KAJIAN PENGARUH PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI SAYURAN MENUJU PRIMA-3 TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU SAYURAN SERTA PENINGKATAN KELEMBAGAAN DI WILAYAH MP3MI MALANG Baswarsiati, S. Kusworini, K. Boga, D. Rahmawati dan T. Zubaidi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK M-P3MI (Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi) di wilayah kabupaten Malang dilakukan dalam bentuk diseminasi inovasi dengan implementasi program di lapang berbentuk unit percontohan (demplot) sayuran yang menerapkan inovasi teknologi menuju Prima-3. Inovasi teknologi yang diterapkan sesuai petunjuk dalam SOP spesifik lokasi dan merupakan implementasi dari GAP (Good Agriculture Practices) dengan tujuan menghasilkan produk sayuran yang aman dikonsumsi. Wilayah MP3MI Malang berada di desa Tawangargo, kecamatan Karangploso dengan topografi perbukitan, ketinggian tempat 700 m dpl, curah hujan 1.500-2.000 mm/th dengan luas areal sayuran sekitar 470 ha. Pengkajian dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 hingga Desember 2011 dengan diawali RRA, pemilihan petani peserta demoplot, pemilihan lokasi demoplot serta pemilihan jenis sayuran dan pemilihan teknologi partisipatif. Teknologi sayuran menuju Prima-3 yang diterapkan dalam demplot antara lain: penggunaan pupuk organik sebanyak 5 ton/ha + trichocompos, pengurangan pupuk anorganik dan pengurangan pestisida kimia serta penggunaan pestisida hayati. Hasil kajian menunjukkan adanya peningkatan jumlah demoplot yaitu sekitar 81 % dari awal pelaksanaan hingga Oktober 2011 yaitu dari 8 demoplot/ 8 petani meningkat menjadi 44 demplot/ 44 petani peserta demplot. Dengan menerapkan teknologi sayuran menuju Prima-3 juga berpengaruh positif terhadap produksi dan mutu aneka sayuran seperti sawi daging, tomat, mentimun, buncis dan jagung manis. Produksi dari aneka sayuran yang menerapkan GAP tetap sama bahkan lebih tinggi dari teknologi eksisting dan mutu lebih terjamin karena aman untuk dikonsumsi. Selain itu dengan adanya program MP3MI di wilayah Tawangargo berpengaruh terhadap peningkatan kelembagan kelompok tani terutama di dusun Ngudi dan Kali Malang. Kata kunci : MP3MI, inovasi teknologi, Prima 3, sayuran, produksi, mutu PENDAHULUAN Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian uggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing dan kesejahteraan petani, Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian melalui sistem diseminasi multi channel (SDMC). MP3MI merupakan suatu konsep diseminasi inovasi yang tidak hanya fokus mempercepat penyebaran inovasi pertanian, tetapi juga memperluas dan
297
memperbesar spektrum diseminasi. Implementasi program di lapang berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Unit percontohan yang holistik meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan sarana pendukung agribisnis. Dengan demikian akan terjadi proses pembelajaran dan diseminasi teknologi yang berjalan secara simultan sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin luas (Badan Litbangtan, 2011). Skala pengembangan disesuaikan dengan basis usaha yang dilakukan, tergantung pada kondisi wilayah di masing-masing lokasi. Untuk M-P3MI kabupaten Malang yang akan dilaksanakan di kecamatan Karangplosokhususnya desa Tawangargo, maka basis usaha pada pengembangan sayuran yang mengarah ke produk ramah lingkungan Sekitar 64 % dari luas wilayah desa Tawangargo atau hampir 519 ha, saat ini didominasi usahatani aneka sayuran (sayuran daun, brokoli, lettuce, kobis, cabai, bawang merah, buncis, tomat, kacang polong, jagung manis dll) dengan wilayah pemasaran di pasar Keputran-Surabaya serta wilayah Jawa Timur (Anonim, 2008; Rahayu, 2010). Sebagian petani desa Tawangargo sudah dpat memproduksi aneka sayuran dengan produktivitas tinggi, kontinyu dan panen bertahap sesuai permintaan pasar. Namun sayangnya mereka masih menggunakan pupuk an organik dan pestisida kimia yang berlebihan sehingga tidak aman dikonsumsi dan biaya produksi tinggi. Target untuk memproduksi sayuran dengan kualitas yang baik serta aman untuk dikonsumsi masih dalam bentuk wacana karena petani masih kesulitan dalam memasarkan produk sayuran ramah lingkungan (Baswarsiati et al, 2010, Dipertabun Malang, 2010). Untuk itu M-P3MI di kecamatan Karangploso-Malang bertujuan pada pengembangan kawasan sayuran yang mengarah ke produk ramah lingkungan sehingga produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan pada akhirnya kawasan sayuran di desa Tawangargo dapat disertifikasi ke Prima-3. METODOLOGI Kegiatan M-P3MI dilakukan di desa Tawangargo, kec. Karangploso, kabupaten Malang yang dimulai sejak bulan Januari 2011 hingga Desember2011 dengan diawali RRA, pemilihan petani peserta demplot, pemilihan lokasi demplot serta pemilihan jenis sayuran dan pemilihan teknologi partisipatif. Teknologi sayuran menuju Prima-3 yang diterapkan dalam demplot antara lain: penggunaan pupuk organik sebanyak 5 ton/ha + trichocompos 100 kg/ha, pengurangan pupuk anorganik dan pengurangan pestisida kimia 50-60 % dari kebiasaan petani serta penggunaan pestisida nabati. Jenis sayuran yang ditanam di demplot yaitu sawi daging, brokoli, bloomkol, tomat, mentimun, buncis dan jagung manis. Petani peserta demplot ada di 2 dusun yaitu dusun Ngudi dan dusun Kali Malang, desa Tawangargo sejumlah 80 orang dan melibatkan 2 kelompok tani (sekitar 80 anggota kelompok). Luas demplot sayur di masingmasing petani berkisar 1.250 m2 – 3.000 m2. Adapun data yang diamati adalah
298
peningkatan jumlah peserta demplot, persentasi petani yang menerapkan inovasi teknologi, produksi dan mutu sayur hasil demplot serta perkembangan SDMC. HASIL DAN PEMBAHASAN • Keragaan Desa Tawangargo dan Dukungan Instansi Terkait Pelaksanaan RRA dilakukan selama 1 minggu melalui FGD (Focus Group Discussion) serta meninjau keragaan desa secara langsung dan kawasan sayuran di desa Tawangargo. FGD dilakukan bersama petugas lapang di kecamatan Karangploso (mantri tani Karangploso, PPL desa Tawangargo petugas PHP kecamatan Karangploso, Lurah dan aparat desa dan pengurus Gapoktan Tani Rukun). Sedangkan sebagian masyarakat yang termasuk dalam anggota Gapoktan Tani Rukun juga dilibatkan dalam diskusi yang dilakukan secara partisipatif. Adapun hasil dari FGD tentang keragaan desa Tawangargo sebagai berikut. Desa Tawangargo-Karangploso merupakan wilayah dengan topografi perbukitan, ketinggian tempat 700 m dpl, curah hujan 1.500-2.000 mm/th. Luas desa Tawangargo 805 ha sedang luas kawasan sayuran 519 ha, terbagi dalam 6 dusun yaitu : Ngudi, Kali Malang, Leban, Lasah, Boro Lasah dan Suwaluwan. Kawasan desa Tawangargo merupakan kawasan prioritas pengembangan komoditas sayuran oleh Pemda Malang. Jumlah penduduk desa Tawangaro 8695 jiwa. Jumlah KK = 2.475 KK dan 80 persen adalah petani. Jumlah kelompok tani 6 dan jumlah anggota per kelompok 30-45 orang. Sekitar 50 jenis sayuran ditanam petani dan terdapat sekitar 100 pedagang/pengepul sayur di desa Tawangargo. Pemasaran sayur selama ini di Jakarta (Mangga Dua), Surabaya, Sidoarjo (Puspa Agro), Porong, Pandaan, Pasuruan serta kota2 besar lainnya dan pasar sekitar Lawang, Singosari, Karangploso, Belimbing. Petani mampu memproduksi sayur secara bertahap (tidak tergantung musim), kontinyu dan produktivitas tinggi. Beberapa pedagang pengepul memasok aneka benih sayur dan saprodi serta memberikan modal (terutama di dusun Ngudi). Pedagang pengepul terkadang juga menentukan kuota jenis sayur serta kuota areal tanam per komoditas sesuai permintaan pasar. Jumlah demplot sayuran berkembang cepat, setelah demplot tahap I peserta demplot berkembang lebih banyak walaupun dukungan saprodi dari BPTP Jatim berupa pupuk organik sejumlah 30 % dari kebutuhan. •
Penerapan Inovasi Teknologi Sayuran Menuju Prima 3 pada Demplot Jenis sayuran yang banyak ditanam petani yaitu jagung manis, sawi daging, sawi caisin, lettuce, andewi, selada, tomat, cabai kecil, bunga kol, brokoli, kobis, mentimun, buncis, bawang merah, bawang prei dan lainnya. Untuk mengefisienkan penggunaan lahan, sayuran tersebut ditanam multiple cropping dan intercropping. Penerapan inovasi teknologi sayuran menuju Prima 3 untuk masing-masing komoditas sayuran pada demoplot disajikan pada Tabel 1. Tampak bahwa petani yang menggunakan pupuk organik meningkat dari 15% tahun 2010 menjadi 80%. Penggunaan trichoderma atau trichocompos pada 2011 sebanyak 60% petani peserta demplot. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida turun 70-80% dari anggota kelompok tani (Tabel 2).
299
Gambar 1. Keragaan perkembangan jumlah dem sayuran menuju Prima 3 Keterangan : Jumlah dem tahap I = 15 dem (Juni-Agustus 2011)= 15.550 m2; Jumlah dem tahap II = 38 dem ( September- Desember 2011) = 54.000 m2 Tabel 1. Penerapan Inovasi Teknologi Menuju Prima 3 pada Jagung Manis No
Macam Teknologi
1. Pemberian pupuk organik (bokasi) 2. Penggunaan benih varietas unggul dan bermutu 3. Penggunaan trichoderma/trichocompos 4. Pengurangan dosis pupuk anorganik 5. Pengurangan pestisida kimia 6. Penggunaan pestisida nabati Keterangan: Jumlah petani sekitar 80 orang
Petani yang Menerapkan Teknologi (%) 2010 2011 15 80 80 95 0 60 20 80 20 70 10 65
Tabel 2. Penerapan Inovasi Teknologi Menuju Prima 3 pada Sawi Daging No
Macam Teknologi
1. Pemberian pupuk organik (bokasi) 2. Benih varietas unggul dan bermutu 3. Penggunaan trichoderma/trichocompos 4. Pengurangan dosis pupuk anorganik 5. Pengurangan pestisida kimia 6. Penggunaan pestisida nabati Keterangan: Jumlah petani sekitar 80 orang
Petani yang Menerapkan Teknologi (%) 2010 2011 30 90 70 95 0 75 30 95 20 90 20 80
Jumlah petani penerap demplot sawi meningkat (Tabel 3, 4 dan 5). Daun sawi hasil demplot lebih renyah dan lebih tahan simpan. Penggunaan pupuk anorganik serta pestisida kimia pada demplot mentimun, buncis dan tomat lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman sawi dan jagung manis karena resiko kegagalannya lebih tinggi sehingga pengurangan pupuk dan pestisida kimia lebih cermat dengan memperhatikan keragaan tanaman, OPT dan lingkungan. Tabel 3. Penerapan Inovasi Teknologi Menuju Prima 3 pada Buncis No
Macam Teknologi
1. Pemberian pupuk organik (bokasi) 2. Penggunaan benih varietas unggul dan bermutu 3. Penggunaan trichoderma/trichocompos 4. Pengurangan dosis pupuk anorganik 5. Pengurangan pestisida kimia 6. Penggunaan pestisida nabati Keterangan: Jumlah petani sekitar 80 orang
300
Petani yang Menerapkan Teknologi (%) 2010 2011 20 90 70 95 0 75 30 95 20 95 20 80
Tabel 4. Penerapan Inovasi Teknologi Menuju Prima 3 pada Mentimun No
Petani yang Menerapkan Teknologi (%) 2010 2011 20 80 80 95 0 70 30 75 30 70 20 70
Macam Teknologi
1. Pemberian pupuk organik (bokasi) 2. Benih varietas unggul dan bermutu 3. Penggunaan trichoderma/trichocompos 4. Pengurangan dosis pupuk anorganik 5. Pengurangan pestisida kimia 6. Penggunaan pestisida nabati Keterangan: Jumlah petani sekitar 80 orang
Tabel 5. Penerapan Inovasi Teknologi Menuju Prima 3 pada Tomat No
Macam Teknologi
1. Pemberian pupuk organik (bokasi) 2. Benih varietas unggul dan bermutu 3. Penggunaan trichoderma/trichocompos 4. Pengurangan dosis pupuk anorganik 5. Pengurangan pestisida kimia 6. Penggunaan pestisida nabati Keterangan: Jumlah petani sekitar 80 orang
Petani yang Menerapkan Teknologi (%) 2010 2011 10 85 75 95 0 70 10 75 10 70 10 65
•
Keragaan Produksi dan Mutu Sayuran Produksi sayuran jagung manis, sawi daging, mentimun, buncis dan tomat yang menerapkan inotek sesuai Prima 3 tidak menurun jika dibandingkan dengan teknologi petani bahkan beberapa demplot produksinya tetap dan meningkat. Ciri utama hasil penerapan inotek menuju Prima 3 adalah mutu sayur meningkat yaitu rasa sayur lebih manis, lebih renyah dan umur simpan lebih lama, dan umur panen lebih awal 1-3 hari dari cara petani (Tabel 6). Tabel 6. Keragaan Produksi dan Mutu Sayuran Hasil Inotek Prima 3 dan Cara Petani No
Jenis Sayuran
Produksi (ton/ha) Petani Prima 3
Mutu Petani
24
30
Baik,
7.8
9
Baik
3
Jagung manis Sawi daging Mentimun
18
22,6
Baik
4
Buncis
10,9
12,3
5
Tomat
64
70
1 2
Baik
Prima 3 Baik, rasa lebih manis, umur simpan lebih lama Baik, rasa lebih renyah dan umur simpan lebih lama Baik, rasa lebih manis dan renyah, umur simpan lebih lama Baik, rasa lebih manis dan renyah, umur simpan lebih lama Baik, rasa lebih manis, umur simpan lebih lama
Umur Panen Petani Prima 3 72
70
23
21
36
33
50
46
64
60
•
Perkembangan Inovasi Kelembagaan dan Dukungan Program Berkaitan dengan SDMC (Spektrum Diseminasi Multi Channel) Perkembangan kegiatan M-P3MI di desa Tawangargo yang berkaitan dengan pembelajaran maupun diseminasi, sosialisasi tentang inovasi teknologi sayuran menuju Prima 3 kepada pengguna sebagai implementasi dari SDMC disajikan pada Tabel 7.
301
Tabel 7. Perkembangan Inovasi Kelembagaan dan Dukungan Program M-P3MI Terkait SDMC. 2011 No 1 2 3 4 5
6 7 8 9
Pemangku Kepentingan Petani Tawangargo
Diseminasi Inotek Materi Jumlah Inotek sayur 300 orang terlibat menuju Prima 3 dalam kegiatan sesuai GAP Dipertabun Malang Inotek sayur 15 petugas (Mantri menuju Prima 3 Tani dan POPT) di sesuai GAP kec. Sentra sayur BPP Jatim dan Inotek sayur 30 PPL di kec. sentra BKP3 Malang menuju Prima 3 sayur Kab Malang sesuai GAP Pemkab Malang -
Dukungan terhadap Program M-P3MI Materi Jumlah Lahan, tenaga kerja, Tergantung saprodi komoditas dan luas lahan Memfasilitasi prog-ram 4 demplot sayuran semi organik seluas 4 ha di desa Tawangrgo Memfasilitasi pameran produk unggulan
Memfasilitasi pameran produk unggulan Memfasilitasi program Dipertaprop Jatim Inotek sayur 60 orang dari 33 sayuran semi organik, menuju Prima 3 Kab/Kota se Jatim sarana panen sayur sesuai GAP sebagai PL 2 dalam TOT SLGAP sayuran dan packing house STPP Malang Pemasaran hasil Gapoktan ds Ikut dalam pendampiTawangargo sejumlah ngan inotek dan peSayur semi 60 orang organik nguatan kelembagaan Pemprop Sulawesi Inotek sayur Petani, petugas dari Studi Banding pada Tengah menuju Prima 3 instansi terkait September 2011 di desa Tawangargo sesuai GAP sejumlah 110 orang Jamsostek Jatim Inotek sayur Petani mitra dari Magang pada menuju Prima 3 jamsostek Jatim Nopember 2011 di sesuai GAP sejumlah 35 orang desa Tawangargo UPTPSBTPH Pemantapan evaluasi Jatim varietas sayur di desa Tawangargo pada Desember 2011
5 kali pamer-an Jumlah sarana panen senilai 150 juta dan packing 400 orang
KESIMPULAN Jumlah demoplot sayuran menuju Prima 3 dari awal pelaksanaan hingga Desember 2011 meningkat sekitar 81%, dari 8 demplot menjadi 44 demplot. Penerapkan teknologi sayuran menuju Prima-3 meningkatkan produksi dan mutu sawi daging, tomat, mentimun, buncis dan jagung manis. Produksi dari aneka sayuran yang menerapkan GAP tetap sama bahkan lebih tinggi dari teknologi eksisting dan mutu lebih terjamin dan aman dikonsumsi. Program MP3MI di wilayah Tawangargo meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam berbudidaya sayur sesuai GAP. Perkembangan kegiatan M-P3MI di desa Tawangargo berkaitan dengan diseminasi, sosialisasi tentang inovasi teknologi sayuran menuju Prima 3 sebagai implementasi dari SDMC telah berjalan dengan baik karena dukungan positif dari pemangku kepentingan dan respon petani. DAFTAR PUSTAKA Anonim.2008. Profil Desa Tawangargo, Kecamatan karangploso, Kabupaten Malang Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi. Baswarsiati, Yuwoko, K. B.Andri. 2010. Pendampingan pelaksanaan SLPAH di desa Tawangargo, Karangploso, Malang . (belum dipublikasi Dipertabun Malang. 2010. Laporan Tahunan 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Malang. Dirjen Hortikultura. 2008.Pedoman dan Tata Cara Budidaya Sayur dan Buah Yang Baik Rahayu.S. 2010. Programa Penyuluhan desa Tawangargo Kec Karangploso th 2010
302