BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut: 1. Dalam analisis yang dilakukan, wujud kesantunan dalam buku cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya, adalah: (a) tindak tutur asertif; (b) tindak tutur direktif; dan (c) tindak tutur ekspresif. Sebagian besar tuturan di dalam buku cerita ini adalah tuturan yang sangat santun yakni dalam wujud tindak tutur direktif. Hal ini dikarenakan sebagian besar tuturan yang dilakukan oleh penutur meminta tanggapan dari mitra tutur. 2. Relevansi cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya sebagai materi ajar memahami cerita rakyat siswa kelas VII SMP, yaitu (1) terdapat kesesuaian isi cerita sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra, khususnya memahami cerita rakyat; (2) berdasarkan data hasil analisis kurikulum, cerita rakyat menjadi bagian dari kompetensi dasar siswa kelas VII SMP yang harus dicapai dalam kurikulum 2013; (3) mengacu pada aspek bahasa, psikologi dan latar belakang budaya, cerita ini sesuai dengan kemampuan siswa pada tahap pengajaran di jenjang SMP; (4) mengacu pada data hasil wawancara dari informan mengenai kesantunan berbahasa dan relevansi cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya sebagai materi ajar, dapat membuktikan bahwa cerita tersebut dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi sastra, khususnya memahami cerita rakyat siswa kelas VII SMP. B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian kualitatif deskriptif bahasa, khususnya yang berkaitan dengan analisis kesantunan dan relevansinya sebagai materi ajar di SMP. Penelitian ini melakukan pengkajian terhadap buku cerita rakyat berjudul Analisis Kesantunan dalam Cerita Rakyat Andhe-Andhe Lumut Karya Sunjaya dan Relevansinya sebagai
207
208
Materi Ajar Memahami Cerita Rakyat Siswa Kelas VII SMP (Suatu Kajian Pragmatik). Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoretis, dan implikasi praktis. Implikasi teoretis penelitian ini adalah mengingat di dalam cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya terdapat kalimat yang kurang santun, maka guru harus memberikan penjelasan kepada siswa mengenai unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan materi dalam pengajaran apresiasi sastra khususnya memahami cerita rakyat tidak hanya sebatas guru memberikan materi cerita rakyat dan unsur-unsur pembangunnya, akan tetapi juga memberikan pemahaman mengenai penggunaan bahasa Jawa yang baik dan benar yang diajarkan sesuai dengan beberapa aspek pembelajaran. Selain menjelaskan mengenai hal tersebut, guru juga harus membimbing siswa menganalisis konteks cerita, sehingga antara konteks dan penerapan unggah-ungguh dapat saling disesuaikan. Berdasarkan hasil penelitian, di dalam cerita rakyat Andhe-andhe Lumut juga ditemukan beberapa kata-kata sulit. Oleh karena itu, guru seharusnya mengarahkan siswa untuk menemukan arti kata-kata sulit tersebut, dengan menggunakan kamus maupun metode pembelajaran yang lain dengan maksud mempermudah siswa untuk memahami isi teks cerita rakyat. Mengacu pada hasil wawancara, dapat dikatakan bahwa cerita rakyat Andhe-andhe Lumut adalah salah satu cerita rakyat yang menarik, akan tetapi ada nilai-nilai yang belum dapat diterima oleh siswa. Oleh karena itu, guru sebaiknya memberi arahan kepada siswa dengan bahasa yang mudah dimengerti dan pantas diterima oleh mereka. Penting bagi guru untuk memberikan penjelasan mengenai kesantunan berbahasa Jawa, serta pemaknaan terhadap peristiwa yang terdapat dalam cerita Andhe-andhe Lumut sehingga diharapkan tidak akan terjadi kesalahan pemaknaan oleh siswa. Hal tersebut bertujuan agar siswa mengerti apa yang pantas ditiru dan tidak dari cerita rakyat Andhe-andhe Lumut tersebut. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai langkah awal meneliti lebih lanjut tentang kesantunan berbahasa di dalam sebuah cerita tradisional yaitu cerita rakyat. Selain itu, setidaknya dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan tambahan ilmu bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan lebih lanjut mengenai kesantunan berbahasa di dalam cerita
209
rakyat dan relevansi cerita tersebut sebagai materi ajar. Hal ini dikarenakan kajian mengenai kesantunan berbahasa melibatkan bayak teori dan pengetahuan mengenai kehidupan. Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini dapat memperluas wawasan siswa bahkan mahasiswa terhadap cerita rakyat Andheandhe Lumut yang dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran. Implikasi praktis penelitian ini adalah berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa cerita rakyat Andhe-andhe Lumut termasuk cerita yang jarang digunakan untuk materi siswa kelas VII SMP, maka hasil penelitian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra Jawa berupa cerita rakyat. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, cerita rakyat Andhe-andhe Lumut merupakan salah satu cerita rakyat yang menarik, sehingga minat siswa dalam mengikuti pembelajaran akan tinggi. Pembelajaran mengenai unggah-ungguh basa menjadi lebih menarik dan efektif karena disajikan di dalam pembelajaran apresiasi sastra. Cerita rakyat Andheandhe Lumut terdiri dari banyak dialog, sehingga dari dialog tersebut dapat dianalisis unggah-ungguh bahasanya. Selain itu, cerita tersebut berlatar istana sentris, sehingga menggunakan bahasa Jawa ngoko dan krama. Pembelajaran mengenai unggah-ungguh basa dapat lebih mudah untuk dipahami karena siswa dapat secara langsung mengetahui penerapan unggah-ungguh basa yang baik dan benar. Siswa akan lebih mudah memahami apabila secara langsung menganalisis dan mengetahui penerapan unggah-ungguh basa dalam dialog dari buku cerita rakyat Andhe-andhe Lumut tersebut. Adanya narasi yang selalu menyertai dialog dapat dijadikan landasan untuk menganalisis penggunaan unggah-ungguh basa yang harus disesuaikan dengan konteks ceritanya. Kesantunan berbahasa dalam cerita rakyat
yang disajikan dalam
pembelajaran apresiasi sastra khususnya memahami cerita rakyat memiliki manfaat praktis yang sangat banyak. Memahami isi teks cerita yang didukung dengan pemahaman akan penggunaan unggah-ungguh basa yang baik dan benar dapat menanamkan nilai-nilai karakter bagi siswa. Hal ini dibuktikan dari penggunaan bahasa yang santun serta amanat yang dapat diteladani oleh para siswa dalam buku cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya.
210
Hasil penelitian mengenai analisis kesantunan dan relevansinya sebagai materi ajar ini dapat dijadikan sarana dan modal, bagi para mahasiswa, dan pendidik yang bergelut dibidang pengajaran, bahasa dan sastra Jawa, maupun bidang studi kebahasaan. Bagi para mahasiswa penelitian mengenai kesantunan berbahasa merupakan bekal yang sangat penting untuk lebih menguasai ilmu mengenai kesantunan berbahasa khususnya bahasa Jawa. Selain itu, apabila mampu menganalisis kesantunan berbahasa maka para mahasiswa juga lebih memiliki kecakapan berbahasa yang lebih baik. Kecakapan berbahasa sangat diperlukan bagi para mahasiswa demi tercapainya target akademik yang diinginkan. Manfaat praktis kajian pragmatik mengenai kesantunan berbahasa dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat khususnya masyarakat suku Jawa yang sangat mementingkan unggah-ungguh basa. Penggunaan unggahungguh basa yang baik dan benar merupakan wujud kesantunan berbahasa. Kesantunan
berbahasa
dapat
menjaga
keharmonisan
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Kajian pragmatik mengenai kesantunan berbahasa sangat jelas memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan bermasyarakat. Kajian pragmatik mengenai kesantunan berbahasa dalam buku cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya merupakan sesuatu yang masih jarang digunakan. Kenyataannya, kajian mengenai bahasa merupakan bekal yang sangat penting untuk menguasai ilmu yang lain. Mengkaji pragmatik merupakan salah satu kajian yang sangat menarik karena dapat menyadarkan kembali mengenai penggunaan bahasa Jawa yang kini salah kaprah. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki implikasi dengan dunia pendidikan yang cenderung melupakan penerapan kesantunan berbahasa khususnya bahasa Jawa yang baik dan benar. Bagi pendidik yang mengajarkan kesantunan berbahasa berarti turut melaksanakan pendidikan karakter. Analisis mengenai kesantunan berbahasa dinilai berdasarkan maksim-maksim yang sebenarnya mengandung nilai-nilai karakter. Beberapa diantaranya, yaitu maksim kurmat, andhap-asor, empanpapan, dan maksim tepa-slira. Maksim-maksim tersebut merupakan wujud nilainilai karakter yang pantas untuk diteladani dalam kehidupan bermasyarakat
211
khususnya masyarakat suku Jawa. Hal ini dikarenakan, maksim kurmat memberi nasihat agar sebagai penutur harus menghormati mitra tutur yang disesuaikan dengan usia, kedudukan, dan status sosial. Maksim andhap-asor, memberi nasihat agar penutur memiliki sifat yang rendah hati. Sifat yang rendah hati berarti tidak menyombongkan kelebihannya, walaupun ia menyadari bahwa dirinya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sifat andhap-asor tersebut kemudian diwujudkan dalam setiap tuturannya. Maksim empan-papan memberi nasihat agar mampu menyadari situasi dan kondisi dimana dirinya berada, sehingga apa yang akan dituturkan dapat disesuaikan dengan keadaan tersebut. Maksim tepa-slira merupakan wujud nilai karakter yaitu tenggang-rasa. Maksim tersebut memiliki nasihat untuk berbicara yang baik kepada orang lain agar dirinya mendapatkan perlakuan yang sama. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki implikasi dengan dunia pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menjaga ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru bahasa Jawa a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai contoh dalam mengkaji kesantunan berbahasa yang ada di dalam cerita rakyat. b. Cerita rakyat Andhe-andhe Lumut dapat dijadikan guru sebagai alternatif materi ajar apresiasi sastra Jawa di SMP karena di dalamnya mengandung ilmu kehidupan yang baik. c. Kesantunan berbahasa dalam cerita rakyat Andhe-andhe Lumut dapat dijadikan guru sebagai bahan yang perlu diajarkan dalam pembelajaran apresiasi sastra. d. Guru bahasa Jawa harus selektif dalam memilih cerita rakyat sebagai materi ajar, karena harus disesuaikan dengan kondisi siswa e. Guru harus membimbing siswa dalam memahami cerita rakyat Andheandhe Lumut agar tidak terjadi salah pemaknaan oleh siswa
212
2. Bagi peserta didik a. Kesantunan berbahasa yang terkandung di dalam cerita rakyat Andheandhe Lumut dapat menjadi dasar bagi siswa untuk menerapkan bahasa Jawa yang baik dan benar dalam kehidupan di masyarakat b. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Andhe-andhe Lumut dapat dijadikan renungan dan refleksi kehidupan sehingga diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Membaca cerita rakyat dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa dalam mengenal karya sastra Jawa 3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti lain untuk menganalisis kesantunan berbahasa yang terdapat dalam cerita rakyat