern ini memiliki 1425 tempat tidur dan sekitar 400 dokter,
41
perawat, dan staf. Sedangkan untuk pelayanan pendidikan dan sosial dilakukan oleh lembaga Imaret yang sudah dikenal sejak masa Utsmaniyah. Sedangkan upaya komersial Ditjen Wakaf Turki adalah melakukan kerjasama dan investasi di berbagai lembaga seperti Yvalik and Aydem Olive Oil Corp., Tasdelen Healthy Water Corp., Auqaf Guraba Hospital, Taksim Hotel (Sheraton), Turkish Is Bank, dan Aydin Textile Industry. Di Mesir ada berbagai macam harta yang telah dikelola Badan Wakaf. Antara lain harta yang dikhususkan pemerintah untuk anggaran umum; barang yang menjadi jaminan hutang, hibah, wasiat, dan sedekah; dokumen dan uang/harta yang harus dibelanjakan dan benda lain yang berguna untuk mengembangkan/meningkatkan harta wakaf. Agar harta-harta ini produktif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, Badan Wakaf menetapkan beberapa kebijakan: 1.
Menitipkan harta wakaf di bank Islam agar dapat berkembang;
2.
Melalui Wizaratu Awqaf, Badan Wakaf berpartisipasi untuk mendirikan bank-bank Islam dan bekerja sama dengan berbagai perusahaan;
3.
Memanfaatkan tanah-tanah kosong untuk dikelola secara produktif dengan cara mendirikan lembagalembaga ekonomi bekerja sama dengan beberapa perusahaan;
4.
Membeli saham dan obligasi perusahaan-perusahaan penting.
42
Jadi di Mesir, bukan saja harta wakafnya yang beraneka ragam, tapi juga pengelolaannya fleksibel. Tenaga pengelolanya profesional dan dilandasi Undang-undang yang jelas. Di Bangladesh dalam banyak kasus, penghasilan dari banyak harta wakaf yang kecil-kecil dan tersebar amat tidak mencukupi untuk biaya pemeliharaan harta wakaf itu sendiri. Harta wakaf di bawah kekuasaan Nazhir tradisional justru menjadi beban umat karena tidak menghasilkan apaapa. Yang juga menambah kusut adalah wakaf yang dikelola perseorangan yang kurang bertanggung jawab. Kondisi inilah yang melatarbelakangi dilakukannya reformasi dalam manajemen administrasi harta wakaf di sana. Di sana ada lembaga non-pemerintah yang menjadi solusi dalam menangani kemiskinan yaitu Social Investment Bank Limited (SIBL). Bank ini menjadi alternatif peningkatan pendapatan bagi jutaan warga miskin, disamping pilihan yang menguntungkan bagi warga kaya untuk investasi, mendapatkan bagi hasil dan hidup dalam lingkungan yang lebih aman dan damai. Caranya SIBL memperkenalkan Sertifikat Wakaf Tunai, sebuah produk baru dalam sejarah perbankan sektor voluntary. Di Dakka, SIBL membuka peluang untuk membuka rekening deposito wakaf tunai dengan tujuan berbagai sasaran penting jangka panjang. Hal yang ditangani antara lain peningkatan standar hidup orang miskin, rehabilitasi orang cacat, peningkatan standar hidup warga penghuni daerah kumuh, membantu pendidikan anak yatim piatu, beasiswa, pengembangan pendidikan modern dan sekolah, kursus, akademi hingga universitas. Juga mendanai riset, mendirikan rumah sakit
43
dan bank darah, menyelesaikan masalah sosial warga nonmuslim, membantu proyek penciptaan lapangan kerja, dan menghapus kemiskinan. Wakaf tunai di Bangladesh terbukti membuka peluang yang unik untuk menciptakan investasi. Caranya adalah dengan membuka penukaran tabungan orang-orang kaya dengan Cash Waqf Certificate. Hal-hal tersebut tentu membuat negara kita juga bersemangat mengembangkan masalah wakaf ini. Secara jumlah, harta wakaf di tanah air kita sangat besar, dan sebagian besarnya berupa tanah yang dibangun untuk rumah ibadah, lembaga pendidikan Islam, pekuburan dan lain-lain yang rata-rata tidak produktif. Hal ini mendapat perhatian khusus karena selama ini wakaf pada umumnya berbentuk benda nggak bergerak, yang sebenarnya potensinya besar sekali seperti tanah-tanah produktif strategis untuk dikelola secara produktif. Untuk itu harta wakaf harus dikelola dengan manajemen yang baik dan modern, serta tetap sesuai syariat Islam dong. Tentu saja ini butuh kerjasama dari semua pihak, termasuk perbankan dan lembaga-lembaga pihak ketiga yang tertarik pada pengembangan wakaf. Kerjasama ini butuh dukungan dan komitmen semua pihak, seperti pemerintah, ulama, kaum profesional, cendekiawan, pengusaha, arsitek, perbankan, lembaga bisnis, lembaga penjamin dan keuangan syariah dan seluruh masyarakat umum (kita nih termasuk). Mustafa Edwin Nasution pernah membuat perkiraan kasar bahwa jika jumlah penduduk muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta jiwa dengan penghasilan rata-
44
rata 0,5-10 juta perbulan. Misalnya jika penduduk berpenghasilan 0,5 juta rupiah ada 4 juta jiwa saja dan setiap tahun berwakaf Rp 60.000, setiap tahun akan terkumpul 240 milyar rupiah. Jika warga yang berpenghasilan 1-2 juta rupiah ada sebanyak 3 juta jiwa dan masing-masing berwakaf Rp 120.000 akan terkumpul dana sebesar Rp 360 milyar. Jika warga berpenghasilan 2-5 juta ada sebanyak 2 juta orang dan setiap tahun berwakaf Rp 600.000, akan terkumpul dana Rp 1,2 trilyun. Dan jika warga berpenghasilan 5-10 juta ada 1 juta jiwa dan setiap tahun berwakaf Rp 1,2 juta akan terkumpul dana Rp 1,2 trilyun. Jadi dana yang terkumpul mencapai 3 trilyun rupiah pertahun. Wow, subhanallah, luar biasa besar bukan? Jika dana itu diserahkan kepada pengelola profesional dan oleh pengelola wakaf tersebut diinvestasikan di sektor yang produktif, dimana mereka menjamin jumlahnya tidak berkurang, tapi justru bertambah dan akan terus bergulir. Misalnya saja dana itu dititipkan di Bank Syariah yang katakanlah setiap tahun memberikan bagi hasil sebesar 9% maka pada akhir tahun sudah ada dana segar 270 milyar rupiah. Akan sangat banyak yang bisa dilakukan untuk pemberdayaan ekonomi umat dengan uang sebanyak itu. Model wakaf tunai sangat tepat memberikan jawaban yang menjanjikan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi Indonesia, melepaskan bangsa kita dari jerat hutang dan ketergantungan terhadap luar negeri. Nanti akan kita bahas lagi lebih lanjut tentang wakaf tunai di bagian keempat ya... Sekarang kita gali terus masalah perwakafan di Indonesia
45
BAGIAN KETIGA Overview: Wakaf di Indonesia Sudah kita ketahui kalau tanah wakaf dan harta-harta wakaf di Indonesia jumlahnya banyak sekali dan masih banyak yang belum dikelola secara baik, sehingga hasilnya juga belum bisa digunakan secara optimal untuk kepentingan umat. Perwakafan dan tanah wakaf di Indonesia termasuk ke dalam bidang Hukum Agraria, yaitu perangkat peraturan yang mengatur tentang bagaimana penggunaan dan pemanfaatan bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia, untuk kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia, bagaimana hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa, serta hubungan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. Pengaturan dan pelaksanaan perwakafan tanah hak milik di Indonesia dapat dibagi dalam 3 waktu: 1.
Sebelum kemerdekaan
2.
Setelah kemerdekaan
Sebelum Kemerdekaan Lembaga perwakafan sebenarnya sudah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu oleh penduduk muslim di Indonesia. Hal ini wajar karena di Indonesia banyak berdiri kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Samudera Pasai, dan lain-lain. Lembaga perwakafan itu berasal dari lembaga yang berdasar hukum Islam, namun seolah-olah sudah disepakati
46
bahwa lembaga tersebut juga adalah merupakan bagian hukum adat Indonesia, sebab diterimanya lembaga ini berasal dari suatu kebiasaan masyarakat. Sejak zaman dulu, peraturan tentang wakaf ini telah diatur dalam Hukum Adat yang sifatnya tidak tertulis dengan bersumber dari Hukum Adat. Pemerintah Kolonial juga telah mengeluarkan beberapa peraturan tentang wakaf.
Setelah Kemerdekaan Beberapa waktu setelah proklamasi kemerdekaan, peraturan perwakafan zaman Belanda masih diberlakukan, mengingat belum lengkapnya peraturan kenegaraan kita. Namanya juga negara baru. Namun tanggal 22 Desember 1953, Departemen Agama mengeluarkan Petunjuk-petunjuk Mengenai Wakaf. Untuk selanjutnya perwakafan ini menjadi wewenang bagian D (ibadah sosial) Jawatan Urusan Agama. Kemudian tahun 1956 dikeluarkan Surat Edaran tentang Prosedur Perwakafan Tanah. Beberapa peraturan perwakafan tanah di atas ternyata dirasakan kurang memadai dan masih banyak kelemahannya. Yaitu belum memberikan kepastian hukum mengenai tanah-tanah wakaf. Untuk itu pemerintah terus mengadakan peraturan-peraturan khusus, baik secara Hukum Agraria maupun peraturan pemerintah lainnya. Setelah melalui proses yang cukup panjang dan penelitian yang mendalam, akhirnya keluarlah Undangundang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan
47
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya. Jadi semua peraturan perwakafan sebelumnya nggak berlaku lagi. Tujuan dari adanya Undang-undang wakaf dan Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaannya yaitu agar wakaf dapat diakomodir dalam koridor peraturan perundang-undangan yang khusus. Selain itu, ada tujuan lain yang lebih penting, yaitu agar wakaf dapat dikelola dan dikembangkan secara produktif sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Kira-kira, kenapa ya, perwakafan di Indonesia belum semaju di negara lain? A. Weaknesses and Threads Banyak hambatan dan tantangan yang bisa kita anggap sebagai penyebab kenapa perkembangan wakaf di Indonesia belum semaju di negara lain.
1.
Paham masyarakat Indonesia tentang wakaf
Sejak datangnya Islam di Indonesia, wakaf telah dilaksanakan berdasarkan faham yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Islam Indonesia, yaitu madzhab Syafi'iyah dan adat kebiasaan setempat. Misalnya saja nih, perwakafan itu dilaksanakan dengan prinsip saling percaya, nggak pakai pencatatan. Ikrar dilakukan secara lisan kepada seseorang atau sebuah lembaga yang dipercaya. Wakaf dianggap sebagai sebuah amal shaleh yang nggak harus melibatkan pencatatan
48
administratif segala. Harta wakaf dianggap sebagai milik Allah semata dan nggak bakal ada yang berani mengganggu. Jadi yang penting jujur dan saling percaya. Lugu banget kan? Nah kalau selanjutnya timbul perselisihan, baru deh bingung nyari bukti-buktinya. Belum lagi masalah-masalah lain yang jadi ribet karena berpegang pada adat dan kebiasaan serta madzhab. Misalnya nih, masalah ikrar, harta yang boleh diwakafkan, kedudukan harta setelah diwakafkan, tujuan harta wakaf, dan boleh tidaknya tukar menukar harta wakaf.
2.
Jumlah tanah wakaf strategis
Menurut data Departemen Agama terakhir terdapat kekayaan tanah wakaf di Indonesia sebanyak 403.845 lokasi dengan luas 1.566.672.406 m2. Dari total jumlah seluruhnya tidak semuanya berlokasi strategis secara ekonomis. Tanah wakaf berupa perkebunan, sawah, ladang ternyata banyak yang nilai ekonomisnya sangat minim. Letak ketidakstrategisan secara ekonomis bisa dilihat dari: a.
letaknya yang jauh dari pusat perekonomian
b.
tanahnya gersang atau tidak subur
c.
kemampuan pengelolaan tanah yang minim.
Disamping masalah tanah yang tidak strategis secara ekonomis, kendala lain adalah di dalam masyarakat kita masih terjadi pro kontra pengalihan tanah wakaf untuk tujuan produktif maupun pemanfaatannya.
49
Misalnya; seorang Wakif mewakafkan tanahnya untuk sebuah pesantren di pusat kota, sementara letak tanahnya ada di desa yang jauh banget dari pesantren itu. Pesantrennya sendiri nggak mampu mengelola tanah itu karena lokasinya yang jauh, nggak mampu menyediakan transportasi bolak-balik dan masalah lain. Otomatis tanah itu jadi 'nggak terurus' kan. Ketika para Wakif ditawarkan untuk menjual tanah itu dan hasilnya untuk pesantren itu, misalnya untuk membangun perpustakaan, mereka menolak karena memegangi faham bahwa wakaf tidak bisa dijual. Untuk mengatasi hal tersebut, Pesantren Gontor mencari cara lain agar harta wakaf dapat dikelola secara optimal. Yaitu, sebelum calon Wakif ingin mewakafkan hartanya, misal tanah sawah, tidak secara otomatis pesantren Gontor menerimanya karena terkait dengan amanah dan tanggung jawab pengelolaan. Jika kondisi tanahnya strategis, maka akan diterima. Namun, jika letak tanahnya kurang menguntungkan karena jauh dan tidak memungkinkan untuk dikelola oleh pesantren Gontor, maka disarankan kepada calon Wakif agar bersedia menjualnya dan hasil penjualannya (berupa uang) kemudian diwakafkan kepada pesantren Gontor. Sebagai misal digunakan untuk membeli tanah di sekitar pesantren atau untuk membangun gedung, dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, diharapkan orang berwakaf dapat dimanfaatkan oleh umat. Karena banyak Nazhir yang
50
”asal” terima wakaf dari Wakif tanpa mempertimbangkan asas kemampuan dan amanah dalam pengelolaan wakaf.
3.
Banyaknya tanah wakaf yang belum bersertifikat
Banyak tanah wakaf yang tidak mempunyai bukti administratif karena banyak Wakif yang menjalankan tradisi lisan dengan kepercayaan yang tinggi jika akan mewakafkan tanahnya kepada Nazhir perseorangan atau lembaga. Tanah yang kayak gini jelas potensial menimbulkan sengketa dan nggak bisa dimanfaatkan secara produktif. Tradisi lisan memang menjadi kebiasaan orang kita. Apa-apa dianggap cukup hanya dengan lisan. Contoh, orang meminjam duit puluhan juta hanya dengan lisan, karena orang dulu masih tinggi tingkat kepercayaannya. Dalam beberapa waktu, mungkin kepercayaan itu masih terjaga karena masih ingat. Namun jika sudah lama dan orang yang diberi kepercayaan itu mulai-mulai ngeles, ini kan bahaya. Jangankan waktunya sudah berganti generasi, antara yang memberi kepercayaan dengan yang diberi kepercayaan sama-sama masih hidup saja sering terjadi masalah. Demikian juga pelaksanaan wakaf tanah. Banyak Wakif yang menyerahkan tanahnya untuk wakaf kepada seorang kyai, ajengan, ustad atau tokoh agama dengan menyerahkan surat-surat tanah begitu saja tanpa tanda bukti. Oleh sang kyai, ajengan, ustad atau tokoh itu, tanahnya tidak segera diurus karena alasan tertentu. Namun, begitu yang menerima amanah wakaf (Nazhir) meninggal dunia, maka ahli warisnya menganggap tanah-tanah wakaf itu sebagai
51
warisan. Dikira, tanah-tanah yang sebenarnya tanah wakaf itu milik orang tuanya yang boleh dibagi-bagi sesama ahli waris. Bahkan dibuat rebutan pula. Ini bukan isapan jempol lho! Karena apa yang dijelaskan di atas merupakan kenyataan di lapangan. Tentu disini tidak dapat disebutkan dimana dan kasus mana saja, karena terkait dengan nama baik pihak-pihak tertentu. So, dengan masih banyaknya tanah wakaf yang belum bersertifikat, menjadi salah satu hambatan bagi pemberdayaan dan pengembangan wakaf di masa mendatang. 4.
Nazhir masih tradisional-konsumtif
Meskipun Nazhir bukan merupakan salah satu rukun wakaf, namun posisi Nazhir menjadi kunci bagi manfaat dan tidaknya aset wakaf. Jumhur ulama sepakat bahwa Nazhir menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan penyelenggaraan wakaf. Namun, kondisi Nazhir di Indonesia secara umum masih tergolong tradisional-konsumtif. Ada beberapa sebab kenapa Nazhir tergolong tradisionalkonsumtif, yaitu: a.
Para Nazhir masih mengikuti pandangan bahwa lebih penting memikirkan aspek keabadian benda wakaf daripada pemanfaatannya. Akibatnya banyak banget benda-benda wakaf yang kurang memberi manfaat kepada masyarakat banyak dan dibiarkan begitu saja sampai rusak nggak terurus. Bisa dimaklum, Nazhir model seperti ini biasanya memiliki pandangan keagamaan yang cenderung ortodok, atau kaku karena kuatnya pengaruh mazhab.
52
b.
Rendahnya kualitas Nazhir. Banyak pengelola wakaf itu yang nggak punya kemampuan manajerial sehingga benda wakaf nggak terurus. Seperti disebut di atas bahwa Wakif memilih Nazhir hanya karena berdasarkan kepercayaan tanpa mempedulikan kemampuan Nazhir dalam pengelolaan wakaf. Tentu kondisi Nazhir seperti itu terdapat andil juga karena pilihan Wakif itu sendiri. Bagini ya, kenapa Wakif ikut andil? Karena Wakif memiliki hak penuh untuk memilih Nazhir.
c.
Banyak Nazhir yang tidak memiliki komitmen dan integritas yang kuat dalam membangun semangat pemberdayaan wakaf untuk kesejahteraan umat. Sedihnya, ada juga lho yang mengambil keuntungan sepihak dengan menyewakan tanah wakaf untuk bisnis demi kepentingan pribadi dan sengaja menjual kepada pihak ketiga secara nggak sah. Intinya, banyak Nazhir yang nakal dengan memanfaatkan secara sepihak. Bahkan ada juga yang tega menjual tanah wakaf kuburan untuk kepentingan memperkaya diri sendiri. Emangnya nggak takut sama penghuninya kalau pada bangun untuk meminta pertanggung jawaban? Kuburan saja dijual, apalagi tanah wakaf biasa. Gawat deh!
B. The All New Product: Wakaf Produktif Sebenarnya sih, kalau dilihat dari dasar pelaksanaannya, dari sononya memang bisa dikatakan kalau pelaksanaan perwakafan itu memang ditujukan untuk produktif agar hasilnya dapat lebih optimal. Meskipun tidak semua aset
53
wakaf harus dibuat produktif, seperti masjid, musholla, kuburan dan lain-lain. Namun, jika benda wakaf itu memungkinkan untuk dikelola secara produktif, maka seharusnya juga dikelola secara produktif. Untuk mengelola wakaf secara produktif, terdapat beberapa asas yang mendasarinya, yaitu: a.
Asas Keabadian Manfaat
Praktek pelaksanaan wakaf yang dianjurkan Nabi saw yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab ra dan diikuti oleh beberapa sahabat Nabi yang lain menekankan sangat pentingnya menahan keberadaan benda wakaf dan diperintahkan untuk menyedekahkan hasil dari pengelolaan benda wakaf tersebut. Dalam bahasa Arab seperti ini: ihbis ashlaha wa tashaddaq tsamrataha. Pemahaman yang paling mudah untuk dicerna dari maksud Nabi tersebut adalah, prinsip dari ajaran wakaf itu bukan hanya terletak pada pemeliharaan bendanya, tetapi yang lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk kepentingan bersama. Di sini nih nilai produktifnya! O ya, ada riwayat nih tentang Masjid Nabawi. Nggak apa-apa kan 'jalan-jalan' dulu ke Madinah? Rasulullah saw ingin membangun sebuah masjid di tempat unta beliau berhenti pada saat kedatangan beliau pertama kali di Madinah, yaitu di Mirbad, di sebidang tanah milik dua anak yatim asuhan As'ad bin Zararah. Dua anak yatim itu pinginnya memberikan gratis tanah itu untuk Nabi. Buat nyari pahala saja sih niatnya. Tetapi Nabi berkeras ingin membayarnya. Sementara para sahabat juga ingin urunan/iuran untuk menebus tanah itu buat masjid Nabi.
54
O ya sebelum dibangun masjid, di situ ada beberapa batang pohon kurma dan kuburan orang-orang musyrik. Setelah tanah tersebut dibebaskan, Nabi memerintahkan pemotongan pohon-pohon kurma dan kuburan yang di situ diratakan dengan tanah. Pohon-pohon kurma yang ditebang lalu dipasang berjejer sebagai penanda kiblat (waktu itu masih mengarah ke Masjid Baitul Maqdis). Mulai dari tempat kiblat hingga ke Baitul Maqdis panjangnya seratus hasta. Begitu juga samping kanan dan kirinya. Bagian kanan dan kirinya diperkuat dengan batu dan untuk pemasangan fondasi tanahnya digali sedalam tiga hasta. Kemudian dipasang batu bata. Masjid selesai dibangun dalam bentuk sederhana. Lantainya dari kerikil dan pasir, atapnya dari pelepah kurma. Bila turun hujan, tanahnya berlumpur jeblok, dan banyak binatang yang mondar-mandir di situ. Jorok kan? Namun sekarang masjid tesebut jadi masjid termewah di dunia karena sudah mengalami perbaikan dan pembangunan secara bertahap. Jadi masjid Nabawi diawali dari sebuah kesadaran bersama dari Nabi saw dan para sahabat untuk beramal jariyyah, yang kini sudah nggak ada lagi bentuk asalnya yang sederhana. Coba bayangkan kalau sampai sekarang masjid Nabawi masih dengan bentuk aslinya. Pasti para jemaah haji males banget deh shalat di situ biarpun dijanjikan pahala yang sangat besar. Jadi sebenarnya yang penting bukan bangunan aslinya, tapi kemanfaatannya yang abadi sampai sekarang,
55
sesuai dengan niat para Wakifnya, yaitu Nabi saw dan para sahabatnya. Apalagi sekarang sekitar Masjid Nabawi dikelilingi oleh hotel, restoran, swalayan, ruko-ruko dan pusat bisnis lainnya. Pokoke, antara masjid megah dengan pusat bisnis menjadi satu lanskap yang utuh. Antara kepentingan akhirat dan dunia menyatu dalam satu kesatuan yang apik, rapi yang salaing mendukung. Truss, bagaimana sih benda wakaf itu bisa dibilang memiliki keabadian manfaat? Coba simak baik-baik di bawah ini, yaitu: 1.
Benda itu dapat dimanfaatkan/digunakan oleh orang banyak. Jadi bukan hanya bisa dinikmati oleh seorang saja, tetapi masyarakat banyak. Kalau benda yang diwakafkan tidak dapat diambil manfaat, seperti misalnya mewakafkan sebatang kayu yang tidak dapat dimanfaatkan, maka sebaiknya nggak usah wakaf saja lah!
2.
Wakif dan penerima wakaf sama-sama berhak memanfaatkan benda wakaf tersebut secara berkesinambungan. Seorang Wakif juga boleh lho mengambil manfaat dari apa yang diwakafkan, sama seperti yang lain. Tentu ada catatan, Wakif jangan merasa bahwa itu masih miliknya dan kemudian ngambil manfaat seenaknya. Karena benda yang sudah diwakafkan merupakan milik Allah atau umat Islam.
3.
Nilai immateril nya juga banyak. Misalnya masjid nggak hanya buat shalat saja, tapi ada minimarketnya, perpustakaannya, sekolahnya, TPA-nya dll. Artinya
56
potensi nilai manfaatnya bisa lebih banyak dari pada potensi nilai matrialnya. 4.
Benda wakaf itu tidak menjadi mudharat bagi orang di sekitarnya. Kalau ada Wakif yang mewakafkan tempat hiburan, seperti bilyard misalnya, dan dalam kenyataannya justru dijadikan tempat nongkrong, judi atau pacaran, maka wakaf tempat bilyard itu tidak memiliki keabadian manfaat. Oleh karena itu, wakaf model ini yang cenderung tidak memberi manfaat atau bahkan membuat madharat, seharusnya dihindari. Masak, orang berwakaf diskotik misalnya yang justru sebagai tempat maksiyat atau dosa.
b.
Asas Pertanggungjawaban
Wakaf harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bentuknya adalah dengan mengelolanya secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasarkan kepada: 1.
Tanggung jawab kepada Allah swt atas perilaku dan perbuatannya. Tanggung jawab kepada Tuhan adalah tanggung jawab yang paling tinggi. Tentu muaranya ada dalam hati, karena terkait dengan keyakinan. Jika dirunut, tanggung jawab kepada Tuhan menjadi kunci utama bagi seseorang atau lembaga dalam menjalankan amanahnya. Jika tanggung jawab ini dipegang secara konsisten, maka tidak akan mendapati masalah di kemudian hari.
2.
Tanggung jawab kepada pihak lembaga yang lebih tinggi sesuai dengan jenjang organisasi ke-Nazhir-an.
57
Lembaga yang lebih tinggi misalnya adalah yayasan atau organisasi induk yang menaungi Nazhir. Dalam sistem organisasi vertikal, selalu ada model pertanggung jawaban yang bersifat organisatoris, dan Nazhir memiliki tugas untuk memberi pertanggung jawaban. 3.
Tanggung jawab hukum, yaitu tanggung jawab yang dilakukan berdasarkan saluran-saluran dan ketentuanketentuan hukum yang berlaku. Meski pengelolaan wakaf itu independen, akan tetapi tidak biisa lepas juga dari kontrol hukum yang berlaku di negeri ini. Apalagi Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dengan tegas mengatur ketentuan pidana bagi pihak-pihak yang menyalahgunakan wakaf. Sebagai contoh lain adalah
4.
Tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab yang terkait dengan moral masyarakat. Sebagai ibadah yang terkait dengan kepentingan umat, Nazhir harus mempertanggung jawabkan kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat memiliki hak untuk mengawasi atas pengelolaan dan pengembangan wakaf. Kalau masyarakat ingin mengetahui perkembangan wakaf yang dikelola Nazhir, maka Nazhirnya jangan tersinggung, merasa dicurigai lah atau merasa dimatai lah. Jika Nazhirnya bekerja dengan baik dan jujur, kenapa mesti takut atas pertanyaan atau kontrol masyarakat?
58
c.
Asas Profesionalitas Manajemen
Untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf, satu hal perlu digarisbawahi adalah pentingnya profesionalisme dalam pengelolaannya. Aspek profesionalisme paling kurang mengikutii standar dari sifatsifat Nabi Muhammad saw, yaitu: 1.
Amanah
Nazhirnya dapat dipercaya, baik dari segi pendidikan, ketrampilan, job desc-nya jelas, hak dan kewajibannya jelas, dan adanya standar operasi (SOP) yang juga jelas. Amanah menyangkut aspek spiritualitas, juga aspek profesionalitas yang didasarkan pada komitmen dan skill yang mumpuni. Antara komitmen dan skill harus seiring, karena keduanya saling mendukung. Lagian terjadi ketimpangan jika Nazhir hanya memiliki komitmen, katakanlah akhlaknya baik, tetapi skill-nya minim atau tidak ada sama sekali tidak bisa disebut amanah. Sebaliknya, orang yang memiliki skill tetapi tidak memiliki komitmen, juga jauh dari amanah. 2.
Shiddiq
Nazhir harus jujur dalam menjalankan dan menginformasikan programnya. Kejujuran adalah dasar dari sebuah sikap amanah. Orang bisa dikatakan amanah jika memiliki sifat jujur. Karena kejujuran merupakan cermin dari pribadi profesional. Dapat dibayangkan, orang yang mengaku profesional, tetapi dalam praktik kesehariannya dia tidak jujur. Oleh karenanya, guyonan kalau jujur hancur, itu tidak berlaku dalam pengelolaan wakaf.
59
3.
Fathanah
Nazhir harus cerdas, kreatif dan inovatif dalam mengelola wakaf. Yaitu kecerdasan yang tidak sekedar intelektual, tetapi juga emosional, dan spiritual. Hal yang paling penting adalah kecerdasan dalam penanganan masalah (problem solving), ketika Nazhir menghadapi berbagai masalah di lapangan. Demikian juga kecerdasan dalam melihat dan menempung peluang dalam pemberdayaan dan pengembangan wakaf di masa-masa mendatang. 4.
Tabligh
Nazhir harus menyampaikan informasi programnya dengan jelas dan transparan. Prinsip dari sifat tabligh meliputi 3 hal pokok, yaitu: (1) transparans, (2) akuntable, (3) aspiratif. Di negara demokrasi, ketiga hal pokok tersebut menjadi instrumen penting sebagai wujud dari tata pemerintahan yang baik. Demikian juga dalam sistem keNazhiran. Transparan sebagai medium bagi terbukanya informasi yang terkait dengan pelaksanaan program dan pertanggung jawabannya. Akuntabel merupakan wujud dari sportifitas Nazhir yang harus mempertanggung jawabkan. Sedangkan aspiratif sebagai medium untuk menyerap berbagai masukan dan keinginan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan wakaf. d.
Asas Keadilan Sosial
Sebagai ibadah sosial, wakaf sangat kental dengan dimensi keadilan. Adil dalam arti yang sangat luas, bukan hanya dalam ranah umat Islam, tetapi juga untuk umat Islam seluruh dunia.
60
Setidaknya terdapat 3 (tiga) tujuan, bahwa dalam pengelolaan wakaf yang didasarkan pada asas keadilan sosial, yaitu: 1.
Asas keadilan sosial yang bersumber dari sari pati keimanan menggambarkan bahwa semua manusia adalah milik Allah, begitu juga alam ini.
2.
Menggalakkan sistem pendistribusian kembali yang lebih efektif dengan mengaitkannya kepada ridha Allah swt. Wakaf adalah bukti bahwa orang yang lebih mampu bersedia mendermakan sebagian hartanya untuk berbagi dengan yang lain demi kesejahteraan bersama.
3.
Mendorong kewajiban berbuat adil dan saling membantu. Srbagai makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran orang lain di luar diri kita, manusia harus dapat lebih berbuat adil dan saling membantu dalam kebaikan.
Nah kalau begitu, cocok deh sama paradigma baru wakaf: pemberdayaan wakaf produktif. C. Vacancy: Wakaf Produktif di Indonesia! 1.
Konsep Wakaf yang Fleksibel
Di dalam Al Quran dan Hadits Nabi saw, hanya sedikit kita temukan aturan tentang wakaf. Berbeda dengan zakat yang lengkap banget. Makanya ajaran wakaf ini ditempatkan dalam ajaran yang bersifat ijtihadi, yang lebih bisa bersifat fleksibel.
61
Kamu tahu nggak yang dimaksud dengan ijtihadi itu? Dalam kajian ushul fikih (filsafat fikih), dalil nash (al-Quran dan al-Hadits) itu ada yang disebut ta’abbudi dan ta’aqquli (ijtihady). Dalil ta’abbudi itu adalah dalil yang bersifat semestinya yang memiliki hukum pasti dan harus dilaksanakan oleh umat Islam, seperti dalil al-Quran tentang perintah mendirikan sholat, membayar zakat, puasa, haji, atau larangan menkonsumsi daging babi, dan seterusnya. Perintah atau larangan itu tidak boleh dibantah dan harus dikerjakan atau ditinggalkan. Sedangkan dalil ta’aqquli (ijtihady) itu dalil yang memberi peluang bagi interpretasi atau kajian lebih lanjut, sehingga sifatnya fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman. Intinya, dalil al-Quran atau Hadts yang boleh ditafsirkan atau dimaknai sesuai dengan kebutuhan jaman. Namun, aturan tentang wakaf yang 'cuma sedikit', bahkan dapat dikatakan tidak ada yang langsung menyebut kata “waqf” tersebut bisa menjadi pedoman para ahli fikih. Penafsiran ajaran tentang wakaf, dari waktu ke waktu terus dinamis. Hasilnya, wakaf terus berkembang dari zaman Khulafaur Rasyidin hingga sekarang. Karena fleksibel itulah, wakaf bisa terus dan akan terus berkembang sampai nanti. Termasuk juga di Indonesia. 2.
Wakaf, Solusi Masalah Ekonomi!
Dalam beberapa bulan terakhir, pasar bursa Wall Street, Amerika Serikat, rontok. Pasar modal dunia pun terguncang dengan ambruknya berbagai saham unggulan. Kita semua tahu, bahwa Amerika terkenal dengan nagara
62
besar yang makmur. Namun sekarang ada tanda-tanda krisis ekonomi menghampirinya. Tidak terkecuali, pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga terseret tajam dalam keterpurukan. Para investor panik, sehingga muncul kekhawatiran akan terjadi krisis ekonomi global yang menakutkan. Kamu inget nggak krisis ekonomi tahun 2008, yang menjadikan masyarakat kita hidup serba susah. Kalau kondisi ekonomi terus merosot, para investor mulai menarik dananya secara besar-besaran, khususnya di dalam negeri. Tahu sendiri kan, negara kita tergantung dari investor! Kalau dah begitu, stabilitas ekonomi nasional akan terguncang dengan semakin banyaknya PHK di berbagai perusahaan. Untuk di AS, menurut pengamat ekonomi, kondisi ekonominya saat ini sedang mengalami puncak keterpurukan ekonomi. Selama dalam beberapa dasawarsa, Amerika menjadi penopang ekonomi dunia. Ke depan, ekonomi Amerika diperkirakan akan hancur seiring dengan runtuhnya sistem kapitalisme global yang sedang terjadi. Nah, sekarang pertanyaannya, kenapa krisis ekonomi global sekarang terjadi? Bukankah ekonomi dunia didukung sangat kuat oleh kekuatan kapitalisme Barat yang kokoh? Jawabannya adalah karena kapitalisme menganut doktrin:
Sistem bunga yang tidak jujur dan adil;
Sistem yang mengandalkan penumpukan modal;
Sistem penguasaan ekonomi pada orang kaya dan penindasan pada ekonomi lemah;
63
Penguasaan politik kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Disamping praktik ekonomi kapitalisme dunia yang secara prinsip memiliki kelemahan fundemantal karena praktik ribawi, pembangunan ekonomi nasional juga terancam. Kenapa? Karena Indonesia termasuk negara penganut sistem kapitalisme dan lagi ditopang atas tiangtiang penyangga yang rapuh, seperti birokrasi yang rumit dan belum transparan, kurangnya konsistensi kebijakan, praktik KKN yang masih kuat dan lemahnya penegakan hukum. Jika tidak diantisipasi dengan tepat dan cepat, maka krisis ekonomi nasional yang lebih dahsyat tidak dapat dihindari. Bukan tidak mungkin, negeri kita akan semakin terpuruk yang dapat mengancam eksistensi, martabat dan harga diri bangsa. So, di tengah ketidakpastian ekonomi dunia dan ancaman terhadap krisis ekonomi nasional yang menghantui stabilitas nasional, pemerintah berupaya mencari jalan alternatif untuk mengantisipasi guncangan ekonomi dengan membangun pondasi ekonomi kerakyatan yang memiliki basis konsep dan praktik yang mandiri, adil, fair dan menjunjung tinggi atas asas pemerataan kesejahteraan masyarakat yang lebih terpercaya. Salah satu jalan alternatif membangun pondasi dan kekuatan ekonomi kerakyatan yang memiliki basis moral adalah meningkatkan peran kelembagaan ekonomi wakaf, selain tentu saja zakat. Ekonomi wakaf merupakan asset
64
tetap yang memiliki basis ideologis dalam Islam yang bersifat tetap (abadi), yang dapat dikelola dan dikembangkan secara optimal. Dikaji dalam tinjauan sejarah, ekonomi wakaf merupakan praktik ekonomi Islam yang genuine (asli) Islam. Karena wataknya yang lebih menekankan pada pengelolaan dan pengembangan komoditi dengan prinsip sosial yang sangat kuat. Secara konsepsional, praktik ekonomi Islam yang mengedepankan pada keadilan, kejujuran, kepercayaan, kerja sama, transparansi, tolong menolong dan sebagainya telah menjadi ciri khas wakaf. Sehingga wakaf menjadi salah satu tegaknya prinsip ekonomi Islam yang selayaknya dikembangkan. Apalagi di saat gelombang resesi telah melanda sistem ekonomi kapitalis yang mengancam runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan, seperti yang sedang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa. 3.
Prospek Wakaf Produktif
Setelah kamu mengerti peluang ekonomi wakaf sebagai jalan alternatif pasca-kapitalisme, kamu juga harus tahu kekuatan yang dimiliki oleh wakaf. Setidaknya ada empat kekuatan besar wakaf produktif yang dapat dijadikan penopang untuk membangun kekuatan ekonomi masyarakat, yaitu: Kekuatan konsep Seperti dijelaskan sebelumnya, secara konsepsi ajaran, wakaf dilihat dari beberapa ayat al-Quran dan hadits Nabi
65
tidak ada secara eksplisit menyebut tentang ajaran wakaf. Jika ada bersifat umum. Sehingga ajaran wakaf ini diletakkan pada wilayah yang bersifat ijtihady, bukan ta'abbudy, khususnya yang berkaitan dengan aspek pengelolaan, jenis wakaf, syarat, peruntukan dan lain-lain. Oleh karenanya, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi, maka hal tersebut menjadi sangat fleksibel, terbuka terhadap penafsiranpenafsiran baru, dinamis, futuristik (berorientasi pada masa depan.). Sehingga dengan demikian, ditinjau dari aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaf ini termasuk bagian dari muamalah yang memiliki jangkauan yang sangat luas, khususnya dalam pengembangan ekonomi lemah. Ditinjau dari kekuatan hukum, ajaran wakaf merupakan ajaran yang bersifat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki sesungguhnya begitu besar sebagai tonggak menjalankan roda kesejahteraan masyarakat banyak. Sehingga dengan demikian, ajaran wakaf yang masuk dalam wilayah ijtihadi, dengan sendirinya menjadi pendukung yang bisa dikembangkan pengelolaannya secara optimal. Kekuatan aset Di Indonesia, perbuatan wakaf telah ada bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri. Secara umum, pelaksanaan wakaf selama ini lebih banyak berupa harta benda tidak bergerak, seperti tanah, bangunan dan tanaman. Menurut data Departemen Agama, kekayaan tanah wakaf umat Islam Indonesia yang sangat besar, yaitu seluas
66
1.566.672.406 m2 dengan 403.845 lokasi. Dari jumlah tersebut sebanyak 75 % bersertifikat dan sekitar 10% berlokasi strategis dan potensial untuk dikembangkan secara ekonomi. Dilihat dari luasnya, tanah wakaf tersebut menyamai atau setidaknya mendekati luasnya negeri singapore. Tentu ini menjadi modal yang sangat penting dan menjanjikan jika tanah-tanah tersebut dapat dikembangkan secara produktif. Jika diasumsikan secara kasar setiap /M2 menghasilkan us $10 pertahun, maka potensi tanah wakaf produktif US $ 1,5 milyar (Rp. 15 triyun) per-tahun. Jumlah dana yang sangat besar dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh umat Islam untuk mengembangkan potensi, memperkuat daya tawar serta membangun peradaban yang maju. Dengan kekayaan aset besar tersebut selayaknya wakaf dapat bangkit dan menjadi pioner bagi bangkitnya ekonomi umat yang saat ini sedang memprihatinkan. Selain itu, aset wakaf berupa wakaf uang dapat dibangun dan dikembangkan. Mustafa Edwin Nasution pernah membuat perkiraan kasar bahwa jumlah penduduk muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta jiwa dengan penghasilan rata-rata antara 0,5 juta – 10 juta per bulan. Dan ini merupakan potensi yang besar. Bayangkan misalnya warga yang berpenghasilan Rp 0,5 juta sebanyak 4 juta orang dan setiap tahun masing-masing berwakaf Rp 60 ribu. Maka setiap tahun akan terkumpul Rp 240 miliar. Jika warga yang berpenghasilan 1-2 juta sebanyak 3 juta jiwa dan setiap tahun masing-masing berwakaf 120 ribu, maka akan terkumpul dana sebesar Rp 360 miliar. Jika warga yang berpenghasilan 2-5 juta sebanyak 2 juta orang
67
dan setiap tahun masing-masing berwakaf Rp 600 ribu, akan terkumpul dana Rp 1,2 trilyun. Dan jika warga berpenghasilan Rp 5-10 juta berjumlah 1 juta orang dan setiap tahun masing-masing berwakaf 1,2 juta, akan terkumpul dana 1,2 trilyun. Jadi dana yang terkumpul mencapai 3 trilyun setahun. Hitungan itu jelas merupakan potensi yang sangat luar biasa. Terutama jika dana itu diserahkan kepada pengelola profesional dan oleh pengelola wakaf itu diinvestasikan di sektor yang produktif. Dijamin jumlahnya tidak akan berkurang, tapi bertambah bahkan bergulir. Misalnya saja dana itu dititipkan di Bank Syari’ah yang katakanlah setiap tahun diberikan bagi hasil sebesar 9%, maka pada akhir tahun sudah ada dana segar 270 miliar. Tentunya akan sangat banyak yang bisa dilakukan dengan dana sebanyak itu. Kekuatan sistem Wakaf sebagai sebuah konsep ekonomi, sebenarnya telah dijalankan dengan baik oleh umat Islam, bahkan pada masa Rasulullah sendiri yang memberikan petunjuk kepada Umar dalam pengelolaan wakaf. Dialog Rasulullah dengan Umar bin Khattab terkait dengan tanah di Khaibar (Madinah) dapat dijadikan spirit sistem pengelolaan wakaf secara produktif. Ketika Rasulullah ditanya oleh Umar tentang sebidang tanah di Khaibar yang sangat subur, Rasulullah menjawab yang intinya: tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya (ihbis ashlaha wa tashaddaq tsamrataha).
68
Maksud dari dialog tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah menginginkan agar sebidang tanah Umar tersebut dikelola secara produktif dan hasilnya untuk kepentingan kebajikan umum. Dialog itu mengandung pesan yang menekankan pada aspek produktifitas dengan tetap memperhatikan aspek kekekalan substansinya (dzatnya), sehingga kemanfaatannya dapat terus dinikmati umat dan berpahala mengalir abadi. Nah, berdasarkan dialog Rasulullah-Umar tersebut, seharusnya tidak ada istilah harta benda wakaf membebani umat, karena prinsip dari wakaf itu sendiri sesungguhnya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat, baik pada ranah spiritual maupun materiil. Untuk mengimplementasikan sistem pengelolaan yang diisyaratkan oleh Rasulullah, Ditjen Bimas Islam telah memfasilitasi di berbagai event dalam rangka menggalang kemitraan usaha dengan para calon investor seperti BKPM dan KADIN di beberapa daerah dalam pemberdayaan wakaf secara produktif. Aset-aset wakaf di Indonesia yang cukup besar sangat potensial untuk dikembangkan dengan mengajak beberapa lembaga pihak ketiga yang tertarik dalam pengembangan wakaf untuk memaksimalkan peran sosial-ekonomi wakaf untuk kesejahteraan umum. Prinsip dari system kerja sama yang ingin dikembangkan oleh Departemen Agama adalah prinsip Syariah yang tidak bertentangan dengan paradigma pengelolaan asset wakaf, yaitu menjaga keutuhan aset, dan boleh mengembangkannya melalui berbagai pola dan system sesuai dengan prinsip yang tidak bertentangan dengan Syariah.
69
Harus diakui, pola pengelolaan dengan sistem itu memiliki kelebihan karena tetap mementingkan eksistensi aset. Hal ini seperti pola pengelolaan dana abadi, dimana tidak boleh kurang asetnya dengan menekankan pada produktifitas pengelolaan yang hasilnya untuk kepentingan umum. Kekuatan hukum Sejak tahun 2004, wakaf telah memiliki Undangundang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan pada tahun 2006 terbit Peraturan Pemerintah No. 42 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Selain itu, saat ini sedang disusun Draft Peraturan Menteri Agama tentang Petunjuk Pelaksanaan Wakaf di Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa Perda di beberapa wilayah yang mendukung bagi pemberdayaan wakaf secara produktif. Dengan terbitnya peraturan perundang-undangan tentang wakaf dan perautan pendukung lainnya, maka pengelolaan dan pengembangan aset wakaf memiliki status hukum yang kuat. Wakaf secara legal formal telah diatur secara rinci dan jelas oleh Undang-undang, sehingga wakaf selayaknya mendapat perhatian yang lebih baik. Jadi, nunggu apa lagi? D. Good Example Produktif
Design:
Pemberdayaan
Tanah
Wakaf
70
Tanah-tanah wakaf produktif strategis yang sudah didata oleh Departemen Agama RI di seluruh Indonesia bisa diberdayakan secara maksimal dengan bentuk: 1.
Aset wakaf yang menghasilkan produk barang atau jasa
Hal ini harus ditunjang oleh pihak Nazhir (pengelola) yang memiliki dana cukup. Kalau tidak, tentu harus bekerjasama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan lebih jauh. Beberapa proyek wakaf yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi pengembangan wakaf yang menghasilkan barang dan jasa adalah proyek percontohan wakaf produktif yang dilaksanakan oleh Departemen Agama. Proyek percontohan wakaf produktif yang dapat dikatakan berhasil adalah: (1) Yayasan al-Khairat, Palu, Sulawesi Tengah, yang mendirikan pasar swalayan. (2) Yayasan Muslin Kota pekalongan yang mendirikan bangunan berupa hotel Syariah, lembaga pendidikan, tempat kuliner dan masjid. (3) Yayasan Masjid Lasem, Rembang Jateng yang mendirikan swalayan dan wisata agama, (4) Nazhir wakaf di Jembrana Bali yang membangun rumah kost muslim, dan lain sebagainya. Aset-aset wakaf yang memiliki potensi ekonomi, sudah saatnya untuk dikembangkan. Namun tentu saja diperlukan para pengelola yang profesional dan amanah. 2.
Aset wakaf yang berbentuk investasi usaha
Aset wakaf ini adalah kekayaan lembaga Nazhir hasil pengelolaan usaha produk barang atau jasa yang sukses,
71
untuk kemudian dikembangkan melalui investasi kepada pihak ketiga atau lembaga Nazhir wakaf yang lain. Bentuk investasi usaha yang akan dilakukan harus memenuhi standar syariah yaitu: a.
Akad Musyarakah
Akad ini merupakan bentuk partisipasi usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih (termasuk Nazhir) dalam sebuah bentuk usaha dengan modal patungan dan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Kalau ternyata rugi, semua pihak harus ikut menanggung kerugian sesuai persentase besar modal yang dia tanamkan. Pihak-pihak tersebut dapat ikut serta, mewakilkan, atau membatalkan haknya dalam pengelolaan usaha tersebut. Modal yang diikutsertakan dapat berupa uang atau harta benda yang dinilai dengan uang. Namun karena terkait dengan aset nggak boleh berkurang, maka dalam pelaksanaan usahanya harus mengasuransikan kepada asuransi syariah. Asuransi ini merupakan keharusan agar aset wakaf tidak berkurang atau hilang ketika usaha terjadi kerugian. b.
Akad Mudlarabah
Suatu bentuk akad dimana modal seluruhnya berasal dari pemilik modal, diserahkan kepada pihak pengelola. Pemilik modal tidak ikut serta dalam manajemen pengelolaan usaha. Jika terjadi kerugian, yang menanggung kerugian materil hanya si penanam modal. Sedangkan pengelola hanya menanggung kerugian waktu dan tenaga serta tidak memperoleh keuntungan apapun.
72
Semua hasil usaha harus dimanfaatkan kesejahteraan rakyat banyak, dalam bentuk:
untuk
1.
Asset yang dapat langsung dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, misalnya sekolah, rumah sakit, panti asuhan dll.
2.
Asset berupa investasi SDM dan kebudayaan jangka panjang, misalnya pemberian beasiswa untuk kuliah, perpustakaan, pembiayaan riset, pelayanan kesehatan untuk duafa, penyediaan SDM dalam bidang kesehatan seperti tenaga dokter, dll.
Lalu apa yang harus dilakukan? 1.
Menangkap peluang usaha pemberdayaan tanah wakaf produktif, ada beberapa pertanyaan yang harus dikaji oleh para Nazhir: a.
Apakah ada peluang usaha produktif yang memungkinkan dijalankan di lokasi tersebut?
b.
Apakah sudah faham benar liku-liku usaha yang akan dijalankan?
c.
Apakah ada kompetitor dan calon kompetitor yang sudah dikenal di situ?
d.
Seberapa besar pasarnya?
e.
Apakah ada suppliernya?
f.
Apakah sudah barangnya?
faham
teknik
pembuatan
73
2.
g.
Seberapa banyak modal yang sudah ada dan perlu nggak ada tambahan lagi?
h.
Bagaimana cara mendapatkan tenaga kerja?
i.
Apakah sudah faham tentang peralatan dan teknologi yang diperlukan?
j.
Apakah sudah faham tentang seluk peraturan yang berhubungan dengan tersebut?
beluk usaha
Mulai deh usahanya. Ada lima tahap yang wajib dilakukan nih: a.
memilih peluang usaha dan jenis bidang usaha
b.
mendirikan/membentuk badan usaha
c.
mempersiapkan kegiatan usaha
d.
merencanakan kegiatan usaha
e.
mulai deh usahanya dan melakukan strategistrategi pengembangan.
Strategi Pengembangan Bagaimana caranya ya agar strategi pengembangan wakaf dapat tercapai? Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengembangkan wakaf secara produktif:
Pertama,
pemetaan potensi ekonomi. Sebelum pemberdayaan wakaf dilakukan, pemetaan potensi ekonomi harus dibuat terlebih dahulu. Sejauh mana dan seberapa
74
mungkin benda wakaf itu dapat diberdayakan dan dikembangkan secara produktif? Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemetaan potensi ekonomi adalah letak geografis benda wakaf (jika berupa tanah), seberapa besar dukungan masyarakat dan tokohnya, bagaimana peluang pasarnya, serta dukungan teknologi apa yang tersedia.
Kedua,
melakukan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha dibuat berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Thread). Metode SWOT ini untuk menjajagi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap upaya pemberdayaan wakaf produktif.
Ketiga, membuat proposal pemberdayaan. Isi proposal tersebut paling tidak memuat beberapa hal, yaitu: latar belakang, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek organisasi dan manajemen, aspek ekonomi dan keuangan (biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, analisis kriteria investasi, break even point dan pay back period, proyeksi laba-rugi dan lairan kas), serta kesimpulan dan rekomendasi. Keempat, menjalin kemitraan usaha. Menjalin kemitraan usaha atau mencari investor adalah langkah strategis jika Nazhir tidak memiliki kemampuan finansial. Profil dan performance mitra usaha harus diperhatikan karena sangat menentukan bagi sukses tidaknya usaha yang akan dilakukan. Karena banyak mitra usaha yang hanya mengandalkan modal besar, tetapi tidak memiliki etika bisnis yang baik. Beberapa contoh mitra usaha yang dapat
75
dipertimbangkan, yaitu Islamic Development Bank (IDB), perbankan Syariah dan unit usaha swasta lainnya.
Kelima, menyiapkan SDM berkualitas. Menyiapkan
SDM yang amanah dan professional adalah prasyarat mutlak dalam pemberdayaan wakaf produktif. Komposisi SDM yang dilibatkan harus sesuai dengan porsi usaha yang akan dilakukan dengan kualifikasi tertentu. Jika Nazhir tidak memiliki kemampuan yang baik dalam pengeloaan wakaf secara langsung, maka Nazhir harus mempercayakan kepada SDM yang memiliki komitmen, kualitas dan moralitas tinggi.
Keenam, mengelola dengan manajemen amanah dan
professional. Pemberdayaan wakaf produktif harus dikelola dengan manajerial amanah, modern, transparan, dan akuntabel. Modal kepercayaan yang tinggi tanpa dibarengi kemampuan mengorganisir usaha, tidak akan memperoleh hasil yang baik. Pola pengelolaannya harus mengacu pada profesionalisme yang mengimbangi perkembangan dunia usaha masa kini, termasuk menerapkan sistem kontrol dan pengawasan yang baik untuk menghindari terjadinya penyelewengan dan penyelahgunaan wakaf.
76
BAGIAN KEEMPAT Introducing: Cash Waqf (Wakaf Uang) Karena sifat ajarannya yang fleksibel dan terbuka bagi pemahaman, salah satu konsep wakaf yang saat ini sedang trend dan terkait dengan perkembangan ilmu tentang moneter dan perbankan adalah wakaf uang. Wakaf uang dipopulerkan oleh ahli ekonomi Bangladesh, Prof. MA Mannan tentang cash waqf (wakaf uang).
Cash waqf diterjemahkan sebagai wakaf tunai. Tapi
kalau melihat objeknya, yaitu uang, kayaknya lebih tepat disebut wakaf uang deh.
Dalam konsep tersebut, wakaf bisa menjadi sumber dana tunai. Keuntungan praktisnya adalah orang yang berwakaf nggak perlu harus menjadi orang kaya terlebih dahulu. Karena uang sifatnya fleksibel. Dalam pelaksanaannya, wakaf uang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuannya melalui satuan berupa sertifikat wakaf uang. Wakaf uang diformulasikan dalam beberapa besaran donasi wakaf, seperti misalnya Rp. 10.000,-, Rp. 50.000,-, Rp. 100.000,-, Rp. 1.000.000,-, Rp. 10.000.000,- dan seterusnya. Bisa datang ke Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau cukup dengan ATM atau phone banking yang sudah online melayani wakaf uang. Mudahkan? Selain itu, bentuk wakaf bisa berwujud harta lancar yang penggunaannya sangat fleksibel sehingga bisa jadi modal finansial yang disimpan di bank-bank atau lembaga keuangan.
77
Adapun wakaf uang didefinisikan sebagai wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, lembaga, dan atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Hukumnya telah lama menjadi perhatian para fuqaha. Beberapa sumber menyebutkan bahwa wakaf uang telah dipraktekkan oleh masyarakat penganut madzhab Hanafi. Ada satu hal yang perlu diterangkan disini bahwa yang dimaksud dengan wakaf tunai (uang) bukan semua hal yang berbau uang. Sebagai contoh, misalnya ada pengurus masjid yang mengumumkan akan merenovasi masjid. Kemudian pengurus mengumumkan: barang siapa yang ingin wakaf uang, akan dibelikan semen, genteng, keramik dan lain-lain. Nah, contoh pengumpulan uang yang akan dibelikan bahan bangunan itu bukan wakaf uang yang dimaksud dalam pengertian peraturan perundang-undangan wakaf. Tapi, wakaf semen, genteng, keramik dll melalui uang yang akan dibelikan barang tersebut oleh pengurus masjid. Sekali lagi bukan wakaf uang! Karena wakaf uang itu pola pengelolaannya harus diinvestasikan bidang Syariah atau produk-produk Syariah. Trus yang dimaksud dengan investasi di bidang Syariah atau produk-produk Syariah apa ya? Itu mah ada lagi dalam sistem perbankan Syariah. Kamu bisa tanya kok di bank Syariah. Nah kalau produk-produk Syariah itu dalam pengelolaannya harus dijaminkan ke asuransi Syariah. Maksudnya, jika dalam perjalanan pengelolaan wakaf uangnya lost atau rugi, bisa diganti atau dicover oleh asuransi. Tentu asuransi Syariah lho!
78
Dasar dibolehkannya wakaf tunai (uang) itu didasarkan pada firman Allah swt dalam QS Ali Imran (3):92, Al Baqarah (2):261, Hadits Nabi saw tentang amalan yang tak putus dan kisah Umar ra mewakafkan tanahnya di Khaibar. Secara khusus, para ulama juga berpendapat tentang wakaf tunai ini. Selain madzhab Hanafi, sebagian ulama madzhab Syafii juga membolehkannya. Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam Syafii, tentang dibolehkannya wakaf dinar dan dirham (uang). Komisi fatwa MUI juga membolehkan wakaf uang, dengan dikeluarkannya fatwa tanggal 11 Mei 2002. Argumentasinya didasarkan kepada Hadits Ibnu Umar yang sudah kita bahas di bab terdahulu. Komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi (baru) tentang wakaf, yaitu: Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, menjaminkan atau mewariskannya) untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram). Dari syarat yang dibebankan kepada Wakif, nggak disebutkan kalau harta yang akan diwakafkan itu harus sejumlah tertentu (kayak zakat). Maka sebenarnya, siapa saja bisa dan boleh menjadi Wakif. Dana wakaf, terutama wakaf uang, dapat dihimpun dari para Wakif yang nggak terbatas. Semua bisa jadi Wakif. Kamu juga bisa lho. Sementara itu, Bank Indonesia menyodorkan definisi wakaf uang sebagai penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindahtangankan dan dibekukan
79
selain untuk kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokoknya. Karena itu, perbankan syariah dapat menghimpun dana dari seluruh masyarakat yang ingin berwakaf dengan menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai. Penerbitan Sertifikat ini akan membuka peluang penggalangan dana yang cukup besar karena: a.
Lingkup sasaran Wakif bisa sangat lebih luas ketimbang wakaf biasa. Maksudnya, untuk berwakaf tidak harus menunggu menunggu jadi orang kaya dulu atau juragan tanah, tetapi dengan memiliki 10 ribu misalnya, kamu juga bisa berwakaf. Dengan wakaf uang, semua kalangan dapat melaksanakan amal sosial wakaf.
b.
Sertifikat Wakaf Tunai dapat dibuat dalam berbagai macam pecahan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan Wakif yang dituju. Misalnya ada pecahan Rp 10.000, Rp 25.000 dan seterusnya.
Dana wakaf tunai bisa didapat juga dari muslim kelas menengah (berpendapatan Rp 500.000-Rp 10.000.000/bulan). Mereka selama ini lebih menyukai beramal di sektor tradisional, misal nyumbang ke masjid, rumah yatim piatu, duafa dll. Nah jika ada lembaga wakaf yang profesional, hal ini bakal jadi lahan baru bagi mereka. Mereka ini kan semangat beramalnya tinggi lho. Dari asumsi wakaf tunai dari masyarakat muslim kelas menengah saja bisa didapat dana kira-kira 3 trilyun
80
pertahun. Belum lagi kalau lembaga-lembaga ekonomi lain ikutan juga. Mobilisasi dana wakaf tunai ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi yang ada. Sudah bukan rahasia lagi deh, kalau yang namanya pajak juga nggak efektif-efektif amat. Dana wakaf tunai juga bisa diperoleh dari Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK). Tokoh UKMK, Adi Sasono, mengungkapkan, kalau pemerintah mau memberdayakan kegiatan UKMK, maka kegiatan tersebut akan mampu meningkatkan penerimaan dari pajak sebesar Rp 400 trilyun. Jika 2,5% saja dari total itu dialihkan ke bentuk wakaf tunai, maka akan terkumpul dana dari sektor ini melalui wakaf tunai sebesar Rp 10 trilyun saja. Ck ck ck... luar biasa bukan? Jadi potensi dana wakaf tunai yang dapat dihimpun dari masyarakat melalui lembaga wakaf profesional sangat besar jumlahnya. Nah penting banget kan untuk segera direalisasikan. Dana segede itu harus dimanfaatkan secara produktif agar dapat dinikmati hasilnya oleh seluruh masyarakat luas, sehingga tercipta kesejahteraan lahir dan batin. Dana itu harus selalu ada hingga akhir zaman, sehingga terus memberi manfaat bagi masyarakat dan pahala si Wakif. Dapat dibayangkan betapa besar dana wakaf yang akan terkumpul secara kumulatif dari tahun ke tahun yang bisa dijadikan sebagai Modal Sosial Abadi.
81
A. Wakaf Tunai dan Pembangunan Ekonomi (Kamu juga terlibat dan kena dampaknya lho) a.
Membuka Kebuntuan Wakaf
Dari pengamalan wakaf, selama ini tercipta image wakaf itu adalah: umumnya berwujud benda tidak bergerak, terutama tanah, di atas tanah itu biasanya didirikan masjid, madrasah, kuburan dan penggunaannya didasarkan atas wasiat Wakif. Selain itu ada penafsiran bahwa harta wakaf nggak boleh diperjualbelikan. Sehingga bank-bank nggak mau menerima jaminan berupa tanah wakaf, karena dianggap bukan hak milik, melainkan hanya hak pakai. Padahal kalau dana wakaf itu diputar di bank syariah, misalnya, bisa banyak banget pihak (termasuk ormas kayak NU, Muhammadiyah dll) yang bisa mengambil manfaatnya demi kemaslahatan umat. Namun seiring dengan berkembangnya sistem ekonomi syariah, wakaf juga mengalami perkembangan. Sistem ekonomi syariah dianggap sebagai sistem ekonomi alternatif untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, diantara sistem ekonomi konvensional, kapitalis, dan sosialis yang nyata-nyata sudah gagal menjawab permasalahan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kapitalis gagal mewujudkan masyarakat adil sejahtera. Karena sistem itu lebih mengutamakan si pemilik modal kuat ketimbang si lemah. Yang terjadi malah persaingan bebas yang timpang.
82
Sistem ekonomi sosialis awalnya kelihatan menjanjikan. Karena kelihatannya menjanjikan keadilan dan pemerataan bagi seluruh rakyat. Dalam sistem ekonomi ini negara sangat memegang peran penting. Namun dalam prakteknya, sistem ini tak lebih dari memperkaya penguasa negara beserta partai-partai yang berkuasa. Rakyat mah tetap menderita. Intinya, sistem ekonomi sosialis telah digilas oleh sistem ekonomi kapitalis. Dunia sekarang ini dikontrol oleh sistem kapitalis. Namun coba kamu lihat sekarang! Pada awal bulan Oktober 2008, bursa ekonomi Amerika Serikat, diguncang dengan jatuhnya berbagai saham unggulan. Tidak hanya di Amerika, semua negara maju di Eropa terkena imbas. Pemimpin dunia panik akan adanya ancaman resesi ekonomi dunia yang menakutkan. Negara kita? Sami mawon, alias sama saja! Kalau dilihat dari berbagai indikasinya, sistem ekonomi kapitalis saat ini, sedang menuju kehancuran. Ya hancurnya sebuah harapan kesejahteraan karena dibangun atas pondasi riba. Semua hal yang berbau ekonomi, dibuat sistem yang terkait akan riba, atai istilah ngetopnya disebut sistem ribawi. Bahkan oleh kaum kapitalis yang ngepos di Amerika Serikat, konon, ingin menciptakan negara tanpa uang. Sekarang sudah mulai terlihat tandanya seperti kartu kredit, ATM, asuransi dan lain sebagainya. Sementara sistem ekonomi Islam bukan hanya menekankan pada ketersediaan barang-barang (sumber daya alam) di pasar, namun juga faktor manusianya. Sistem ekonomi syariah tidak hanya berorientasi kepada manusia, namun juga memiliki orientasi ilahiyah.
83
Saat ini negara-negara Islam sebenarnya dalam keadaan yang cukup baik, karena memiliki modal sumber daya alam dan juga konsep Islami untuk menata kehidupan manusianya. Konsep Islami tidak hanya bicara sosio ekonomi dan sosio politik, tapi bicara semua aspek kehidupan. Maka itu kembali kepada sistem Islami sifatnya wajib banget deh. Termasuk kembali ke sistem ekonomi syariat Islam, misalnya dengan mengembangkan wakaf ini lho. Karena sistem ekonomi Islam melalui wakaf menekankan pada aspek kesejahteraan bersama dengan asas keadilan, kejujuran dan keterbukaan. b.
Wakaf Tunai dan Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan utama diinvestasikannya dana wakaf adalah untuk mengoptimalkan fungsi harta wakaf sebagai sarana meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sumber daya manusia. Menurut salah seorang ahli ekonomi Islam, Monzer Kahf, gagasan untuk menginvestasikan dana wakaf, misalnya untuk mengkonstruksikan (membangun) harta bergerak yang diwakafkan atau untuk meninggalkan modal harta tetap wakaf tidak dibahas dalam fikih klasik. Kahf membedakan model investasi wakaf ke dalam dua bentuk: model pembiayaan harta wakaf tradisional dan model pembiayaan secara institusional. Model pembiayaan harta wakaf tradisional Terdapat lima tradisional yaitu:
model
pembiayaan
harta
wakaf
84
1.
Pinjaman Digunakan untuk pembiayaan operasional dan pemeliharaan harta wakaf. Sebelum dipinjam, harta wakaf ini harus disetujui oleh dewan pengawas.
2.
Hukr
(kontrak sewa jangka panjang dengan pembayaran lump sum yang cukup besar di muka) Nazhir dapat menjual hak dari harta wakaf dengan cara disewakan dalam jangka waktu yang lama, dan hasil sewa harta wakaf itu dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf.
3.
Ijaratain (sewa dalam waktu lama) Bedanya dengan Hukr, Hukr hanya digunakan untuk biaya pemeliharaan harta wakaf, sedangkan ijaratain hasil sewanya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kesepakatan sebagaimana tercantum dalam kontrak.
4.
Penambahan harta wakaf baru.
5.
Model substitusi yaitu pertukaran harta wakaf yang satu dengan yang lain.
Model pembiayaan harta wakaf secara institusional Harta wakaf dapat diinvestasikan untuk membiayai proyek-proyek tertentu yang menguntungkan. Yang harus diperhatikan adalah harus tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip investasi Islami yaitu bagi hasil, resiko, jual beli dan sewa. Untuk wakaf berupa harta nggak bergerak seperti tanah dan bangunan, bisa diterima sebagai jaminan oleh
85
bank syariah dalam rangka pengembangan harta wakaf yang lain. Sedangkan kalau berbentuk wakaf tunai, pihak bank bisa langsung mengelola, mengembangkan dan menyalurkan dana wakaf yang dipercayakan kepada mereka. c.
Wakaf Tunai sebagai Dana Publik
Untuk menjadikan wakaf tunai bermanfaat sebagai dana publik, dibutuhkan peran lembaga pengelola wakaf tunai yang kriterianya adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki akses yang baik kepada calon Wakif.
2.
Memiliki kemampuan menginvestasikan dana wakaf.
3.
Mampu mendistribusikan investasi dana wakaf.
4.
Mampu membukukan segala hal yang berhubungan dengan beneficiary, misalnya rekening dan peruntukkannya.
5.
Dipercaya masyarakat dan kinerjanya dikontrol dengan perundang-undangan yang berlaku.
hasil
keuntungan
dari
Lembaga yang dimaksud, tentu saja, lembaga profesional yang amanah, seperti lembaga keuangan syariah, termasuk bank Syariah yang sekarang pertumbuhannya juga bagus banget. Apalagi gara-gara krisis finansial dunia yang hampir “pingsan”, sehingga bank Syariah menjadi alternatif yang dapat diandalkan. Bagaimana pelaksanaan wakaf tunai di Indonesia? Menurut Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
86
dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya, operasionalisasi wakaf uang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah. Jika masih dalam mata uang asing, maka harus dikonversi (ditukar) terlebih dahulu ke dalam rupiah. Makanya jangan kebanyak dollar ya, lagian supaya ada sikap nasionalis gitu.
2.
Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk: (1) hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya; (2) menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan; menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU; (3) mengisi formulir pernyataan kehendak Wakif yang berfungsi sebagai AIW. (4) Dalam hal Wakif tidak dapat hadir maka Wakif dapat menunjuk wakil atau kuasanya.
3.
Wakif mewakafkan uang melalui LKS yang ditunjuk oleh Menteri sebagai LKS Penerima Wakaf Uang (LKSPWU). Persyaratan LKS-PWU adalah sebagai berikut: (1) menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Menteri; (2) melampirkan anggaran dasar dan pengesahan sebagai badan hukum; (3) memiliki kantor operasional di wilayah Republik Indonesia; (4) bergerak di bidang keuangan syariah; dan (5) memiliki fungsi menerima titipan (wadi’ah).
4.
Tugas-tugas LKS-PWU bertugas: (1) mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS Penerima Wakaf Uang; (2) menyediakan blangko
87
Sertifikat Wakaf Uang; (3) menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif atas nama Nazhir; (4) menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadi’ah) atas nama Nazhir yang ditunjuk Wakif; (5) menerima pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam formulir pernyataan kehendak Wakif; (6) menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut kepada Wakif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada Nazhir yang ditunjuk oleh Wakif; dan (7) mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir. 5.
Wakaf uang untuk jangka waktu tertentu, maka pada saat jangka waktu tersebut berakhir, Nazhir wajib mengembalikan jumlah pokok wakaf uang kepada Wakif atau ahli waris/penerus haknya melalui LKS-PWU.
6.
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah.
7.
Dalam hal LKS-PWU menerima wakaf uang untuk jangka waktu tertentu, maka Nazhir hanya dapat melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf uang pada LKS-PWU dimaksud.
8.
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan pada bank syariah harus mengikuti program lembaga penjamin simpanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
9.
Pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang yang dilakukan dalam bentuk investasi di luar
88
bank syariah syariah.
harus
diasuransikan
pada
asuransi
Seperti yang dilaksanakan di Bangladesh, pelaksanaan wakaf tunai dilakukan untuk memenuhi target investasi, sedikitnya empat bidang yaitu: 1.
Kemanfaatan akhirat.
bagi
kesejahteraan
2.
Kemanfaatan akhirat.
bagi
3.
Pembangunan sosial.
4.
Membangun masyarakat sejahtera.
kesejahteraan
pribadi
dunia
keluarga
dunia
Tuh kan, ternyata gampang ya buat menjadi Wakif. Apalagi dengan adanya Sertifikat Wakaf tunai ini. Tertarik kan? B. Gimana sih Mengelola Wakaf Tunai? a.
Sistem Mobilisasi Dana Wakaf
Indonesia boleh tuh mencontoh dari Bangladesh yang sukses banget memobilisasi dana wakafnya lewat SIBL. Nah sekarang Indonesia sudah punya peraturan perundangundangan yang mengatur tentang wakaf uang. So, yang bisa mewakafkan uangnya diharapkan makin banyak. Modal yang terhimpun harusnya juga lebih banyak.
89
Wakaf tunai sangat potensial menjadi sumber pendanaan abadi yang bisa melepaskan bangsa dari jerat hutang dan ketergantungan terhadap luar negeri. Selain itu dia juga sangat strategis dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran dalam aktivitas produksi yang selektif sesuai kaidah syariah dan kemaslahatan. Karena itu sudah waktunya kita memberi perhatian lebih kepada wakaf tunai untuk membiayai berbagai proyek sosial melalui pemberdayaan wakaf benda tak bergerak yang selama ini jadi beban. Atau bisa juga melalui penyaluran kepada lembaga-lembaga pemberdayaan ekonomi. b.
Pengelolaan Dana dan Pembiayaan
Untuk menjamin kelanggengan harta wakaf agar dapat terus memberikan manfaat abadi sesuai dengan tujuannya, diperlukan dana pemeliharaan di atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Hal ini berlaku pada proyek penyedia jasa dan proyek penghasil pendapatan. Sehingga pada proyek penyedia jasa pun disyaratkan menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya pemeliharaan. Dalam konteks wakaf, maka pembiayaan proyek wakaf ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi harta wakaf sebagai prasarana untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sumber daya manusia. Ide Monzer Kahf untuk membedakan pembiayaan proyek wakaf ke dalam model pembiayaan harta wakaf tradisional dan model pembiayaan baru harta wakaf secara
90
institusional yang sudah kita bahas sebelumnya, bisa dipraktekkan. C. Masa Depan Cerah Menunggu! Hasil pengelolaan dana wakaf tunai (uang) ternyata nggak hanya untuk pengembangan rumah ibadah saja. Untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat umum, dana tersebut bisa juga lho digunakan untuk bidang-bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pengembangan UKM. Sesuai peraturan perundangan wakaf yang kita miliki, wakaf tunai (uang) dapat dimanfaatkan setelah dikelola melalui instrumen investasi Syariah atau produk-produk Syariah. Jadi, hasil pengumpulan dana wakaf tunai tidak boleh langsung dipergunakan, tetapi harus melalui proses pengelolaan terlebih dahulu. Adapun hasil dari pengelolaan wakaf tunai yang menjanjikan itu dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: Pendidikan Dari segi anggaran negara, pendidikan kita masih jauh dari ideal. Jika dibandingkan dengan anggaran pendidikan negara-negara maju yang mencapai 7% dari Gross National Project (GDP), negara-negara berkembang sangat jauh, yaitu hanya 2,5% saja. Yang menyedihkan banget adalah Indonesia yang hanya 1% saja. Haduuuh, gimana mau pintar ya?
91
Lalu ada nggak sih solusi dana untuk pendidikan di dunia Islam? Nah, untuk itu kita lihat dulu yuk bagaimana lembagalembaga pendidikan Islam klasik bisa berkiprah dan survive. Mencermati lembaga-lembaga Islam ngetop seperti Al Azhar University Kairo, Universitas Zaituniyyah di Tunis dan ribuan madaris Imam Lisesi di Turki, kita pasti kagum banget deh. Bagaimana sih mereka bisa besar, bertahan berabad-abad, dan mampu memberikan beasiswa kepada jutaan mahasiswa selama 1000 tahun dari seluruh dunia? Apalagi Universitas Al Azhar, Zaituniyyah, dan Nizamiyyah (yang pernah dipimpin Imam Al Ghazali di Baghdad) bukanlah lembaga yang fully profit oriented. Mereka lebih berorientasi kepada sosial. Mungkin nggak sih pendanaannya hanya mengandalkan infak dan sedekah masyarakat sekitar? Yakin nggak bahwa itu cukup untuk membiayai operasionalnya, membangun sarana belajar mengajar tambahan, serta memberi beasiswa (eh Indonesia termasuk yang paling banyak menerima beasiswa lho!)? Salah satu jawabannya adalah ternyata mereka telah berhasil mengembangkan sistem cash waqf sebagai sumber dana untuk pengembangan dan operasional pendidikan. Sebenarnya ada tiga filosofi dasar yang harus diperhatikan kalau kita mau mengembangkan wakaf tunai dalam dunia pendidikan.
Pertama, alokasi wakaf tunai harus dilihat dalam bingkai yang utuh dan terpadu. Contohnya ada anggapan bahwa dana wakaf akan habis kalau dipakai menggaji dosen, guru, dll, padahal dana wakaf kan harusnya tetap dan abadi.
92
Dalam bingkai proyek, dana wakaf akan dialokasikan untuk program-program pendidikan dengan segala macam biaya yang termasuk di dalamnya.
Kedua, asas kesejahteraan Nazhir. Sudah sejak lama,
Nazhir diposisikan sebagai profesi asal-asalan dan nggak gengsi banget. Sudah saatnya kita mengangkat profesi Nazhir sebagai profesi yang memberikan harapan kepada para lulusan terbaik dan memberikan kesejahteraan duniaakhirat. Di Turki, Nazhir memperoleh 5% dari net income wakaf. Di Bangladesh, kantor administrasi wakaf Bangladesh juga menerapkan jumlah yang sama. The Central Waqf Council India menerapkan jumlah 6% dari net income wakaf. Di Indonesia, sesuai UU no 41 tahun 2004 tentang wakaf, Nazhir berhak mendapatkan 10% dari net-income.
Ketiga, jelas harus ada transparansi dan akuntabilitas
dari lembaga Nazhirnya dong.
Pembangunan sarana pra-sarana Selain untuk pengembangan pendidikan, hasil pengelolaan wakaf tunai dapat digunakan untuk membangun gedung lho, seperti: a.
pesantren
b.
madrasah dan perguruan tinggi Islam
c.
lembaga-lembaga riset
d.
perpustakaan.
93
Tentu saja semuanya harus dikelola secara profesional, modern, dan sesuai dengan citra Islam yang maju dan baik. Kesehatan Keberadaan wakaf juga terbukti telah membantu perkembangan ilmu medis melalui penyediaan fasilitasfasilitas publik di bidang kesehatan dan pendidikan. Pada abad 4H, ada RS anak yang didirikan di Istambul, Turki yang didirikan dari alokasi dana wakaf. Di Spanyol ada RS yang juga melayani muslim dan nonmuslim berasal dari dana wakaf. Pada masa Abbasiyyah, dana hasil pengelolaan aset wakaf juga digunakan untuk membangun sebuah Pusat Seni. Pusat Seni ini sangat berperan dalam perkembangan arsitektur Islam, termasuk arsitektur masjid, sekolah dan RS. Adapun beberapa agenda yang terkait dengan proyek pengembangan kesehatan dari dana wakaf adalah pembangunan Rumah Sakit dan Poliklinik, Apotik dan Penyedia Alat-alat Medis. Selain itu juga bisa untuk pemberdayaan dan pengembangan, seperti SDM bidang kesehatan atau proyek riset bidang kesehatan. Pelayanan Sosial Harus diakui bahwa sarana pelayanan sosial di Indonesia termasuk sangat buruk. Hal ini terkait dengan pendanaan pemerintah yang masih minim. Sarana yang ada
94
sangat nggak terawat atau nggak bisa dipakai secara optimal. Bikin males! Misalnya nih, jembatan dan jalan pada rusak dan banyak jerawatnya, RS kotor, WC umum juga selain kotor juga bau, angkutan umum parah banget (rusak, nggak aman dan nyaman, sembrono), pasar kotor, dan tempat pembuangan sampah juga kacau. Iya sih, masyarakatnya juga sebagian masih 'ngaco'. Tapi bukan berarti ini nggak bisa diperbaiki. Melalui dana wakaf tunai, ada beberapa hal yang bisa dilakukan: pembangunan fasilitas umum yang lebih manusiawi dan memadai dan pembangunan tempat ibadah dan lembaga keagamaan yang lebih representatif. Sedangkan untuk pengembangan dan pemberdayaan bidang pelayanan sosial, diantaranya untuk: a.
peningkatan kemampuan kaum duafa melalui berbagai pelatihan
b.
membuat pola pengelolaan manajemen lembaga santunan dan ketrampilan untuk kaum lemah, cacat, dan terlantar
c.
membuat berbagai proyek dakwah dengan cakupan yang lebih luas, misalnya penanggulangan masalah akidah umat Islam yang terhimpit tekanan ekonomi, pendampingan terhadap korban kekerasan, broken home, narkoba, dan AIDS.
d.
Pemberdayaan Ekonomi Kecil dan Menengah (UKM)
95
Jumlah UKM di Indonesia saat ini mencapai 95% pelaku bisnis. Besar kan? Namun masih banyak kelemahan UKM yang belum tertangani secara baik, misalnya masalah modal dan pengelolaan. Bagaimana supaya para pelaku UKM ini terhindar dari jerat riba dan rentenir? Sistem solusinya.
ekonomi
syariah
(termasuk
Wakaf)
lah
Berbagai upaya untuk pengembangan dan pemberdayaan UKM dengan melakukan berbagai langkah: a.
memprioritaskan pengembangan UKM yang menggunakan bahan baku dari sumber daya alam kita sendiri
b.
menyediakan fasilitas permodalan
c.
membantu UKM dalam hal penguasaan teknologi proses dan produksi
d.
membantu pemasaran dan promosi UKM
e.
pembangunan infrastruktur pemberdayaan ekonomi rakyat.
yang
mendukung
D. Contoh Desain Usaha : Pemberdayaan Tanah Wakaf Strategis Pemberdayaan tanah wakaf strategis bisa berasal dari sinergi antara SWT (sertifikat wakaf tunai), lembaga permodalan dan perbankan syariah. Dilihat dari potensi tanah wakaf strategis, diperkirakan ada sekitar 5-10 lokasi di setiap propinsi di Indonesia. Demikian juga tak kurang
96
dari 10 lokasi di tiap kabupaten. Coba bayangkan kalau semuanya dikelola secara profesional dan amanah... Rencana desain usaha yang bisa dilakukan adalah dengan mempelajari seluruh aspek wilayah dimana tanah wakaf berada, sehingga dapat direncanakan desain-desain usaha yang relevan dengan misi perwakafan. Berikut ini beberapa contohnya: 1.
Pusat Perdagangan: masjid. perkantoran, bank, ruang serba guna, restoran, money changer, swalayan, foto copy, wartel, parking lot dll.
2.
Pinggir jalan raya/protokol: masjid, pertokoan, pompa bensin, bank, perkantoran, ruang serba guna, foto copy, wartel, apartemen, hotel dll.
3.
Pusat Pemerintahan: masjid, bank, swalayan, restoran, losmen, ruang serba guna, foto copy dan penjilidan, money changer dll.
4.
Rumah Sakit: masjid, pertokoan, restoran, wartel, losmen, bank, apotik, toko buku, foto copy, wartel dll.
5.
Kampus: masjid, pertokoan, bank, restoran, asrama mahasiswa, wartel, perpustakaan, foto copy dan penjilidan, rental komputer, kantor beasiswa, pusat arsitektur/studio, ruang serba guna, pusat olah raga dll.
6.
Pesantren: masjid, pertokoan, restoran, asrama santri, perpustakaan, foto copy, toko buku dan kitab, tempat belajar, ruang serba guna, pusat olahraga, wartel, poliklinik dll.
97
7.
Airport/Pelabuhan Laut: masjid, supermarket, bank, restoran, wartel, hotel, money changer, parking lot, toko suvenir dan art shop, toko buku dll.
8.
Pusat Pariwisata: masjid, restoran, pusat rekreasi, hotel, wartel/warnet, minimarket, toko buku, toko suvenir/kerajinan tangan, pusat olah raga, gallery, production house, dll.
9.
Pasar tradisional/modern: masjid, restoran, bank perkreditan, gudang, ruko, losmen, ekspedisi, peragenan dll.
10.
Stasiun KA/Terminal Bus: masjid, penginapan, bank, restoran, wartel, agen travel, toko buku, ekspedisi dll.
11.
Kawasan Industri: masjid, restoran, bank, losmen, wartel, poliklinik, toko buku, foto copy, toko buah, ekspedisi, dll.
12.
Mall/Swalayan: masjid, restoran, bank syariah, wartel/warnet, money changer, foto copy, parking lot dll.
13.
Pinggir jalan tol: masjid, pompa bensin, tempat peristirahatan, restoran, wartel, toko suvenir dan toko buah, bengkel dll.
14.
Real Estate/Kompleks Perumahan: masjid, swalayan, bank, restoran, madrasah, pendidikan umum, perpustakaan, ruang serba guna, poliklinik, pertokoan, art shop, toko buku, foto copy, pusat arsitektur, production house, pusat olah raga, sanggar seni Islami, notaris, bengkel, studio foto, LBH/advokat dll. Lain-lainnya bisa dikreasikan lebih lanjut lagi kan?
98
BAGIAN KELIMA Time To Go! Saatnya Kamu Berwakaf Setelah kita sedikit lebih dalam membahas apa itu wakaf, sekarang tiba saatnya kita mulai mengamalkan apa yang sudah kita tahu. Biar klop lah antara teori dengan praktik. So, saatnya berwakaf nih! A. Apa Yang Bisa Kamu Wakafkan? Jenis harta benda wakaf dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf terdiri dari: benda tidak bergerak dan benda bergerak (berupa uang dan selain uang). Benda nggak bergerak diantaranya adalah tanah, bangunan, tanaman dan lain-lain. Karena sifatnya yang eshtablish, benda-benda tersebut disebut sebagai benda tidak bergerak, yaitu: 1.
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik yang sudah ataupun yang belum terdaftar.
2.
Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana point 1 di atas.
3.
Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
4.
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
99
5.
Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
Adapun yang dimaksud dengan benda bergerak karena sifatnya yang dapat diwakafkan meliputi: a.
Kapal
b.
pesawat terbang
c.
kendaraan bermotor
d.
mesin atau peralatan industri tertancap/tertanam pada bangunan
e.
logam dan batu mulia
f.
benda lainnya yang tergolong benda bergerak karena sifatnya dan memiliki manfaat jangka panjang.
yang
tidak
Sedangkan benda bergerak selain uang maksudnya: 1.
Benda yang digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang.
2.
Benda bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan tidak dapat dihabiskan karena pemakaian.
3.
Benda bergerak yang dapat dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan.
100
4.
Benda bergerak yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan memperhatikan ketentuan prinsip syariah.
Benda bergerak selain uang karena peraturan perundang-undangan yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai berikut: 1.
2.
Surat Berharga yang berupa: a.
Saham
b.
Surat Hutang Negara
c.
Obligasi pada umumnya
d.
Surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Hak atas kekayaan intelektual yang berupa: a.
Hak cipta
b.
Hak merk
c.
Hak paten
d.
Hak desain industri
e.
Hak rahasia dagang
f.
Hak sirkuit terpadu
g.
Hak perlindungan varietas tanaman
h.
Hak lainnya.
101
3.
Hak atas benda bergerak lainnya yang berupa: a.
Hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak, atau
b.
Perikatan, tuntunan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda bergerak.
Wakaf benda bergerak berupa uang yang merupakan terobosan baru dalam UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.
2.
Kalau uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing, harus dikonversi dulu ke rupiah.
3.
Wakif yang akan mewakafkan uangnya, diwajibkan:
4.
a.
Hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menyatakan kehendak mewakafkan uangnya.
b.
Menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan.
c.
Menyetorkan secara tunai sejumlah uang kepada LKS-PWU.
d.
Mengisi formulir pernyataan kehendak Wakif yang berfungsi sebagai akta ikrar wakaf.
Kalau Wakif nggak bisa hadir, bisa menunjuk wakil atau kuasanya.
102
5.
Wakif dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang kepada Nazhir dihadapan PPAIW yang selanjutnya Nazhir menyerahkan akta ikrar wakaf tersebut kepada LKS.
Kalau kamu ingin mewakafkan uangmu untuk jangka waktu tertentu juga bisa kok. Saat jangka waktu tersebut berakhir, Nazhir wajib mengembalikan jumlah pokok wakaf uang ke kamu atau ahli warismu melalui LKS Penerima Wakaf Uang. B. Simulasi Pelaksanaan Wakaf Agar lebih mudah memahami dalam melaksanakan wakaf, maka berikut ini dibuat simulasinya. Tentu simulasi berikut bersifat umum untuk memberikan gambaran lebih jelas. Wakaf Uang Cara Pertama
(Di Hadapan Majelis Ikrar Wakaf) 1.
Calon Wakif memantapkan niat berwakaf uang karena Allah untuk kesejahteraan umat;
2.
Calon Wakif, saksi dan Nazhir (yang ditunjuk Wakif) hadir di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk oleh Menteri Agama sebagai Lembaga
103
Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf; 3.
Wakif mengisi formulir/blangko wakaf uang yang telah disediakan oleh LKS yang berfungsi sebagai AIW, diantaranya nama dan alamat Wakif, nama dan alamat Nazhir, daftar denominasi wakaf uang, peruntukan wakaf uang, dan lain-lain;
4.
Wakif menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan di hadapan Majelis Ikrar Wakaf, serta menyetorkan uangnya secara tunai melalui rekening wadi’ah Nazhir di LKS-PWU bersangkutan;
5.
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) wakaf uang (pejabat LKS yang telah ditunjuk) memeriksa keabsahan dan kelengkapan administrasi wakaf uang;
6.
Wakif mengucapkan ikrar wakaf uang di depan Majelis Ikrar Wakaf (Wakif, Nazhir, dua orang saksi dan PPAIW), selanjutnya PPAIW mengeluarkan Sertifikat Wakaf Uang;
7.
Wakif, Nazhir, dan Saksi pulang dengan membawa salinan formulir dan Sertifikat Wakaf Uang sebagai bukti telah terjadi pelaksanaan wakaf uang;
8.
LKS melalui fund manager-nya bermusyawarah dengan Nazhir yang ditunjuk Wakif dalam rangka memberdayakan uang yang diwakafkan untuk dikembangkan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan Syariah;
104
9.
Hasil dari pemberdayaan investasi wakaf uang disalurkan oleh Nazhir kepada Mauquf alaih (penerima wakaf) sesuai ikrar Wakif.
Cara Kedua
(Menggunakan media Electronic Channels) 1.
Calon Wakif memantapkan niat berwakaf uang karena Allah untuk kesejahteraan umat;
2.
Calon Wakif mendatangi atau menggunakan Electronic Channels (seperti ATM, phone banking, internet banking) untuk melakukan transaksi pelaksanaan wakaf uang;
3.
Calon Wakif membuka atau menggunakan layanan Electronic Channels yang disediakan oleh LKS, kemudian mengisi form yang telah disediakan, diantaranya meliputi: nomor rekening dan/atau nama Wakif, daftar nama-nama Nazhir, daftar denominasi wakaf uang, peruntukan wakaf uang, dan lain-lain;
4.
Layanan Electronic Channels yang disediakan oleh LKS akan mengeluarkan bukti, seperti surat tertulis, SMS, atau email sebagai respon dari transaksi yang telah dilakukan, sekaligus menjadi bukti telah terjadi perbuatan wakaf uang;
5.
Setelah uang terkumpul dalam jumlah tertentu, LKS melalui fund manager-nya bermusyawarah dengan Nazhir yang ditunjuk Wakif dalam rangka
105
memberdayakan uang yang diwakafkan untuk dikembangkan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan Syariah; 6.
Hasil dari pemberdayaan investasi wakaf uang disalurkan oleh Nazhir kepada Mauquf alaih (penerima wakaf) sesuai ikrar Wakif.
Wakaf Tanah 1.
Sebuah keluarga sedang bermusyawarah sekaligus memantapkan niat untuk berwakaf tanah milik;
2.
Kepala keluarga atau yang mewakilinya (selaku Wakif), saksi dan Nazhir menuju Kantor Urusan Agama (KUA) menghadap kepala KUA selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW);
3.
PPAIW memeriksa persyaratan wakaf dan selanjutnya mengesahkan Nazhir (bagi yang belum terdaftar);
4.
Wakif mengucapkan Ikrar Wakaf di hadapan Majelis Ikrar Wakaf untuk selanjutnya PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan salinannya;
5.
Wakif menyerahkan tanah yang akan diwakafkan kepada Nazhir dengan membuat berita acara serah terima (paling lambat) pada saat penandatanganan AIW yang diselenggarakan di depan Majelis Ikrar Wakaf;
6.
Wakif, Nazhir dan saksi menerima salinan AIW dan berita acara serah terima untuk dibawa pulang;
106
7.
PPAIW atas nama Nazhir menuju kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan membawa berkas permohonan pendaftaran tanah wakaf.
8.
Kantor Pertanahan Wakaf;
9.
Kepala Kantor Pertanahan menyerahkan Sertifikat Tanah Wakaf kepada Nazhir, dan selanjutnya ditunjukkan kepada PPAIW untuk dicatat pada daftar AIW.
memproses
Sertifikat
Tanah
Wakaf Benda Bergerak Selain Uang 1.
Sebuah keluarga sedang bermusyawarah sekaligus memantapkan niat untuk berwakaf benda bergerak selain uang;
2.
Kepala keluarga atau yang mewakilinya (selaku Wakif), saksi dan Nazhir menuju Kantor Urusan Agama (KUA) menghadap kepala KUA selaku Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW);
3.
PPAIW memeriksa persyaratan wakaf, dan selanjutnya mengesahkan Nazhir (bagi yang belum terdaftar);
4.
Wakif mengucapkan Ikrar Wakaf di hadapan Majelis Ikrar Wakaf untuk selanjutnya PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan salinannya;
5.
Wakif wajib menyerahkan tanah yang akan diwakafkan dengan membuat berita acara serah terima paling
107
lambat pada saat penandatanganan AIW diselenggarakan di depan Majelis Ikrar Wakaf;
yang
6.
Wakif, Nazhir dan saksi menerima salinan AIW dan berita acara serah terima untuk dibawa pulang;
7.
PPAIW atas nama Nazhir (dibantu oleh Wakif atau wakilnya) menuju instansi berwenang yang terkait dengan benda yang diwakafkan, dengan menyertakan berkas permohonan pendaftaran benda wakaf.
8.
Instansi yang berwenang memproses dan menerbitkan bukti pendaftaran benda wakaf;
9.
Instansi yang berwenang menyerahkan bukti pendaftaran benda wakaf kepada Nazhir, dan selanjutnya ditunjukkan kepada PPAIW untuk dicatat pada daftar AIW.
C. Pilih Jadi Wakif atau Nazhir nih? Kalau begitu, kamu sudah tahu kan mau memilih peran sebagai apa dalam mengembangkan wakaf di Indonesia. Apakah kamu akan jadi Wakif atau jadi Nazhir? Sebagai Wakif, kamu pasti sudah tahu syaratsyaratnya. Kita sudah membahasnya di bab terdahulu. Nah sekarang kita akan membahas tentang Nazhir. Nazhir adalah pihak yang menerima wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Posisi Nazhir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf memegang
108
kedudukan penting dalam perwakafan. Begitu pentingnya kedudukan Nazhir, sehingga berfungsi tidaknya harta wakaf tergantung dari Nazhir. Meskipun demikian, nggak berarti bahwa Nazhir bisa mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya. Pada umumnya, para ulama sudah sepakat bahwa kekuasaan Nazhir wakaf hanya terbatas pada pengelolaan wakaf yang dikehendaki Wakif. Asaf AA Fyzee berpendapat, seperti dikutip Uswatun Hasanah, bahwa kewajiban Nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk menjaga dan mengelola harta. Sebagai pengawas harta wakaf, Nazhir bisa mempekerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelesaikan beberapa urusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Oleh karena itu, Nazhir dapat berupa Nazhir perseorangan, organisasi, maupun badan hukum. Nazhir sebagai pihak yang berkewajiban mengawasi dan memelihara wakaf tidak boleh menjual, menggadaikan, atau menyewakan harta wakaf kecuali diizinkan oleh pengadilan. Ketentuan itu sesuai dengan masalah kewarisan dalam kekuasaan kehakiman yang memiliki wewenang untuk mengontrol kegiatan Nazhir. Sehingga dengan demikian, keberadaan harta wakaf di tangan Nazhir dapat dikelola dan diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum Allah swt.
109
Gini Lho Caranya... (Kalau kamu belum bisa jadi Wakif atau Nazhir) Ekonomi umat Islam yang sedang terpuruk hanya bisa dibangkitkan oleh umat Islam sendiri. Salah satunya dengan membangunkan potensi wakaf. Partisipasi kamu sebagai agen perubah, generasi muda, nggak cuma sebagai Wakif atau Nazhir saja. Kalau kamu merasa belum cukup 'punya harta' (padahal wakaf tunai/wakaf uang juga kan syaratnya ringan lho), dan belum cukup 'punya kemampuan' sebagai Nazhir, tapi kamu pengin sekali berpartisipasi mengembangkan dunia perwakafan di Indonesia, ada beberapa jalan yang bisa kamu lakukan: 1.
Mempersiapkan diri sebagai calon pakar ekonomi syariah, khususnya dalam bidang wakaf.
Kamu pasti tahu dong dengan nama-nama DR. M. Syafii Antonio, Adiwarman Karim, Mustafa Edwin Nasution, Ph. D, DR. Mulya E Siregar, dan lain-lain? Beliau-beliau itu adalah beberapa dari sedikit sekali ahli ekonomi syariah di Indonesia. Merekalah yang menggagas banyak ide tentang tegaknya ekonomi syariah masa kini. Jika kamu pengin seperti mereka, harus bersiap dari sekarang. Kamu bisa belajar di Universitas-universitas yang menyediakan disiplin ilmu (departemen) ekonomi syariah. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga ada kok. Umat Islam sangat membutuhkan ilmuwan dalam bidang ini, segera. Oh iya... perlu kamu ketahui, ilmu ekonomi syariah itu menarik dan penuh tantangan lho. Prospeknya di masa depan juga cerah sekali.
110
2.
Mendekati dan menghimpun calon Wakif
Barangkali orang tuamu punya harta yang patut diwakafkan? Tetanggamu? Atau saudaramu? Sahabatmu juga? Nah kenapa tidak kamu dekati mereka, dan ajak mereka berpartisipasi dalam program wakaf ini. Dijamin menguntungkan dunia akhirat lho. Terus kamu dapat apa? Jelas dapat pahala dong. Dan juga dapat ilmu, bagaimana mengumpulkan Wakif. Lagipula siapa tahu nanti kalau tabunganmu sudah cukup, kamu jadi Wakif, kamu sudah faham banget. Begitu juga kalau kamu merasa kemampuanmu sudah cukup untuk menjadi Nazhir, kamu sudah faham ilmu perwakafan. 3.
Menyebarkan informasi tentang wakaf produktif
Kamu jagoan menulis? Kenapa kamu nggak menulis tentang wakaf uang dan wakaf produktif ke majalah/koran? Atau kamu senang membuat tulisan di web/blog? Coba deh kamu bikin tulisan-tulisan tentang wakaf di blog-mu. Sebarkan kepada sebanyak mungkin orang. Bikin tulisannya jelas harus semenarik mungkin, supaya orang jadi jelas dan tertarik untuk ikut berwakaf. Kamu senang dan puas, orang juga tertarik berwakaf. Sama-sama untung, kan?
111
Memilih dan Menimbang... Kita sudah membahas hampir semua hal tentang wakaf, terutama wakaf uang dan wakaf produktif. Sudah banyak yang kita ketahui tentang wakaf dan perannya untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang membelit umat Islam. Sudah waktunya kita turut segera menyukseskan program ini selaku umat Islam yang cerdas dan peduli. Hanya sistem ekonomi sesuai syariah sajalah yang bisa mengeluarkan umat dari keterpurukan ini. Dan semua bisa jadi dimulai dari kita, para agen perubah, generasi muda intelektual Islam. Sekarang, mulai hitung-hitung berapa kesanggupanmu untuk mewakafkan hartamu. Atau lihat-lihat kemampuanmu buat jadi Nazhir, atau buat jadi seorang ahli dalam bidang wakaf, dan jadi seorang promotor wakaf yang ulung. Pokoknya kerahkan segala kemampuan kita buat mendukung program ini ya? InsyaAllah, kemajuan umat sudah di depan mata nih... Amiiin....
112
REFERENSI Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam, Fiqih Wakaf, cet. V (rev), Depag RI, Jkt, 2007. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam,
Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, cet. I, Depag RI, Jkt, 2007.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, cet. I, Depag RI, Jkt, 2007. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, cet. IV, Depag RI, Jkt, 2007. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimas Islam,
Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, cet. IV (rev), Depag RI, Jkt, 2007.
Djunaidi, Achmad, dan Thobib Al Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, cet. III, Mitra Abadi Press, Jkt, 2006. Nasution, Mustafa Edwin, MSc. MAEP, PhD., dan DR. Uswatun Hasanah, (ed.), Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam, cet. II, PSTTI-UI, Jkt, 2006.
113