PERANAN TERNAK SAPI DALAM SISTEM USAHA TANI TANAMAN PADI SAWAH DI TULANG BAWANG Elma Basri, Yulia Pujiharti, dan M. Silalahi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Hi. Z..A. Pagar Alam No.1 A, Raja Basa, Bandar Lampung ABSTRAK Salah satu teknologi pada usahatani padi adalah penggunan pupuk organik yang dapat berasal dari kotoran sapi. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peranan ternak sapi dalam usahatani padi sawah. Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari setelah melalui pemrosesan. Pupuk organik dari kotoan sapi dan sisa pakan sebanyak 2 ton/ha dapat meningkatkan hasil sebesar 15%. Penggunaan ternak sebagai tenaga kerja pengolah lahan lebih efisiensi dan lebih ekonomis dibandingkan dengan tenaga kerja manusia. Sepasang ternak yang dipekerjakan di pagi hari (jam 7-11) dapat menyelesaikan pengerjaan pengolahan lahan satu ha dalam waktu 6-10 hari sedangkan tenaga kerja manusia dalam waktu tersebut hanya mampu menyelesaikan 0,65 ha. Ternak ruminansia dapat memanfaatkan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak. Penggunaan jerami padi sebagai pakan merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi kekurangan pakan ruminansia, karena memiliki proporsi yang paling besar diantara limbah pertanian. Limbah peternakan (kotoran ternak) dapat dimafaatkan sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas, sehingga dapat sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak.
Kata kunci : Usahatani, peran, sapi, padi. ABSTRACT One of the technologies of the rice farming is the use of organic fertilizer that can be derived from cow manure. This paper aims to provide an overview of the role of cattle in the wetland rice farming. A cow can produce feces of 8-10 kg per day. From that number can be produced 4-5 kg of organic fertilizer (stable manure) after via processing. Organic fertilizer from manure and waste feed as much as 2 tonnes / ha can increase yields by 15%. The use of livestock as a labor of land processing was more efficient and more economical compared to human labor. A pair of cattle was worked as worker in early morning (7-11 a.m) to complete land preparation one hectare can be 6-10 days only whereas human labor for the same time able to complete 0.65 ha. Ruminants can utilize agricultural waste as animal feed. The use of rice straw as feed was the most effective way to overcome the shortage of ruminant feed, because it has the greatest proportion among agricultural waste. Livestock waste
1
(manure) can utilize as a fuel source in the form of biogas, so it can be as an alternative to cope with rising prices of fertilizer and fuel shortages.
Keywords : Farming, role, cattle, rice. PENDAHULUAN Di Kabupaten Tulang Bawang terdapat areal sawah seluas123.719, dirinci menurut jenis pengairannya terdiri dari sawah beririgasi teknis 11.029 ha (8,91 %) ; sawah irigasi setengah teknis dan sederhana 380 ha (0,31 %); sawah tadah hujan 23.876 ha (19,30 %); sawah rawa pasang surut 46.446 ha (37,54 %) serta sawah rawa lebak 41.988 ha (33,94) (BPS dan Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, 2006). Luas panen padi sawah di Tulang Bawang berdasarkan data ( BSP tahun 2010) mencapai 41.499 ha dengan produksi tanaman padi 187.412 ton. Produksi padi nasional tahun 2009 mencapai 64,40 juta ton Gabah Kering Giling (KGB). Dibanding produksi tahun 2005, terjadi kenaikan sebanyak 18,92 % dengan rata-rata peningkatan 4,45 % per tahun (BSP, 2011) dalam (Pujiharti dkk., 2011). Rendahnya peningkatan produksi padi sawah ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain rendahnya produktivitas
tanah
dan
efisiensi
pemupukan,
belum
tersedianya
rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang didasarkan pada kemampuan tanah
menyediakan
hara
dan
kebutuhan tanaman,
dan
tingginya
kehilangan hasil akibat penanganan pasca panen yang tidak efisiensi ) (Bulo., D dkk., 2004)
Pemeliharaan sapi dilahan sawah perlu
dipertahankan mengingat dengan adanya ternak sapi dilahan sawah maka populasi akan tetap terjaga dan kesuburan tanah juga secara tidak langsung maupun langsung akan terpengaruh. Usaha ternak sapi terpadu akan dapat menekan biaya produksi, terutama terhadap penyediaan hijauan pakan, sebagai sumber tenaga kerja serta dapat memberikan kontribusi dalam penghematan pemakaian pupuk kimia. Terabainya penggunaan bahan organik dan pemakaian pupuk kimia secara intensif guna mengejar hasil yang tinggi menyebabkan bahan organik tanah menurun. Keadaan ini menurunkan kemampuan tanah dan air irigasi serta menurunkan produktivitas (Las et al, 2002) . Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada achirnya memiliki dampak positif pada pengolahan hasil
2
panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik akan lebih efektif apabila secara bersama digabung dengan limbah ternak (kotoran ternak) melalui proses fermentasi sehingga unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dapat lebih mudah diikat didalam tanah (Budi Haryanto dkk, 2002 a). Limbah ternak (feces dan kotoran kandang) mengandung bahan organik yang sangat penting dalam memperbaiki kesuburan tanah (Soewardjo dan Saefudin, 1989). Potensi Dan Kendala Pengembangan Lahan Sawah Irigasi Kabupaten Tulang Bawang dengan luas wilayah 7.770,84 km atau 22% dari Luas Provinsi Lampung. Terletak antar 3°50’- 4°40’ LS dan 104°58’- 105°52’ BT. Hampir sebagian besar wilayah kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah dataran dan rawa serta alluvial. Dengan jenis tanah penyusun terdiri dari aluvial, regosol, andosol, podsolik coklat, latosol dan podsolik merah kuning. Faktor lain yang mendorong sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah: (a). Mayoritas penduduk
Kabupaten
Tulang
Bawang
(sekitar
80
%)
hidup dan
berpenghidupan di sektor pertanian, (b) sektor pertanian merupakan tumpuan
utama
dalam
penydiaan
kebutuhan
pangan,
(c)
cukup
tersedianya lahan yang potensial untuk dikembangkan ke arah yang lebih produktif, (d) merupakan sektor yang sedikit menggunakan bahan baku impor, (e) sektor pertanian memiliki potensi besar dalam pengembangan komoditas ekspor serta perolehan devisa negara, dan (f) sektor pertanian telah teruji kemampuannya dalam bertahan ketika ekonomi sedang dalam keadaan krisis, sementara sektor lain mengalami penurunan. Kampung Pulung Kencana termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 36 m diatas permukaan laut dan memiliki kemiringan lahan 0-8 % (dataran berombak). Suhu rata-rata harian 27,4 °C , curah hujan 2.200 mm/th dengan tipe iklim D-2. Jenis tanah yang dominan di Kampung ini adalah Aeric Epiaquepts dan Oxic Dystrudepts (BBSDL, 2007) Karakteristik Pulung Kencana disajikan pada Tabel 1.
3
Kampung Pulung Kencana memiliki Wilayah seluas 1.807 ha, menurut jenis penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 1,027 ha (56,82 %), sawah tadah hujan 35 ha (1,94 %), lahan pemukiman 214 ha (11,84 %), ladang /tegalan 374 ha (20,69 %, perkebunan rakyat 112 ha (6,20 %), dan sisanya untuk fasilitas umum (Profil Kampung Pulung Kencana, 2005). Perlu disampaikan bahwa Kampung Pulung Kencana khususnya dan Kabupaten Tulang Bawang umumnya merupakan daerah endemi penyakit blast. Tabel 1. Karakteristik Kampung Pulung Kencana Karakteristik
Nilai
-
Sub Agroekosistem
-
Elevase Bentuk Wilayah Jenis tanah
-
Tipe iklim Suhu rata-rata harian Curah hujan Bulan kering Bulan basah Penggunaan lahan
-
Air irigasi
-
-
Luas kampung -
Lahan sawah semi intensif iklim basah pada daerah dataran rendah 36 m dpl datar sampai berombak Aeric Epiaquepts dan Oxic Dystrudepts D2 27,4 ºC 2200 mm/th 3 bulan 6 bulan Sawah semi intensif, kebun campuran dan kebun karet Tidak mencukupi untuk tanam padi pada musim gadu 1.807 ha
Bila dilihat dari kelas lereng maka daerah dengan kelerengan 0-15% tergolong luas yaitu 1.165.000 ha terutama didaerah timur. Kelas lereng di Provinsi Lampung seperti yang diurai tabel 2. berikut :
4
Tabel 2. Luas Provinsi Lampung Berdasarkan Kemiringan NO.
KEMIRINGAN
LUAS ( HA )
1.
0–3
947,000
2.
3–8
145,000
3.
8 – 15
73,000
4.
15 – 30
281,250
5.
30 – 45
237,500
6.
45
143,750
7.
Rawa
716,590
8.
Tidak ada data
786,610
Jumlah . . . . . .
3.330.700
Sumber : Lembaga Penelitian Tanah 2009 Kendala-Kendala Produksi Tanaman Padi Sawah Kendala utama produksi padi di Lampung adalah ketersediaan air yang kurang pada musim kemarau, tingkat penerapan inovasi teknologi pertanian yang masih rendah yang ditunjukkan oleh senjang produktivitas yang cukup lebar dalam produksi hasil penelitian
komoditas pertanian..
Penerapan inovasi teknologi pertanian secara baik oleh masyarakat diyakini mampu menjadi pemicu membaiknya efisiensi sistem usahatani yang dikembangkan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan suatu kawasan. Luas kepemilikan lahan sawah di Kampung Pulung Kencana hanya 0,5 ha, dan belum setiap keluarga tani memelihara sapi, sehingga penggunaan pupuk organik pada usahatani padi belum berkembang. Hal ini menyebabkan beberapa lahan sawah sakit , akibat penggunaan pupuk urea yang berlebihan tanpa diimbangi penggunaan pupuk organik (Pujiharti., dkk 2007)..
5
Peranan Ternak Sapi Dalam Usaha Tani Padi Sawah Pada sektor peternakan, Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan daya dukung lahan dan pakan, memiliki potensi yang cukup besar yaitu diperkirakan dapat menampung lebih dari 300.000 animal unit, dan sampai saat ini baru dimanfaatkan 25%, sehingga masih sangat besar peluang untuk dikembangkan lagi. Populasi hewan ternak di daerah ini pun, berkembang cukup baik. Tahun 2008 pada populasi sapi potong sebanyak 80.914 ekor dengan produksi daging mencapai 1.298.876 kg, kerbau 6.792 ekor produksi daging 37.912 kg, kambing 121.952 ekor produksi daging 334.321 kg, serta unggas yaitu ayam dan itik 1.087.659 ekor dengan produksi daging 723.761 kg dan telur 7.577,48 kwintal. Perananan ternak sapi dalam usaha tani yaitu, sebagai tenaga kerja dan limbah ternak yang dapat dibuat kompos, disamping sebagai ternak penghasil daging.
Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari setelah melalui pemroresan.Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2 ton/ha/musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim tanam padi.(Badan Litbang Pertanian, 2002). Selain itu, adanya bantuan pembibitan Sapi Brahman Cross sebanyak 148 ekor dari pemerintah, saat ini sebagian juga telah berkembang biak sehingga berjumlah 278 ekor (hingga tahun 2008). Kabupaten Tulang Bawang juga merupakan salah satu tulang punggung lumbung ternak Propinsi, yang diharapkan mampu mendukung terwujudnya Program Nasional Swasembada Daging Sapi tahun 2010 (Anonimous , 2010). hhtp : Tulang Bawang Kab.go.id/2010). Usaha ternak sapi terpadu akan dapat menekan biaya produksi, terutama terhadap penyediaan hijauan pakan, sebagai sumber tenaga kerja serta dapat memberikan kontribusi dalam penghematan pemakaian pupuk
6
kimia. Pemanfaatan kotoran ternak dapat sebagai pupuk organik meningkatkan kesuburan tanah
dapat
yang pada achirnya memiliki dampak
positif pada peningkatan hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. TERNAK SAPI SEBAGAI PRODUSEN PUPUK KANDANG Pupuk kandang yang merupakan limbah ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah. Bahkan semua limbah ternak dan pakan dapat diproses secara in situ untuk menghasilkan biogas sebagai energi alternatif. Residu pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment) (Budi Haryanto, 2009 b). Kotoran ternak merupakan salah satu masalah yang cukup mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dengan teknologi pengolaan kotoran menjadi kompos merupakan atrenatif pemecahan masalah lahan persawahan yang
sakit sehingga tidak dapat memberikan pertumbuhan
tanaman dan hasil panen yang tinggi karena kekurangan unsur hara yang kemungkinan besar diakibatkan oleh terkurasnya bahan organik dan unsurunsur mikro (Abdurachman, 2001). Penggunaan kompos sebanyak 2 ton/ha dapat meningkatkan produksi gabah kering panen (GKB) sebesar 15,06 % dibandingkan dengan tanpa kompos (suretno dkk., 2002) Lahan sawah memerlukan pupuk organik untuk mempertahankan kesehatan tanah serta kecukupan unsur hara tanaman,. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat merusak kondisi tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penurunan kandungan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanah. Di lain pihak, usaha peternakan terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Di samping itu, limbah-limbah pertanian juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku pupuk organik
(Budi
Haryanto dkk, 2002 a). Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur dengan jerami padi telah dilakukan di Kampung Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang Hasil analisa Lab Politeknik Neg Lampung
7
(2009) terlihat kandungan hara yaitu: pH (7,15); N-total menja(0,64 %), C-organik (9,31 %), P2O5 (0,02 %), K2O (0,59 %), dan C/N (14,55). Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisa Kompos pupuk kandang dan limbah Jerami Padi di Kampung Pulung Kencana, Tulang Bawang Barat. Tahun 2009. Zat Hara
Hasil analisis
pH
7.15
N-total %)
0,64
C-Organik (%)
9.31
P2O5 (%)
0,02
K2O (%)
0.59
C/N
14.55
Keterangan : dianalisa di Labolatorium Ilmu Tanah, Univarsitas Lampung, Fakultas Pertanian, 2009 Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan, di kompos. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat yaitu 3 sampai 4 minggu. Dengan menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68 %); P total (0,225 %); C-organik (11,2 %);Kalium (0,55 %) dan rasio C/N (16,47). (Sasongko WR., 2010) Kampung
Pulung
Kencana
Kabupaten
Tulang
Bawang
menggunakan dosis pupuk yang digunakan 200 kg urea, 100 kg SP-36, 100 kg KCl, serta 2000 kg pupuk kandang. Rekomendasi Kementan 2007, tentang dosis pupuk di Kabupaten Tulang Bawang adalah Urea 175 kg, SP36 50 kg, KCl 80 kg, dan 2 ton pupuk kandang/ha. Hasil penelitian Fagi dan Partohardjono (1982) dalam (Amir Syam dan M. Sariubang, 2004) menunjukkan bahwa penambahan 5 ton pupuk kandang/ha disertai
8
pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil padi sebesar 1 ton lebih tinggi dibandingkan yang dipupuk NPK saja.
TERNAK SAPI SEBAGAI TENAGA PENGOLAHAN LAHAN Ternak telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam devisa negara dan kesejahteraan petani (Diwyanto, et al., 2002) Berbagai jenis ternak telah lama dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani antara lain untuk membajak lahan, sebagai alat transportasi dan sebagai penghasil pupuk organik. Penggunaan ternak sebagai tenaga kerja pengolah lahan lebih efisiensi dan lebih ekonomis dibandingkan dengan tenaga kerja manusia ataupun tenaga mekanis/ traktor (Jarmani., dkk. 2004) Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Rahman (1989) dimana sepasang ternak
yang dikerjakan pagi (hari jam 7-11) dapat menyelesaikan pengerjaan pengolahan lahan per ha dalam waktu 6-10 hari sedangkan tenaga kerja manusia dalam waktu tersebut hanya mampu menyelesaikan 0,65 ha. Hasil penelitian dari Dwatmadji 2004 kemampuan kerja dan kenaikan fisiologis akibat kerja pada sapi Bali ini masih jauh dibawah tingkat kelelahan atau “fatique score” sapi kerja. Peningkatan kemampuan kerja pada sapi Bali yang digunakan dalam sistem integrasi sawit-sapi masih bisa dilakukan. TERNAK SAPI SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN Salah satu limbah pertanian yang cukup banyak dan mudah didapat adalah jerami padi, namun penggunaannya sangat beragam antara lain untuk pakan, bahan industri kertas dan pupuk. Sebagai bahan pakan , jerami padi memiliki faktor pembatas, karena rendahnya kadar protein, padahal potensi sangat menentukan kelangsungan hidup ternak yang menggunakannya. Menurut Doyle et al. (1986), dalam (Manurung, T, dan Zulbardi, M. 1996), penggunaan jerami padi sebagai pakan merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi kekurangan pakan ruminansia , karena
memiliki
proporsi
yang
paling
besar
diantara
limbah
pertanian.Ternak ruminansia dapat memanfaatkan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak. Hasil analisa pembuatan pakan ternak dari limbah jerami padi telah dilakukan di Kampung Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang terlihat pada Tabel 4.
9
Tabel 4. Hasil analisa proksimat jerami padi non perlakuan , fermentasi dan Amoniasi di Kampung Pulung Kencana, Kabupaten Tulang Bawang. Parameter No.
Jerami
non Jerami
Jerami
perlakuan (%)
amoniasi (%)
fermentasi (%)
1.
Air
12,26
8,96
12,04
2.
Abu
16,40
12,02
12,91
3.
Serat kasar
34,72
33,99
33,02
4.
Lemak kasar
1,20
3,42
2,31
5.
Protein kasar
3,45
12,23
9,24
Sumber : (Tambunan dkk., 2009) TERNAK SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Apalagi pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan – bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri
yang
hidup
dalam
kondisi
kedap
udara).
(http://www.-
majarikanayakan.com/) dalam Sugi R, dkk. 2009). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bioenergi selain dapat dihasilkan dari tanaman yang memang sengaja dibudidayakan untuk produksi bioenergi juga dapat dihasilkan dari pengolahan limbah yang diperoleh dari aktifitas kehidupan manusia. Selain dapat mengurangi emisi gas efek rumah kaca, pemanfaatan limbah juga mengurangi masalah lingkungan dan meningkatkan nilai dari limbah itu sendiri. Salah satu limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia
10
adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang terdiri dari feses,urin, gas dan sisa makanan ternak (Efriza F, E. 2011) Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau fermentasi perlu digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan
lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk
kimia. . Kotoran sapi.Sapi memiliki sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaan yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput berserat tinggi. Oleh karena itu, pupuk sapi kandang memiliki kandungan selulosa yang tinggi sehingga Nilai kalor yang dihasilkan oleh biogaspun cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk metana murni (100%) memiliki nilai kalori 8900 kkL/m3 (Kris 2012). TERNAK SAPI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN Ternak
merupakan
suatu
subsistem
produksi
yang
mampu
memberikan tambahan penghasilan (Kepas, 1989, Najib M et al., 1997) . Melalui perananannya sebagai penghasil pupuk kandang dan sebagai tenaga pengolah lahan. Menurur Bamualim et al (2004) keuntungan langsung Integrasi Ternak sapi-tanaman pangan adalah meningkatnya pendapatan petani-peternak dari hasil penjualan sapi dan jagung. Fungsi ternak yang dinyatakan oleh Douglas (2003) pendapatan usahatani akan bertambah selain dari penjualan ternak juga dari pemanfaatan ternak besar (sapi) yang disewakan sebagai tenaga kerja pengolah lahan.
11
KESIMPULAN Usaha ternak sapi terpadu akan dapat menekan biaya produksi, terutama terhadap penyediaan hijauan pakan, sebagai sumber tenaga kerja serta dapat memberikan kontribusi dalam penghematan pemakaian pupuk kimia. Dalam 1 ha areal pertanaman padi dapat dihasilkan 7,3-11,0 ton pupuk organik/tahun. Perananan ternak sapi sebagai penghasil pupuk kandang, dan juga sebagai tenaga pengolah lahan.
DAFTAR PUSTAKA Amir Syam, dan M. Sariubang, 2004. Pengaruh Pupuk Organik (Kompos Kotoran Sapi) Terhadap Produktivitas Padi sawah Irigasi. Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Prosiding Seminar Nasional. Denpasar , 20 – 22 Juli 2004. Abdurachman, A., D.A. Suriadikarta dan A.Sofyan, 2001. Masalah Tanah Sawah Sakit dan Peningkatan Produktivitasnya. Apresiasi Teknis Program Litkaji Sistem Usahatani Ternak. Puslitbangnak Ciawi Bogor 20-29 April 2001. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2002 Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan untuk Mendukung Prima Tani di Desa Pulung Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang. Laporan sementara. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Bamualim A.R.B. Wirdahayati, dan M. Boer. 2004. Status dan Peranan Sapi Lokal Pesisir di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan Usaha Tani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Budi Haryanto, Inounu I, IGM Budi Arsana, Kusumo, D, 2002 a. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi – Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Budi Haryanto.2009 b. Inovasi Teknologi Pakan Ternak Dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Pengembangan inovasi Pertanian 2 (3) , 2009:163-176. Bulo, D., Agustinus, N., Kairupan, F.F., Munier, Trixa,P., Rumayar, dan Saidah. 2004. Integrasi Sapi Potong pada Lahan Sawah Irrigáis di Sulawesi Tengah. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar, 20-22 Juli 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pp.155-161.
12
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosio Kulturalnya. Inotek, Volume 13, Nomor 2, Agustus 2009. http:// typecat.com/Pemanfaatan Kotoran Dwatmadji, T. Suteky, E. Soetrisno, Bejo dan BP Manurung 2004. Kemampuan Kerja Sapi Pada Sistem Integrasi Sapi- Kelapa Sawit Di Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Denpasar, 20-27 Juli 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pp.491- 495. Bali Pada Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit di Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar, 2022 Juli 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pp.155-161. Diwyanto, K., B.R. Prawiradiputra dan D. Lubis. 2002. Integrasi TanamanTernak Dalam Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing, Berkelanjutan dan Berkerakyatan. W artazoa, 12 (1): 1-8. Debora R.T., Basri, E., Pujiharti Y. 2009 Implementasi Jerami Padi Amoniasi dan Fermentasi Sebagai Pakan Sapi Potong di Lokasi Prima Tani Kabupaten Tulang Bawang. Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Peningkatan Produksi Pertanian Spesifik Lokasi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian ISBN : 978979-25-3201-2. Douglas, G.G.2003. Management of Sustainable. Crop-Livestock Systemin South East Asia.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian. Bogor 29-30 September 2003. Efriza Fitri Eliantika. 2011. Biogas Limbah Peternakan Sapi Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan. http://www.Tenagjaya.com/index.php/Relevan-artikel/Biogaslimbah-peternakan -sapi.htm (1 April 2011). Jarmani S.N., Arti Djatiharti,Iwan Juliardi, Bambang Srijono, Isbandi, Broto Wibpwo, Murtiyeni, dan Budi Haryanto, 2004. Keterkaitan Ternak Dalam Sistem Usahatani Lahan Tadah Hujan di Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman – Ternak, Denpasar, 20 – 22 Juli 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha dan A.Gani. 2002. Panduan Teknis Pengolahan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Manurung, T., Zulbardi, M., 1996. Peningkatan Mutu Jerami Padi dengan Perlakuan Urea dan Tetes. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, Volume 2 nomor 1, tahun 1996. Pusat Penelitian dan
13
Pengembangan Peternakan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Najib, M., Eni Siti Rohaeni, dan Tarmuji., 1997. Perananan Ternak Sapi Dalam Sistem Usahatani Tanaman Pangan Di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Dan Veteriner Jilid II, Bogor, 18-19 November 1997. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertania. Pujiharti, Y, Nina, M., Jamhari, HP.2010. Peluang Gapoktan Sebagai Produsen Benih Padi Sawah Di Prima Tani Kabupaten Tulang Bawang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Pujiharti, Y., Muchlas, Rr. Ernawati, dan Bambang Wijayanto. 2008. Kajian Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Lampung. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Kerjasama dengan Perhimpunan Penyuluh Pertanian Propinsi Lampung dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. Pujiharti, Y., Bambang Irawan. 2011. Sistem Integrasi Padi-Sapi di Lampung. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-IV.Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Membangun Karakter Bangsa. Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29-30 November 2011. Kris.
2012. Biogas dari Kotoran Ternak. http;//Kris-smile. Blogspot.com/2012/07//Biogas-dari-kotoran-sapi-sapi-ternak. html≠.uqdzzlthvsg (29 Januari 2013).
Rahman. 1989. Perananan Proyek Pengembangan petani ternak kecil untuk membantu peningkatan produksi pertanian khususnya di daearah transmigrasi. Prosiding Pengembangan Peternakan di sumatera dalam menyongsong era tinggal landas. Seminar Nasional Peternakan. 14-15 September 1988 Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Sasongko, WR. 2010. Teknologi Pembuatan Kompos Super. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. W.W.W. Docstop.com/docs/39246054/Teknologi-Pembuatan-Kompos-Super. Sugi R., Purwaningsih, D, Pujianto. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Sebagai Ternak Sapi Sebagai Sumber Energi Alternatif (31 Maret 2011).
14