BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan resiko dengan adanya event January effect yang dilihat dari return, standar deviasi, dan volatilitas harga saham di Indonesia, Malaysia dan Singapura, 5 hari sebelum event dan 5 hari setelah event selama 10 tahun penelitian yaitu dari tahun 2005-2015. Berdasarkan hasil pengujian seperti yang dipaparkan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian dalam penelitian ini memperlihatkan hasil pengamatan selama windows periodemulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015, yaitu bahwa return pasar dan resikonya (standar deviasi) yang diteliti dari Indeks harga saham gabungan Indonesia (IHSG) dan pasar modal Malaysia (KLSE) tidak terdapat resiko yang lebih tinggi saat event January effect, dimana hasil pengujian membuktikan bahwa return pasar dan standar deviasinya pada awal bulan Januari 5 hari setelah event tidak lebih tinggi dibanding return pasar 5 hari sebelum event. Hasil uji beda paried simples test dengan tingkat signifikansinya melebihi 0.05 menunjukkan tidak adanya perbedaan resiko terhadap return pada saat event January effect. Dan untuk pasar saham Singapura (STI) hasilnya menunjukkan bahwa terdapat resiko yang lebih tinggi saat adanya event January effect, dimana hasil pengujian membuktikan bahwa return pasar pada awal bulan Januari 5 hari setelah event lebih tinggi dibanding return pasar 5 hari
82
83
sebelum event. Hasil uji beda atau paired simples test dengan tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0.05 menunjukkan adanya perbedaan resiko terhadap return pada saat event January effect. Sedangkan untuk standar deviasinya berdasarkan hasil uji beda menunjukkan tingkat signifikansinya melebihi 0.05 sehingga menunjukkan tidak ada perbedaan resiko antara 5 hari sebelum event dan 5 hari setelah adanya event. Sehingga dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa event atau fenomena January effect pada Pasar saham Indonesia (IHSG) dan Malaysia 5 hari setelah event tidak memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding dengan 5 hari sebelum adanya event. Sedangkan untuk pasar saham Singapura menunjukkan bahwa dengan adanya event January effect memiliki resiko yang berbeda dengan sebelum adanya event. 2. Hasil pengujian yang dilihat berdasarkan volatilitas harga saham yang diteliti selama 10 tahun penelitian yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2015 pada Indeks harga saham gabungan Indonesia (IHSG) terdapat volatilitas harga yang lebih tinggi saat event January effect, dimana hasil pengujian membuktikan bahwa volatilitas harga saham pada Pasar Saham Indonesia (IHSG) pada awal bulan Januari 5 hari setelah event lebih tinggi dibanding return pasar 5 hari sebelum event. Hasil uji beda atau paired simples test dengan tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0.05 menunjukkan adanya perbedaan terhadap volatilitas harga pada saat event January effect. Dan untuk pasar saham Malaysia (KLSE) dan pasar saham Singapura (STI) hasilnya menunjukkan tidak terdapat volatilitas yang lebih tinggi saat
84
adanya event January effect, dimana hasil pengujian membuktikan bahwa volatilitas harga saham pada awal bulan Januari 5 hari setelah event tidak lebih tinggi dibanding volatilitas harga saham pada 5 hari sebelum event. Hasil uji beda atau paired simples test dengan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0.05 menunjukkan tidak adanya perbedaan volatilitas harga saham pada saat event January effect. Sehingga dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa event atau fenomena January effect pada Pasar saham Indonesia (IHSG) 5 hari setelah event memiliki volatilitas yang lebih tinggi dibanding dengan 5 hari sebelum event terjadi. Sedangkan untuk pasar saham Malaysia dan Singapura menunjukkan bahwa dengan adanya event January effect tidak memiliki volatilitas harga saham yang berbeda dengan sebelum adanya event. 3. Sedangkan untuk pengujian ketiga pasar modal Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan menggunakan Uji Anova yaitu bahwa jika dilihat dari return ketiga pasar modal tersebut tidak memiliki perbedaan, jika dilihat dari resikonya yaitu standar deviasinya ketiga pasar modal tersebut juga tidak memiliki perbedaan, namun jika dilihat dari volatilitas harga saham ketiga pasar modal tersebut memiliki perbedaan yang siginifikan.
5.2
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini menggunakan periode penelitian yang relatif singkat yaitu dilakukan hanya dalam rentang waktu 60 hari periode estimasi untuk perhitungan expected return, dan 5 hari sebelum event dan 5 hari setelah
85
event sebagai windows period. Sehingga rentang waktu penelitian tersebut belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan generalisasi mengenai adanya resiko yang lebih tinggi saat adanya eventJanuary Effect di Pasar Saham Indonesia, Malaysia, dan Singapura. b. Data yang digunakan hanya return pasar harian indeks pasar saham Negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura dimana indeks tersebut terbagi dalam berbagai macam emiten, sehingga penelitian ini tidak berfokus terhadap sektor yang spesifik hanya berfokus secara umum atau hanya pada pasar saham gabungan ketiga Negara yang diuji.
5.3
Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan diatas, maka saran-saran yang dapat menjadi perhatian 1. Bagi investor hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam mempertimbangkan atau melakukan portofolio investasi, yaitu dengan memperhatikan tingkat return dan resikonya. Dengan adanya penelitian ini dilihat maka investor dapat melakukan portofolio investasinya dengan melihat tingkat expected return, dan standar deviasi setiap Negara. Dari hasil rata-rata expected return selama 10 tahun penelitian yaitu bahwa Indonesia dengan tingkat rata-rata expected return yaitu sebesar 0.0004165 dan rata-rata standar deviasinya sebagai pengukur resiko yaitu sebesar 0.0000454, sedangkan Malaysia yaitu rata-rata expected returnsebesar 0.0003200 dan standar deviasinya0.0010825. Dan Singapura dengan ratarata expected return-0.0003762 dan standar deviasinya0.0000515. Maka
86
dari hasil tersebut sebaiknya investor lebih menempatkan lebih besar investasinya di pasar saham Indonesia kerena rata-rata expected return selama 10 tahun penelitian lebih besar, serta standar deviasinya atau resikonya lebih kecil dibanding kedua pasar saham lainnya. 2. Bagi para emiten, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi tentang anomaly January effect yang ada di Pasar modal Indonesia,
Malaysia,
dan
Singapura
sebagai
pertimbangan
saat
menetapkan keputusan yang berkaitan dengan harga saham. 3. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang teori terkait pasar saham, dan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.