44
BAB V HASIL DAN ANALISIS
5.1.
Karakteristik Responden. Berdasarkan data kepegawaian dan jawaban responden dalam kuisioner
diperoleh data mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan usia, berdasarkan tingkat pendidikan dan berdasarkan masa kerja. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam masing-masing tabel berikut: Tabel 5.1. Karakteristik Responden di STPI Tahun 2014 Karakteristik
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Masa Kerja
Laki-laki Wanita Total < 30 30 – 40 41 – 50 > 51 Total Sarjana (S1) Magister (S2) Doktor (S3) Total < 10 tahun 10 - 20 tahun > 20 tahun Total
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuisoner, 2014
Jumlah Responden 68 22 90 4 16 26 44 90 8 79 3 90 10 18 62 90
Persentase (%) 75,6 24,4 100 4,4 17,7 28,8 48,8 100 8,9 87,7 3,3 100 11,1 20 68,9 100
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas, dari 90 responden (dosen) yang menjadi objek penelitian, jenis kelamin responden dari hasil tersebut terlihat sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 75,6%. Hal ini terjadi karena pekerjaan
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
dosen di STPI lebih
banyak pada kegiatan praktek seperti praktek terbang,
praktek bongkar pasang mesin pesawat, praktek instalasi peralatan navigasi, praktek pemasangan instalasi kelistrikan bandara dan lain-lain yang merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi, sehingga memerlukan tenaga, keuletan dan kosentrasi yang lebih. Karakter pekerjaan tersebut lebih cocok untuk dosen dengan jenis kelamin laki-laki. Usia responden dari hasil tersebut pada tabel 5.1 terlihat sebagian besar usia adalah di atas 51 tahun sebesar 48,8%, hal ini terjadi dikarenakan sangat sulit melakukan regenerasi dosen dikarenakan proses rekrutmen harus menunggu formasi pegawai negeri sipil dan juga belum adanya kebijakan dari pimpinan untuk permohonan formasi dosen di STPI. Pendidikan terakhir responden dari hasil tersebut pada tabel 5.1 terlihat mayoritas tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia memiliki kualifikasi pendidikan terakhir adalah master (S2) sebesar 87,7%. Hal ini terjadi karena berdasarkan peraturan UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa pengangkatan tenaga dosen harus memiliki persyaratan minimal master (S2). Masa kerja responden dari hasil tersebut pada tabel 5.1 terlihat bahwa mayoritas responden dosen di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun sehingga dalam menyelesaikan pekerjaannya dapat diselesaikan dengan baik dan tanggung jawab karena dalam setiap pengambilan keputusan masa kerja memberikan pengalaman, kepencayaan diri dalam penguasaan job description.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
5.2
Statistik Deskriptif Data Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk menafsirkan besarnya rata-rata, nilai
tertinggi dan nilai terendah dari Komitmen Affective (X1), Komitmen Continuance (X2), Komitmen Normative (X3) dan Kinerja Dosen (Y). Dari statistik yang didapat dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dari seluruh butir instrumen yang disampaikan kepada 90 orang responden sebagai uji coba, diperoleh: Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Data Penelitian di STPI Tahun 2015 Variabel Kinerja Dosen
Dimensi a. b. c. d. e. f.
Kuantitas hasil Kualitas hasil Ketepatan waktu Kehadiran dalam pekerjaan Efektifitas penyelesaian pekerjaan Efisiensi penyelesaian pekerjaan
Komitmen Affective a. Emotional Attachment b. Identification With c. Involvement to the organization Komitmen Continuance a. High Scarcity b. Low alternative Komitmen Normative a. Feeling Obligation b. Morality
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
3,33 2 2 2 2
4 4 4 4
3,31 3,22 3,30 3,36
,629 ,649 ,660 ,580
2
4
3,40
,614
2
4
3,42
,635
2 2 2
4 4 4
3,23 3,20 3,11
0,6949 0,636 0,7486
2 2
4 4
3,22 3,01 3,44
0,753 0,730
2 2
4 4
3,18
3,4 08 3,372 3,444
0,589 0,555
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2014
Berdasarkan Tabel 5.2 variabel Kinerja Dosen (Y) mempunyai nilai minimum 3, nilai maksimum 4 dan rata-rata 3,3 atau 82,7%, responden menyatakan bahwa kinerja yang mereka berikan sudah sesuai harapan akan tetapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
kinerja tersebut masih dapat ditingkatkan lagi terutama pada indikator kualitas hasil 3,30 atau 82% dan ketepatan waktu 3,22 atau 80%.
Karakter dosen
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia cenderung dalam melakasanakan pekerjaannya lebih fokus pada efiensi penyelesaian pekerjaan atau keinginan menyesaikan pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat karena pekerjaan tersebut dipengaruhi oleh tenggang waktu persemester dengan kewajiaban 12 sks yang harus dipenuhi terkait pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Berdasarkan Tabel 5.2 Variabel Komitmen Affective (X1) dalam penelitian ini diukur dengan 3 (tiga) dimensi, dimensi emotional attachment nilai rataratanya 3,23 atau 80,7 %, identification with nilai rata-ratanya 3,20 atau 80% dan involvement to the organization nilai rata-ratanya 3,11 atau 77,75% sedangkan nilai rata-rata variabel Komitmen Affective yakni 3,18 atau 79,5%. Komitmen Affective dosen Sekolah Tinggi Penerbangan indonesia dipengaruhi oleh person characteristic yakni demografi dan watak, demografi secara dijelaskan memalui data pada tabel 5.1, sedangkan watak dijelaskan dengan personaliti atau nilai dari dosen tersebut dicontohkan seorang dosen STPI bertastus PNS berkeinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi masih sangat rendah, karena dosen tersebut sudah berada di comforting zone, dosen tersebut belum bisa berpikir begaimana memajukan organisasi melalui karya – karyanya. Berdasarkan Tabel 5.2 variabel Komitmen Continuance (X2), dalam penelitian ini diukur dengan 2 (dua) dimensi, dimensi High Scarcity nilai rataratanya 3,01 atau 75,25% dan low alternative dengan nilai rata-rata 3,44 atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
86%, sedangkan nilai rata-rata variabel Komitmen Continuance sebesar 3,22 atau 80,5%. Data variabel komitmen countinuance tersebut memberikan gambaran bahwa dosen di STPI memiliki komitmen countinuane yang cukup tinggi, hal ini disebabkan adanya kesadaran dalam seorang dosen tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi karena faktor keamanan dan kenyaman baik dari sisi finansial maupun manfaat lainnya yang didapatkan. Dosen STPI hanya memiliki kemampuan bidang penerbangan saja sehingga terbatas pilihannya untuk mengembangkan diri di bidang tersebut pada institusi lain. Berdasarkan Tabel 5.2 variabel Komitmen Normative (X3), dalam penelitian ini diukur dengan 2 (dua) dimensi, dimensi Feeling Obligation nilai rata-ratanya 3,372 atau 84,3% dan Morality dengan nilai rata-rata 3,44 atau 86%, sedangkan nilai rata-rata variabel Komitmen Normative sebesar 3,408 atau 85,2%. Data variabel komitmen normative tersebut menunjukan bahwa dosen STPI memiliki komitmen normatif tertinggi dibanding dengan komitmen countinuance dan komitmen affective, hal ini menggambarkan bahwa dosen akan tetap bertahan dikarenakan adanya suatu kewajiban atau tugas dan nilai moralitas. Kewajiban atau tugas ditunjukan dengan adanya high power distance atau herarki antara dosen satu dengan lainnya sehingga sistem birokrasi pemerintahan sangat kental didalamnya, sedangkan nilai moralitas akan dipengaruhi oleh unsur budaya dan nilai keagamaan. Unsur budaya masyarakat Indonesia mengenalkan hormat kepada seseorang yang lebih tua sehingga dalam mengambil setiap keputusan akan selalu dipengaruhi oleh unsur budaya tersebu selain itu unsur status Pegawai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Negeri Sipil para dosen di STPI menunjukan adanya Hope State Culture yakni tingkat pengharapan tinggi namun tidak diimbangi dengan keinginan untuk mengembangkan organisasi, sedangkan unsur keagamaan juga memberikan banyak kontribusi dalam setiap pekerjaan seperti dicontohkan bahwa dalam unsur keagamaan diajarkan bekerja adalah ibadah sehingga dosen tersebut akan melaksanakan pekerjaannya dengan dilandasi ibadah.
5.3
Uji Validitas dan Reliabilitas. Uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana df = n-2.
Nilai n dalam penelitian ini yaitu 90, sehingga nilai df = 20. Dengan begitu, diperoleh nilai ttabel = 1,998. Selanjutnya dengan menggunakan rumus rtabel, maka diperoleh nilai rtabel = 0,444. Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut: a. Jika rhitung ≥ 0,444, maka butir pertanyaan tersebut valid b. Jika rhitung < 0,444, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid Sedangkan, dasar pengambilan keputusan pada uji reliabilitas adalah sebagai berikut: a. Jika Cronbach Alpha ≥ 0,6, maka data reliabel b. Jika Cronbach Alpha < 0,6, maka data tidak reliabel
Tabel 5.3 Uji Validitas & Uji Reabilitas Variabel Komitmen Affective Indicator 1 Indicator 2 Indicator 3
Pearson Corelation 0,591 0,795 0,603
r tabel 0,444
Validitas Valid Valid Valid Valid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cronbach Alpha 0,779
Reliabel Reliabel
50
Indicator 4 Indicator 5 Indicator 6 Indicator 7 Indicator 8
0,629 0,807 0,870 0,919 0,715
Tabel 5.3 Lanjutan Komitmen Continuance Indicator 1 Indicator 2 Indicator 3 Indicator 4 Indicator 5 Indicator 6 Indicator 7 Indicator 8 Indicator 9 Komitmen Normative Indicator 1 Indicator 2 Indicator 3 Indicator 4 Indicator 5 Indicator 6 Kinerja Dosen Kuantitas hasil Kualitas hasil Ketepatan waktu Kehadiran dalam pekerjaan Efektifitas penyelesaian pekerjaan Efisiensi penyelesaian pekerjaan
Valid Valid Valid Valid Valid
0,444 0,393 0,781 0,658 0,675 0,613 0,832 0,829 0,632 0,777
0.769
Reliabel
0,785
Reliabel
0,798
Reliabel
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0,444
0,774 0,746 0,747 0,637 0,744 0,815
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0,764 0,642 0,852
0,444 0,444 0,444
Valid Valid Valid
0,779
0,444
Valid
0,604
0,444
Valid
0,785
0,444
Valid
Sumber : Data Penelitian diolah SPSS 19, (2014).
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas untuk uji validitas pada dimensi-dimensi variabel Komitmen Affective, Komitmen Continuance, Komitmen Normative dan Kinerja Dosen dapat dilihat bahwa pearson correlation hasilnya lebih besar dari R-tabel 0,444 maka dimensi-dimensi variabel Komitmen Affective, Komitmen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Continuance, Komitmen Normative dan Kinerja Dosen dosen dapat dinyatakan valid dan terbukti bahwa untuk masing-masing variabel penelitian baik variabel terikat maupun bebas, angka Cronbach’s Alfa > 0,6 Oleh Sebab itu variabel penelitian ini dapat dinyatakan reliabel. 5.4
Uji Asumsi Klasik.
5.4.1
Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data
terdistribusi normal. Uji normalitas untuk tiap variabel dilakukan dengan melihat titik sebaran data pada gambar grafik Q-Q plot. Data-data dari variabel dapat dikatakan normal, jika sebaran data berada pada garis lurus sebaran titik plot. Menurut Sarjono dan Julianita (2011:64) menyatakan dalam uji normalitas bahwa jika peneliti memiliki responden di atas >50, maka Sig. Kolmogorov-Smirnov yang dibandingkan dengan Alpha. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas ini adalah sebagai berikut : a.
Jika angka signifikansi Uji Kolmogrov-Smirnov Sig ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal
b.
Jika angka signifikansi Uji Kolmogrov-Smirnov Sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal Angka Sig. atau signifikansi dapat diperoleh dengan perhitungan test of
normality atau plot melalui alat bantu SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Tabel 5.4 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
90 20.0222222 2.28162797 .123 .053 -.123 1.163 .134
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Penelitian diolah SPSS 19, (2014).
Berdasarkan Tabel 5.4 dari uji One-Simple Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh dari nilai signifikasi 0,134 dan berarti nilai sig lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. 5.4.2
Multikolinearitas. Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat hubungan korelasi antar
variabel bebas. Pada uji ini dapat dilihat pada tabel Coefficients hasil regresi variabel Komitmen Affective (X1), Komitmen Continuance (X2), dan Komitmen Normative (X3) dan Kinerja Dosen (Y), seperti yang tertera pada tabel 5.5 dibawah ini : Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Collinearity Statistics Model 1 (Constant)
Tolerance
Komitmen Affective Komitmen Continuance Komtimen Normative
VIF .329 .373 .521
3.035 2.682 1.921
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, (2014).
Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat nilai VIF dari variabel Komitmen Affective terhadap variabel Kinerja Dosen adalah sebesar 3,035, variabel Komitmen Continuance terhadap variabel Kinerja Dosen sebesar 2,682, kemudian variabel Komitmen Normative terhadap variabel Kinerja Dosen adalah sebesar 1,921. Nilai VIF dari semua variabel independen adalah < 10, disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas, jadi tidak terjadi hubungan korelasi antar variabel independen.
5.4.3
Uji Heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
heterokedastisitas, salah satunya adalah dengan menggunakan grafik plot antara nilai terikat dan residualnya. Heteroskedastisitas untuk menunjukan nilai varians (Y-Y) antar nilai Y tidak konstant atau sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pancar. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika diagram pancar tidak membentuk pola acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Gambar 5. Grafik Uji Heterokedastisitas Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, (2014).
Berdasarkan diagram pada Gambar 5.1, maka dilihat dari diagram di atas, diagram tersebut dalam bentuk titik-titik berpencar dan tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak terkena heteroskedastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
5.5
Uji Hipotesis
5.5.1
Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel 5.6 Pengaruh Komitmen Affective, Komitmen Continuance, & Komitmen Normative terhadap Kinerja Dosen Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .190 1.617
Model 1 (Constant) Komitmen Affective Komitmen Continuance Komtimen Normative
.125 .321 .423
.068 .056 .108
.170 .506 .290
t .118
Sig. .907
1.834 5.767 3.914
.070 .000 .000
Dependent Variable: Kinerja Dosen Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, (2014).
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat diketahui persamaan regresinya yaitu : Ŷ = 0,190 + 0,125X1 + 0,321 X2 + 0,423 X3 Persamaan di atas dapat menjelaskan bahwa: 1) Konstanta sebesar 0,190 bermakna jika skor komitmen affective, countinunce dan normative sama dengan nol makan skor kinerja menjadi 0,190. 2) Koefisien regresi variabel Komitmen Affective sebesar 0,125 dan bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Komitmen Affective dengan kinerja karyawan. Jika skor variabel Komitmen Countinuance dan Komitmen normative memiliki nilai tetap, maka setiap kenaikan satu satuan variabel Komitmen Affective maka dapat meningkatkan skor variabel kinerja sebesar 0,125 atau 12,5 %. Hal ini terjadi disebabkan oleh pengaruh sosial atau karakter warga indonesia dengan status Pegawai Negeri Sipil yang tidak terbiasa melakukan pekerjaannya dengan melihat dari sisi logika dan pola pikir yang sederdana namun lebih mementingkan sisi rasa aman ataupun rasa bertanggung jawab.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
3) Koefisien regresi variabel Komitmen Countinuance sebesar 0,321 dan bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara
Komitmen
Countinuance dengan kinerja karyawan. Jika skor variabel Komitmen Affective dan Komitmen normative memiliki nilai tetap, maka setiap kenaikan satu satuan variabel Komitmen Countinuance maka dapat meningkatkan skor variabel kinerja sebesar 0,321 atau 32,1 %. Kondisi ini sangat mencerminkan kondisi apa adanya dari masyarakat indonesia khususnya pegawai negeri sipil yang lebih mementingkan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 4) Koefisien regresi variabel Komitmen normative sebesar 0,423 dan bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Komitmen normative dengan kinerja dosen. Jika skor variabel Komitmen Countinuance dan Komitmen Affective memiliki nilai tetap, maka setiap kenaikan satu satuan variabel Komitmen normative maka dapat meningkatkan skor variabel kinerja sebesar 0,423 atau 42,3%. Kondisi ini sangat mencerminkan kondisi apa adanya dari masyarakat
indonesia
mementingkan
rasa
khususnya moralitas
pegawai
dan
negeri
kewajiban
sipil
dalam
yang
lebih
melaksanakan
pekerjaannya. Tabel 5.7 Koefisien Determinasi Model Summary
R
R Square .874
.765
Adjusted R Square .756
The independent variable is Kinerja Dosen.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, (2014).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Std. Error of the Estimate 1.2878
57
Dari Tabel 5.7 hasil koefisien determinasi atau R sebesar 0,874 atau 87,4% yang berarti variabel Komitmen Affective (X1), Komitmen Continuance (X2), dan Komitmen Normative (X3) tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel Kinerja Dosen. Sedangkan R2 sebesar 76,3 % dan sisanya sebesar 23,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang kemungkinan karena faktor dari luar organisasi. 5.5.2
Uji Parsial (T-Test) Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen
(bebas) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (terikat), maka dapat dilihat dengan cara berikut: Hipotesis : Ho = Secara parsial variabel Komitmen Affective tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen. H1 = Secara parsial variabel Komitmen Affective berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen. Dasar pengambilan keputusannya : Jika probabilitas/signifikan > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas/signifikan < 0,05, maka Ho ditolak Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat dilihat nilai signifikan dari variabel Komitmen Affective 0,093 atau > 0,05 atau Ho diterima dan H1 ditolak, maka dapat dinyatakan secara parsial tidak ada pengaruh signifikan Komitmen Affective terhadap Kinerja Dosen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Hopotesis : Ho = Secara parsial variabel Komitmen Continuance tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen H2 = Secara parsial variabel Komitmen Continuance berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen Dasar pengambilan keputusannya: Jika probabilitas/signifikan > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas/signifikan < 0,05, maka Ho ditolak Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat nilai signifikan dari variabel Komitmen Continuance adalah 0,000 atau < 0,05 atau H2 diterima dan Ho ditolak, maka dapat dinyatakan secara parsial ada pengaruh signifikan Komitmen Continuance terhadap Kinerja Dosen. Hipotesis : Ho = Secara parsial variabel Komitmen Normative tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen H3 = Secara parsial variabel Komitmen Normative berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen Dasar pengambilan keputusan : Jika probabilitas/signifikan > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas/signifikan < 0,05, maka Ho ditolak Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat nilai signifikan dari variabel Komitmen Normative adalah 0,000 atau < 0,05 atau H3 diterima dan Ho ditolak,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
maka dapat dinyatakan secara parsial Komitmen Normative berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen. 5.5.3 Uji Simultan (Uji-F) Tabel 5.8 Uji F Model 1
Regression Residual
b
Sum of Squares 457.826 148.130
Total
ANOVA Df
605.956
3 86
Mean Square 152.609 1.722
F 93.116
Sig. a .000
89
a. Predictors: (Constant), Komitmen Normative, Komitmen Countinuance, Komitmen Affective b. Dependent Variable: Kinerja Dosen
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 19, (2014).
Hipotesis : Ho = Secara simultan variabel Komitmen Affective, Komitmen Continuance, dan Komitmen Normative tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen. H1 = Secara simultan variabel Komitmen Affective, Komitmen Continuance, dan Komitmen Normative berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Dosen. Dasar pengambilan keputusan : Jika probabilitas/signifikan > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas/signifikan < 0,05, maka Ho ditolak Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat nilai signifikannya adalah 0,000 atau < 0,05 atau Ho ditolak dan H1 diterima, maka dapat dinyatakan bahwa secara simultan variabel Komitmen Affective, Komitmen Continuance, dan Komitmen Normative secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Dosen di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
5.6
Analisis Korelasi antar Dimensi Pada bagian pembahasan terakhir ini, penulis menggambarkan analisis
korelasi antar dimensi sebagai berikut : Tabel 5.9 Analisis Korelasi antar Dimensi Kinerja Dosen
Variabel
Komitmen Affective Emotional Attachment Identification with Involvement to the Organization Komitmen Countinuance High Scarcity Low Alternatif Komitmen Normative Feeling Obligation Morality
Kuantitas Hasil
Kualitas Hasil
Ketepat an waktu
Kehadira n dalam Pekerjaa n
Efektifitas penyelesaia n pekerjaan
Efisiensi penyelesaian pekerjaan
0,623
0,472
0,554
0,492
0,502
0,524
0,159
0,226
0,339
0,308
0,247
0,192
0,299
0,189
0,407
0,197
0,309
0,218
0,657
0,560
0,547
0,463
0,485
0,517
0,564
0,452
0,573
0,391
0,464
0548
0,457
0,424
0,269
0,353
0,256
0,126
0,372
0,337
0,456
0,458
0,533
0,589
Berdasarkan tabel 5.9 Nilai korelasi antar indikator-indikator variabel bebas dengan indikator-indikator variabel terikat bernilai positif. Berdasarkan besarnya nilai korelasi dari masing-masing indikator, maka disimpulkan: 1) Indikator kuantitas hasil memiliki nilai r < 0,5 terhadap indikator variabel komitmen normative
pada dimensi feeling obligation dan morality,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
komitmen affective pada indikator
identification with dan involment to
organization, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap indikator kuantitas hasil, akan tetapi indikator kuantitas hasil memiliki nilai r = 0,657 > 0,5 pada dimensi high scarcity, 0,564 > 0,5 pada dimensi low alternatif, 0,623 > 0,5 pada dimensi emotional attachment. Hal ini berarti indikator kuantitas hasil memiliki korelasi yang kuat dengan indikator dimensi hight scarcity,
dimensi low alternatif dan dimensi emotional
attachment. Pengaruh terbesar pada indikator kuantitas hasil adalah dimensi High Scarcity (0,675), hal ini disebabkan dosen memiliki banyak pertimbangan akan untung rugi yang ditimbulkan apabila keluar dari institusi tersebut sehingga rasa aman terhadap manfaat yang diterima. 2) Indikator kualitas hasil memiliki nilai r < 0,5 terhadap indikator variabel komitmen countinuance pada dimensi low alternatif, komitmen normative pada dimensi feeling obligation dan morality, dan komitmen affective pada indikator emotional attachment, identification with dan involment to organization, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap indikator kualitas hasil, akan tetapi indikator kualitas hasil memiliki nilai r = 0,560 > 0,5 pada dimensi hight scarcity. Hal ini berarti indikator kuantitas hasil memiliki korelasi yang kuat dengan indikator dimensi high scarcity, kondisi tersebut disebabkan oleh dosen memiliki banyak pertimbangan akan untung rugi yang ditimbulkan apabila keluar dari institusi tersebut sehingga rasa aman terhadap manfaat yang diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
3) Indikator ketepatan waktu memiliki nilai r < 0,5 terhadap indikator variabel komitmen normative
pada dimensi feeling obligation dan morality, dan
komitmen affective pada indikator
identification with dan involment to
organization, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap indikator ketepatan waktu, akan tetapi indikator kuantitas hasil memiliki nilai r = 0,547 > 0,5 pada dimensi hight scarcity, 0,573 > 0,5 pada dimensi low alternatif, 0,554 > 0,5 pada dimensi emotional attachment. Hal ini berarti indikator kuantitas hasil memiliki korelasi yang paling kuat dengan indikator dimensi low alternatif , kondisi tersebut disebabkan dosen STPI hanya memiliki kemampuan bidang penerbangan saja sehingga terbatas pilihannya untuk mengembangkan diri di bidang tersebut pada institusi lain. 4) Indikator kehadiran dalam pekerjaan memiliki nilai r < 0,5 terhadap seluruh indikator variabel komitmen countinuance, komitmen normative
dan
komitmen affective, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap terhadap seluruh indikator variabel komitmen countinuance, komitmen normative dan komitmen affective. Indikator kehadiran memiliki korelasi yang paling kuat terhadap dimensi emotional attachment (0,492), kondisi tersebut disebabkan oleh adanya perasaan atau logika berpikir dosen untuk dapat selalu hadir dalam melaksanakan pekerjaannya. 5) Indikator efektifitas penyelesaian pekerjaan memiliki nilai r < 0,5 terhadap indikator variabel komitmen normative
pada dimensi feeling obligation,
komitmen countinuance pada dimensi high scarcity, low aternatif, komitmen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
affective pada indikator identification with dan involment to organization, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap indikator efektifitas penyelesaian pekerjaan, akan tetapi indikator efektifitas penyelesaian pekerjaan memiliki nilai r = 0,657 > 0,5 pada dimensi morality, 0,564 > 0,5 pada dimensi emotional attachment. Hal ini berarti indikator efektifitas penyelesaian pekerjaan memiliki korelasi yang kuat dengan indikator dimensi morality, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh unsur budaya dan keagamaan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif. 6) Indikator efisiensi penyelesaian pekerjaan memiliki nilai r < 0,5 terhadap indikator variabel komitmen normative pada dimensi feeling obligation dan komitmen affective pada indikator
identification with dan involment to
organization, maka indikator tersebut memiliki korelasi lemah terhadap indikator efisiensi penyelesaian pekerjaan, akan tetapi indikator efisiensi penyelesaian pekerjaan memiliki nilai r = 0,517 > 0,5 pada dimensi hight scarcity, 0,548> 0,5 pada dimensi low alternatif, 0,589 > 0,5 pada dimensi morality, 0,524 > 0,5 pada dimensi emotional attachment . Hal ini berarti indikator efisiensi penyelesaian pekerjaan memiliki korelasi yang kuat dengan indikator dimensi morality, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh unsur budaya dan keagamaan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efisien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
5.7
Pembahasan Berdasarkan perhitungan statistik di atas dapat dipahami bahwa hasil penelitian ini menunjukkan beberapa temuan sebagai berikut : 1) Pengaruh Komitmen Affective terhadap kinerja Hasil pengujian hipotesis (H1) untuk variabel Komitmen Affective adalah 0,093 atau > 0,05, H1 ditolak yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan Komitmen Affective terhadap Kinerja Dosen. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Karakus dan Aslan (2008), dimana guru wanita memiliki Komitmen Affective yang
hubungan positip terhadap kinerja profesi dan
sekolahnya. Kondisi tersebut terjadi disebabkan oleh faktor karakteristik dosen, dimana jumlah dosen laki-laki lebih banyak daripada dosen wanita selain itu budaya dan moralitas dosen di STPI lebih menonjol daripada logika perasaan, sehingga dalam menyelesaikan pekerjaannya para dosen tersebut lebih menitikberatkan pada unsur nilai – nilai keagamaan seperti nilai ibadah dalam bekerja. Tabel 5.9 menunjukan bahwa komitmen affective memilliki korelasi kuat pada dimensi emotional attachment terhadap variabel kinerja pada dimensi
kuantitas hasil, ketepatan waktu, efektifitas
penyelesaian pekerjaan dan efisiensi penyelesaian pekerjaan. Dimensi emotional attachment merupakan dimensi yang menggambarkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
perasaan dosen terhadap apa yang dikerjaan sehingga mempengaruhi prilaku dosen tersebut untuk tetap bisa mengembangkan organisasinya. Dimensi kuantitas hasil merupakan dimensi variabel kinerja yang memberikan gambaran fakta terhadap jumlah output yang dikerjakan oleh dosen, korelasinya dengan dimensi emotional attachment yakni menyangkut perasaan senang atau bahagia selama karirnya untuk terus bekerja menghasilkan output sebanyak mungkin dengan arti lain dosen STPI memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap organisasinya dalam hal menghasilkan karya. Dimensi ketepatan waktu merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta terhadap kedisplinan dosen untuk datang tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, korelasi dengan dimensi emotional attachment adalah terkait perasaan kebanggaan dosen STPI terhadap organisasinya dan perasaan untuk menjadi bagian dari organisasi yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan dosen tersebut terutama dalam menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Dimensi efektifitas penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen dalam meyelesaikan pekerjaannya dengan segala upaya agar pekerjaan tersebut dapat terselesaiakan lebih cepat.
Korelasi dengan dimensi emotional
attachment adalah perasaan bahagia, bangga, dan sense of belonging
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
terhadap organisai dapat memberikan dorongan kepada dosen STPI untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efektif. Dimensi efisiensi penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen STPI dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan se-efisien mungkin berkaitan dengan cost yang timbul dari pekerjaan tersebut, kaitannya dengan dimensi emotional attachment adalah perasan bahagia, senang dan bangga dan perasaan untuk tidak mudah bergabung di organisai lain akan memberikan dorongan yang kuat untuk selalu menyelesaikan pekerjaanya dengan seefisien mungkin.
2) Pengaruh Komitmen Countinuance terhadap kinerja Hasil pengujian hipotesis (H2) untuk variabel Komitmen Countinuance adalah 0,000 atau < 0,05, atinya Komitmen Continuance berpengaruh positip dan signifikan terhadap Kinerja Dosen. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chen, Silverthorne dan Hung (2005). Kondisi tersebut disebabkan oleh status dosen di STPI adalah Pegawai Negeri Sipil sehingga para dosen tersebut memiliki banyak pertimbangan akan untung rugi yang ditimbulkan apabila keluar dari institusi tersebut sehingga rasa aman terhadap manfaat yang diterima merupakan kunci dari komitmen countinuancenya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Tabel 5.9 menunjukan bahwa komitmen countinuance memiliki korelasi kuat pada dimensi High Scarcity pada variabel kinerja pada dimensi kuantitas hasil, kualitas hasil, ketepatan waktu, dan efisiensi penyelesaian pekerjaan, dan dimensi low alternative pada dimensi kuantitas hasil, ketepatan waktu, efiseinsi penyelesaian pekerjaan.
Dimensi kuantitas hasil merupakan dimensi variabel kinerja yang memberikan gambaran fakta terhadap jumlah output yang dikerjakan oleh dosen, korelasinya dengan dimensi High Scarcity yakni menyangkut dosen STPI merasa berat untuk meninggalkan organisasi, an ketidaktertarikan dengan organisasi lain serta bekerja di organisasi tersebut merupakan kebutuhan menjadi pendorong untuk tetap di STPI dan akan selalu meberikan upaya yang terbaik untuk bekarya sebanyak mungkin di STPI. Dimensi kualitas hasil merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta terhdap kualitas hasil kerja dosen STPI untuk bekerja lebih baik lagi. Korelasinya dengan dimensi High Scarcity yakni perasaan berat untuk meninggalkan organisasi, kerugian/ kehilangan banyak hal apabila meinggalkan STPI mendorong dosen STPI untuk selalu menghasilkan output yang berkualitas tinggi dalam bekerja di STPI. Dimensi ketepatan waktu merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta terhadap kedisplinan dosen untuk datang tepat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, korelasi dengan dimensi High Scarcity adalah terkait banyak pertimbangan terkait
kerugian
atau
kehilangan
apabila
keluar
dari
STPI
mempengaruhi tingkat kedisiplinan dosen tersebut terutama dalam menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Dimensi efisiensi penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen STPI dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan se-efisien mungkin berkaitan dengan cost yang timbul dari pekerjaan tersebut, kaitannya dengan dimensi High Scarcity adalah pertimbangan kerugain dan kehilangan apabila keluar dari STPI akan mendorong untuk selalu menyelesaikan pekerjaanya dengan seefisien mungkin. Dimensi kuantitas hasil merupakan dimensi variabel kinerja yang memberikan gambaran fakta terhadap jumlah output yang dikerjakan oleh dosen, korelasinya dengan dimensi Low Alernative yakni sedikitnya ketersediaan pekerjaan di organisasi lain bahwa Dosen STPI mempunyai kompetensi hanya dibidang penerbangan, sedangkan organisasi yang menangani penerbangan sangatlah terbatas sehingga hal tersebut menjadi pendorong untuk tetap di STPI dan akan selalu meberikan upaya yang terbaik untuk bekarya sebanyak mungkin di STPI. Dimensi ketepatan waktu merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta terhadap kedisplinan dosen untuk datang tepat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, korelasi dengan dimensi Low Alternative adalah terkait kelangkaan pekerjaan karena organisasi peatihan dibidang penerbangan sangatlah terbatas sehingga mempengaruhi tingkat kedisiplinan dosen tersebut terutama dalam menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Dimensi efisiensi penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen STPI dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan se-efisien mungkin berkaitan dengan cost yang timbul dari pekerjaan tersebut, kaitannya dengan dimensi Low Alternative adalah perasaan untuk selalu memberikan seluruh kemampuan dalam pekerjaannya merupakan hal yang menjadi pendorong untuk selalu menyelesaikan pekerjaanya dengan seefisien mungkin. 3) Pengaruh Komitmen Normative terhadap kinerja Hasil pengujian hipotesis (H2) untuk variabel Komitmen Normative adalah adalah 0,000 atau < 0,05 artinya Komitmen Normative berpengaruh positip dan signifikan terhadap Kinerja Dosen. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mrayyan dan Al-faouri (2008). Kondisi tersebut disebabkan oleh unsur, tanggung jawab, budaya, moralitas dan agama lebh menonjol dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dari unsur tanggung jawab dan budaya menimbulkan adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
power distance antar dosen dan dari unsur moralitas dan keagamaan dicontohkan dalam unsur ibadah dalam bekerja. Tabel 5.9 menunjukan bahwa komitmen normative memiliki korelasi kuat pada dimensi Morality terhadap variabel kinerja pada dimensi efektifitas penyelesaian pekerjaan dan efisensi penyelesaian pekerjaan. Dimensi efektifitas penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen dalam meyelesaikan pekerjaannya dengan segala upaya agar pekerjaan tersebut dapat terselesaiakan lebih cepat. Korelasi dengan dimensi morality adalah perasaan hutang budi kepada organisasi karena telah banyak membrikan manfaat bagi dosen di STPI sehingga hal tersebut dapat memberikan dorongan kepada dosen STPI untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efektif. Dimensi efisiensi penyelesaian pekerjaan merupakan dimensi variabel kinerja yang menggambarkan fakta dosen STPI dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan se-efisien mungkin berkaitan dengan cost yang timbul dari pekerjaan tersebut, kaitannya dengan dimensi Morality adalah loyalitas dosen terhadap organisasi karena organisasi telah banyak memberikan manfaat kepada para dosen di STPI, hal tersebut akan memberikan dorongan yang kuat untuk selalu menyelesaikan pekerjaanya dengan seefisien mungkin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
4) Pengaruh Komitmen Affective, Countinuance dan Normative terhadap kinerja dosen. Dari hasil uji F dihasilkan nilai sig 0,000 atau < 0,05 artinya komitmen affective, countinuance dan normative secara simultan berpengaruh terhadap dosen di STPI dengan nilai F = 93 membuktikan bahwa komitmen affective, countinuance dan normative secara simultan berpengaruh sangat besar terhadap kinerja dosen. Berdasarkan
hasil
penelitian,
komitmen
normative
dan
countinuane memiliki pengaruh lebih besar dibanding komitmen affective, akan tetapi dari ketiga veriabel bebas tersebut komitmen normative lebih memiliki pengaruh lebih besar terhadap kinerja yakni sebesar 42,3%. Korelasi antar dimensi komitmen normative dan kinerja terjadi pada dimensi feeling obligation memiliki pengaruh paling kuat pada dimensi kuantitas hasil, dan dimensi morality memiliki pengaruh paling kuat pada dimensi efisiensi penyelesaian pekerjaan. Komitmen countinuane memiliki pengaruh terhadap kinerja dosen sebesar
32,1%,
sedangkan
korelasi
antar
dimensi
komitmen
countinuane terhadap kinerja dosen terdapat pada dimensi high scarcity memiliki korelasi paling kuat terhadap dimensi kuantitas hasil dan dimensi low alternative memilliki pengaruh paling kuat pada dimensi ketepatan waktu. Komitmen affective memiliki pengaruh terhadap kinerja dosen sebesar 12,5%, sedangkan korelasi antar dimensi komitmen affective
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
terhadap kinerja dosen terdapat pada dimensi emotional attachment memiliki korelasi paling kuat terhadap dimensi kuantitas hasil. dimensi identifikation with dan dimensi involvment to organization memiliki pengaruh paling kuat pada dimensi ketepatan waktu. Jurnal of vacational behaviour 61,20-52 (2002) “Affective, Countinuance, and Normative Commitment to organization : a Metaanalisys of antecedent, correlates, and consequences” oleh John P. Meyer, David.J Stanley, Lynne Herscovitch, menghasilkan 1. Komitmen affective (ρ = 0,16) berhubungan positif dengan job performance 2. Komitmen normative (ρ = 0,06) berhubungan positif dengan job performance 3. Komitmen countinuance (ρ = - 0,07) berhubungan negatif dengan job performance. Berdasarkan jurnal tersebut diatas terdapat perbedaan antara penerapan teori Komitmen Organisasi Allen & Mayer (1993) di indonesia dan di luar indonesia, hal ini terjadi karena masyarakat luar dalam bekerja lebih
mengfokuskan
countinuance
dan
komitmen normative,
affective
dari
sedangkan
di
pada
komitmen
indonesia
lebih
mementingkan komitmen Normative dan Countinuance dari pada affective.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/