PENGARUH PELILINAN TERHADAP PENAMPILAN DAN UMUR SIMPAN PAMELO MAGETAN (Citrus Maxima cv MAGETAN) (Waxing Effect to Performance and Shelf-life of Magetan Pummelo (Citrus Maxima cv Magetan)) Sugiyatno, A.1 dan Retno Pangestuti2 1
BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA 2 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TENGAH
ABSTRAK Pamelo cv. Magetan adalah salah satu jenis pamelo unggul nasional dari Kabupaten Magetan. Bentuknya yang besar menyebabkan usaha penyimpanan pada ruang pendingin menjadi tidak ekonomis dan efisien bagi petani/kelompok tani. Pelilinan adalah salah satu cara yang cukup praktis untuk memperbaiki penampilan dan umur simpan buah. Penelitian dilaksanakan di Desa Plaosan, Kabupaten Magetan dan Balitjeruk Tlekung, mulai bulan Juli - Desember 2004. Lilin yang digunakan adalah lilin carnauba dengan pengemulsi Trietanolamina (TEA) dan asam oleat. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan yaitu kontrol (tanpa pelilinan), pelilinan dengan konsentrasi 6%, 9% dan 12%. Tiap unit perlakuan terdiri dari 8 buah dengan tiga ulangan. Peubah yang diamati adalah warna, kilap, dan keriput pada kulit buah; susut bobot dan rasa buah. Perlakuan pelilinan berpengaruh nyata terhadap penampilan dan umur simpan Pamelo Magetan. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara pengaruh pelilinan 6% dan 9%, tetapi pelilinan 12% memberikan hasil yang baik. Pelilinan 6% dan 9% mampu memperpanjang kualitas warna kulit buah hingga 2 minggu dibandingkan kontrol sedang pelilinan 12% memperpanjang hingga 4 minggu lebih lama. Pelilinan 6% dan 9% dapat memperpanjang kilap buah 3 minggu, keriput 4 minggu sedang pelilinan 12% memperpanjang kilap hingga 5 minggu dan keriput pada kulit buah hingga 6 minggu dibanding kontrol. Laju susut bobot semakin rendah pada konsentrasi lilin yang semakin tinggi. Pelilinan 12% mampu mengurangi laju susut bobot hingga 30% dibandingkan kontrol. Berbagai konsentrasi pelilinan yang diuji tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan rasa buah. Buah kontrol hanya dapat disimpan 4 minggu setelah panen, pelilinan 6% dan 9% dapat memperpanjang hingga 6 minggu sedang pelilinan 12% memperpanjang umur simpan hingga 7 minggu setelah panen. Kata kunci : Pamelo magetan, pelilinan, penampilan fisik, umur simpan. ABSTRACT Pummelo cv Magetan is one of the superior Pummelo varieties from Magetan. Its big size makes it uneconomically and inefficiency to store in a refrigerator by farmers/group of farmers. Waxing is a simple way to improve the fruit appearance and shelf-life. The research was held in Plaosan village, Magetan District and Tlekung, Balitjestro, from June
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
429
to December 2004. The type of wax used was carnauba with trietanolamina (TEA) emulsifier and oleat acid. The research used randomized block design with 4 treatments which are control, waxing concentrations 6%, 9% and 12%. Each experimental unit consists of 8 fruit with 3 replications. Variables observed were color, glossy, skin wrinkle, weight declining, and fruit taste. The waxing treatment has significantly effect on the fruit appearance and shelf-life of Pummelo Magetan. No significant differences between 6% and 9% of wax concentrations treatment, while the 12% wax concentration gave the best result. Waxing with 6% and 9% could retain color quality up to 2 weeks longer, glossy 3 weeks longer, and prevent wrinkle of 4 weeks longer than control while the 12% concentration could retain color quality up to 4 weeks longer, glossy 5 weeks longer, and prevent wrinkle 6 weeks longer than control. The higher the wax concentration, the lower the weight loss. At 12% waxing inhibited weight loss up to 30% compared to control. The waxing treatment had no effect on fruit taste. The control fruit could only be stored 4 weeks after harvest, 6% and 9% concentration prolonged shelf life up to 6 weeks, while the 12% concentration prolonged shelf life up to 7 weeks after harvest. Keywords : Pummelo Magetan, waxing, shelf life, physical appearance. PENDAHULUAN Pamelo Magetan adalah salah satu kultivar pamelo unggul nasional yang berasal dari Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jenis ini sebenarnya sama dengan pamelo dari Bali yaitu Bali Merah, namun di daerah Magetan sekarang ini lebih dikenal dengan nama Pamelo Magetan (Setiawan, 1995; Sutopo, 1998). Sesuai dengan sifat genetisnya, buah pamelo Magetan mempunyai umur simpan yang relatif pendek yaitu hanya dua sampai tiga minggu, setelah itu buah mulai busuk. Sejalan dengan itu terjadi pula penurunan penampakan fisik seperti penampakan kulit buah yang keriput, berubahnya warna kulit menjadi kuning sampai kecoklatan dan memudarnya kilap buah. Cara yang umum dilakukan untuk memperpanjang umur simpan adalah dengan melakukan penyimpanan pada suhu rendah. Bentuk buah pamelo yang besar menyebabkan usaha penyimpanan pada ruang pendingin menjadi tidak ekonomis dan efisien bagi petani/kelompok tani khususnya di negara berkembang karena besarnya modal yang harus disiapkan untuk fasilitas ruang pendingin. Pelilinan adalah teknik yang diharapkan dapat memperbaiki penampilan buah dan umur simpan buah. Wills et al. (1989) melaporkan, pelapisan lilin dapat memperbaiki penampilan karena buah lebih mengkilap dan dapat memperpanjang umur simpan. Penggunaan lilin alami seperti lilin carnauba lebih baik daripada lilin tambang karena lebih lunak, mempunyai titik didih lebih tinggi dan lebih mengkilap.
430
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi pelilinan terhadap penampilan dan umur simpan buah pamelo kultivar Magetan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Plaosan, Kabupaten Magetan dengan ketinggian tempat ± 900 mdpl dengan suhu harian berada pada kisaran 22-25°C dan Balitjeruk Tlekung,mulai bulan Juni - Desember 2004. Buah sampel dipilih dari pohon atau kebun yang berasal dari pohon induk yang sama dan dikelola relatif seragam. Buah diambil secara acak dari semua percabangan (cabang primer, sekunder dan tersier). Buah yang dipilih relatif memiliki penampilan fisik yang sama dari bentuk, ukuran dan warnanya. Penelitian ini berdasarkan rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan yaitu kontrol, pelilinan dengan konsentrasi 6%, 9% dan 12%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SAS v6.12. Lilin yang digunakan adalah lilin carnauba dengan bahan pengemulsi trietanolamina (TEA) dan asam oleat. Tiap unit perlakuan terdiri dari 8 buah dengan tiga ulangan. Proses pelilinan meliputi pencucian buah, perendaman dengan larutan fungisida selama 2 menit dan dikeringanginkan selama 10 menit, pencelupan pada larutan lilin sesuai perlakuan selama 1 menit, kemudian ditiriskan dan dikeringanginkan pada rak-rak di ruangan bersuhu antara 22-25°C. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama delapan minggu dengan teknik skoring. Peubah yang diamati adalah warna kulit, kilap, dan keriput pada kulit buah, susut bobot dan rasa buah melalui uji organoleptik. HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Kulit Warna kulit merupakan faktor penting dalam perdagangan pamelo karena erat hubungannya dengan kesukaan konsumen. Warna bersama dengan kilap dan keriput pada kulit buah menggambarkan penampilan fisik yang pertama kali dilihat konsumen dan dianggap menggambarkan kesegaran dan kualitas daging buah. Selama penyimpanan selama 8 minggu warna kulit pamelo cenderung berubah menjadi kuning kemudian menjadi kuning kecoklatan mendekati saat buah menjadi busuk. Hasil pengamatan menunjukkan nilai rata-rata skor awal buah (buah segar) adalah 1,8 hingga 2 (60-85% hijau). Perlakuan pelilinan pada semua konsentrasi dapat menghambat terjadinya perubahan warna kulit buah dibandingkan kontrol (Gambar 1).
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
431
S ko r W ar n a
Pelilinan dengan konsentrasi 12% dapat mempertahankan warna hijau lebih lama dibanding perlakuan lain. Hingga minggu ke-8 warna kulit buah tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal tersebut disebabkan terhambatnya perombakan klorofil. Hilangnya warna hijau pada kulit buah berkaitan dengan jumlah O2 yang dapat masuk jaringan buah (Matto et al., 1993). Makin terbatasnya O2 yang masuk pada konsentrasi lilin 12% menyebabkan proses perombakan klorofil oleh enzim klorofilase akan terhambat. Warna buah kontrol telah menguning (41-60%) pada minggu ke-4 dan mulai mengalami proses pembusukan pada minggu ke 8, sedang buah yang dililin 6% dan 9% menguning lebih dari 50% pada minggu ke-6 selanjutnya menjadi 60-80% kuning pada minggu ke-8 penyimpanan.
6
0%
4
6%
2
9% 12%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu pengamatan keKet. Skor: (1). 80-100% hijau, 0-20% kuning; (2). 60-79% hijau, 21-40% kuning; (3). 40-59% hijau, 41-60% kuning; (4). 20-39% hijau, 61-80%; (5). 0-19% hijau, 81-100% kuning; (6). Kecoklatan.
Gambar 1. Pengaruh Pelilinan Terhadap Perubahan Warna Kulit Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Effect of Waxing on Skin Color Alteration of Magetan Pummelo During Storage)
Kilap Seperti juga warna, kilap pada kulit buah berpengaruh terhadap penampilan fisik buah/kenampakan. Buah segar memiliki lapisan lilin alami yang memberikan efek mengkilap pada kulit buah. Kilap pada kulit buah akan semakin memudar menjadi kusam dengan semakin lamanya penyimpanan. Gambar 2 menunjukkan dinamika perubahan kilap buah pamelo magetan selama penyimpanan. Skor kilap awal (buah segar) adalah 1 dan 1,8 pada buah kontrol, skor yang semakin besar menunjukkan kualitas kilap yang semakin berkurang mulai dari mengkilap (1), sedikit mengkilap (2), kusam (3) hingga sangat kusam (4).
432
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Skor Kilap
4
0%
3
6%
2
9%
1
12%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu pengamatan ke-
Gambar 2. Pengaruh Pelilinan Terhadap Perubahan Kilap Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Effect of Waxing on Glossy Alteration of Magetan Pummelo During Storage)
Kilap buah kontrol telah jauh berkurang pada minggu ke-2 pengamatan (skor 3) di ana buah sudah terlihat kusam. Nilai ini tidak jauh berubah hingga minggu ke-8 penyimpanan. Perubahan kilap buah juga terjadi pada buah yang dililin 6% dan 9% namun bertutut-turut lebih kecil dibanding kontrol. Sedang buah yang dililin 12% tidak mengalami perubahan kilap yang berarti hingga 8 minggu penyimpanan. Adanya pelapisan lilin akan menghambat terjadinya respirasi dan transpirasi pada buah. Respirasi yang tinggi akan mempercepat pelunakan karena terjadi pemecahan polimer karbohidrat pada dinding sel buah. Pelunakan menyebabkan porositas buah berkurang karena ruang antar sel terisi oleh cairan, sehingga daya pemantulan cahaya menjadi rendah dan buah akan terlihat kusam (Baker, 1993). Selain itu terjadinya susut bobot dan kerut pada buah juga menyebabkan buah terlihat kusam. Keriput Seperti halnya warna dan kilap, selama penyimpanan, buah pamelo akan mengalami keriput pada kulit buah. Gambar 3 menunjukkan perubahan keriput pada kulit buah selama penyimpanan baik pada buah kontrol maupun yang mengalami pelilinan dengan skor sebagai berikut: 1 = tidak ada keriput (0%); 2 = sedikit keriput (5-20%); 3 = 21-40% keriput; 4 = 41-60% keriput; 5 = 61-80% keriput; dan 6 = 81-100% keriput. Pelilinan dapat menghambat terjadinya keriput pada kulit buah dibandingkan kontrol. Buah yang dililin 12% hampir tidak mengalami perubahan keriput yang berarti selama 8 minggu penyimpanan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
433
Sko r Ker ip ut
8
0%
6
6%
4
9%
2
12%
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu pengamatan ke-
Gambar 3. Pengaruh Pelilinan Terhadap Perubahan Keriput Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Effect of Waxing on Skin Wrinkle Alteration of Magetan Pummelo During Storage)
Penampilan fisik buah secara umum pada minggu ke-3 dan ke-7 penyimpanan seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Terlihat buah kontrol telah mengalami kisut/kerut dan daging buah terlihat tidak segar pada minggu ke-3 penyimpanan. Pada minggu ke-7 hanya buah dengan pelilinan 12% yang memiliki penampilan fisik dan daging buah yang segar.
A
B
K
6%
9%
12%
K
6%
9%
12%
Gambar 4. Pengaruh Pelilinan Terhadap Penampilan Fisik Pamelo Magetan pada Minggu Ke-3 (4A) dan Ke-7 (4B) Penyimpanan. (Effect of Waxing on Physical Appearance of Magetan Pummelo on the Third (4A) and the Seventh (4B) Weeks Storage)
Susut Bobot Perlakuan pelapisan lilin semua konsentrasi pada buah mampu menekan laju susut bobot dan berbeda nyata dibandingkan buah kontrol (Tabel 1). Laju susut bobot selama 8 minggu penyimpanan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi lapisan lilin. Tidak ditemukan
434
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
perbedaan yang nyata antara laju susut bobot buah yang dililin 6% dan 9%, sedang buah yang dililin 12% mengalami susut bobot paling kecil. Penekanan laju susut bobot menunjukkan pelilinan dapat menekan terjadinya susut bobot pada buah sehingga mutu buah dapat dipertahankan. Susut bobot selama penyimpanan disebabkan oleh hilangnya air dalam proses transpirasi dan respirasi. Pelilinan akan menutup sebagian pori-pori kulit buah sehingga laju transpirasi dan respirasi dapat dihambat. Mitchell (1992) menyatakan pelilinan dapat menggantikan lilin alami yang hilang pada buah sehingga dapat menekan laju kehilangan air. Tabel 1. Nilai Susut Bobot (%) pada Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Weight Loss of Magetan Pummelo During Storage) Perlakuan
Susut bobot pada minggu pengamatan ke- (%) 1
2
3
4
5
6
7
8
Kontrol
13.54 a
23.24 a
28.03 a
34.46 a
35.86 a
40.32 a
45.79 a
47.18 a
Lilin 6%
6.61 b
9.32 b
15.17 b
18.03 b
21.24 b
25.10 b
29.05 b
31.70 b
Lilin 9%
5.84 b
9.08 b
13.85 b
15.53 b
20.01 b
23.34 b
24.63 b
26.34 b
Lilin 12%
4.46 bc
6.06 c
9.43 c
10.31 c
11.35 c
12.12 c
12.61 c
14.28 c
Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Rasa dan Kegetiran Buah Rasa pada buah merupakan perpaduan kandungan gula, asam-asam organik, dan senyawa-senyawa fenolik pada buah yang dapat dikecap oleh indra perasa kita. Pada penelitian uji organoleptik dilakukan terhadap rasa dan tingkat kegetiran buah untuk melihat pengaruh pelilinan terhadap kualitas citarasa buah. Rasa awal buah segar pamelo Magetan adalah manis tanpa rasa asam (skor 1, Tabel 2) dengan sedikit getir (skor 1,3 -2, Tabel 3). Selama penyimpanan terjadi perubahan rasa dimana muncul rasa asam pada buah yang menggambarkan terjadinya penurunan kualitas rasa buah. Munculnya rasa asam ini berkaitan juga dengan berjalannya proses pembusukan daging buah. Tabel 2 menunjukkan perubahan rasa daging buah pamelo Magetan selama penyimpanan pada semua perlakuan. Perlakuan pelilinan tidak menyebabkan terjadinya perubahan rasa buah dibandingkan kontrol, bahkan dapat mempertahankan kualitas rasa buah lebih lama dibandingkan buah kontrol yang mulai mengalami penurunan kualitas rasa pada minggu ke-4 penyimpanan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
435
Tabel 2. Pengaruh Pelilinan Terhadap Perubahan Rasa Buah Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Effect of Waxing on Taste Alteration of Magetan Pummelo During Storage) Minggu Setelah Perlakuan
Perlakuan Kontrol Pelilinan 6% Pelilinan 9% Pelilinan 12%
1
2
3
4
5
6
7
8
1.0 1.0 1.0 1.0
1.0 1.0 1.0 1.0
1.0 1.0 1.0 1.0
2.3 1.0 1.0 1.0
2.3 1.0 1.0 1.0
2.3 1.3 1.0 1.0
2.3 1.3 1.3 2.0
3.0 3.0
Ket. Skor: 1 = manis tidak ada asam; 2 = manis agak asam; 3 = manis asam; 4 = agak manis, asam; 5 = tidak ada manis, asam; 6 = hambar.
Tabel 3. Pengaruh Pelilinan Terhadap Perubahan Tingkat Kegetiran Buah Pamelo Magetan Selama Penyimpanan. (Effect of Waxing on Bitter Alteration Level of Magetan Pummelo During Storage) Minggu Setelah Perlakuan
Perlakuan Kontrol Pelilinan 6% Pelilinan 9% Pelilinan 12%
1
2
3
4
5
6
7
8
1.3 1.3 1.3 1.3
2.0 2.0 2.0 2.0
1.7 1.3 1.3 1.0
1.7 1.3 1.3 1.3
3.0 1.3 1.3 1.3
1.3 1.3 1.3 1.3
1.7 1.3 1.3 2.0
2.3 1.3
Ket. Skor: 1= tidak ada getir; 2 = sedikit getir; 3 = getir; 4 = sangat getir.
Perubahan tingkat kegetiran buah ditunjukkan pada Tabel 3, terlihat perlakuan pelilinan yang diujicobakan tidak menimbulkan peningkatan rasa getir pada Pamelo Magetan. Pada minggu ke-8 buah kontrol dan buah yang dililin 9% tidak dapat diuji rasa dan tingkat kegetirannya karena telah mengalami kebusukan daging buah sehingga tidak layak dimakan. Perubahan rasa dan kegetiran buah pamelo ini dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, di mana semakin tinggi konsentrasi lilin pada buah cenderung akan meningkatkan tingkat kegetiran buah jika disimpan pada suhu ruang yang tinggi (Sugiyatno et al., 2003). Umur Simpan Buah Umur simpan buah ditentukan dari pengamatan penampilan fisik buah (warna, kilap, keriput), susut bobot serta rasa buah. Buah kontrol tidak dapat disimpan lebih dari empat minggu karena pada 4 minggu penyimpanan telah mengalami susut bobot 35% sehingga
436
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
kulit buah menjadi keriput dan kusam serta daging buah terlihat tidak segar/juicy. Di samping itu rasa buah telah berubah dan kegetiran buahnya meningkat sehingga tidak enak lagi dimakan. Perlakuan pelilinan dapat memperpanjang umur simpan buah dibandingkan buah yang tidak dililin/kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang berarti pada umur simpan buah yang dililin 6% dan 9%, umumnya buah dapat disimpan hingga 6 minggu penyimpanan, namun pada buah yang dililin 9% rasa buah dapat dipertahankan hingga minggu ke-7 penyimpanan. Buah yang dililin dengan konsentrasi 12% hingga minggu ke-8 penyimpanan hanya mengalami susut bobot 14,28% dan masih memiliki penampilan fisik (warna, kilap, keriput) yang baik. Namun rasa buah telah mengalami penurunan pada minggu ke-7 penyimpanan sehingga penjualan tidak disarankan lebih dari 7 minggu setelah penyimpanan. KESIMPULAN 1. Perlakuan pelilinan berpengaruh nyata terhadap penampilan dan umur simpan Pamelo Magetan. 2. Pelilinan 6% dan 9% mampu memperpanjang kualitas warna kulit buah hingga 2 minggu lebih lama dibandingkan kontrol sedang pelilinan 12% memperpanjang hingga 4 minggu lebih lama. 3. Pelilinan 6% dan 9% dapat memperpanjang kilap buah 3 minggu, keriput 4 minggu sedang pelilinan 12% memperpanjang kilap hingga 5 minggu dan keriput pada kulit buah hingga 6 minggu dibanding kontrol. 4. Laju susut bobot semakin rendah pada konsentrasi lilin yang semakin tinggi. Pelilinan 12% mampu mengurangi laju susut bobot hingga 30% dibandingkan kontrol. 5. Berbagai konsentrasi pelilinan yang diuji tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan rasa buah.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
437
DAFTAR PUSTAKA Baker, J.E. 1993. Perubahan-perubahan morfologi selama pematangan dan penuaan. Dalam Pantastico, Er,B., (ed). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. h 198 - 224. Matto, A.K., Murata, T., Pantastico, Er.B., Chacchin, K., Ogata, K., dan Phan, C. T., 1993. Perubahanperubahan Kimiawi selama Pematangan dan Penuaan. Dalam Pantastico, Er,B., (ed). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. h 160 - 197. Mitchell, F. 1992. Preparation for fresh market. In A.A. Kader (ed). Postharvest and Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension Univ. of California, Division of Agriculture and Natural Resources.California. p 31-38 Setiawan, A.I., 1995. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 102 h. Sugiyatno, A., Supriyanto, A., Pangestuti, R, Sutopo, Susanto, D.A., Sakur , 2003. Perpanjangan daya simpan tiga kultivar buah pamelo. Laporan Akhir Penelitian. 50 h. Sutopo, 1998. Enam varietas jeruk besar magetan. Trubus 338-H XXIX-Januari 1998. h 34-35 Wills, R.B.H., Lee, T.H., Graham, D., M . Glasson, W.B. and Hall, E.G. 1989. Postharvest and Introduction to The Physiology and handling of Fruit ang Vegetables. Van Nostrand Reinhold. New York. 169 p.
438
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007