Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
DAYA MANGSA Halmus chalybeus BOISDUVAL (COLEOPTERA: Coccinellidae) TERHADAP HAMA KUTU SISIK Coccus viridis Green (Hemiptera: Coccidae) pada Tanaman Jeruk. Prey Halmus chalybeus Boisduval (Coleoptera: Coccinellidae) to Scale Insect Coccus viridis Green (Hemiptera: Coccidae) on Citrus Otto Endarto dan Susi Wuryantini Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika email:
[email protected] Abstrak Tanaman jeruk merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi, karena konstribusinya yang besar pada perekonomian nasional. Rendahnya produktivitas karena adanya gangguan hama. Salah satu hama adalah Coccus viridis. Coccus viridis menyebabkan daun menguning, rontok. Salah satu pengendalian hayati terhadap C. viridis adalah menggunakan predator Halmus chalybeus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya mangsa Halmus chalybeus terhadap Coccus viridis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Penelitian daya mangsa dilakukan pada H. chalybeus larva instar 1 sampai imago mati hasil perbanyakan. Perlakuan daya mangsa dilakukan dalam sangkar plastik. Setiap sangkar diisi dengan 1 ekor H. chalybeus. Pemberian pakan dilakukan 1 kali selama 24 jam yaitu pada jam 12.00 WIB. Coccus viridis yang digunakan sebagai pakan adalah komposisi dari instar 1, instar 2 dan imago C. viridis dengan perbandingan (4 : 4 : 2). Pengamatan dilakukan bersamaan dengan penggantian pakan yaitu jam 12.00 WIB. Peubah yang diamati yaitu jumlah C. viridis yang dimangsa oleh H. chalybeus selama 24 jam pada setiap instar larva dan imago H. Chalybeus. Data hasil pengamatan diolah dengan menghitung rata-rata C. viridis yang dimangsa per hari dari masing-masing instar larva dan imago H. chalybeus, serta menghitung rata-rata yang dimangsa dari seluruh siklus hidupnya. Data hasil pengamatan dianalisis dengan metode statistik non parametrik menggunakan chi square (²), apabila terdapat keterkaitan maka dilanjutkan dengan uji kontras. Daya mangsa H. chalybeus selama satu siklus hidup tertinggi pada larva instar 1 yaitu 22 ± 18,4 ekor/hari, sedangkan daya mangsa imago H.chalybeus rendah yaitu 13,51 ± 1,35 ekor/hari. Kata kunci: Daya mangsa, Halmus chalybeus, Coccus viridis, jeruk Abstract The citrus plant is a commodity which has high economic value, because it has a huge contribution on national economy. The production of citrus is still low because there are cause pest attack Coccus viridis. Coccus viridis is one of important pests on citrus plant which cause leaves turning yellow, falling down. One of biological control to C. viridis using predator Halmus chalybeus. The Purpose of this research was to prey Halmus chalybeus to scale insect Coccus viridis. This reseach was conducted in Entomology Laboratory of in Indonesian Citrus and Subtropical Fruits Research Institute. The reseach of preying ability was done since H. chalybeus hatchied to be used in treatment were those from rearing production. The feeding activity was done once time for 24 h, it was at 12.00 AM. The C. viridis used as fodder were composed from 1st and 2nd instars and imago of C. viridis with comparison of 4 : 4 : 2. The observation was conducted together with fodder replacement, it was at 12.00 AM. The variable of observation in this research was the amount of C. viridis preyed by H. chalybeus for 24 h on each instar larvae and imago of H. chalybeus. The data then be analysed by non parametric method of statistic using chi 529
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
square (²) test, if relation was present, then it continued with contrast test. The result of observation of preying ability H. chalybeus in one life cycle showed that the highest preying ability belonged to 1st instar larvae, it was 22 ± 18,4 individues/day, mean while the preying ablity of imago H. chalybeus was low, it was 13,51 ± 1,35 individues/day. Keyword: Prey, Halmus chalybeus, Coccus viridis, citrus PENDAHULUAN Salah satu hama tanaman jeruk yang mengakibatkan kerusakan yang berarti adalah Coccus viridis. Coccus viridis tersebar luas pada semua daerah tropis dan subtropis (Kalshoven, 1981). Coccus viridis menyukai udara dingin pada ketinggian diatas 1300 m. Coccus viridis menjadi hama minor pada tanaman jeruk dewasa. Kerusakan akan lebih serius terjadi pada tanaman muda yang berumur 1-2 tahun setelah pencangkokan (Hill, 1975). Populasi Coccus viridis yang tinggi dapat menyebabkan cairan tanaman hilang dan menjadi layu. Nimfa dan imago Coccus viridis menghasilkan embun madu (Kunkel, 2007). Embun madu merupakan media tempat tumbuhnya embun jelaga. Embun jelaga pada daun akan mengganggu proses fotosintesis tanaman (Kalshoven, 1981). Coccus viridis merupakan hama penting dalam pertanian dan telah menyerang bermacam-macam tanaman yang berbeda (Kunkel, 2007). Menurut Poole (2005) hama ini mempunyai inang yang luas, sekitar 57 tanaman diantaranya yaitu jeruk, kopi, alpokat, kamelia, buah ara, kamboja, bunga kaca piring, jambu biji, bunga sepatu, lengkeng, mangga, manggis, bunga oleander dan nanas. Pengendalian C.viridis umumnya menggunakan pestisida. Jenis pestisida yang digunakan mengandung bahan aktif Methomyl, Carbaryl, Methomyl (Mau dan Kessing, 2007). Pengendalian yang aman bagi lingkungan serta memadukan semua teknik pengendalian hama adalah pengendalian hama terpadu atau PHT. Penerapan PHT memperhitungkan dampak baik yang bersifat ekologis, ekinomis dan sosiologis sehingga secara keseluruhan memperoleh hasil yang terbaik. Salah satu komponen PHT yaitu pengendalian hayati. Agen hayati terdiri dari predator, patogen serangga dan parasitoid. Predator adalah agen hayati yang perkembangan larvanya memangsa lebih dari 1 individu mangsa. Predator tidak seperti parasitoid, tingkat larvanya dipaksa untuk menemukan individu mangsanya sendiri sehingga hasilnya sangat ditentukan oleh daya cari larva maupun imago. Seringkali jenis makanan imago predator sama dengan larvanya, seperti halnya predator dari famili Coccinellidae (Mudjiono, 1994). Predator dari famili Coccinellidae yang dapat digunakan untuk mengendalikan C. viridis salah satunya adalah Halmus chalybeus. Berdasarkan hasil penelitian dari New Zeland menyebutkan bahwa imago H. chalybeus dapat memangsa 15,6 Ceroplastes destructor dan 13,3 Ceroplastes sinensis per hari, sedangkan larva H. chalybeus dapat memangsa 9,7 C. destructor per hari (Chapman, 2001). Halmus chalybeus merupakan predator polifag, jadi H. chalybeus memangsa hampir semua jenis hama dalam 1 famili yang sama. Ceroplastes destructor dan C. sinensis 1 famili dengan C. viridis yaitu famili Coccidae. Penelitian tentang daya mangsa H. chalybeus selama ini hanya ada pada daerah subtropis sedangkan daerah tropis belum ada. Oleh karena itu diperlukan penelitian pada daerah tropis tentang daya mangsa H. chalybeus.
530
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya mangsa Halmus chalybeus terhadap hama kutu Coccus viridis. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Junrejo – Kota Batu. Alat yang digunakan pada penelitian adalah sangkar plastik (panjang=15,5 cm; lebar=15,5 cm dan tinggi=16 cm), sangkar plastik (diameter=8,5 cm dan tinggi=11,5 cm) (Gambar 6), loupe, mikroskop binokuler, kasa, timbangan analitik, potongan bambu yang telah dibelah-belah tempat meletakkan telur Halmus chalybeus, kuas halus dengan ukuran 000, savana basah sebagai tempat meletakkan daun atau ranting pada saat perlakuan. Bahan yang digunakan adalah Halmus chalybeus, Coccus viridis, tanaman jeruk, air. Pembiakan Massal Halmus chalybeus. Imago Halmus chalybeus yang diperoleh dari kebun jeruk dibiakkan di Laboratorium Entomologi. Halmus chalybeus dibiakkan secara masal dalam sangkar plastik. Sangkar plastik diisi dengan H. chalybeus, daun atau ranting tanaman jeruk yang terinfestasi oleh Coccus viridis sebagai pakan dan bilah bambu sebagai tempat meletakkan telur H. chalybeus. Setiap hari diberi pakan agar H. chalybeus tidak kehabisan makanan. Setiap hari bilah bambu yang ada dalam sangkar dilihat apakah sudah ada telurnya atau belum. Apabila pada bilah bambu tersebut sudah ada telurnya maka harus segera diambil dan diganti dengan bambu yang baru. Bilah bambu yang ada telurnya dipindahkan dalam sangkar plastik yang baru. Bila telur akan menetas maka akan berubah warna menjadi hitam. Setelah larva instar 1 keluar dari telur dan jumlahnya sesuai untuk perlakuan maka siap melakukan perlakuan daya mangsa. H. chalybeus yang dipakai dalam perlakuan adalah dari keturunan pertama atau F1. Bagan cara kerja pembiakan massal H. chalybeus disajikan pada. Pembiakan Massal Coccus viridis Coccus viridis yang akan digunakan untuk pembiakan diambil dari tanaman jeruk yang ada di kebun. Ranting tanaman jeruk yang terinfeksi oleh C. viridis dipotong dan ujung bekas potongan diletakkan dalam air agar ranting tetap segar dan C viridis aktif bergerak. Coccus viridis yang berjalan dipindahkan pada daun tanaman jeruk yang digunakan untuk pembiakan C. viridis dengan menggunakan kuas. Coccus viridis dipindahkan pada permukaan daun bagian atas dekat dengan tulang daun. Tetapi bila C. virisdis yang menempel pada ranting tidak ada yang bergerak maka ranting tersebut ditempel pada tanaman jeruk yang digunakan untuk pembiakan agar C virisdis pindah sendiri. Tanaman jeruk yang digunakan untuk pembiakan C viridis ditanam pada polibag untuk memudahkan penempatannya. Setelah C. viridis berkembangbiak pada tanaman jeruk, maka C. viridis siap digunakan untuk perlakuan daya mangsa. Daya Mangsa Halmus chalybeus Terhadap Coccus viridis Daya mangsa dilakukan sejak H. chalybeus menetas menjadi larva instar 1 sampai imago mati hasil pembiakan, dengan menggunakan 30 ekor H. chalybeus. Masing-masing 531
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
instar H. Chalybeus ditimbang terlebih dahulu dengan cara menimbang 10 ekor H. chalybeus secara bersamaan kemudian dirata-rata untuk mengetahui berat badan masingmasing individu. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan pada masing-masing instar H. chalybeus sesuai dengan berat badan masingmasing instar H.chalybeus. Perlakuan daya mangsa dilakukan dalam sangkar plastik. Daun atau ranting tanaman jeruk yang terinfestasi oleh C. viridis diletakkan pada savana yang basah. Setelah itu daun atau ranting serta H. chalybeus dimasukkan dalam sangkar plastik. Setiap sangkar diisi dengan 1 ekor H. chalybeus. Pemberian pakan dilakukan 1 kali selama 24 jam yaitu pada jam 12.00 WIB dengan jumlah pakan 2 kali atau lebih dari berat badan masing-masing instar H. chalybeus. Coccus viridis yang digunakan sebagai pakan merupakan komposisi dari instar 1, instar 2 dan imago C. viridis dengan perbandingan (4 : 4 : 2). Pengamatan dilakukan bersamaan dengan penggantian pakan yaitu jam 12.00 WIB. Pengamatan daya mangsa H. chalybeus dengan cara menghitung jumlah C. viridis yang tersisa dari jumlah yang telah diberikan sebagai pakan. Dari penghitungan C. viridis yang tersisa dapat diketahui jumlah dari C. viridis yang dimangsa oleh H. chalybeus. Variabel yang diamati yaitu, Jumlah C. viridis yang dimangsa oleh H. chalybeus selama 24 jam pada setiap instar larva dan imago H. chalybeus, jumlah C.viridis yang banyak dimangsa atau yang disukai oleh H.chalybeus pada setiap instar larva dan imago H.chalybeus, dan fekunditas imago H.chalybeus. Data hasil pengamatan diolah dengan menghitung rata-rata C. viridis yang dimangsa per hari dari masing-masing instar larva dan imago H. chalybeus, serta menghitung ratarata yang dimangsa dari seluruh siklus hidupnya. Pada uji preferensi, data hasil pengamatan dianalisis dengan metode statistik non parametrik menggunakan chi square (²), apabila terdapat keterkaitan maka dilanjutkan dengan uji kontras. HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Mangsa Halmus. chalybeus Penelitian ini dilakukan selama satu siklus hidup, yaitu mulai larva keluar dari telur sampai imago mati. Mangsa yang digunakan pada penelitian ini adalah C. viridis nimfa instar 1, nimfa instar 2 dan imago. Hasil pengamatan daya mangsa H. chalybeus selama satu siklus hidup ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Daya mangsa Stadia H. chalybeus H. chalybeus Mangsa (ekor/hari) Rata-rata ± SD Larva instar 1 22 ± 18,4 Larva instar 2
13,56 ± 11,2
Larva instar 3
6,62 ± 3,73
Larva instar 4
14,72 ± 6,56
Imago
13,51 ± 1,35 532
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata daya mangsa tertinggi selama satu siklus hidup H. chalybeus terjadi pada larva instar 1, yaitu sebesar 22 ± 18,4 ekor/hari. Hal ini terjadi karena pada saat larva instar 1 membutuhkan nutrisi yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Periode larva mengkonsumsi lebih banyak nutrisi dari pada priode imago. Konsumsi pakan yang lebih banyak pada larva Coccinellidae disebabkan pada awal larva keluar dari telur dalam keadaan lapar (Simelane et al., 2007). Daya mangsa H. chalybeus ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Rerata kutu Coccus viridis yang dimangsa oleh Halmus chalybeus pada pengamatan harian. Daya Mangsa Larva Halmus. chalybeus Daya mangsa larva H. chalybeus menggunakan mangsa C. viridis nimfa instar 1, nimfa instar 2 dan imago. Pengamatan daya mangsa H. chalybeus didapatkan hasil bahwa daya mangsa tertinggi pada stadia larva terjadi pada larva instar 1, yaitu 22 ± 18,4 ekor/hari (Tabel 2). Kenaikan daya mangsa yang tinggi pada larva instar 1 terjadi pada umur 2 hari. Larva yang baru keluar dari telur dalam keadaan lapar, sehingga daya mangsanya tinggi. Larva instar 1 H. chalybeus yang memiliki berat 0,27 mg mampu memangsa C. viridis lebih dari berat tubuhnya yaitu 24 kali dari berat tubuhnya, dengan daya mangsa per harinya sebanyak 8 kali dari berat tubuhnya. Hal ini dikarenakan larva instar 1 membutuhkan pakan yang banyak untuk proses pertumbuhan menjadi larva instar 2. Penambahan ukuran tubuh larva instar 2 mencapai dua kali lipat dari ukuran tubuh larva instar 1. Ukuran tubuh larva instar 2 mencapai 2,1 ± 0,1 mm (Tabel 1). Setelah itu pada umur 3 hari daya mangsa mengalami penurunan karena pada umur 2 hari larva dalam keadaan kenyang, sehingga pada umur 3 hari larva hanya makan sedikit (Gambar 2). Untuk pengamatan selanjutnya fluktuasi daya mangsa larva instar 1 stabil sampai larva ganti kulit menjadi larva instar 2. Fluktuasi daya mangsa instar larva H. chalybeus disajikan pada Gambar 2.
533
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Jumlah mangsa (ekor))
50 40 30 20 10 0 1
3
Instar 1
5
7
9
Instar 2
11
13 15 Instar 3
17
19
21
23 25
27
Instar 4
Hari ke-
Gambar 2. Fluktuasi C. viridis yang dimangsa oleh stadia larva H. chalybeus Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa daya mangsa larva instar 2 dan 3 stabil. Kestabilan daya mangsa ini dapat diketahui dari seimbangnya kenaikan dan penurunan daya mangsa. Hasil penimbangan larva instar 2 dengan berat tubuh 1,81 mg mampu memangsa C. viridis sebanyak 10 kali dari berat tubuhnya dengan daya mangsa per harinya 42 % dari berat tubuhnya, sedangkan larva instar 3 dengan berat tubuh 5,12 mg mampu memangsa C. viridis sebanyak 6 kali dari berat tubuhnya dengan kemampuan memangsa per harinya 26 % dari berat tubuhnya. Pada saat larva instar 2 dan 3 daya mangsanya stabil karena pada instar ini nutrisi yang diperoleh hanya digunakan sebagai energi saat beraktivitas tidak digunakan untuk pertumbuhan. Penambahan ukuran tubuh pada larva instar 2 dan 3 tidak berpengaruh terhadap daya mangsa yang tinggi karena larva sudah mempunyai cadangan nutrisi pada saat larva instar 1. Cadangan nutrisi yang diperoleh pada saat larva instar 1 ini digunakan untuk penambahan ukuran tubuh larva. Jadi larva instar 2 dan 3 tidak membutuhkan nutrisi yang banyak seperti halnya pada larva instar 1. Sedangkan daya mangsa larva instar 4 mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penimbangan larva instar 4 dengan berat tubuh 16,1 mg mampu memangsa C. viridis sebanyak 4 kali dari berat tubuhnya dengan kemampuan memangsa per harinya 19 % dari berat tubuhnya. Pada pengamatan larva instar 4 terjadi sedikit kenaikan daya mangsa pada umur 3 hari setelah ganti kulit. Kenaikan ini dipengaruhi oleh larva yang akan menjadi pupa, larva membutuhkan nutrisi yang banyak untuk proses terjadinya perubahan bentuk menjadi imago. Pada saat menjadi pupa tubuhnya hampir tidak bergerak sama sekali dan tidak makan tetapi proses metabolisme dalam tubuhnya tetap berjalan seperti pada saat larva. Konsumsi nutrisi yang tinggi pada umur 3 hari setelah ganti kulit digunakan sebagai energi pada saat proses metabolisme berlangsung. Pada umur 4 hari sampai umur 9 hari daya mangsa mengalami penurunan karena memasuki masa prepupa. Larva instar terakhir menonaktifkan aktifitasnya sebelum menempelkan abdomennya pada permukaan daun untuk membentuk pupa (Weeden et al.,2008). 534
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Daya Mangsa Imago Halmus chalybeus Daya mangsa imago H. chalybeus menggunakan mangsa C. viridis nimfa instar 1, nimfa instar 2 dan imago. Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan memangsa imago dengan berat tubuh 28,9 mg mampu memangsa C. viridis sebanyak 7 kali dari berat tubuhnya dengan kemampuan memangsa per harinya 6 % dari berat tubuhnya. Daya mangsa imago H. chalybeus menunjukkan bahwa rata-rata daya mangsa tertinggi terletak pada umur 34, yaitu 26,3 ± 13,7 ekor/hari (Gambar 3).
Gambar 3. Fluktuasi C. viridis yang dimangsa oleh imago H. chalybeus Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa daya mangsa tertinggi pada stadia imago terjadi pada umur 34. Hal ini dikarenakan pada saat ini imago sudah siap untuk berkopulasi. Dengan demikian imago membutuhkan nutrisi yang banyak untuk kematangan sel telur bagi yang betina dan sel sperma bagi yang jantan. Salah satu kandungan nutrisi yang berperan penting untuk reproduksi imago adalah protein. Protein digunakan untuk pematangan telur pada imago, sedangkan imago jantan membutuhkan protein untuk pematangan sperma (Nation, 2002). Chapman (1998) menambahkan bahwa kualitas yang baik dari protein dan asam amino penting untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pengamatan imago umur 56 menunjukkan daya mangsa mengalami kenaikan kembali sebanyak 22,4 ± 17,9 ekor/hari. Dikarenakan pada pengamatan tersebut merupakan waktu imago untuk oviposisi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan mencapai 18 – 43 butir. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan imago betina dalam oviposisi tinggi, sehingga membutuhkan nutrisi yang banyak untuk oviposisi. Banyaknya nutrisi yang dimakan oleh imago akan mempengaruhi banyaknya telur yang dihasilkan dan kualitas dari keturunannya. Salah satu unsur penting dalam makanan yang dibutuhkan imago betina pada saat oviposisi adalah vitamin E. Menurut Nation (2002) vitamin E dibutuhkan bagi imago betina untuk kematangan telur dan oviposisi, begitu juga dengan imago jantan membutuhkan vitamin E untuk kematangan sperma.
535
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Imago pada umur 65 hari mulai mengalami penurunan daya mangsa. Penurunan daya mangsa terjadi karena imago sudah berhenti beroviposisi dan imago sudah memasuki usia tua, sehingga daya mangsanya mulai menurun. Uji Preferensi H. chalybeus Terhadap Berbagai Stadia C. Viridis. Hasil analisis ² uji preferensi H. chalybeus stadia larva instar 1, larva instar 2, larva instar 3, larva instar 4 dan imago adalah lebih besar dari pada nilai ². Jadi ada keterkaitan preferensi H. chalybeus dengan berbagai stadia C. viridis. Keterkaitan tersebut dapat diketaui dengan uji kontras. Hasil uji kontras menunjukkan bahwa stadia C. viridis berpengaruh terhadap preferensi H. chalybeus. Stadia C. viridis yang digunakan untuk uji preferensi H. chalybeus adalah stadia nimfa instar 1, nimfa instar 2 dan imago. Berdasarkan hasil perbandingan dapat diketahui bahwa dari ketiga stadia tersebut yang tertinggi dimangsa oleh stadia H. chalybeus adalah nimfa instar 1 (Tabel 2). Hal ini diduga karena nimfa instar 1 C. viridis bertubuh lunak dan kecil, sehingga H. chalybeus mudah untuk memangsanya. Selain itu diduga juga karena kandungan nutrisi yang ada pada nimfa instar 1 C. viridis lebih tinggi bila dibandingkan dengan imago C. viridis. Sebagaimana pernyataan Obrycki et al (2008) bahwa tipe mangsa yang tidak disukai oleh predator adalah yang mempunyai kualitas nutrisi rendah. Tabel 2. Perbandingan Jumlah C. viridis yang dimangsa oleh berbagai stadia H. chalybeus. Predator Hasil Perbandingan H. chalybeus Perbandingan Larva instar 1 Imago (178) vs Nimfa 1, 2 (8259) ** Nimfa 1 (6970) vs Nimfa 2 (1289) tn Larva instar 2 Imago (135) vs Nimfa 1, 2 (4455) ** Nimfa 1 (3716) vs Nimfa 2 (739) ** Larva instar 3 Imago (573) vs Nimfa 1, 2 (3995) * Nimfa 1 (3572) vs Nimfa 2 (423) ** Larva instar 4 Imago (1731) vs Nimfa 1, 2 (6522) ** Nimfa 1 (5005) vs Nimfa 2 (1517) ** Imago Imago (6099) vs Nimfa 1, 2 (41544) ** Nimfa 1 (32637) vs Nimfa 2 (8907) ** Keterangan: ** berbeda sangat nyata (F hit > F 0,01) * berbeda nyata (F hit > F 0,05) Hasil perbandingan jumlah C.viridis yang dimangsa oleh berbagai stadia H. chalybeus menunjukkan bahwa jumlah terendah C.viridis yang dimangsa oleh stadia H. chalybeus adalah imago C.viridis (Tabel 2). Hal ini dikarenakan tubuh imago C.viridis lebih keras dari pada tubuh nimfa instar 1 C.viridis, sehingga stadia H. chalybeus hanya sedikit memangsa imago C.viridis. Cara H. chalybeus memangsa imago C. viridis berbeda dengan cara memangsa terhadap C. viridis instar 1 dan instar 2. Halmus chalybeus mulai memangsa bagian abdomen imago terlebih dahulu. Bagian abdomen imago C. viridis dimakan sampai habis 536
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
dan hanya meninggalkan bagian kulit C. viridis (Gambar 2). Predator akan memangsa sebagian tubuh mangsanya apabila mangsanya tidak begitu disukai (Obrycki et al. , 2008). Bagian abdomen imago C. viridis banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh H. chalybeus dan merupakan tempat menempelnya clawler C. viridis yang baru keluar dari imago. Selain karena nutrisi dan tempat clawler menempel bagian abdomen C. viridis merupakan bagian yang lunak, sehingga H. chalybeus mudah dalam memangsanya. H. chalybeus memangsa abdomen imago C. viridis dan menyisakan kulitnya karena pada kulit mengandung lapisan kutikula yang keras.
Gambar 2. Imago Coccus viridis yang dimangsa Halmus chalybeus Fekunditas Imago H. chalybeus Hasil pengamatan fekunditas imago H. chalybeus adalah 293,86 telur dengan kisaran 200,97 – 386,75 telur. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa fekunditas H. chalybeus yang diberi pakan C. viridis termasuk tinggi. Menurut Clark (1976) imago Coccinellidae mampu menghasilkan telur sebanyak 20-1000 telur dalam 1- 3 bulan. Tingginya fekunditas ini diduga karena C. viridis merupakan pakan utama bagi H. chalybeus, sehingga dengan pakan utama tersebut imago H. chalybeus dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak dan kualitas yang bagus. Imago H. chalybeus yang baru keluar dari pupa tidak segera berkopulasi karena masih membutuhkan proses pematangan seksual. Imago membutuhkan waktu 1-2 minggu setelah keluar dari pupa untuk berkopulasi. Masa preoviposisi 2-10 hari setelah kopulasi. Imago H. chalybeus melakukan kopulasi berkali-kali dalam waktu 1 hari dengan pasangan yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa lama kopulasi H. chalybeus adalah 5-16 menit. Apabila jumlah pakannya banyak maka jumlah telur yang dihasilkan juga banyak. Jadi jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari banyaknya pakan yang tersedia. KESIMPULAN Daya mangsa tertinggi H. chalybeus adalah pada stadia larva instar 1 yaitu dengan daya mangsa perharinya mencapai 8 kali dari berat tubuhnya. Stadia C.viridis yang banyak disukai oleh H.chalybeus adalah nimfa instar 1. DAFTAR PUSTAKA Chapman, R. F. 1998. The Insects: Structure and Function. Cambridge University Press. New York. Hal 89-91. 537
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Chapman, R. B. 2001. Predation by Halmus chalybeus (Coleoptera: Coccinellidae) on Ceroplastes destructor and C. sinensis (Hemiptera: Coccidae: Ceroplastinae) Infesting Citrus in Northland, New Zealand. Biocontrol Science and Technology. Hal 57 - 66. Clark, J. K. 1976. Lady Beetles (Coleoptera: Coccinellidae). University of California Statewide IPM Project. Available on http://www.nysaes.cornell.edu/ent/ biocontrol/predators/ladybintro.html. Verified at Apr 11th 2014. Hill, D. 1975. Agriculture Insect Pest of The Tropics and Their Control. Cambridge University Press. New York. Kalshoven, L. G .E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, Penerjemah; Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen Van de Cultuurgessen in Inonesie. 701 hal. Kunkel, D. 2007. Green coffee scale - nymph (Coccus viridis). Available on http://www.dennisKunkel.com/DK/insects/24090A.html. Verified at March 20th 2014. Mau, R. F. L and J. L. M. Kessing. 2007. Coccus viridis (Green). Department of Entomology. Honolulu, Hawaii. Available on http://www.extento.hawaii.edu/ Kbase/Crop/Type/c_viridi.htm. Verified at March 18th 2014. Mudjiono, G. 1994. Pengendalian Hayati Terhadap Serangga Hama: Peran Serangga Entomofagus. Lembaga Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Hal 38-39. Nation, J. L. 2002.Insect Physiology and Biochemistry. Boca Raton London. New York. Hal 71-74 Obrycki, J. J., M. J. Tauber and C. A. Tauber. 1997. Prey Specialization in Insect Predator. University of Minnesota. New York. Vol. 46. Hal 401-453. Simelane, D., D C. Steinkraus and T. J. Kring. 2007. Predation Rate and Development of Coccinella septempunctata L. Influenced by Neozygites fresenii Infected Cotton Aphid Prey. Agricultural Research Council-Plant Protection Research Institute. South Africa. Vol 44. Hal 128-135. Weeden, C. R., A. M. Shelton and M. P. Hoffman. 2008. Biological Control: A Guide to Natural Enemies in North America. Available on http://www.nysaes. cornell.edu/ent/biocontrol/ accessed (date). Nov 11th 2014.
538