BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional, serta menguji peran identifikasi organisasional dan dukungan organisasional persepsian sebagai pemoderasi pada pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Spiritualitas di tempat kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewargaan organisasional. Para pegawai Pemda DIY tergolong memiliki
pengalaman
spiritualitas
yang cukup sehingga dapat
mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang melebihi dari apa yang ditugaskan pada mereka di tempat kerja, meskipun kontribusinya tidak terlalu besar. 2. Identifikasi organisasional tidak memoderasi pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. Hal ini dikarenakan ikatan emosional dan rasa bangga para pegawai Pemda DIY yang tidak begitu tinggi sehingga identifikasi organisasional para pegawai Pemda DIY hanya tergolong cukup. Identifikasi organisasional
71
yang cukup ternyata tidak begitu kuat untuk mendorong pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. 3. Dukungan organisasional persepsian tidak memoderasi pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. Dukungan Pemda DIY yang dirasakan para pegawai hanya tergolong cukup sehingga tidak begitu kuat mendorong pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. 5.2
Implikasi Penelitian
5.2.1 Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menambah bukti empiris bahwa spiritualitas di tempat
kerja
berpengaruh
positif
terhadap
perilaku
kewargaan
organisasional. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa spiritualitas yang dirasakan oleh para pegawai yang bekerja di organisasi pemerintahan, seperti Pemda DIY, tidak terlalu besar sehingga kontribusinya terhadap perilaku kewargaan organisasional juga kecil. Namun perilaku kewargaan organisasional para pegawai di organisasi pemerintahan (Pemda DIY) ternyata tergolong tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perilaku kewargaan organisasional lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, di luar spiritualitas. Kemungkinan faktor seperti karakteristik inidividu, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi, atau kepemimpinan dapat berpengaruh besar terhadap perilaku kewargaan organisasional (Podsakoff et al., 2000).
72
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa identifikasi organisasional para pegawai di organisasi pemerintahan (Pemda DIY) hanya tergolong cukup. Begitu juga dengan dukungan organisasi dalam bentuk penghargaan (reward) yang dipersepsikan tidak begitu tinggi oleh para pegawai sehingga tidak begitu kuat mendorong pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional. Kemungkinan dukungan organisasi dalam bentuk lain, seperti keadilan prosedural dan dukungan rekan kerja, dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap persepsi pegawai mengenai baik buruknya perlakuan (dukungan) organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002). 5.2.2 Implikasi Manajerial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spiritualitas para pegawai di organisasi pemerintahan, seperti Pemda DIY, tidak begitu tinggi. Untuk itu, Pemda DIY perlu memberikan pembekalan rutin dalam rangka menanamkan pemahaman bahwa melayani masyarakat dengan baik adalah tugas dan pekerjaan mulia sebagai aparat birokrasi. Pembekalan ini bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satunya dengan pendekatan dari segi keagamaan dengan mengadakan pegajian atau ceramah kerohanian. Pemahaman yang terus ditanamkan dapat membuat para pegawai bekerja lebih tulus dalam melayani masyarakat sehingga makna bekerja bukan lagi semata hanya untuk memperoleh gaji atau penghargaan, namun untuk memberikan manfaat yang lebih bagi orang lain.
73
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ikatan emosional serta rasa bangga para pegawai terhadap Pemda DIY tidak begitu tinggi. Oleh karenanya, Pemda DIY dapat meningkatkan keterlibatan para pegawai dalam banyak kegiatan penting organisasi. Misalnya seperti acara ‘Sambung Rasa’ yang diselenggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP DIY). Acara tersebut dilakukan untuk merealisasikan program kerja, mensosialisasikan kebijakan-kebijakan baru, serta sebagai media untuk menghimpun masukan dan saran dari seluruh pegawai (Humas BPKP DIY/ros, 2016). Kegiatan semacam itu hendaknya dapat dilakukan oleh semua instansi secara rutin (misalnya sebulan sekali). Keterlibatan pegawai dalam kegiatan rutin semacam itu akan mendorong rasa keterikatan secara emosional karena pegawai merasa dianggap penting dan dihargai dalam sebuah organisasi. 5.3
Keterbatasan Penelitian 1.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner sehingga informasi yang diperoleh terbatas pada item-item pernyataan dalam kuesioner saja.
2.
Dalam penelitian ini, responden mengisi kuesioner menggunakan selfreport sehingga berpotensi menimbulkan bias.
3.
Dua pemoderasi yang diusulkan dalam penelitian ini, yaitu identifikasi organisasional dan dukungan organisasional persepsian, ternyata tidak terbukti memperkuat pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap
74
perilaku kewargaan organisasional yang ditemukan tidak konsisten dalam beberapa literatur. 5.4
Saran Untuk Penelitian Mendatang 1.
Untuk memperoleh informasi yang lebih komprehensif, penelitian selanjutnya dapat mengkombinasikan pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan metode wawancara.
2.
Untuk mengurangi bias, penelitian selanjutnya dapat mencampur itemitem
pernyataan
dalam
kuesioner
agar
tidak
membentuk
pengelompokan tertentu (counterbalance question order). Pada prinsipnya, ini bisa menetralkan bias dengan mengontrol isyarat yang diminta oleh konteks pertanyaan tertentu (Podsakoff et al., 2003). 3.
Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel pemoderasi lain untuk dapat menguatkan pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional, misalnya job crafting, dukungan atasan dan rekan kerja, serta karakteristik individu. Karena berdasarkan studi empiris, kemampuan karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya job crafting (Vuori, San, Kira, 2012; Tims, Bakker, & Derks, 2013), dukungan atasan maupun rekan kerja (Xanthopoulou et al., 2008 dalam Caesens, Stinglhamber, & Luypaert, 2014), serta karakteristik individu (Bibir-Wiersma, 2002; Wrzesniewski et al., 1997 dalam Tims et al., 2013), dapat memiliki pengaruh pada spiritualitas di tempat kerja sehingga kemungkinan dapat menguatkan
75
pengaruh spiritualitas di tempat kerja terhadap perilaku kewargaan organisasional.
76