Bab VII – Pembahasan Masalah BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1
Tinjauan masalah Dalam konstruksi beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregate dan pengikat semen. Bentuk paling umunm dari beton adalah beton Portland, yang terdiri dari agregat mineral, semen, dan air. Setelah beton dituang, sement mengalami hidrasi dan mengikat komponen lainnya yang pada akhirnya membentuk matrial seperti batu. Beton digunakan dalam konstruksi sebagai bahan matrial yang sangat kuat terhadap gaya tekan. Pada proyek INDONESIA 1 untuk struktur basement menggunakan beton mutu fc 50 Mpa dengan slump 16 +3 -1 cm. Dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran pada struktur lantai basement 3 dengan menggunakan metode yang berlaku dimana lantai kerja difungsikan sebagai bekisting beton. Pada tanggal 30 Maret 2017 untuk pekerjaan struktur lantai basement 3 sudah selesai dan dilanjutkan pada tahap pekerjaan berikutnya yaitu pekerjaan galian untuk lantai basement 4. Pada saat dilaksanakan tahapan pekerjaan berikutnya pasa basement 4 banyak timbul masalah sebagai berikut : 1. Produktifitas galian. Mengingat volume galian yang banyak dan jadwal penyelesaian pekerjaan struktur basement 4 yang harus selesai tepat waktu. Dalam pekerjaan ini pihak kontraktor utama PT. Acset Indonusa menggunakan sub kontraktor dari PT. IMS demi kelancaran pelaksanaan dan memudahkan dalam sistem control dilapangan.
VII-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah Akan
tetapi
dalam
pelaksanaaan
pekerjaan
galian
banyak
ditemukan
permasalahan yang harus segera diselesaikan. Permasalahan utama pada pekerjaan galian basement 4 adalah perubahan metode galian terhadap perencanaaan awal. Pada perencanaan awal pekerjaan galian akan dilaksanakan setiap 2 lantai dimana setelah lantai basement 3 selesai untuk pekerjaan pengecoran akan dilanjutkan pekerjaan galian struktur lantai basement 5, yang setiap lantainya memiliki elevasi kurang lebih 3 meter. Artinya dalam perencanaan awal pekerjaan galian struktur lantai basement 5 memiliki elevasi 6 meter yang memudahkan operasional alat berat (exsavator). Akan tetapi dalam proses pekerjaan struktur basement 3 ada perubahan metode galian dimana pekerjaan galian diijinkan oleh konsultan perencana untuk pekerjaan satu lantai dibawahnya dengan perhitungan kekuatan dinding diafrahnma yang tidak mampu menahan beban horizontal dari tanah setinggi 6 meter. Pekerjaan galian untuk struktur basement 4 hanya memiliki kedalaman 5 meter dari basement 3 yang mengakibatkan sulitnya manufer alat berat. Untuk menjaga target loading tanah. Pihak PT. IMS mendatangkan tambahan alat berat (exsavator) untuk memenuhi target tersebut.
VII-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah Gambar 7.1 Pekerjaan galian Basement 4
Gambar 7.2 Pekerjaan galian Basement 4
2. Adanya pembesaran dimensi kolom.
VII-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah Pembesaran kolom diakibatkan oleh miringnya struktur king post. Setelah pekerjaan penggalian selesai semua struktur king post dilakukan pengecekan
kembali untuk memastikan kelurusannya. Apabila struktur king post ditemukan adanya kemiringan yang tidak sesuai dengan perencanaan maka dimensi kolom akan diperbessr. Perubahan dimensi kolom juga terjadi
diakibatkan perubahan gambar.
Gambar 7.3 Pembesaran Kolom VII-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah
Gambar 7.4 Gambar kerja pembesaran kolom
VII-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah
Gambar 7.5 Gambar potongan pembesian kolom
3. Coupler terisi beton. Pada proyek INDONESIA 1, sambungan pembesian kolom dari lantai ke lantai berikutnya menggunakan coupler, akan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan
coupler
yang terpasang banyak
terisi
oleh
beton
yang
mengakibatkan pemasangan pembesian kolom sedikit tertunda karena coupler harus dibersihkan terlebih dahulu.
Gambar 7.6 Coupler terisi beton
VII-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah 4. Permukaan beton yang kurang bagus Permukaan beton pada struktur basement 3 terutama bagaian kepala kolom kurang baik. Yang mengakibatkan timbulnya pekerjaan perbaikan permukaan beton yang memakan waktu lama. Perbaiakan permukaan beton pada kepala kolom mempengaruhi tahapan pekerjaan pemasngan pembesian kolom yang berdampak pada mundurnya jadwal pengecoran area tersebut.
Gambar 7.7 Kepala kolom Pekerjaan pertama yang dilaksanakan sebelum pasang pembesian kolom adalah pembobokan permukaan beton pada kepala kolom. Kepala kolom dibobok sampai terbuka sambungan kolomnya, dan permukaan bobokan harur rata untuk menghasilkan sambungan beton saat dilaksanakan pengecoran kolom struktur basement.
VII-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah 5. Dinding diafrahma. Masalah yang timbul pada dinding diafrahma adalah permukaan yang kurang bagus serta banyak ditemukan pada sambungan dinding diafrahma terjadi pembesaran. Pada dinding diafrahma banyak juga ditemukan dinding kropos yang terlihat pembesiannya. Untuk dinding diafrahma yang permukaannya membesar, langkah perbaikannya harus dilaksanaakn pembobokan terlebih dahulu. Setelah dinding diafrahma selesai dibobok, perbaikan permukaan dinding menggunakan matrial grouding. Pada proyek INDONESIA 1 matrial grouding yang sudah disetujui oleh pihak perencana menggunakan produk dari sika dengan tipe sika 215. Tahapan perbaikan dinding diafrahma yang terjadi kropos dilaksanakan sama seperti perbaikan dinding membesar, akan tetapi pekerjaan bobok hanya untuk membuat permukaan beton kasar, supaya matrial sika bisa menyatu dengan beton dinding diafrahma.
Gambar 7.8 Dinding diafrahma membesar
VII-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab VII – Pembahasan Masalah
Gambar 7.9 Dinding diafrahma kropos
VII-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/