BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan pembahasan, diperoleh jawaban terhadap rumusan masalah yang merupakan bagian dari simpulan penelitian. Dalam hal ini, simpulan akan dibagi menjadi tiga bagian guna menjawab rumusan masalah, yaitu (1) pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, (2) pengembangan mobile learning dengan materi sejarah lokal Kalimantan Selatan berjudul ”Masuknya Islam di Kalimantan Selatan dan Berdirinya Kesultanan Banjar”, dan (3) efektivitas mobile learning dalam meningkatkan hasil tes kemampuan berpikir kritis. Simpulan penelitian tersebut dijabarkan dalam uraian di bawah ini. 1. Pembelajaran Sejarah Lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah a. Proses Pembelajaran Sejarah Lokal Sejarah lokal diajarkan di Program Studi Pendidikan Sejarah melalui mata kuliah sejarah lokal yang disajikan pada semester 6 berdasarkan tinjauan kurikulum yang berlaku. Materi yang diajarkan pada mata kuliah sejarah lokal didasarkan pada periodisasi sejarah lokal di Kalimantan Selatan. Berdasarkan studi dokumen, mata kuliah ini memiliki perangkat pembelajaran yang disusun oleh pengampu mata kuliah meliputi kontrak perkuliahan, silabus dan rencana pelaksanaan perkuliahan (RPP). Tujuan utama penyajian mata kuliah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami sejarah lokal Kalimantan Selatan dari masa prasejarah sampai masa Perang Kemerdekaan atau Revolusi Fisik Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah sejarah lokal diketahui bahwa pembelajaran sejarah lokal di Program Studi Pendidikan Sejarah lebih bersifat teacher centered learning. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber belajar sejarah lokal, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun aksesibilitas sumber yang kebanyakan berupa hikayat atau arsip yang masih menggunakan bahasa asing. Hal ini dibenarkan oleh mahasiswa yang mengakui kemampuan mereka dalam membaca dan memahami sumber belajar berbahasa asing sangat rendah. Hal ini membuat ceramah dan presentasi kelas
160
161
seringkali dilakukan karena mahasiswa mengalami kesulitan dalam memperoleh dan mengggunakan sumber belajar dengan baik. Pembelajaran sejarah lokal yang diajarkan di Program Studi Pendidikan Sejarah dibagi menjadi enam periode, yaitu masa pra sejarah, masa kuno (Hindu), masa klasik/Islam (1500-1900), masa perintis kemerdekaan (1901-1942), masa pendudukan Jepang (1942-1945), dan masa perang kemerdekaan atau revolusi fisik (1945-1949). Materi sejarah lokal tersebut dikategorikan sesuai dengan pembagian periode yang dijabarkan di dalam sebuah buku hasil karya para sejarawan lokal, yaitu Sejarah Banjar. Keterbatasan sumber belajar sejarah lokal selama proses pembelajaran berakibat pada minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah lokal di kalangan mahasiswa. b. Pemahaman Berpikir Kritis di Kalangan Civitas Akademika Berdasarkan wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah, diperoleh informasi bahwa berpikir kritis sangat penting dalam pembelajaran sejarah lokal. Menurutnya, berpikir kritis erat hubungannya dengan kemampuan seorang sejarawan atau seorang pendidik dalam menganalisa suatu kasus, dalam hal ini kasus sejarah yang kabur. Mahasiswa yang merupakan calon pendidik atau sejarawan di masa depan tidak akan lepas dari pengembangan kemampuan berpikir kritis. Hal senada juga diungkapkan oleh pengelola program studi. Menurutnya, berpikir kritis merupakan sebuah keharusan bagi seorang mahasiswa pendidikan sejarah. Hal ini dikarenakan berpikir kritis sangat erat kaitannya dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas akhir. Kemampuan analisa yang identik dengan berpikir kritis dapat digunakan sepanjang hayat mereka, baik selama masa perkuliahan seperti pengerjaan tugas akhir maupun di masa luar perkuliahan, terutama dalam menghadapi kehidupan masyarakat yang beragam. Fokus pada perkuliahan, menurutnya berpikir kritis sangat penting guna menyerap, mengkritisi dan menganalisis materi pembelajaran yang disajikan, terutama sejarah yang bersifat kontroversial. Namun, hal sebaliknya justru didapatkan dari hasil wawancara dengan mahasiswa, mereka tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir kritis. Hal itu dikarenakan tidak ada mata kuliah khusus yang membahas tentang berpikir kritis.
162
c. Penggunaan Mobile Device di Kalangan Mahasiswa Kepemilikan mobile device di kalangan mahasiswa berdasarkan survei terhadap 54 orang yang termasuk dalam objek penelitian mencapi 87% atau 47 orang dengan komposisi 97% (46 orang) menggunakan sistem operasi android dan 3% (1 orang) bersistem iOS. Penggunaan internet di kalangan mahasiswa mencapai 87% (42 orang) yang memiliki koneksi internet setiap saat melalui mobile device. Berdasarkan durasi penggunaannya dalam sehari, hampir 74% atau 35 orang responden menyatakan menggunakan internet lebih dari 6 jam setiap harinya. Sebanyak 20 orang (42%) menyatakan menggunakan internet selama 612 jam per hari, dan sisanya sebanyak 15 orang (32%) menyatakan bahwa mereka menggunakan internet lebih dari 12 jam per hari. Durasi
penggunaan
mobile
device
selama
proses
pembelajaran
berlangsung dalam seminggu, sebanyak 30 orang (65%) menyatakan bahwa mereka menggunakan mobile device selama 1-3 SKS per minggu. Kemudian, sebanyak 14 orang (31%) menyatakan menggunakan mobile device selam 4-6 SKS per minggu dan sebanyak 2 orang (4%) menyatakan menggunakan mobile device dalam proses pembelajaran selama 7-9 SKS per minggu. Frekuensi penggunaan aplikasi online di peringkat pertama adalah browser dengan rata-rata 27,23%, kemudian disusul dengan peringkat kedua yaitu jejaring sosial dengan rata-rata 25,25%, kemudian di peringkat ketiga adalah video dengan rata-rata 17,73%, disusul dengan aplikasi pembelajaran di peringkat keempat dengan ratarata 16,45% dan di peringkat terakhir adalah permainan dengan rata-rata 13,33%. 2. Pengembangan Mobile Learning a. Penyusunan Materi Berdasarkan analisis kebutuhan, materi tentang masa hindu dan masa klasik menjadi pilihan utama dalam pengembangan materi dikarenakan keterbatasan sumber yang kebanyakan berupa hikayat atau arsip berbahasa asing. Pembahasan materi hindu dan klasik saling berkaitan, mengingat terbentuknya Kesultanan Banjar dimulai dari suksesi kekusanaan di Negara Daha. Oleh karena itu, pembahasan dalam materi yang dikembangkan tidak hanya mencakup islam saja, tetapi dapat diperluas dengan mengaitkannya dalam pembahasan masa hindu, terutama tentang berdirinya kerajaan hindu Negara Dipa dan Negara Daha,
163
perpindahan bandar dari Muara Bahan ke Banjarmasin dan perseturuan antara Pangeran Samudera dan Paman Tumenggung. Dengan demikian, materi yang disusun dalam pengembangan media ini diberi judul “Tersebarnya agama islam di Kalimantan Selatan dan terbentuknya Kesultanan Banjar”. Materi tentang tersebarnya agama islam di Kalimantan Selatan dan terbentuknya Kesultanan Banjar dapat dibagi menjadi 3 pokok bahasan, yaitu pembahasan tentang pra islam, penyebaran islam dan berdirinya kesultanan. Pembahasan pertama tentang pra islam di Kalimantan Selatan mencakup tentang berita-berita tertua yang menyebutkan beberapa daerah di Kalimantan sebelum masuknya islam, kerajaan hindu yang berdiri di Kalimantan Selatan dan suksesi kekuasaan Negara Daha yang berujung pada mengungsinya Pangeran Samudera ke daerah hilir Barito. Pembahasan kedua tentang penyebaran islam di Kalimantan Selatan mencakup jaringan islam yang terhubung dengan Kalimantan, Banjarmasin yang menjadi pusat perdagangan, dan terbentuknya masyarakat Islam di pusat perdagangan Kalimantan Selatan. Pembahasan ketiga tentang berdirinya Kesultanan Banjar mencakup bantuan Demak ke Kalimantan Selatan, pertempuran antara Pangeran Samudera dan Paman Tumenggung, dan proses berdirinya Kesultanan Banjar. b. Pengembangan Tes Berpikir Kritis Tes berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk soal pilihan ganda yang didasarkan pada modifikasi terhadap Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal-UK Edition dan Tes Berpikir Kritis dari Salt Lake Community
College.
Modifikasi
terhadap
tahapan
kedua
tes
tersebut
menghasilkan alur tes berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu interpretation, inference dan evaluation. Pada tahapan pertama, tes disusun dengan bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dalam interpretasi terhadap materi sejarah lokal yang disajikan sebanyak 15 butir soal. Pada tahapan inference, tes disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban tetap, yaitu benar, kemungkinan benar, tidak ada data pendukung dan salah sebanyak 20 butir soal. Terakhir, tes disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan dua alternatif jawaban, yaitu benar dan salah. Bentuk tes ini
164
menyajikan 15 butir pernyataan yang disajikan untuk dievaluasi dengan jawaban benar atau salah. c. Pengembangan Aplikasi Mobile Learning Pengembangan media pembelajaran dalam penelitian ini adalah perangkat lunak berupa aplikasi mobile learning yang dapat dijalankan di sistem operasi android dan iOS. Hal ini berdasarkan pertimbangan hasil studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa 47 dari 54 orang atau 87% dari total responden menyatakan memiliki mobile device pribadi. Sistem operasi yang digunakan dalam mobile device yang mereka miliki adalah 46 mahasiswa (97%) menggunakan sistem operasi android dan 1 mahasiswa (3%) memiliki mobile device bersistem operasi iOS. Pengembangan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan Intel XDK dan iSpring Suite 8 sebagai perangkat lunak utama dalam proses produksi aplikasi. Selain itu, terdapat pula perangkat lunak pendukung seperti Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CS6 yang digunakan dalam proses desain aplikasi. Pemilihan beberapa perangkat lunak di atas mempertimbangkan kemudahan dalam penggunaan dan penyusunan aplikasi yang dikembangkan. Langkah utama dalam pengembangan aplikasi ini sesuai dengan panduan pengembangan aplikasi di Intel XDK dibagi menjadi tiga langkah, yaitu create, develop dan build. Langkah pertama, pada dasarnya adalah mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan media. Langkah kedua, berhubungan dengan proses integrasi semua bahan yang dipersiapkan pada tahapan sebelumnya. Selanjutnya, pada langkah ketiga akan dilakukan proses pembuatan aplikasi mentah berupa esktensi dari masing-masing sistem operasi, yaitu .apk untuk android dan .ipa untuk iOS. Tahapan terakhir dalam pengembangan aplikasi di Intel XDK adalah build. Namun, sebelum melakukan build, aplikasi terlebih dahulu melalui serangkaian ujicoba menggunakan emulator yang telah disediakan di dalam Intel XDK. Setelah selesai, hasil build dari Intel XDK kemudian dikirimkan ke mobile device atau email objek penelitian untuk dilakukan ujicoba. Berdasarkan hasil penilaian tim ahli materi dan media, aplikasi yang dikembangkan sudah termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini didukung hasil
165
ujicoba satu-satu yang melakukan penilaian terhadap aplikasi yang tergolong dalam kategori baik. Dalam ujicoba kelompok kecil penilaian responden terhadap aplikasi termasuk dalam kategori sangat baik. 3. Efektivitas Aplikasi Mobile Learning Uji efektivitas produk melibatkan 28 orang mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah sejarah lokal. Berdasarkan rekapitulasi hasi tes dalam uji efektivitas, diperoleh rata-rata hasil pre test sebesar 59,55 dan rata-rata hasil post test sebesar 79,92. Selisih nilai rata-rata yang diperoleh antara pre test dan post test adalah 13,37. Dengan kata lain, terdapat peningkatan rata-rata hasil post test sebesar 16,46% dibandingkan rata-rata hasil pre test. Berdasarkan data tersebut dibuat hipotesis bahwa terdapat perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan perbandingan rata-rata hasil pre test dan post test. Pembuktian hipotesis dalam uji efektivitas ini dilakukan dengan SPSS menggunakan metode paired sample t test. Hipotesis yang dibangun dalam pembuktian ini adalah Ho = tidak terdapat perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis mahasiswa dan H1 = terdapat perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh data bahwa thitung adalah -36,606 dan ttabel dengan df sebanyak 27 adalah 2,05183, sedangkan nilai sig. yang diperoleh adalah 0,000. Berdasarkan cara pengambilan keputusan di atas, diketahui bahwa -thitung < -ttabel, yaitu -36,606 < -2,05183, sedangkan nilai sig. < 0,05, yaitu 0,00 < 0,05. Berdasarkan kedua perbandingan tersebut diambil keputusan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, diambil keputusan bahwa terdapat terdapat perbedaan hasil pre test dan post test kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Keputusan tersebut bersifat kuat dan positif dengan korelasi pada angka 0,818. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan aplikasi mobile learning MIKS (Masuknya Islam di Kalimantan Selatan) berbasis android dan iOS terdapat beberapa implikasi dari temuan hasil uji efektivitas yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis yang dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis
166
Berdasarkan pendapat Al-Fahad (2008), penggunaan mobile device di kalangan mahasiswa dapat memberikan dampak positif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Senada dengan pendapat tesebut, Mcconatha, Praul & Lynch (2008) yang menyimpulkan bahwa penggunaan mobile learning berdampak positif dan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata hasil tes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini sejalan dengan hasil uji efektivitas yang menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi mobile learning
MIKS
dapat
meningkatkan
hasi
tes
berpikir
kritis
dengan
membandingkan hasil pre test dan post test. Keskin & Metcalf (2011) menyimpulkan bahwa mobile learning sangat menjanjikan dalam pengembangan pendidikan di masa depan. Di sisi lain, Kim, et al (2013) menyimpulkan bahwa teknologi mobile memiliki potensi yang sangat menjanjikan dalam rangka menciptakan pengalaman baru dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan mobile learning dapat bermanfaat dalam rangka mencapai tujuan utama pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi. Barati and Zolhavarieh (2012) menyimpulkan bahwa mobile learning dapat memfasilitasi komunikasi antara pendidik dan peserta didik untuk aktif di kelas dengan cara membantu peserta didik dalam membangun komunikasi yang dibutuhkan. Sarrab, Elgamel & Aldabbas (2012), M-Learning memberikan peluang untuk menggabungkan sekaligus menghubungkan antara teknologi dan pendidikan dalam pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan para pengembang dapat bekerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat menciptakan learning environment yang dapat menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta didik di masa depan. 2. Implikasi Praktis Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa penggunaan mobile learning MIKS bersifat positif dan kuat dalam meningkatkan hasil tes berpikir kritis. Oleh karena
itu,
pemanfaatan
mobile
learning
dalam
pembelajaran
dapat
dimaksimalkan guna mencapai tujuan pembelajaran sejarah, khususnya sejarah lokal Kalimantan Selatan. Dengan kata lain, pengembangan berbasis sejarah lokal
167
membantu mempermudah peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pemahaman yang menyeluruh tentang sejarah yang terjadi di daerah. Dengan demikian, pengembangan penelitian ini dapat dijadikan kajian lanjutan untuk mengembangkan berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan sejarah, terutama sejarah lokal. C. Saran Dalam penelitian ini, pengembangan mobile learning memiliki keterbatasan dikarenakan waktu dan tempat penelitian. Oleh karena itu, saran yang diberikan dalam penelitian ini dapat diberikan kepada berbagai pihak yang dijabarkan sebagai berikut. 1. Mahasiswa Saran yang diberikan bagi mahasiswa adalah agar aplikasi ini dapat dimanfaatkan dan diberikan masukan agar dapat disempurnakan dalam versi aplikasi berikutnya. Masukan dan saran dari pengguna, terutama mahasiswa dapat dijadikan dasar dalam pengembangan aplikasi di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan utama dalam pengembangan aplikasi ini. 2. Dosen Dosen dapat memanfaatkan aplikasi ini sebagai suplemen dalam pembelajaran sejarah lokal sesuai dengan materi yang telah disusun. Kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat menyempurnakan pengembangan aplikasi ini di versi selanjutnya. 3. Institusi Diharapkan kepada pemegang kebijakan di institusi, baik universitas, fakultas maupun program studi dapat memberikan andil dalam pengambilan kebijakan guna mendukung pengembangan dan pemanfaatan mobile learning dalam pembelajaran. Dengan adanya dukungan tersebut, diharapkan mobile learning environment dapat tercipta dalam pembelajaran di seluruh lini kampus. 4. Peneliti dan Pengembang Lain Penelitian ini hanya terbatas pada materi sejarah lokal yang berdasarkan studi
pendahuluan
memiliki
keterbatasan
sumber
dan
aksessibilitasnya.
Pengembangan mobile learning diharapkan tidak terbatas hanya pada materi saja, tetapi juga pada peningkatan interface (antarmuka) dan fitur-fitur pendukung
168
lainnya. Pada masa yang akan datang, diharapkan penelitian ini dapat diperluas dengan menggunakan ujicoba di berbagai kampus atau sekolah guna mendapatkan masukan dalam penyempurnaan aplikasi mobile learning. Keterbatasan pengembangan dalam penelitian ini tentunya menjadi salah satu alasan untuk mengembangkan aplikasi di versi selanjutnya. Oleh karena itu, saran yang diberikan kepada peneliti dan pengembang lain di masa yang akan datang adalah agar penelitian dan pengembanagn seperti ini terus dilakukan dalam upaya menemukan solusi dalam kendala pembelajaran yang dihadapi dalam pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat membuka jalan bagi para peneliti dan pengembang mobile learning di masa yang akan datang untuk menyempurnakan dan menghasilkan berbagai aplikasi yang dapat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia pada umumnya dan Kalimantan Selatan pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA Buku Agung, L. & Wahyuni, S. (2013). Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Bono, E. de. (2007). Revolusi Berpikir Edward de Bono: Belajar Berpikir Canggih dan Kreatif dalam Memecahkan Masalah dan Memantik Ide-ide Baru. Terj. Ida Sitompul dan Fahmy Yamani. Bandung: Kalla. Borg, W. R. and Gall, M. D. (1989). Educational Research: An Introduction. New York: Longman. Elias, T. (2013). Universal Instructional Design Principles for Mobile Learning. Dalam Tsinakos, A. & Ally, M. (Eds.), Global Learning Implementations and Trends. (hlm. 61-73). China: China Central Radio & TV University Press. Hamalik, O. (2010). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Januszewski, A. & Molenda, M. (2008). Educational Technology. New York: Lawrence Erlbaum Associates Johnson, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terj. Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center. Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Terj. H. Purwanta dan Yovita Hardiwati. Jakarta: Grasindo. Kukulska-Hulme, A. & Traxler, J. (2005). Mobile learning: A handbook for Educators and Trainers. Routledge, London and New York. Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. (2014). Metodologi Peneitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pachler, N., Bachmair, B., & Cook, J. (2010). Mobile learning: Structures, Agency, Practices. London & New York: Springer & Dordrecht Heidelberg. Porda, H., N. P. (2009). Pembelajaran Sejarah. Banjarmasin: C.V. Batur Raya.
169
Priyadi, S. (2012). Sejarah Lokal: Konsep, Metode dan Tantangannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak Sadiman, A. S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers. Schunk, D. H. (2012). Learning Theoriesan Educational Perspective. Boston: Pearson Educaton Inc. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Sudjana, N. dan Rivai, A. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota. Watson, G. & Glaser, E. (2002). Watson – Glaser Critical Thinking Appraisal – UK Edition: Practice Test. London: Pearson Assessment. Woodill, G. (2011). The Mobile learning Edge: Tools and Technologies for Developing Your Teams. New York: McGraw-Hill. Yu, F. A. (2012). Mobile/Smart Phone Use in Higher Education. Arkansas: University of Central Arkansas. Zane, T. W. (2013). Implementating Critical Thinking with Signature Assignments. Salt Lake City: Salt Lake Community College. Jurnal dan Prosiding Al-Fahad, F. N. (2008). Student Perspectives about Using Mobile Devices in their Studies in the King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia. Malaysian Journal of Distance Education, 10 (1), 97−110. Ally, M. & Blázquez, P. J. (2014). What is the future of mobile learning in education? Mobile learning Applications in Higher Education. Revista de Universidad y Sociedad del Conocimiento (RUSC). 11 (1), 142-151.
170
Ally, M. 2013. Mobile learning: from Research to Practice to Impact Education. Learning and Teaching in Higher Education: Gulf Perspectives, 10 (2), 110) Astra, I. M., Umiatin, & Ruharman, D. (2012). Aplikasi Mobile Learning Fisika dengan Menggunakan Adobe Flash sebagai Media Pembelajaran Pendukung. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 18 (2), 174-180. Barati, M. & Zolhavarich, S. (2012). Mobile Learnig and Multi Mobile Service in Higher Education. International Journal of Information and Education Technology, 2 (4), 297-299. Brown, T. (2005). mLearning: Doing the unthinkable and reaching the unreachable!. Ericsson mobile learning conference. Dun Laoghaire, 9 September 2005. Diakses dari http://learning.ericsson.net/mlearning2/ the_ future_of_mobile.shtml Cavus, N. & Uzunboylu, H. (2009). Impoving Critical Thinking Skills in Mobile learning. Procedia Sosial and Behavioral Sciences, 1, 434-438. Chen, C. (2010). The Implementation and Evaluation of a Mobile Self- and Peer Assessment System. Computer & Education, 55, 229-236. Duron, R., Limbach, B., & Waugh, W. (2006). Critical Thinking Framework for Any Discipline. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 17 (2), 160-166. El-Hussein, M. O. M., & Cronje, J. C. 2010. Defining Mobile learning in the Higher Education Landscape. Educational Technology & Society (Vol. 13 (3), p. 12–21) Ennis, Robert H. 1993. Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice (Vol. 32 (3), p. 179-186) Grohmann, Guido, Anja Hofer & Gunnar Martin. 2005. ARIS MOBILE: Helping to Define the Future of Mobile learning. Procceding of The International Conference on Mobile Business (ICMB ’05). Washington: IEEE Computer Society, p. 213-219. Hanafi, Hafizul Fahri dan Khairulanuar Samsudin. 2012. Mobile learning Environment System (MLES): The Case of Android-based Learning Application on Undergraduates’ Learning. International Journal if Advanced Computer Science and Application (Vol. 3 (3, h. 1-5) Jones, Robert Godwin. 2011. Emerging Technologies Mobile Apps for Language Learning. Language Learning & Technology (Vol. 15 (2), p. 2-11) Keskin, NIlgun Ozdamar & David Metcalf. 2011. The Current Perspectives, Theories and Practices of Mobile learning. The Turkish Journal of Educational Technology (Vol. 10, Issue 2) 171
Kim, Daesang, Daniel Ruckert, Dong-Joong Kim & Daeryong Seo. 2013. Student’s Perceptions and Experiences of Mobile learning. Language Learning & Technology (Vol. 17 (3), p. 52-73) Kukulska-Hulme, Agnes; Sharples, Mike; Milrad, Marcelo; Arnedillo-S´anchez, Inmaculada and Vavoula, Giasemi. 2009. Innovation in Mobile learning: A European Perspective. International Journal of Mobile and Blended Learning (Vol. 1(1), pp. 13–35) Mcconatha, Douglas, Matt Praul & Michale J. Lynch. 2008. Mobile learning in Higher Education: an Empirical Assessment of a New Educational Tool. The Turkish Journal of Educational Technology (Vol. 7, Issue 3 Article 2) Mukherjee, P., Kozlek, B., Jansen, B. J., Gyorke, A., & Camplese, C. W. (2014). Designing a Mobile and Socially Networked Learning Assistant for a University-level Keyword Advertising Course. MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, 10 (3), 351-373. Muyinda, Paul B., Jude T. Lubega, Kathy Lynch and Theo van der Weide. 2012. Study Mode Does Not Matter: MLearnig Can Support Internal and Distance Learners. INTECH. http://dx.doi.org/10.5772/50091 Paul, Richard & Linda Elder. 2011. The miniature Guide to Critical Thinking: Concepts and Tools. 31st Annual International Conference on Critical Thinking. Near the University of California at Berkeley, 25-28 Juli 2011. Peng, Hsinyi, Yi‐Ju Su, Chien Chou & Chin‐Chung Tsai. 2009. Ubiquitous Knowledge Construction: Mobile learning Re‐defined and a Conceptual Framework. Innovations in Education and Teaching International (Vol 46 (2), p. 171-183) Pocatilu, Paul. 2010. Developing Mobile learning Application for Android using Web Services. Informatica Economica (Vol. 14 (3), p. 106-115) Putra, I. E. (2013). Teknologi Pembelajaran Sejarah Melalui Pemanfaatan Multimedia Animasi Interaktif. Jurnal TEKNOIF, 1 (2), 20-25. Rodgers, D. L. & Withrow-Thorton, B. J. (2005). The Effect of Instructional Media on Learner Motivation. Int’l J of Instructional Media, 32 (4), 333342. Rusdi, Z. (2013). Aplikasi Media Pembelajaran Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia Menggunakan Metode Computer Assisted Instructions (CAI). Pelita Informatika Budi Darma, V (2) 145-148. Sarrab, Mohamed, Laila Elgamel & Hamza Aldabbas. 2012. Mobile learning (MLearning) and Educational Environments. International Journal of Distributed and Parallel System (Vol. 3 (4), p. 31-38)
172
Siahaan, M. (2011). Pengembangan Mobile Learning Berbasis Audio sebagai Alternatif Model Pembelajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia di SMK N 8 Semarang Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan: Universitas Negeri Semarang. Sulisworo, D., Jauhari, I., & Firdausy, K. (2014). Pengembangan Sistem Manajemen Pembelajaran Kooperatif Secara Mobile Berbasis Sistem Operasi Android. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, 3 (1), 56-63. Supriatna, E. (2009). Pendekatan Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah untuk Menumbuhkembangkan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Makalah Seminar Internasional ASPENSI. Hotel Banana Inn Bandung. 21 November 2009. Toktarova, V. I., Blagova, A. D., Filatova, A. V., & Kuzmin, N. V. (2015). Design and Implementation of Mobile Learning Tools and Resources in the Modern Educational Environtment of University. Review of European Studies, 7 (8), 318-324. Wahyudhi, J. (2014). Video Game sebagai Media Pembelajaran Sejarah (Suatu Alternatif dalam Menyelenggarakan Pembelajaran Sejarah). Sosio Didaktika, 1 (3), 199-210. Widyaningsih, W., Binardja, A., & Rifai, A. RC. (2013). Pengembangan Pembelajaran Blended Menggunakan Mobile Learning Berbasis Flash Lite untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Peserta Didik Kelas VII SMP 1 Kudus. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology, 2 (2), 153-157. Yin, C., Song, Y., Tabata, Y., Ogata, H., & Hwang, G.-J. (2013). Developing and Implementing a Framework of Participatory Simulation for Mobile Learning Using Scaffolding. Educational Technology & Society, 16 (3), 137–150. Dokumen dan Artikel Internet Badan Akreditasi Nasional. 2012. Sertifikat Akreditasi Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin: Tidak dipublikasikan. CourseSmart. (2011). Digital dependence of toda'ys college students revealed in new study from coursesmart™. Diakses dari http://www.reuters.com /article/2011/06/01/idUS141122 01-Jun2011 PRN20110601 pada 5 Juni 2015 Heriyanto, Trisno. 03 Februari 2014. Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone. Diakses dari http://inet.detik.com/read /2014/02/03/171002/
173
2485920/ 317/indonesia-masuk-5-besar-negara-pengguna-smartphone pada 28 April 2015. Hogan Lovells Critical Thinking Test. Diakses dari http://graduates.hoganlovells.com/_downloads/hogan_lovells_critical_thinki ng_test.pdf pada 30 Juni 2015. Lukman, Enricko. 31 Oktober 2013. Laporan: Inilah yang Dilakukan 74,6 juta Pengguna Internet Indonesia Ketika Online. Diakses dari http://id.techinasia.com/tingkah-laku-pengguna-internet-indonesia/ pada 28 april 2015. Sistem Informasi Akademik Online FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Diakses dari http://fkipunlam.ac.id pada 17 Januari 2016. Tim Penyusun Borang Akreditasi Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat. 2012. Borang Akreditas Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNLAM. Banjarmasin: Tidak dipublikasikan Wikipedia. M-Learning. Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Mlearning#cite_note-Crescente_2011_ 111.E2.80.93123-2 pada 8 Mei 2015 Yusuf, Oik. 24 November 2014. Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Diakses dari http://tekno.kompas.com/read/ 2014/11/24/07430087/ pengguna.internet.indonesia.nomor.enam.dunia pada 28 April 2015
174