BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sesudah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisis dan pembahasan. Bab ini memuat analisis dan pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk digunakan dalam menginterprestasikan data. Analisis dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya cacat pada horn dengan menggunakan alat bantu yaitu fishbone diagram.
5.1
Analisis Perhitungan Peta Kendali p Berdasarkan pengolahan data pada bab 4, dapat dilihat bahwa total cacat
selama bulan Februari 2013 – Juli 2014 adalah sebesar 358882 unit dari total produksi sebesar 21165550 unit dengan rata-rata proporsi cacat sebesar 0.0170 atau 1.7%. Artinya setiap 1000 unit horn yang diproduksi, terdapat cacat sebanyak 17 unit. Berdasarkan gambar 4.83 dapat dilihat bahwa terdapat proporsi cacat yang melebihi batas atas (UCL) yaitu pada subgroup 10, 16, 22, 31, 33, 38, 51, 55, 64, dan 69. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata proporsi cacat tersebut disebabkan oleh penyebab khusus (special cause). Proporsi cacat pada subgroup 10, 16, dan 22 diseba
168
169
bkan karena pada minggu-minggu tersebut terjadi pergantian operator pada beberapa proses penting. Pergantian operator tersebut dapat berakibat pada menurunnya kualitas horn bahkan dapat meningkatkan proporsi cacat horn. Proporsi cacat pada subgroup 31, 33, dan 38 disebabkan karena pada minggu-minggu tersebut memakai material wire 2UEW dari supplier yang berbeda. Setelah dilakukan analisa lebih lanjut ternyata dimensi (diameter) wire 2UEW dari supplier tersebut over (rata-rata Ø0.37mm) dari standar yang ada (standar diameter wire adalah Ø0.32mm ± 0.02mm). Dengan diameter wire yang over tersebut maka dapat dipastikan bahwa tebal lapisan email pada wire over sehingga proporsi terjadinya cacat terutama cacat horn short dan horn mati semakin besar. Proporsi cacat pada subgroup 51, 55, 64, dan 69 disebabkan karena pada minggu-minggu tersebut sering terjadi kerusakan pada beberapa mesin produksi horn sehingga dapat menghambat proses produksi horn dan bahkan dapat meningkatkan proporsi cacat pada horn. Semua data proporsi cacat yang berada di atas UCL tidak dipakai dalam pembuatan peta kendali p karena semua penyebab cacat tersebut dapat dihindari sehingga peta p perlu direvisi. Demikian pula untuk data proporsi cacat yang berada di bawah LCL juga tidak dipakai karena walaupun kualitas produk yang dihasilkan melebihi batas bawah yang diinginkan tetapi kualitas produk tersebut tidak sesuai (tidak mewakili) dengan kualitas produk sesungguhnya. Pada revisi pertama, masih terdapat enam titik yang berada di luar batas atas (UCL) yaitu pada subgroup 11, 23, 28, 38, 43 dan 54. Oleh karena itu titik-titik tersebut dibuang dan peta kendali p direvisi lagi untuk mendapatkan peta kendali p yang baru. Setelah dilakukan revisi yang kedua, akhirnya didapatkan bahwa semua data masuk dalam batas kendali UCL maupun LCL. Setelah semua data masuk ke
170
dalam batas kendali, maka nilai CL dari hasil perhitungan peta kendali revisi kedua sebesar 0.0168.
5.2
Analisa Peta Kendali p Standar Pembuatan peta kendali p standar berfungsi sebagai acuan untuk memonitor
apakah proporsi cacat yang terjadi pada proses produksi horn berada dalam batas kendali atau tidak pada proses di masa mendatang. Jadi, peta kendali standar ini memudahkan pihak perusahaan untuk mengontrol banyaknya jumlah horn cacat yang diperbolehkan. Pada perhitungan peta kendali p standar didapatkan nilai tengah (CL) sebesar 0.0168, nilai batas atas (UCL) sebesar 0.0175, dan nilai batas bawah (LCL) sebesar 0.0161. Berikut ini adalah peta kendali p standar produk horn yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memantau proses di masa mendatang.
171
Gambar 5.1 Peta Kendali p Standar Produk Horn
5.3
Analisa Cacat Horn Dengan Diagram Sebab Akibat Dari delapan jenis cacat yang timbul pada produk horn, hanya dipilih tiga
jenis cacat terbesar yaitu horn short, horn mati, dan suara sember untuk dianalisa lebih lanjut mengenai penyebab-penyebab dari cacat tersebut dengan diagram sebabakibat. Untuk mencari faktor-faktor penyebab cacat pada produk horn, digunakan faktor-faktor penyebab utama yang signifikan, antara lain :
Manusia (Man)
Metode (Method)
Mesin (Machine)
Material (Materials)
172
5.3.1
Lingkungan(Environment) Analisa Cacat Horn Short Dengan Diagram Sebab Akibat Penyebab timbulnya cacat horn short adalah : a. Faktor Manusia -
Operator lilit wire tidak mengikuti prosedur-prosedur kerja yang telah dibuat untuk masing-masing proses sehingga operator kurang teliti pada saat proses visual check coil assy setelah proses handapot, sehingga scrap / sisa handapot ditemukan masih menempel pada part horn assy.
-
Operator lilit wire kurang mendapat pengarahan dari pimpinan kerja sehingga operator kurang teliti dalam melakukan visual check contact assy setelah proses handapot.
b. Faktor Lingkungan -
Penempatan contact assy di area terbuka menyebabkan banyak debu / kotoran yang menempel pada contact assy.
-
Banyak scrap tembaga hasil proses di area jig press terminal yang dapat menempel pada case assy.
-
Tidak ada schedule cleaning area mesin sehingga area mesin masingmasing proses horn kotor. Area mesin yang kotor dapat menyebabkan komponen-komponen horn ikut kotor.
c. Faktor Material -
Ada burry pada lubang holder terminal sehingga menyebabkan terminal sesak masuk ke rivet tembaga. Hal ini menyebabkan hasil press terminal miring (renggang). Dengan renggangnya / miringnya
173
rivet tembaga ini dapat menyebabkan rivet tembaga kontak dengan case. -
Radius guide pada bobin minus sehingga menyebabkan contact assy terpasang terlalu longgar pada case (contact assy dapat bergerak / berputar). Hal ini dapat menyebabkan rivet tembaga kontak dengan case.
d. Faktor Mesin / Peralatan -
Jig lower punch press terminal mudah aus sehingga menyebabkan rivet tembaga penyok / rusak. Hal ini menyebabkan hasil press terminal miring dan rivet tembaga dapat kontak dengan case.
-
Tension wire kurang (tidak standar) sehingga menyebabkan lilitan wire kendor dan tidak beraturan.
e. Faktor Metode -
Cara melilit dan memotong wire salah sehingga menyebabkan hasil pemotongan wire terlalu panjang (over). Wire yang terlalu panjang dapat menyentuh (kontak) dengan case.
-
Tidak ada standar panjang sisa celupan pada proses handapot. Hal ini dapat menyebabkan proses pencelupan wire (proses handapot) terlalu dalam sehingga ada kemungkinan handaball dapat menempel pada bobin atau case.
-
Tidak ada schedule cleaning handaball pada bar solder timah secara pasti, sehingga terdapat handaball berlebihan pada bar solder timah yang dapat menempel pada bobin atau case.
174
Manusia Ada handaball (scrap timah) pada contact assy
Lingkungan Banyak debu / kotoran pada contact assy
Contact assy lolos visual check
Material
Penempatan contact assy di area terbuka
Banyak scrap tembaga hasil proses di area jig press terminal
Operator lilit wire kurang teliti dalam visual check setelah handapot Operator lilit wire kurang mendapat pengarahan dari pimpinan kerja
Area mesin masing-masing proses horn kotor
Operator lilit wire tidak mengikuti prosedur kerja
Tidak ada schedule cleaning di semua area mesin
Rivet tembaga penyok / rusak Lilitan wire kendor dan tidak beraturan
Tidak ada standar panjang sisa celupan proses handapot
Tension wire kurang (tidak standar)
Mesin/ peralatan
Terminal sesak masuk ke rivet tembaga Ada burry pada lubang holder terminal
Contact assy terlalu longgar pada case Radius guide pada bobin minus
Pencelupan wire (proses handapot) terlalu dalam
Hasil press terminal miring / renggang
Hasil press terminal miring / renggang
Rivet tembaga kontak dengan case
Ada handaball (scrap timah) pada bobin atau case
Rivet tembaga kontak dengan case
Jig lower punch press terminal mudah aus
Rivet tembaga kontak dengan case
Ada scrap tembaga pada case assy
Ujung wire kontak dengan case Hasil potongan wire over (panjang)
Cara lilit dan potong wire salah Ada handaball (kotoran timah) pada bobin atau case Ada handaball yang berlebihan pada bar solder timah Tidak ada schedule cleaning handaball pada bar solder timah secara pasti
Metode
Gambar 5.2 Diagram Sebab Akibat Cacat Horn Short
5.3.2
Horn Short
Analisa Cacat Horn Mati Dengan Diagram Sebab Akibat Penyebab timbulnya cacat ini adalah :
175
a. Faktor Manusia -
Operator setting contact assy kurang teliti saat setting contact B sehingga pemasangannya terbalik (point B pada contact B menghadap ke bawah). Hal ini menyebabkan tidak ada contact point antara contact A dan contact B.
-
Operator coulking point B dan operator setting contact assy kurang teliti saat masing-masing proses sehingga point B tidak terpasang pada contact A maupun contact B. Dengan demikian tidak ada contact point antara contact A dan contact B.
b. Faktor Lingkungan -
Penempatan contact assy di area terbuka menyebabkan banyaknya kotoran / debu yang menempel pada contact assy. Kotoran / debu tersebut dapat menghalangi kontak antara contact A dan contact B.
-
Tidak ada schedule cleaning area mesin sehingga area mesin masingmasing proses horn kotor. Area mesin yang kotor dapat menyebabkan komponen-komponen horn ikut kotor.
c. Faktor Material -
Diameter lubang bobin terlalu besar (oversize) sehingga menyebabkan rivet tembaga menjadi kendor. Hal ini menyebabkan rivet tembaga tidak dapat menjepit wire dengan sempurna sehingga ujung wire bisa terlepas dari rivet tembaga.
-
Sudut bending contact plate A kurang sehingga menyebabkan point gap minus dan pada akhirnya menyebabkan horn mati.
-
Sudut bending contact plate B kurang sehingga menyebabkan point gap over dan pada akhirnya menyebabkan horn mati
176
d. Faktor Metode -
Tidak ada standar panjang sisa celupan proses handapot. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan panjang sisa celupan handapot berlebihan sehingga ketika wire dililit pada rivet tembaga, tidak ada contact point antara wire dan rivet tembaga.
-
Operator memakai sarung tangan saat setting case assy dan diaphragm assy sehingga menyebabkan kemungkinan ada serabut benang sarung tangan dapat menempel dan menghalangi contact point antara contact A dan contact B.
-
Cara potong wire yang melingkar pada 1st rivet tembaga salah sehingga menyebabkan wire terpotong (putus).
177
Lingkungan
Manusia Tidak ada contact point
Material Tidak ada contact point
Tidak ada contact point
Banyak debu / kotoran pada contact assy
Tidak ada point B pada contact plate A atau contact plate B
Pemasangan contact B terbalik Operator contact assy kurang teliti saat setting contact B
Ujung wire lepas dari rivet tembaga Rivet tembaga kendor Diameter lubang bobin terlalu besar (oversize)
Penempatan contact assy di area terbuka
Operator coulking point B dan operator contact assy kurang teliti saat masingmasing proses
Point gap over Sudut bending contact plate B kurang
Point gap minus
Area mesin masing-masing proses horn kotor
Sudut bending contact plate A kurang
Tidak ada schedule cleaning di semua area mesin
Horn Mati Tidak ada contact point antara wire dengan rivet tembaga
Panjang sisa celupan handapot berlebihan Tidak ada standar panjang sisa celupan proses handapot Cara potong wire salah
Wire putus
Operator pakai sarung tangan saat setting case assy dan diaphragm assy Ada serabut benang sarung tangan menempel dan menghalangi contact point antara contact A dan contact B
Tidak ada contact point
Metode
Gambar 5.3 Diagram Sebab Akibat Cacat Horn Mati
5.3.3
Analisa Cacat Suara Sember Dengan Diagram Sebab Akibat Penyebab timbulnya cacat ini adalah : a. Faktor Manusia
178
-
Operator tidak mengikuti prosedur-prosedur kerja yang telah dibuat untuk masing-masing proses sehingga operator kurang teliti pada saat proses visual check contact assy sehingga masih ditemukan handaball menempel pada pole. Handaball inilah yang dapat menyebabkan pole rontok (aus) ketika rivet diaphragm (rivet Ø14x12) menumbuk pole.
-
Operator kurang mendapat pengarahan dari pimpinan kerja. Hal ini menyebabkan operator kurang teliti dalam melakukan visual check contact assy sehingga masih ditemukan handaball menempel pada pole.
b. Faktor Lingkungan -
Tidak ada schedule cleaning area mesin sehingga area mesin masingmasing proses horn kotor. Area mesin yang kotor dapat menyebabkan komponen-komponen horn ikut kotor.
c. Faktor Material -
Ketebalan lapisan plating pada pole over (terlalu tebal) sehingga lapisan plating-nya mudah terkelupas. Hal ini menyebabkan pole rontok (aus) karena tidak ada lagi lapisan plating yang melindunginya dari tumbukan rivet diaphragm (rivet Ø14x12).
d. Faktor Mesin / Peralatan -
Settingan air gap pada mesin air gap adjusting tidak standar (terlalu turun) sehingga punch jig air gap terlalu turun dan dapat menghasilkan air gap yang rendah.
e. Faktor Metode
179
-
Tempat kerja proses adjusting berada di area terbuka sehingga operator proses adjusting tidak bisa konsentrasi dalam pengecekan kualitas suara (tidak bisa mendeteksi apakah suara horn sember atau tidak) dikarenakan faktor kebisingan (suara mesin-mesin di sekitar area proses adjusting).
-
Hasil lipatan proses ring cover stacking (antara ring cover dan case) tidak rapat atau penyok sehingga menyebabkan diaphragm assy miring (tidak center terhadap pole). Karena rivet diaphragm (rivet Ø14x12) terpasangan pada diaphragm assy maka rivet diaphragm menjadi ikut miring (tidak center terhadap pole). Karena rivet diaphragm miring (tidak center terhadap pole) maka bidang rivet diaphragm yang menyentuh (menumbuk) pole berupa garis (bukan bidang). Hal inilah yang menyebabkan pole cepat rontok (aus).
-
180
Manusia
Lingkungan
Pole rontok
Material
Pole rontok
Area mesin masing-masing proses horn kotor
Ada handaball menempel pada pole
Operator lilit wire kurang teliti dalam visual check contact assy
Lapisan plating pada pole mudah terkelupas
Tidak ada schedule cleaning di semua area mesin
Ketebalan plating pada pole over (terlalu tebal)
Operator lilit wire Operator lilit wire kurang mendapat tidak mengikuti pengarahan dari prosedur kerja pimpinan kerja
Suara Sember
Air gap rendah Punch jig air gap terlalu turun Settingan air gap pada mesin air gap adjusting tidak standar
Mesin/ peralatan
Pole rontok Rivet diaphragm miring (tidak senter terhadap pole) Diaphragm assy miring
Hasil lipatan proses ring cover stacking (antara ring cover dan case) tidak rapat atau penyok
Operator proses adjusting tidak bisa konsentrasi dalam pengecekan kualitas suara Tempat kerja proses adjusting berada di area terbuka (terpengaruh kebisingan suara mesin-mesin yang lain)
Metode
Gambar 5.4 Diagram Sebab Akibat Cacat Suara Sember
181
5.4
Usaha Perbaikan Setelah dibuat analisa penyebab cacat produk horn dengan diagram sebab
akibat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan usaha perbaikan untuk meminimalikan timbulnya cacat yang terjadi pada produk horn. Dalam melakukan usaha perbaikan digunakan langkah-langkah 5W+1H. Berikut langkah-langkah perbaikan 5W+1H : Usaha perbaikan untuk mengatasi cacat horn short, cacat horn mati, dan cacat suara sember akan dijelaskan secara berturut-turutdalam tabel 5.1, tabel 5.2, dan tabel 5.3 dibawah ini.
182
Tabel 5.1 Usaha Perbaikan Terhadap Cacat Horn Short WHAT
WHEN
WHERE
WHY
Horn
Faktor Manusia :
Short
a.Operator lilit wire kurang 4 Februari 2013
Area lilit wire
mendapat pengarahan dari pimpinan kerja mengenai halhal penting dalam visual check
WHO
HOW Supervisor Produksi Horn harus selalu memperhatikan
Supervisor Produksi Horn
contact assy.
dan mengawasi pekerjaan operator lilit wire terutama dalam hal visual check contact assy sehingga dapat segera diketahui bila terdapat scrap pada contact assy untuk kemudian disortir dan dilakukan pembersihan scrap pada contact assy. Supervisor Produksi Horn harus selalu mendampingi, memberi motivasi kerja, memberi pengarahan, dan
4 Februari 2013
Area lilit wire
b. Operator lilit wire tidak
Operator
mengikuti prosedur kerja.
lilit wire
menjelaskan prosedur kerja dengan detail tentang halhal penting mengenai proses lilit wire dan visual check contact assy kepada operator lilit wire, sehingga dapat meminimalkan jumlah cacat horn short karena adanya scrap pada contact assy.
11 Februari
Area setting
2013
contact assy
Faktor Lingkungan :
Manajer
a. Penempatan contact assy di
Produksi
area terbuka.
Horn
Pemasangan air blower (semprotan angin) pada conveyor contact assy yang menuju ke proses press terminal. Sehingga contact assy terbebas dari kotoran / debu sebelum diproses press terminal.
183
Pemasangan air blower (semprotan angin) di area jig 11 Februari
Area jig press
2013
terminal
b. Banyak scrap tembaga hasil
Manajer
press terminal. Air blower menyemprot secara
proses di area jig press
Produksi
otomatis ketika proses press terminal selesai. Dengan
Horn
demikian case assy bersih dari scrap tembaga dan
terminal.
dapat mengurangi kemungkinan cacat horn short. Pembuatan schedule cleaning besar di semua area mesin produksi. Cleaning besar adalah aktivitas
11 Februari 2013
Semua area mesin produksi
Semua c. Tidak ada schedule cleaning
member
di semua area mesin produksi.
produksi horn
membersihkan semua area proses produksi (tanpa kecuali) secara serentak (bersama-sama). Cleaning besar dilakukan setiap seminggu sekali di akhir shift 2. Dibuat pula grup cleaning besar yang terdiri dari 3 orang per mesin. Masing-masing grup cleaning besar bertanggungjawab akan kebersihan masing-masing mesin.
18 Februari
Area Dies
2013
Maintenance
Faktor Material : a. Ada burry pada lubang holder terminal.
Manajer Dies Maintenan ce
Melakukan repair dies dan periodic dies check secara berkala untuk menghilangkan burry (sisa material lebih yang masih menempel pada part) pada lubang holder terminal.
Dengan demikian kondisi dies dapat
terpantau dan kemungkinan ada burry pada lubang
184
holder terminal dapat berkurang. Melakukan pengecekan terhadap kondisi proses bobin di mesin injeksi. Dari hasil pengecekan dapat diketahui bahwa penyebabnya adalah karena berat material plastik kurang dan suhu material dan dies kurang (tidak standar). Oleh karena itu dilakukan perbaikan sebagai berikut:
18 Februari
Area Plastic
2013
Injection
b. Radius guide pada bobin minus.
Manajer Plastic Injection
1. Menambah settingan berat material plastik bobin per proses sebanyak 20% yaitu dari yang semula 27gr/proses menjadi 43gr/proses (adapun berat part bobin per pcs adalah 2gr, berat total runner 10gr, dalam satu dies ada 6 cavity bobin) 2. Menstandarkan settingan suhu material di mesin injeksi (suhu di nozlle 250ºC, suhu di front 255ºC, suhu di middle 265ºC, dan suhu di rear 245ºC). 3. Menstandarkan settingan suhu dies (mold control) di mesin injeksi dari semula 70ºC menjadi 80ºC.
25 Februari
Area Dies
2013
Maintenance
Faktor Mesin / Peralatan : a. Jig lower punch press
Manajer
Melakukan penggantian material lower punch press
Dies
terminal dari material yang lama yaitu material QCM8
185
terminal mudah aus.
Maintenan (61±1HRc) menjadi material baru yaitu material ce
ASP53 (65±1HRc). Material ASP53 mempunyai kekerasan yang lebih tinggi dari material QCM8, sehingga tidak mudah aus dan life time pemakaian bisa lebih lama jika dibandingkan dengan material QCM8.
25 Februari
Area mesin
2013
winding
b. Tension wire pada mesin winding kurang (tidak standar).
Manajer Produksi Horn
Melakukan setting ulang tension wire pada mesin winding sehingga didapat tension wire yang standar yaitu 150-250gr. Dengan demikian akan didapat hasil lilitan wire yang rapat dan kencang pada bobin. Cara lilit dan potong wire yang benar : 1. Pastikan ujung wire dililit secara kencang ( satu ujung wire pada 1st rivet tembaga, satu ujung yang lain
4 Maret 2013
Faktor Metode : Area lilit wire a. Cara lilit dan potong wire salah.
pada bobin) melewati jalur lilitan yang ada pada bobin Operator
untuk menghindari kemungkinan wire kendor setelah
lilit wire
proses pemotongan ujung wire. 2. Setelah kedua ujung wire dililitkan dengan kencang pada 1st rivet tembaga dan bobin, kemudian dilakukan proses pemotongan kedua ujung wire. Sebelum pemotongan dimulai, pastikan sisi potong alat potong
186
(gunting)
wire
dalam
keadaan
baik
(tajam).
Pemotongan wire dilakukan dengan cara memotong wire dengan batas potong sedekat mungkin dengan bobin (pada ujung yang satu) dan dengan 1st rivet tembaga (pada ujung yang lain). Untuk mendapatkan hasil potong yang demikian maka gunting potong harus
diposisikan
sedekat
mungkin
(menempel)
dengan bobin dan 1st rivet tembaga) pada saat digunakan. Membuat
standar
panjang
sisa
celupan
proses
handapot. Standar panjang sisa celupan proses handapot ditetapkan 4 – 6 mm diukur dari bobin.
4 Maret
Area
b. Tidak ada standar panjang
2013
handapot
sisa celupan proses handapot.
Supervisor Produksi Horn
Apabila panjang sisa celupan handapot kurang dari 4 mm, kemungkinan handaball menempel pada bobin semakin
besar.
Handaball
inilah
yang
dapat
menyebabkan cacat horn short. Untuk membuat standar panjang sisa celupan handapot maka dibuatlah moveable stopper jig handapot. Fungsi moveable stopper jig handapot adalah sebagai berikut :
187
a. Menghindari proses pencelupan handapot yang terlalu dalam sehingga dapat mengurangi handaball yang menempel pada bobin. b. Menjaga agar panjang celupan handapot lebih stabil (tidak bervariasi). c. Memastikan wire tercelup timah dengan sempurna. d. Menjaga keselamatan operator handapot karena operator handapot tidak kontak langsung dengan panas dari bar solder timah. Membuat schedule cleaning handaball pada bar solder timah secara rutin. Handaball merupakan sisa lapisan email pada wire yang ikut terbakar ketika wire
4 Maret
Area
2013
handapot
c. Tidak ada schedule cleaning
Manajer
handaball pada bar solder
Produksi
timah secara pasti.
Horn
dicelupkan pada bar solder timah. Schedule cleaning tersebut
dibuat
dalam
bentuk
SOP
(Standart
Operation) dan ditempelkan di dekat area proses handapot. Adapun isi dari SOP cleaning tersebut antara lain : a. Cleaning handaball dilakukan setiap 50 kali proses handapot. Dengan demikian kebersihan bar solder
188
timah dari handaball tetap terjaga. b. Cara melakukan cleaning handaball adalah dengan memakai alat sekop plat. Alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan dan memindahkan (membersihkan) handaball pada bar solder timah untuk kemudian dibuang di bak pembuangan handaball. c. Operator handapot bertanggungjawab penuh untuk
189
Tabel 5.2 Usaha Perbaikan Terhadap Cacat Horn Mati WHAT
WHEN
WHERE
WHY
WHO
HOW
Horn
1. Memberi pengarahan / penjelasan melalui meeting
Mati
kepada operator setting contact assy bagaimana seharusnya cara pemasangan contact B yang benar (tidak terbalik) yaitu dengan memposisikan point B Faktor Manusia :
Operator
11 Maret
Area setting
a. Operator contact assy
setting
2013
contact assy
kurang teliti saat setting
contact
contact B.
assy
menghadap ke atas. 2. Membuat SOP cara setting contact assy yang benar disertai gambar visual kondisi setting contact assy yang OK dan NG, sehingga operator dapat dengan mudah
membandingkannya.
Dengan
demikian
operator selalu diingatkan akan cara setting contaact assy yang benar dan tidak akan ada lagi ditemukan contact B terpasang terbalik hanya karena operator kurang teliti (lalai). 11 Maret
Area
2013
coulking
b. Operator coulking point B
Operator
1. Memberi pengarahan / penjelasan melalui meeting
dan operator contact assy
coulking
atau training singkat kepada operator coulking point B
190
point B dan
kurang teliti saat masing-
area setting
masing proses.
contact assy
point B
dan
operator
setting
contact
assy
bagaimana
dan
seharusnya kondisi contact A dan contact B, dimana
operator
pada contact A dan contact B harus terpasang point B.
setting
Apabila pada contact A dan contact B tidak terdapat
contact
point B maka operator harus menyortir contact A dan
assy
contact B tersebut pada tempat yang terpisah sehingga tidak tercampur. 2. Menambahkan satu orang operator yang bertugas hanya untuk memastikan bahwa semua contact A dan contact B yang akan di assy pada contact assy terdapat point B semua, sehingga mengurangi kemungkinan terpasangnya contact A dan contact B tanpa point B di contact assy.
18 Maret
Area setting
2013
contact assy
Faktor Lingkungan :
Manajer
a. Penempatan contact assy di
Produksi
area terbuka.
Horn
Pemasangan air blower (semprotan angin) pada conveyor contact assy yang menuju ke proses press terminal. Sehingga contact assy terbebas dari kotoran / debu sebelum diproses press terminal.
18 Maret
Semua area
b. Tidak ada schedule cleaning
Semua
Langkah perbaikan sama dengan langkah perbaikan
2013
mesin
di semua area mesin produksi.
member
cacat horn short pada faktor lingkungan point c.
191
produksi
produksi horn Melakukan pengecekan terhadap kondisi dies bobin. Dari pengecekan tersebut dapat diketahui bahwa penyebabnya adalah karena ujung dari core pin (pin pembentuk lubang bobin) mengalami penyok /rusak
25 Maret 2013
Area Plastic Injection
Faktor Material : a. Diameter lubang bobin terlalu besar (oversize).
Manajer Dies Maintenan ce
dikarena saat proses injeksi terjadi benturan antara core pindengan bagian dies yang lain. Kondisi ujung core pin yang penyok dapat menghasilkan ukuran lubang bobin yang lebih besar (standar Ø3.28± 0.01mm). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah perbaikan dengan cara menggganti core pin dengan diameter sesuai standar dan repair dies agar tidak terjadi benturan antara core pin dengan komponen dies yang lain yang dapat menyebabkan cacat pada bobin.
25 Maret 2013
Manajer
Melakukan pengecekan kondisi part contact plate A di
Area Plating
b. Sudut bending contact plate
Produksi
area seksi press maupun seksi plating.
dan Press
A kurang.
Plating
1. Pengecekan di area seksi press.
dan
Dari pengecekan di area seksi press dapat diketahui
192
Manajer
bahwa penyebab cacat sudut bending contact plate A
Produksi
kurang adalah karena proses penyimpanan contact
Press
plate A dalam satu bucket (kotak/box) over weight (terlalu berat). Sehingga potensi antar contact plate A saling berbenturan (bertumpukan) semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan cacat sudut bending contact plate A kurang. Standart berat yang dipakai saat ini adalah 15kg contact plate A per bucket. Langkah perbaikan untuk mengurangi cacat ini adalah dengan mengurangi kapasitas penyimpanan contact plate A dari 15kg/bucket menjadi 10kg/bucket. Dengan adanya perbaikan jumlah kapasitas penyimpanan tersebut ternyata dapat mengurangi jumlah cacat sudut bending contact plate A. 2. Pengecekan di area seksi plating. Dari pengecekan di area seksi plating dapat diketahui bahwa penyebab cacat sudut bending contact plate A kurang adalah karena proses plating contact plate A yang menggunakan sistem plating secara barrel. Pada
193
proses plating barel, contact plate A dicampur jadi satu dalam sebuah drum (silinder), kemudian diproses (diputar) secara bersama-sama dalam larutan kimia. Kapasitas proses plating barel contact plate A adalah 5000 pcs (10.82kg)/drum. Ketika drum diputar maka terjadi benturan antar contact plate A. Benturan tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan dimensi pada contact plate A. Perubahan bentuk
dan
dimensi
yang
dimaksud
adalah
berkurangnya sudut bending contact plate A. Semakin banyak (semakin berat) contact plate A dalam sebuah drum maka benturan yang terjadi semakin besar sehingga jumlah cacat sudut semakin besar. Langkah perbaikan untuk mengurangi jumlah cacat ini adalah dengan mengurangi jumlah kapasitas proses plating barrel dari 5000 pcs (10.82kg)/drum menjadi 3500 pcs (7.57kg)/drum. Dengan adanya perbaikan berupa pengurangan jumlah kapasitas proses plating barel contact plate A tersebut ternyata dapat
194
mengurangi jumlah cacat sudut bending contact plate A. Melakukan pengecekan awal terhadap kondisi contact plate B dari supplier sebelum contact plate B tersebut Quality 1 April 2013
Area Quality c. Sudut bending contact plate Control
B kurang.
Control dan Supplier contact B
dikirim ke bagian produksi. Pengecekan meliputi visual check, dimensi, dan bentuk. Apabila terdapat cacat atau ketidaksesuaian termasuk ketidaksesuaian karena sudut bending contact plate B kurang, maka seksi QC harus melakukan penyortiran contact plate B dan
melakukan
bersangkutan
complain
untuk
ke
kemudian
supplier dicari
yang
tindakan
penyelesaian. 8 April 2013
Area proses handapot Area setting
8 April 2013
case assy dan diapragm
Faktor Metode :
Supervisor
a. Tidak ada standar panjang
Produksi
sisa celupan proses handapot.
Horn
b. Operator pakai sarung tangan saat setting case assy dan diaphragm assy.
Supervisor Produksi Horn
Langkah perbaikan sama dengan langkah perbaikan cacat horn short pada faktor metode point b. Mengganti sarung tangan dengan yubisak pada saat setting case assy dan diaphragm assy. Hal ini dikarena yubisak terbuat dari bahan yang lembut (tidak kasar ditangan sehingga operator nyaman) dan tidak terdapat
195
assy
serabut atau sejenisnya seperti pada sarung tangan. Sehingga case assy dan diaphragm assy tetap terjaga kebersihannya.
Cara potong wire yang benar: Supervisor Pastikan ujung wire telah dililitkan melingkar pada 1st 8 April
Area lilit
2013
wire
Produksi c. Cara potong wire salah.
rivet tembaga. Sebelum proses pemotongan dimulai
Hornn dan pastikan bahwa wire yang melingkar tersebut ditutup operator
dengan ibu jari sehingga wire aman (tidak putus)
lilit wire
ketika proses pemotongan wire dengan menggunakan nipper dilakukan.
196
Tabel 5.3 Usaha Perbaikan Terhadap Cacat Suara Sember
WHAT
WHEN
WHERE
WHY
WHO
HOW
Supervisor Produksi Horn harus selalu memperhatikan Faktor Manusia : Suara Sember
15 April
Area lilit
2013
wire
a. Operator lilit wire kurang mendapat pengarahan dari pimpinan kerja.
Supervisor Produksi Horn
dan mengawasi pekerjaan operator lilit wire terutama dalam hal visual check contact assy sehingga dapat segera
diketahui
bila
terdapat
handaball
yang
menempel pada pole untuk kemudian disortir dan dilakukan pembersihan handaball pada pole. Supervisor Produksi Horn harus selalu mendampingi, memberi motivasi kerja, memberi pengarahan, dan
15 April
Area lilit
b. Operator lilit wire tidak
Operator
2013
wire
mengikuti prosedur kerja.
lilit wire
menjelaskan prosedur kerja dengan detail tentang halhal penting mengenai visual check contact assy kepada operator lilit wire, sehingga dapat meminimalkan jumlah cacat suara sember karena adanya handaball pada contact assy.
22 April 2013
Semua area mesin produksi
Faktor Lingkungan :
Semua
Tidak ada schedule cleaning di
member
semua area mesin.
produksi
Langkah perbaikan sama dengan langkah perbaikan cacat horn short pada faktor lingkungan point c.
197
horn Standar ketebalan plating pole adalah 5-8 mikron. Apabila ketebalan plating pole lebih dari 8 mikron maka lapisan plating tersebut justru mudah terkelupas. Hal ini dikarenakan lapisan plating tidak terikat dengan kuat pada pole. Karena lapisan plating yang sebenarnya berfungsi sebagai pelindung permukaan pole dari tumbukan dengan rivet diaphragm terkelupas, maka 29 April
Area
2013
Plating
Faktor Material :
Manajer
pole sudah tidak terlindungi lagi. Sehingga saat terjadi
Ketebalan plating pada pole
Produksi
tumbukan dengan rivet diaphragm, pole cepat aus (pole
over (terlalu tebal).
Plating
rontok). Pole rontok inilah yang menyebabkan cacat horn sember. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah perbaikan agar ketebalan plating pole selalu berada dalam batas yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah perbaikan yang dilakukan adalah : 1. Menstandarkan settingan arus listrik (ampere) dan tegangan (voltase) pada mesin plating barel. Standar tegangan adalah 6–10V. Adapun standar settingan
198
ampere dihitung dengan memakai rumus berikut: I =Ax S x n Keterangan : I = arus listrik (satuan A). A = luas area permukaan pole (satuan dm2) S = supplay arus listrik (standarnya = 1A/dm2). n = jumlah pole yang akan diproses barel. Dimana : A = 0.417 dm2 berat standar pole per proses adalah 30 kg (3000gr), dimana berat/pcs pole adalah 3.38 gr/pcs, sehingga perhitungan n menjadi: n
3000 gr 8876 pcs 3.38 gr / pcs
I = (0.417dm2) (1A/dm2) (8876) = 3701.29 A, dibulatkan 3702 A Jadi arus listrik yang dipakai pada proses barel pole adalah 3702 A 2. Menstandarkan cycle time per proses barel pole
199
yaitu 5 menit atau 300 detik. 3. Menstandarkan kadar (konsentrasi) larutan kimia penting pembentuk lapisan plating yaitu: Kadar zinc (Zn) standar = 8-12gr/liter, dimana Zn dalam bentuk batangan) Kadar natrium dioksida (NaOH) = 110 -120 gr/liter, dimana NaOH dalam bentuk serbuk. 4. Menstandarkan pemakaian air demineralized (air murni)
pada
proses
plating
barel
pole
untuk
mendapatkan hasil plating sesuai standar. Air gap yang rendah (kurang dari 0.65mm) dapat menyebabkan terjadinya cacat suara sember terutama Area mesin Faktor Mesin / Peralatan : 6 Mei 2013
air gap adjusting
Settingan air gap pada mesin air gap adjusting tidak standar.
Operator
ketika dilakukan pengecekan suara di tegangan paling
mesin air
tinggi yaitu 14.5V. Oleh karena itu perlu dilakukan
gap
standarisasi settingan air gap pada mesin air gap
adjusting
adjusting yaitu antara 0.65mm ̶ 0.75mm. Horn dengan air gap yang berada diluar standarisasi tersebut dinyatakan NG dan harus disortir (dipisahkan).
13 Mei 2013 Area proses Faktor Metode :
Operator
Hasil lipatan proses ring cover stacking (antara ring
200
ring cover
a. Hasil lipatan proses ring
ring cover
cover dan case) menjadi tidak rapat (penyok)
stacking
cover stacking (antara ring
stacking
disebabkan karena proses pelumasan untuk jig ring
cover dan case) tidak rapat
cover stacking kurang atau terlambat. Oleh karena itu
atau penyok.
dibuatkan standar jumlah pelumasan untuk jig ring cover stacking. Adapun standar pelumasannya adalah tiap 25 - 30 proses sekali. Pelumasan dilakukan secara menyeluruh pada jig ring cover stacking. Merubah tempat kerja proses adjusting menjadi tempat kerja yang tertutup (ada sekat/penutup) sehingga
Area mesin adjusting
b. Tempat kerja proses
Manajer
operator terhindar dari pengaruh kebisingan suara
adjusting berada di area
Produksi
mesin-mesin di sekitar area proses adjusting. Dengan
terbuka (terpengaruh oleh kebisingan suara mesin-mesin)
Horn
demikian
operator
proses
adjusting
bisa
lebih
konsentrasi dalam pengecekan kualitas suara horn. Sehingga dapat meminimalkan jumlah cacat suara sember pada horn.
201