BAB IV KONSEP PERANCANGAN MIND MAPPING
EKLETIK Bagan 4.1 : Mind Mapping Sumber : Analisa penulis
4.1 Tema Perancangan Gereja adalah pembentuk tubuh Kristus. Gereja Kristen Jawa sebagai wadah berkumpulnya jemaat Tuhan yang merupakan bagian dari tubuh Kristus. Untuk setiap gereja Tuhan telah memberikan kepada anggota masing-masing satu tempat seperti yang dikehendaki-Nya. (1 Korintus 12:18,20). Gereja Kristen Jawa sendiri dipanggil untuk memenuhi Amanat Agung dari Tuhan yaitu dengan mengemban tugas apostolic, yaitu membawa kabar Injil Keselamatan kepada dunia (Matius 28:19). Misi Amanat Agung ini dijalankan melalui gereja sel. Seperti yang disebutkan dalam buku “Ledakan Kelompok Sel”, gereja sel adalah gereja 111
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang menempatkan pelayanan kelompok kecilnya sebagai pusat gereja. Sel sendiri adalah kelompok persekutuan yang terdiri atas 2 atau lebih jemaat. Semua panggilan dan tugas gereja yang meliputi kesaksian (marturia), pelayanan (diakonia), dan persekutuan (koikonia) dilakukan dalam sel. Setiap sel sifatnya terbuka, kelompok kecil ini berfokus pada penginjilan. Jadi, ada kehidupan dalam setiap sel. Kehidupan dalam sel dapat diumpamakan sebagai sel secara biologis. Sel biologis terus memproduksi diri dengan jalan membelah menjadi dua sel baru. Demikian pula dengan sel dalam konteks gereja yang juga menerapkan prinsip membelah dengan jalan menyebarkan injil. Jadi, inti dari sel adalah pembelahan. Sebelum membelah sebuah sel biologis mengalami pertumbuhan dari sebuah protoplasma menjadi kromosom sebelu akhirnya menjadi sel anakan. Prinsip ini juga berlaku dalam gereja sel. Setiap individu yang masuk sebagai jemaat dalam sebuah sel (dalam hal ini Gereja Kristen Jawa) pasti mengalami proses yang sama, yaitu : 1. Percaya
: Percaya kepada Tuhan sebagai Juruslamat.
2. Baptisan Air : Memberi diri dibaptis air sebagai tanda penghapusan dosa. 3. Salib
: Setiap orang yang percaya harus memikul salib sebagai
lambang penderitaan, menyangkal diri, dan mengikuti Kristus, sebab Tuhan sendiri telah memikul salib sebagai ganti dosa manusia dan inilah yang perlu diteladani. 4. Melayani
: Setiap orang yang mengalami “kematian” dalam dirinya
sendiri pasti melihat kebutuhan orang lain sebagai hal yang utama. Dalam tahap ini seorang jemaat sel mulai ikut memberi kesaksian Kristus kepada orang lain, sebagai sel yang ditempatinya membelah menjadi 2 sel. Dari proses kehidupan jemaat gereja sel dapat disimpulkan, “inti dari sel adalah pembelahan”. Pembelahan bersifat multiplikasi, dengan menggandakan jumlah sel dari satu menjadi dua menjadi empat menjadi delapan dan seterusnya. Konsep ini nantinya mengarah pada bentukan yang
112
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyatu, tersebar, dinamis. Dan inilah yang tercermin dalam setiap perancangan, inti pembelahan dari sebuah sel. Berdasarkan nama dari perancangan ini yaitu “Gereja Kristen Jawa” maka tema yang diterapkan juga menegaskan beberapa simbol Jawa (gunungan/wayang atau lung-lungan/sejenis tumbuhan) didalamnya sebagai lokal konten dari perancangan ini.
4.2 KARAKTER, GAYA, DAN SUASANA RUANG 4.2.1 Karakter Menciptakan atmosfer dalam perancangan sebuah gereja sangat penting. Atmosfer ruang ibadah mempengaruhi psikologi jemaat saat beribadah. Atmosfir interior satu ruang dibentuk oleh karakter, gaya, dan suasana ruang. Dalam perancangan Gereja Kristen Jawa ini, karakter garis vertikal dan horizontal yang tegas kerap diulang pada elemen dinding dan plafonnya. Karakter garis tegak yang tegas menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan Tuhan dengan keberadaan Tuhan sebagai Allah dari semua manusia. Elemen garis vertikal membentuk ritme pengulangan yang semakin mempertegas karakter agung dan kebesaran Tuhan. Sedangkan garis-garis horizontal pada plafon menggambarkan pola persebaran yang memiliki makna filosofis. Pengulangan garis vertikal ini mengandung makna filosofi tugas apostolic yang sifatnya menyebar (misi keluar). Pola persebaran ini digambarkan dengan adanya pola radial plafon yang terbentuk. 4.2.2 Gaya Gaya yang dipakai dalam perancangan Gereja Kristen Jawa ini mengarah ke gaya modern. Bentukan sederhana, minim ornamen, dan elemen dekoratif serta penempatan perabot dan tata ruang gereja yang fungsional mewarnai perancangan gereja tersebut. Manusia, dalam hal ini jemaat ditempatkan sebagai objek utama perancangan. Jadi perancangan berangkat dari aktivitas ibadah manusianya. 113
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sekalipun gereja tersebut minim ornamen, namun simbol harus tetap digunakan sebab gereja adalah ruang kultural yang tentu tidak lepas dari simbol-simbol. Simbol digunakan sebagai aksen dalam ruang ibadah bergaya modern ini. Dalam kata lain gaya pada ruangan ini ingin menampilkan gaya Ekletik yang dimana bentuk ornament yang lainnya perpaduan modern dengan tradisional. Sehingga local konten Jawa yang dikemas kedalam bentuk yang lebih modern. 4.2.3 Suasana Suasana dalam interior gereja mempengaruhi psikologi jemaat saat beribadah. Perancangan Gereja Kristen Jawa ini mengangkat suasana ibadah yang megah, monumental, hikmat, sakral, sekaligus hangat. Suasana seperti ini dapat dicapai dengan penempatan faktor : 1. Pencahayaan
: Cahaya adalah symbol dari Allah, karena itu
cahaya memegang peranan penting dalam perancangan gereja. Perancangan ini menggunakan dua sistem pencahayaan merata dan terfokus. Permainan dua cahaya ini membedakan dua area. 2. Dinding
: Merancang mimbar adalah hal yang paling penting
dan paling utama dalam perancangan gereja. Latar dalam dinding mimbar dirancang khusus dengan menggunakan pilar kayu dengan latar dinding menggunakan lambersering dan marmer. Pilar kayu ini membentuk garis vertikal yang berulang, memberikan kesan megah. Kesan megah melambangkan keagungan Tuhan. 3. Plafon
:
Keberadaan
plafon
yang
cukup
tinggi
menggambarkan kebesaran Tuhan. Keberadaan plafon bangunan yang dibuat setinggi ±8 meter yang berfungsi juga untuk kenyamanan akustiknya. Plafon dirancang dengan pola horizontal yang disusun miring sejajar satu sama lainnya, hal ini dikarenakan posisi bangunan yang berbentuk
segiempat. Permukaan
plafon tidak memiliki
tekstur/polos hal ini dikarenakan posisi plafon sudah mengalami desain yang atraktif dari segi posisi penempatannya. Dari pola garis ini dapat ditarik titik-titik lampu yang lebih menegaskan adanya pencahayaan
114
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hangat dan suasana ruang yang kudus. Permainan plafon ini juga tidak terlepas dengan adanya permainan leveling yang menunjang akustik ruang itu sendiri.
4.3 Konsep Pemilihan Warna Dalam logonya Gereja Kristen Jawa menggunakan warna Biru, sedangkan budaya Jawa Tengah memilih warna ciri khasnya yang antara lain coklat, biru, merah, kuning, hijau, dan hitam.
GKJ
Penerapan Warna
Gaya Modern
Jawa Tengah
Warna yang mencitrakan kesan religus adalah warna merah, emas, dan jingga. Merah akan menghasilkan kesan kehangatan dan kesenangan. Emas akan menghasilkan kesan ningrat, mewah, sorak-sorai, gemerlap, dan ornamental. Jingga akan menghasilkan kesan ramah-tamah, hangat, bercahaya. Karakter Warna 1. Hitam: Berkesan elite, elegan, mempesona, kuat, agung, dan teguh. 2. Putih: Warna murni, suci, steril, bersih, sempurna, jujur, sederhana. 3. Coklat: Warna alam, natural, sejuk, dan hangat. 4. Biru: Melambangkan kesetiaan, dan ketenangan hati. 5. Merah: Berani, penuh semangat, agresif, dan menarik perhatian. 6. Kuning: Menciptakan perasaan optimis, percaya diri, pengakuan diri, akrab, dan lebih kreatif. 7. Hijau: Berarti kesehatan, keseimbangan, rileks, dan kemudaan. 8. Kuning Emas: Melambangkan keagungan, dan kemuliaan. 115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4 Pola Penataan Ruang Pola penataan ruang pada Gereja Kristen Jawa ini berdasarkan pada konsep yaitu jemaat beribadah dengan khusuk dan hikmat serta dapat merasakan sukacita, dengan tema perancangan gereja sel yang apostolic dan etnik (local konten). Dengan dasar tersebut sebisa mungkin penataan ruangan dibuat dengan pencapaian secara langsung dengan tahap-tahapan yang jelas dan sirkulasi yang jelas. Penataan ruang dalam gereja dibagi dalam tiga kebutuhan ruang utama, yaitu: 1. Mimbar
: Mimbar merupakan faktor terpenting
dalam tata ruang gereja, karena mimbar adalah pusat dari aktivitas liturgi atau ibadah. Maka mimbar tersebut diletakkan di tengah-tengah sehingga semua jemaat, pemusik, pemandu puji-pujian, paduan suara dan yang lainnya dapat menghadap atau melihat pengkotbah dengan jelas namun tetap mengarah kedepan karena simbol salib sebagai kehadiran Tuhan berada di depan jemaat atau dibelakang mimbar. 2. Tempat duduk jemaat
: Pada dasarnya gereja merupakan tempat
berkumpulnya orang yang percaya pada Tuhan, sebab “dimana ada satu atau dua orang berkumpul demi nama-Ku, aku akan hadir ditengahtengah mereka”. Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa jemaat merupakan
objek
utama
perancangan
gereja,
bukan
aktivitas
beribadahnya. Filosofi ini membawa perubahan dalam desain gereja pada abad ke-20, interior gereja mengurangi simbol dan sebagai penggantinya menambah nilai fungsional dalam penataan interiornya. Perubahan ini mendasari perancangan kursi jemaat pada gereja ini. Kursi jemaat tidak lagi memakai bahan kayu melainkan bahan sofa atau upholstery. Selain itu kursi jemaat didesain untuk memiliki fleksibelitas tinggi untuk dapat dilipat. Hal ini muncul akibat runtutan aktivitas ibadah Gereja Kristen Jawa yang menuntut dinamika gerak. 3. Ruang pendukung ibadah :
Adanya
variasi
aktivitas
beribadah
membutuhkan wadah. Ruang ibadah yang dirancang antara lain: ruang sekolah minggu. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini kotbah 116
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam gereja dapat direkam kemudian didistribusikan kepada jemaat. Ruang pendukung lainya adalah area konter informasi yang bertujuan memberikan informasi seputar kegiatan gereja selain ibadah raya yang telah diadakan setiap hari minggunya.
4.4 Pola Penataan Bentuk, Bahan, Dan Warna Dari ElemenElemen Pembentuk Ruang 4.4.1 Lantai Pola lantai mengikuti aisle (jalan sirkulasi). Dengan penataan ruang yang sejajar, maka pola lantai yang dihasilkan adalah sejajar juga dengan arah mimbarmya. Akses pencapaian ke mimbar terdiri dari 5 aisle yaitu satu “center aisle” yang posisinya langsung menuju ke center mimbar, dua “cross aisle” yang membagi ruang ibadah menjadi dua bagian, dan tiga “side aisle” yang berada di sebelah kiri-kanannya. Semua aisle pada area tempat duduk jemaat menggunakan penutup karpet, sedangkan selain yang menggunakan karpet serempak menggunakan marmer. Warna-warna lantai di dominasi warna putih dan beberapa warna hitam juga coklat keemasan. Warna-warna ini adalah warna simbolik yang artinya: 1. Putih tersebut
: Melambangkan kesucian. Bahwa ruang adalah
ruang
sucinya
jemaat
untuk
beribadah
dan
berkomunikasi langsung antara jemaat dengan Tuhan 2. Hitam
:
Melambangkan
kesengsaraan
dan
penderitaan akibat dosa. Hal ini dimaksudkan dengan tujuan agar setiap jemaat yang datang selalu ingat bahwa setiap manusia memiliki dosa. 3. Kuning keemasan : Melambangkan kemuliaan Tuhan. Bahwa Tuhan itu adalah maha mulia, ditempat suci ini setiap orang percaya yang berdosa maka akan diampuninya.
Gambar 4.1 : Material lantai
117
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sumber : google
Fungsi
Sebagai tempat untuk berpijak. Tempat untuk menentukan jalur sirkulasi.
Sifat
Merupakan bagian yang menarik dari ruang, dan segi visualnya secara langsung terasa oleh kaki.
Pengaruh
Mempunyai peranan terhadap benda-benda yang ada diatas dan disekitarnya dalam hal keserasian.
Nilai
Termasuk didalamnya pola, tekstur, material, dan warna.
4.4.2 Dinding Dinding menggunakan marmer berwarna putih. Komposisi dinding pada latar mimbar dirancang khusus mengingat mimbar adalah pusat dari kegiatan beribadah dalam gereja. Latar dinding mimbar menggambarkan tabir bait suci yang terbelah. Ketika yesus wafat disalib, tabir suci terbelah menjadi dua menggambarkan kemenangan atas dosa dan maut yang mengangkat manusia. Jadi hanya oleh karya penebusan Kristus di kayu salib setiap manusia bebas cengkraman dosa. Maka dari itu, dalam perancangan dinding mimbar ini menggunakan marmer yang berwarna putih yang melambangkan banyaknya dosa manusia yang akan ditebus melalui yesus (seseorang yang suci tak berdosa) yang dilambangkan dengan salib sebagai lambang penebusan dosa yang berada ditengah-tengah latar mimbar. Konsep ini digambarkan dengan komposisi garis vertikal yang terbentuk dari lambersering kayu pada sisi mimbar. Dinding di sekeliling area jemaat meggunakan finishing cat berwarna putih yang memberi kesan kesucian/bersih pada tempat beribadah tersebut. Pada dinding juga banyak jendela-jendela yang berfungsi sebagai bukaan sebagai pencahayaan alami sehingga dapat menghemat pencahayaan buatan. Meskipun terdapat banyak bukaan jendela sebagai pencahayaan alami namun tetap ada beberapa lampu in-direct yang dipasang pada beberapa dinding panel dengan ukiran-ukiran jawa yang disediakan.
118
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.2 : Material Dinding Sumber : Google
Fungsi
Sebagai pemikul beban. Sebagai bidang pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Sifat
Mudah tertangkap secara visual.
Pengaruh
Mempunyai peranan penting terhadap benda-benda yang ada disekitarnya dalam hal keserasian.
Nilai
Menunjang penampilan hiasan yang ada didekatnya.
4.4.3 Plafon Plafon menggunakan pola horizontal membentuk segitiga dengan ketinggian ± 8 meter konsep ini memberikan kesan yang tinggi sebagai keagungan Tuhan. Bahan utama pada plafon ini adalah gypsum board dengan finishing lambersering kayu dengan pola horizontal. Pemakaian gypsum board ini juga untuk menunjang sistem akustik ruang sedangkan permainan ketinggian plafon dengan pola horizontal sebagai unsur estetika dan juga sebagai penempatan lampu, speaker, AC, Exhaust fan, serta sistem suara dan komunikasi yang diantaranya LCD, CCTV, Kamera, dll.
Gambar 4.3 : Material Plafon Sumber : Google
Fungsi
Sebagai pembatas ruang atas dan bawah. Sebagai elemen penunjang lampu, AC, Speaker, Exhaust fan, dll.
Sifat
Dapat memberi kesan yang luas dan tinggi.
119
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengaruh
Membuat sistem pencahayaan dan tata udara akan terasa sejuk.
Nilai
Menunjang elemen interior.
4.4.4 Furniture Perabot utama yang didesain khusus dalam gereja ini antara lain meja mimbar, kursi jemaat, meja perjamuan kudus, kursi pemusik, kursi majelis/penatua/diaken, meja persembahan. Secara umum, bahan perabot yang banyak digunakan adalah kayu, stainlessteel, dan kaca. Kayu adalah bahan yang berkarakter hangat, akrab, natural, dan tradisional. Stainlessteel adalah bahan yang berkarakter eksklusif, canggih, dan bersih. Kaca adalah bahan yang berkarakter hightech dan eksklusif. Ketiga bahan tersebut difinishing menggunakan varnish, dan HPL/cat Duco. Furniture khusus seperti meja kotbah dirancang sebagai elemen yg “mobile” (dapat dipindahkan) sedangkan kursi jemaat ditanam dilantai dan dapat dilipat untuk memudahkan pembersihan. Karena penataan lantai yang berzap tidak memungkinkan perubahan penataan kursi jemaat kelak.
Gambar 4.4 : Furniture Sumber : Google
4.4.5 Elemen Dekoratif Elemen dekoratif pada gereja ini adalah pemaksimalan simbol. Pemakaian symbol sudah dilakukan sejak masa perjanjian lama dialkitab. Saat itu Kristus dilambangkan sebagai anak domba.
120
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Simbol yang dipakai di perancangan ini adalah symbol merpati. Merpati adalah lambang Kasih Kristus, sehingga maknanya Kristus adalah sumber kasih yang murni bagi semua jemaat. Selain dari beberapa simbol diatas terdapat juga beberapa ukiranukiran jawa yang mempertegas komunitas dari jemaat-jemaat yang berada didalamnya. Pemakaian dari beberapa symbol tersebut menunjukkan adanya identitas Gereja Kristen Jawa. Simbol-simbol tersebut dipakai pada dindingdinding gereja yang terbuat dari panel atau partisi dinding baik dari yang berbahan kayu atau gypsum board.
Gambar 4.5 : Elemen Dekoratif Sumber : Google
Konsep bentuk dari interior gereja ini terdapat bentuk gunungan atau wayang yang akan diaplikasian pada dinding latar belakang mimbar. Bentuk gunungan/wayang ini akan memberikan ciri tradisional Jawa sesuai dengan nama dari gereja tersebut “Gereja Kristen Jawa”
4.5 Sistem Interior 4.5.1 Sistem Tata Udara Pada sirkulasi udara dalam gereja menggunakan penghawaan alami dan penghawaan buatan. Adakalanya mengunakan penghawaan alami dan
121
http://digilib.mercubuana.ac.id/
adakalanya menggunakan penghawaan buatan. Namun dalam aplikasinya, sistem penghawaan buatan berbeda disetiap area. Area mimbar dan area jemaat memakai sistem AC duct sedangkan area penunjang ibadah yang merupakan area close space memakai sistem AC wall mounted (AC dipasang pada dinding atas ruang). Output pada system AC duct menggunakan diffuser yang berukuran 30x30cm. AC duct memungkinkan penyalaan AC secara bersamaan yang memang dibutuhkan untuk gedung besar volumenya dan dipakai secara serentak.
Gambar 4.6 : Sistem Tata udara Sumber : Google
4.5.2 Sistem Tata Suara Ukuran bangunan gedung yang tinggi membutuhkan alat pendistribusi suara (sound amplification). Alat bantu yang dipakai diantaranya adalah speaker, mike, dan monitor suara. Selain menggunakan alat bantu mekanik, faktor yang perlu dirancang adalah ketinggian plafon yang harus direndahkan untuk area pemusik. Penurunan ketinggian plafon bertujuan mengurangi gema (gaung). Selain itu plafon didesain dengan variasi ketinggian yang berbeda untuk tiap area kursi duduk jemaat. Permainan ketinggian plafon bertujuan untuk mendapatkan sudut pemantulan yang baik, sehingga setiap sudut jemaat mempunyai kondisi pendengaran
(inteligibilitas) yang baik saat
ibadah.
Gambar 4.7 : Sistem Tata Suara Sumber : Google
122
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.5.3 Sistem Tata Cahaya Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami berasal dari beberapa bukaan jendela yang ada pada ruangan tersebut, sehingga pada saat ibadah berlangsung pada pagi hingga sore hari tetap bisa menggunakan cahaya alami yang berasal dari matahari. Dan pada saat ibadah berlangsung pada sore hari menjelang malam hari dapat menggunakan pencahayaan buatan yang terdiri dari dua jenis lampu. Pencahayaan buatannya menggunakan lampu downlight yang terpasang pada panel-panel dinding kayu yang terdapat pada dinding. Juga beberapa lampu TL yang terpasang pada plafon.
Gambar 4.8 : Sistem Tata Cahaya Sumber : Google
4.5.4 Sistem Komunikasi Sistem komunikasi pada ruangan ini menggunakan speaker, speaker pada gereja dibutuhkan untuk mendistribusikan suara kotbah dan musik secara merata pada setiap sudut ruang. Speaker dipasang pada sekeliling ruangan (sourround sound), baik menggunakan stand ataupun dipasang menggantung pada plafon di area jemaat, sedangkan soundtester yang berfungsi menyesuaikan input dan output suara ditempatkan disetiap sudut panggung mimbar. LCD dipasang di sudut sebelah kanan dan kiri yang berfungsi untuk menampilkan liturgy dalam proses ibadah berlangsung.
Gambar 4.9 : Sistem Komunikasi Sumber : Google
123
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.5.5 Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pengamanan kebakaran menggunakan sistem splinkler. Berhubung plafon setinggi ± 8 meter maka splinker juga sebagian ditempatkan pada dinding samping. Selain sistem splinker juga dipakai smoke detector untuk mendeteksi asap kebakaran. Namun berhubung kemungkinan kebakaran kecil, maka smoke detector ditempatkan diruang pendukung ibadah seperti sekolah minggu, ruang toilet, dll.
Gambar 4.10 : Proteksi Kebakaran Sumber : Google
4.5.6 Sistem Keamanan Sistem keamanan dibagi menjadi dua yaitu keamanan yang melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keamanan non-SDM dengan teknologi. Sistem keamanan dalam gereja melibatkan keduanya yaitu keamanan dengan satpam dan pengamanan swadaya, yang melibatkan jemaat serta pengamanan gedung dari bahaya kebakaran dengan sprinkler dan smoke detector. Adapun penggunaan CCTV sebagai alat bantu pemantau dan kamera sebagai alat bantu berjalannya kebaktian yang juga bisa difungsikan sebagai rekaman pemantau.
Gambar 4.11 : Sistem Keamanan Sumber : Google
124
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.6 Layout Terpilih Zoning Terpilih
Gambar 4.12 : Alternatif zoning 2 (TERPILIH)
Analisa : (+) Area publik berada di tengah-tengah, sebagai pusat yang dituju sehingga memudahkan aktivitas yang berada di publik area (+) Kesatuan area cukup baik (+) Area semi publik berada di belakang area publik sehingga memudahkan segala aktivitas didalamnya agar dapat dijangkau dengan cepat (+) Area publik langsung bersinggungan dengan main entrance, sehingga memudahkan sirkulasi penggunanya (+) Area private sangat berjauhan dengan area publik, sehingga apabila ada aktivitas di ruangan lain harus menyebrang area publik supaya terkesan private dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendatanginya. Alternatif zoning 2 merupakan alternative zoning yang terpilih karena menggabungkan
pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan
tingkat
kebisingan, sirkulasi, tingkat keamanan dan tingkat kenyamanan. Area publik tepat berada ditengah-tengah sebagai area yang terpusat atau tertuju oleh jemaat.
125
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gruping Terpilih Sekretariat
wc
Sound system Konter informasi
I b a d a h
R.Ibadah Stage Area penyambut an
Sekolah Minggu
R.Pendeta & Doa
N a r t h e x
Entrance
Gambar 4.13: Alternatif gruping 2 (TERPILIH)
Pemilihan
gruping
yang terpilih
berdasarkan
pertimbangan-
pertimbangan yang disebut dibawah ini : (Positif) :
Ruang ibadah raya berada di tengah sehingga memudahkan aktivitas beribadah.
Ruang doa dan ruang pendeta jauh dengan ruang ibadah, karena ruang pendeta dan ruang doa adalah ruang private maka harus jauh dari lingkup area publik.
Ruang sekolah minggu berada jauh dari ruang ibadah raya sehingga pada saat berlangsungnya ibadah raya bersamaan dengan sekolah minggu tidak saling mengganggu.
Toilet berada di bawah dekat dengan area publik namun jauh dengan ruang sekolah minggu, sehingga anak-anak yang sedang sekolah minggu dapat fokus dan tidak bolak-balik alasan ke toilet.
Area sound system berada di belakang area ibadah raya sehingga apabila terjadi kesalahan teknis dan lainnya dapat dijangkau dengan cepat.
Narthex dan ruang ibadah berada di lingkup yang berbeda sehingga dapat membedakan antara Kristen dan Non-kristen.
126
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Layout Terpilih
127
http://digilib.mercubuana.ac.id/