BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian terletak pada Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Adapun letak lokasi tersebut digambarkan pada Gambar 5 berikut ini.
I
I
Sumber : BAPLAN (2001)
Gambar 5 Peta lokasi penelitian. Lokasi Penelitian terdiii dari tiga kawasan yang niempunyai kondisi mum yang khusus dan akan dijabarkan berikut ini.
4.1. Suaka Margasawa Cikepuh SM Ciepuh ditetapkan berdasarkan Swat Keputusan Menteri Pertanian Non~or: 5231 Kptst Um/1011973 tanggal 20 Oktober 1973 seluas 8.127,50 13% Kawasan hutan di SM Cikepuh merupakan ekosistem hutan hujan dataran rendah. Menurut adrninistrasi pemerintahan kawasan tersebut terletak di Desa Cibenda dan Desa Gunung Batu, Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Menurut posisi geografis terletak di antara 07"11'20 - 07" 20'00" LS 106 08'27
-
106' 13'59 BT. Batas - batas kawasannya adalah :
-
Sebelah Utara
: Teluk Ciletuh dan Cagar Alam Cibanteng
Sebelah Timur
: Desa Cibenda, Sungai - sungai yang bermuara di Teluk
Ciletuh dan Perkebunan Citespong/Cijaringao
-
Sebelah Selatan : Sungai Cipanarikan
-
Sebelah Barat
: Samudera Indonesia
Topografi umumnya datar dan berbukit
- bukit dengan ketinggian
mulai
dari 0 sampai dengan 250 mdpl dan mempunyai kemiringan maksimum 30%. Daerah datar terdapat di sekitar Teluk Amuran dan di sekitar Muara Sungai Cibulakan. Sedangkan daerah yang berbukit - bukit terdapat di pasir Nangka, Pasir Gunung dan Pasir Luhur dan Gunung Putri. Pantai Citirem Pantai Citirem terletak di dalam SM Cikepuh. Pantai ini merupakan pusat pengelolaan areal peneluran penyu di
SM Cikepuh.
Pantai ini didominasi
gosongan pasir putih halus dengan dominasi pasir berdiameter 0,21
- 0,25 mm.
Panjang bentang pantai yang diukur mulai dari Muara Sungai Citirem sekitar 2500 m, dengan lebar daerah peneluran *ukur dari surut terendah sekitar
- 80 m.
15
Secara geografis pantai ini terletak pada titik koordinat S 7'18'0.5" E
106" 22'4.7".
Gainbar 6 Pantai Citirem Pada kawasan SM Cikepuh ini terdapat beberapa pantai lain yang juga didarati penyu untuk bertelur, yaitu Pantai Hujungan, Cibulakan dan Cikepuh, akan tetapi yang dikelola dan dijaga secara intensif adalah Pantai Citirem.
A. Hidrologi
Pada umumnya sungai - sungai yang melalui SM Cikepuh mengalir sepanjang tahun dengan perbedaan volume antara musim hujan dan kemarau sangat mencolok. Sungai - sungai yang terdapat di kawasan ini adalah sungai Cibatununggd, Ciletuh, Cibulakan, Cibuaya, Citirem dan Sungai Cipanarikan. B. Flora Pada kawasan ini terdapat formasi litoral, pescaprae, baringtonia, hutan pantai, hutan dataran rendah dan padang rumput. Pada formasi litoral terdiri berbagai jenis ganggang laut seperti Caulerpa, Halimeda, Gracilaria Gelidium, Sargasum dan lain lain. Formasi Pescaprae tumbuhannya terdiri dari Katang katang
(Ipomoea
pescaprae),
Ischaemum
muticttm,
dan
-
Spinifex
litoralis, Canavolia sp dan lain - lain Formasi barringtonia tumbuhannya terdiri dari jenis Bayur (Pterospermum javanicum), Ketapang (Terminalia catapa), Pandan (Pandanus tectorius), Waru (Hibiscus tilieaceus), Butun (Barringtonia asiatica),
Jati
pasir
(Gttettarda
speciosa),
Nyamplung (Callophyillz~m
Pandan raja (Pandanus bidzcr), Pakis haji (Cycas rumpii), Setigi inophyllu~~z), (Phempis acydula), (Scaevola taccada), Pongammia pinnata, Banawar alas (Sophora tornentosa), Bungbulang(Premna tornentosa), Kiajag (Ardisia sp). Formasi vegetasi Hutan Dataran Rendah Haw gereng (Bambusa spinosa) Moraceae, Sterculiaceae, Lauraceae, Euphorbiaceae, Verbenaceae, Malvaceae, Myrtaceae, Waru laut (Hibiscus tiliaceus), Hampelas (Ficus sp), Kiara, (Ficus sp), Bisoro (Ficus
hispida),
Cerelang
(Heriteria
litoralis),
Laban
(Vitec
pubescens), Bungur (Lagerstromia speciosa), Kepuh (Sterculia foetida), Beurih (Sterculia campanulata), Kitambaga (Eugenia cuprea), Teureup (Altocarpus elastics), Kipahang (Pongamia
Decasperrnumfvuticosum, Binong
pinata), laut
Mara
(Macaranga
(Hernandia peltata),
tanasius), Macaranga
tonarious, Lampeni (Mallatus penicullnta), HLUU leueur (Phoeba declinata), Kibeusi
(Rhodamnia cineria),
Walikukun
(Actinopora fiagrans),
(Antidesma sp) dan Jati (Tectona grandis).
Huni
Formasi Padang Rumput
tumbuhannya jenis Polinia ciliafa,Aplenda mzctica, Rottboella sp., Cynodon dactylon, Digitariaproliferunt, Eleusine
indica, Erngrotris sp, Asorzopus
cornpresstcs,jenis rztlnpzct teki inzbristylis dun cyperus.
C. Fauna Satwa penting yang terdapat di kawasan ini adalah Penyu hijau (Chelonia
mnydas) jenis satwa lain yang juga penting untuk dipertahankan kelestariaanya Banteng (Bos javanicus), Elang (Haliastur indus), Canghegar (Gallus sp), Kutilang (Pycnonotus sp), Kapinis (Hirundapus sp), Walet (Collocalia sp, Apus
sp), Rajaudang (Alcedo sp), Cekakak (Halcyon sp), Seupah (Pericrocotus flammeus), Puter (Streptopelia bitorquata), Tekukur (Streptopelia chinensis), Srigunting (Dicrurus sp), Elang laut (Haliaeefus leucogaster), Elang ruyuMBrontok (Spizaetus cirrhatus),Rangkong (Aceros undulatus). Rusa (Cervus
unicolor), Banteng
(Bos sondaicus), Bajing
(Ratufabicolor), Lutung
(Trachypitecus auratus), Babi (Sus vittatus), Ular kobra (Naja sputatrix),Ular tanah (Angkistrodonrlzodostoma), Biawak (Varanussalvator). Menurut Harnidy (2003) banyak jenis satwa yang pada saat ini sudah jarang ditemukan, dan banyak yang populsinya menurun drastis. Bos javanicus saat ini tidak diketemukan . Biasanya jenis ini ditemukan di Blok Tegai Sabuk dan Blok Pasawahan dan juga lokasi - lokasi tegal penggembaiaan yang lainnya. pada akhir 1997 rnasih ada sekitar 50 ekor. Selain itu Rusa saat ini sudah sangat jarang ditemukan, berdasarkan hasil wawancara dan eksplorasi lapangan satwa ini masih bisa ditemukan di Blok Hujungan dan dekat Muara Sungai Cikepuh. hilangnya Banteng selain akibat perburuan ten~tamaadalah karena perusakan dan gangguan habitat yang disebabkan oleh penjarahan selama awal tahun 1999
2002.
-
Disebutkan pula infonnasi adanya masyamkat yang berburu Rusa,
Banteng, Rangkong, Raja Udang dan satwa penting lain untuk dikonsumsi maupun diperjualbelikan.
D. Ijin Masuk Kawasan Sernua pengunjung SM Cikepuh harus memiliki Swat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) yang dapat diurus dalam 1 ha15 di kantor Seksi Konservasi Wilayah I1 yang berkedudukan di Bogor. SIMAKSI dapat juga di unts di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang berkedudukan di Bandung. Pengunjung tidak dikenai biaya apapun kecuali materai senilai Rp 6.000, dalam mengurus SIMAKSI. Pondok Keja BBKSDA di Dusun Jaringao, dekat pintu masuk SM Cikepuh merupakan tempat kedudukan
kepala Resort yang tidak berwenang untuk memberikan ijin masuk kawasan. Petugas secara resmi diperbolehkan mengijinkan pengunjung masuk ke dalam kawasan apabila sudah membawa SIMAKSI yang sah.
Petugas Lapangan
mempakan petugas pengarnanan yang bertugas menjaga keutuhan flora fauna kawasan merangkap petugas pendamping pengunjung.
Peraturan dalam
SlMAKSI memang menyebutkan bahwa pengunjung wajib didampingi oleh petugas ketika memasuki kawasan konservasi. Kondisi saat ini, masih banyak masyarakat yang masuk ke dalam kawasan tanpa ijin. Mereka mempunyai kepentingan mencari kayu bakar, mencari ikan dan biota laut di pantai. Kondisi banyaknya orang yang masuk ke kawasan ini banyak menyulitkan petugas karena tidak jarang menimbulkan berbagai pelanggaran seperti pencurian kayu dan telur penyu. Bencana kebakaran juga kerap mengintai, karena kondisi SM Cikepuh yang banyak bempa savanna. pada saat musim kering alang
-
alang sangat rawan terbakar karena kekeringan.
Beberapa kali dijumpai penyebab kebakaran adalah karena kecerobohan yaitu bekas api unggun dan puntung rokok. Oleh karena itu, petugas pada umumnya h a n g menyukai adanya pengembangan pemanfaatan apabila akan semakin menyulitkan pengawasan di dalam kawasan. 4.2. Pantai Pangumbahan
A. Kondisi Fisik Pantai Pangumbahan Pantai Pangumbahan terletak di Desa Gunung Batu kecamatan Ciracap, Kabupaten DT I1 Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Batasan areal pantai peneluran ini : Bagian selatan : Pantai Batu Namprak Bagian Barat
: Samudra Indonesia
BagianUtara
: Sungai Cipanarikan yang berbatasan dengan Suaka
Margasatwa Cikepuh Bagian Timur :
Tarnbak Udang PT. Bumi Lestari Abadi dan perkebunan kelapa PT. Citespong
Panjang Pantai Pangumbahan diukur dari muara Sungai Cipanarikan sekitar 2300 m, dan lebamya sekitar 39
-
55 m yang diukur dari surut terendah.
Pantai Pangumbahan mempakan gosongan pasir putih halus yang disukai penyu
sebagai areal peneluran. Fraksi pasu Pantai Pangumbahan berkisar antara 0,s 0,2 mm tanpa adanya debu atau liat. Penyebaran £raksi pasir ini menyebar merata sampai dengan kedalaman 60 cm. Pantai mempunyai pasir halus dan kering dan selalu dijaga kebersihannya dari sampah maupun ranting
-
ranting oleh
petugasnya. Kondisi pantai bagian supratidal (wilayah bebas dari pasang surut), merupakan jalur hijau yang cukup lebat dengan lebar sekitar 30
-
80 m. Jenis
vegetasi yang tumbuh adalah type vegetasi hutan pantai. Vegetasi yang tumbuh adalah Katang - katang (Ipomoea pescaprae), Ketapang (Terminalia catapa), Pandan (paidanus tectorius), Waru (Hibiscus tilieaceus), Butun (Barringtonia
asiatica),
Jati
pasir
(Guettarda
speciosa),
Nyamplung (Callophyillum
inophyllum), Pandan raja (Pandanus bidur), (Scaevola taccada! dan, Pongammia pinnata. Areal Pantai Pangumbahan mempakan tanah Hak Guna Usaha (HGU) yang dikelola oleh PT. Citespong (perkebunan kelapa), dengan luas 13 Ha, kondisi areal umumnya mempan lahan terbuka tanpa adanya penggarapan intensif, kecuali wilayah yang merupakan jalur hijau. Pemukiman masyarakat setempat yang terdekat dengan lokasi Pantai Pangumbahan &ah
penduduk Kampung Batu Namprak yang terdiri atas 75
kepala keluarga. Mata pencaharian mereka sebagian besar merupakan petani di sawah atau ladang, dan lainnya mempakan pekerja di perkebunan atau tambak dan sebagai nelayan. B. Sejarah Pengelotaan Pantai Pangumbahan Pengunduhan telur penyu di Pantai Pangumbahan sudal~berlangsung sejak masa pemerintahan kolonial Belanda (Suwelo et al. 1999 diacu dalarn Yudha 2004).
Kemudian disebutkan lebih lanjut bahwa dalam pengelolaannya Bupati
Sukabutni memberikan lisensi kepada penyewa. Hingga tahun 1979 pengelolaan Pantai Pangumbahan dilaksanakan oleh PT. Perbakti dengan areal pengelolaan 1. Pangumbahan ,dengan panjang pantai 3000 m
2. Ciujungan ,dengan panjang pantai 300 m 3. Legok Matahiang, dengan panjang pantai 400 m
4. Karang Dulang, dengan panjang pantai 500 m 5. Citirem, dengan panjang pantai 4000 m
6. Cibulakan, dengan panjang pantai 3000 m 7. Cikepuh, dengan panjang pantai 2000 m
8. Cebek, dengan panjang pantai 400 m
9. Batu Namprak, dengan panjang pantai 200 m Lebih jauh disebutkan bahwa Gubernur Jawa Barat dengan suratnya tanggal 5 Januari 1993 no.S23/50/binprod yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan tentang pengelolaan penyu dan hasil laut lainya di Sukabumi Selatan, mengusulkan penataan kawasan pangumbahan dan cikepuh atas zona - zona, yaitu zona konservasi penuh, zona diusahakan dan zona hunian.
Gambar 7 Jejak penyu di Pantai Pangumbahan Mulai Januari 1981 wilayah yang dikelola oleh PT. Perbakti hanya wilayah Pangumbahan saja, sedangkan kedelapan lokasi lainnya ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh berada di bawah pengelolaan Sub Seksi KSDA Sukabumi, BKSDA Jawa Barat, Dirjen PHKA Departemen Kehutanan.
Selanjutnya mulai tanggal 26 Januari 1989 pengelolaan Pantai
Pangumbahan dilirnpahkan kepada perusahaan CV. Daya Bhakti. Sedangkan hak pengelolaan Pantai Pangumbahan didapatkan dari Guberrlur Dati I Propinsi Jawa Barat. Perjanjian kerjasa~nayang berakhir tahun 2003 tersebut, diperpanjang kembali pada tahun 2002 dengan masa pengelolaan 10 tahun (Yudha 2004).
C. Pengelolaan Atraksi Diektur CV. Daya Bhakti dalam wawancara menyatakan tidak mengijinkan adanya kunjungan wisata melihat penyu karena khawatir terjadinya stres pada hewan tersebut yang mengakibatkan penyu tidak mau bertelur lagi di Pantai Pangurnbahan yang menjadi tempat usaha pelnungutan telur penyu tersebut. Pihak Manajemen di lapangan, dengan mempertimbangkan banyaknya jumlah peminat yang datang ke pantai ini untuk melihat penyu bertelur telah mengambil langkah kebijaksanaan untuk mengijinkan kunjungan dengan beberapa persyaratan. Pengunjung pun dikenai pungutan karcis masuk yang digunakan sebagai sumber pemasukan untuk menambah kesejahteram pegawai. 4.3. Ujung Genteng
Daerah Ujung Genteng merupakan nama pesisir, yang merupakan bagian dari Desa Gunung B a t - dan masuk ke dalam Dusun Cipaku. Daerah ini sudah sejak lama dikenal selain sebagai sentra produksi perikanan laut, juga banyak dikunjtmgi oleh masyarakat karena keindahan dan keasrian dam pantainya. Pada hari - hari libur tidak kurang dari 100 wisatawan lokal maupun luar daerah yang berkunjung untuk menikmati keindahan panorama pantai serta agrowisata kawasan nelayan dengan hasil tangkapmya yang dilelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) @TRP 2003). A. Letak Lokasi
Ujung Genteng terletak antara S7'22'22.5" S7'22'24.6 El06 '24'03.0".
E 106'24'17.7''
dan
Letaknya di sebelah Selatan Pantai SM Cikepuh,
dan Pantai Pangurnbahan. dengan jarak kurang lebih 2 - 3 km dari penginapan penginapan di Pantai Muara Cibuaya dan Kelapa Condong. Genteng berjarak
-
Pantai Ujung
* 200 km dari kota Jakarta dengan waktu tempuh 5 - 6 Jam
(Suryadi 2006). Pantai Ujung Genteng mempunyai panjang yang mencapai 6 Km. Berbagai tempat menarik dapat dilihat sepanjang pantainya. Diantaranya adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menjual berbagai ikan, kepiting, lobster dan cumi hasil tangkapan nelayan Ujung Genteng. Hutan Tanjung Ujung Genteng yang berpohon rindang, dermaea nelayan tradisional tempat perahu
-
perahu
nelayan mendarat, dermaga lama peninggalan Zaman Belanda dan Pantai Kelapa
Condong hingga Muara Cibuaya yang mempakan kawasan tempat penginapan
-
penginapan dan vila yang menyenangkan, karena langsung menghadap ke pantai yang indah.
B. Kondisi Vegetasi 1. Hutan Tanjung Ujung Genteng
(BKSDA Jawa Barat I 2007)
menyebutkan kawasan ini mempakan
daerah yang masih bervegetasi baik dan masih memp~myaipohon - pohon yang berdiameter besar. Vegetasi pantai yang dijumpai adalah Kopo, Sasawoan, Kokosan hutan, Cangkudu, Kicalung, Pandan, Kilalayu, Caringin, Sawo kecik, Kiara beas, Butun, Kipahang, Kuciat, Ketapang, Blendung, Waru, Muncang laut, Kikoneng, Manggu, Kiendog, Kileungsir, Lame dan Hampelas. Adapun fauna yang terdapat pada kawasan ini temtama adalah jenis aves. Adapun biawak banyak dijumpai bekas jejaknya. Jenis burung yang nampak di kawasan ini adalah Cekakak sungai (Halcyon chloris) Kuntui (Egreta sacra),
bubulcus ibis, Camar (Sterna sp), Calidris alba, Tringa (Tringa nebzrlaria), Gajahan (Numenius arquata) dan Elang laut (Haliaeetus leucogaster).
-
2. Pantai Perbatasan Pangumbahan Kelapa Condong
Vegetasi di kawasan ini kebanyakan menyemak dan h a n g bisa dijadikan peneduh kecuali yang terletak dekat pemukiman atau penginapan yang dipelihara hingga besar. Kebanyakan vegetasi di kawasan ini berupa tumbuhan semak serta jenis Katang katang (Ipomoea pescaprae), Ketapang (Terminalia catapa), Pandan
(Pandanus tectorius), Waru (Hibiscus tiliaceus), dan Pace (Morinda citrifolia). Pada beberapa bagian pantai yang berbatu - batu sering dijurnpai gerombolan burung pantai yang sedang mencari makan jenis yang sering dijumpai adalah Kuniul (Egreta sacra), Bubulcus ibis, Camar (Sterna sp), Trinil (Calidris
alba), Tringa nebularia, clan Gajahan (Numenius arquata). Jenis burung pantai ini tampaknya sudah terbiasa dengan kendaraan lalu lalang di jalan pantai yang berjarak kurang lebih 30 m dari tempat mereka hinggap bergerombol. Tetapi bila ada yang mendekat melewati jarak tersebut, gerombolan burung tersebut akan waspada dan segera terbang begitu merasa tidak aman.
4.4. Aksesibilitas
SM Cikepuh, Pantai Pangumbahan dan Ujung Genteng berada pada lokasi yang berdekatan, pada satu garis pantai selatan Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini berjarak kurang lebih 200 km dari Jakarta, jarak dari Kota Bandung kurang lebih 230 km, jarak dari Kota Bogor kurang lebih 195 km. Adapun terdapat beberapa atematif untuk mencapai lokasi yaitu dengan menggunakan transportasi umum dan transportasi pribadi. Transportasi umum untuk menuju
SM Cikepuh dapat dilakukan dengan sekali naik mobil colt ataupun bis mini jurusan Lembursitu (Sukabumi) - Cikangkung. Adapun waktu tempuh adalah 8 jam dengan tarif Rp 20.000
- Rp 25.000 . Pengunjung
SM Cikepuh yang sudah
mengetahui kendaraan langsung ini biasanya naik kendaraan urnurn maupun sewa menuju Terminal Lembursitu, untuk kemudian melanjutkan dengan perjdanan langsung. Tenninal pemberhentian kendaraan ini di Desa Ciangkung berada tepat di samping pondok kerja BKSDA yang berada kurang lebih 5 krn dari pintu masuk SM Cikepuh. Pengunjung Ujung Genteng mencapai lokasi dengan menggunakan jalur kendaraan umum lain yang hams berganti beberapa kali yaitu seperti di jelaskan pada Tabel 4. Tabel 4 Altematif kendaraan umurn untuk mencapai Pantai Ujung Genteng No. 1.
Kota asal Jakarta
Urutan terminal pergantian kendaraan
Cibadak
Surade
Bogor 2. 3.
Bandung Pelabuhan Ratu
Tujuan Ujmg
Sukabumi Kiara Dua
Surade Jampang Kulon
Genteng Surade
Kendaraan pribadi juga melalui jalur yang sama seperti tertera pada tabel 4. Untuk kendaraan dari Kota Jakarta dan Bogor dapat melalui persimpangan
Cibadak untuk mencapai Surade. Sedangkan kendaraan dari Bandung lebih dekat memilih jalan ke arah Sukabumi dan melewati persimpangan ke arah Terminal Lembursitu dan menuju Surade. Jarak antara Terminal Cikangkung dan Ujung Genteng adalah sekitar 3 krn. Jalan penghubungnya sangat NS& terdiri atas jalan aspal, jalan makadam,
jalan tanah dan jalan berpasir. Kondisi jalan desa yang berupa jalan makadam
dan jalan tanah sangat tidak nyarnan terutarna pada saat hujan. Setelah mencapai pa&,
masih hams melewati jalan pasir yang sering mcmbuat kendaraan roda
empat yang tidak hapal jalan selip dan juga hams melalui beberapa sungai kecil yang pada saat musim hujan maupun pada saat pasang tinggi tergenang air laut. Terdapat beberapa jembatan semi permanen yang terbuat dari batang kelapa. yang hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Aksesibilitas dipengaruhi tidak hanya oleh jarak tapi juga kualitas transportasi . Jalan yang jelek, track yang kasar dapat menambah waktu tempuh dan menimbulkan problem kunjungan. Kondisi jalan ymg buruk dan kualitas kendaraan yang rendah akan mengurangi minat pengunjung usia tua. Akan tetapi di sisi lain kondisi tersebut dapat menjadikan lokasi tersebut menarik bagi petualang dan kelompok backpacker yang menyukai tempat yang tidak biasa dan sulit untuk dijangkau (UNEP 2005). Berikut peta kondisi jalan dan aksesibilitas disajikan pada Gambar 8.
A. Aksesibilitas Pantai Citirem Pantai Citirem dapat dicapai dengan berjalan kaki sejauh 7 km dari Pos BBKSDA, ataupun dapat ditempuh dengan ojek hingga pintu masuk kawasan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 2 Km.
Petugas patroli biasa
melakukan patroli dengan menggunakan sepeda motor. Kondisi jalan masuk ke dalam kawasan berupa jalan setapak, yang sebagian besar ditumbuhi alang - alang
dan semak yang cukup rapat dan menyulitkan dalam perjalanan menggunakan sepeda motor.
Persimpangan - persimpangan jalan setapak di dalam hutan
seringkali membingungkan. Kondisi vegetasi yang dilalui bervariasi dari kawasan terbuka diturnbuhi semak dan alang-alang, serta kawasan bervegetasi rapat. Pada umumnya kawasan yang dilalui dalam perjalanan menuju Pantai Citirem tidak cukup lebat, menurut petugas, areal ini merupakan kawasan bekas perambahan yang sedang direhabilitasi kembali.
LEGENDA
I I/
Obyek Daya Tarik Wisata Alam Pantai
0
Bangunanpenting
UTARA
& .
Pintu masuk SM. Cikepuh Obyek Daya Tarik Alam Pendukung
-
Pantai Muara Cibuaya Kelapa Condong
8
Perbatasan Pantai Pangumbahan
I
Sumber :BAPLAN (2001) dan pengecekan lapangan
Gambar 8 Peta kondisi jalan dan aksesibilitas di lokasi penelitian.
Perjalanan menuju Pantai Citirem melewati 3 sungai kecil clan 1 sungai besar. yaitu Sungai Cikopo, Solokan bokor, Batu tarengtong dan Citirem. Pada
saat musim kemarau, sungai - sungai ini dapat dilalui dengan mudah. Akan tetapi pada saat musim hujan, Sungai Citirem akan terisi setinggi dada orang dewasa. Saat ini tidak terdapat sarana untuk menyeberang seperti perahu ataupun jembatan. B. Aksesibilitas Pantai Pangumbahan Pantai Pangumbahan dapat ditempuh dengan ojek sejauh 3 km dari Pantai Ujung Genteng, tempat para pengunjung menginap. Jalan yang dilalui merupakan jalan pantai berpasir yang melewati beberapa sungai kecil. Kendaraan roda empat pengunjung yang belurn terbiasa melalui jalan ini seringkali mengalami kesulitan karena selip. Pada m u s h hujan, sungai - sungai kecil yang harus dilalui tersebut tergenang air cukup tinggi sehingga tidak dapat dilalui.
Terdapat beberapa
jembatan darurat yang hanya dapat dilalui oleh motor. Setelah melalui jalan berpasir sejauh 2 km, jalan berganti dengan jalan desa berupa jalan tanah yang melalui areal tidak berpenduduk dan tidak berpenerangan jalan. Pengunjung yang baru pertarnakali ke pantai ini akan kesulitan mengenali jalan apabila tidak membawa penunjuk jalan.
4.5 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Gunung Batu merupakan desa terdekat dari kawasan SM Cikepuh , Pangumbahan maupun Ujung Genteng. Berikut adalah kondisi sosial ekonomi berdasarkan monografi desa terbaru. A. Jumlah Penduduk
Jurnlah penduduk Desa Gunung Batu adalah 12.442 jiwa yang terdiri 6.256 jiwa. laki - laki dan 6.186 jiwa, perempuan 16,72%, penduduk berumur 5 -
9 tahun merupakan kelompok terbanyak, sedangkan kelompok umur 50
- 54 th
adalah kelompok yang paling sedikit. Data tersebut disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk Desa Gunung Batu Kelompok Umur 0-4 5-9 10- 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 > 55
Jumlah
Laki - laki
Perempuan
496 480 605 620 547 570 508 480 435 387 281 371 5.780
jumlah jiwa
956 961 637 619 623 447 442 434 442 399 345 357 6.662
Berdasarkan usia produktif, yaitu 15
-
prosentase
1452 1441 1242 1239 1170 1017 950 914 877 786 626 728 12.442
11,67 11,58 9,98 9,96 9,40 8,17 7,64 7,35 7,05 6,32 5,03 5,85 100
55 tahun merupakan kelompok
umur yang paling banyak di Desa Gunung Batu. Hal ini sesuai dengan laporan data BPS Kabupaten Sukabumi tahun 2003 bahwa jumlah penduduk usia poduktif yang paling banyak. B. Pendidikan Penduduk Desa Gunung Batu pada umumnya berpendidikan tamat SD (51,83%) dan hanya sebagian kecil berpendidikan tamat SLTP dan tamat SLTA
serta Perguruan Tinggi. Tabel 6 memuat tingkat pendidikan penduduk Desa Gunung Batu. Tabel 6 Pendidian penduduk Desa Gunung Batu Pendidikan Belum Tamat Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan T i g g i
Jumlah Jiwa
(%)
1.284 3.618 5.865 310 230 8
11.35 31;98 51,83 2,74 2,03 0,07
Berdasarkan data tersebut menggambarkan bahwa kualitas penduduk Desa Gunung Batu secara urnum masih sangat rendah clan tidak mempunyai keterampilan khusus sehingga sangat sulit untuk mengembangkan potensi dan pembangunan di lingkungannya.
C. Mata Pencaharian Mata pencahaiian paling dominan adatah bertani, buruh perkebunan dan bumh tani serta nelayan. Data monograf~ desa menyebutkan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan perkebunan hanya 6 orang dan 1 orang. Pada kenyataannya masyarakat banyak yang bermatapencaharian tersebut sebagai buruh. Sulimya mencari altematif penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup, menyebabkan masyarakat melakukan pemungutan sumberdaya yang mudah didapat. yaitu ikan, kerang, udang dan telur penyu. Berikut adalah tabel yang menyajikan data tentang mata pencaharian penduduk. Tabel 7 Mata pencaharian penduduk Desa Gunung Batu Mata Pencaharian Petani Peladang Buruh perkebunan Petemak Nelayan Pengrajin PNS ABRI Pensiunan Buruh Tani Sopir Pedagang Lain - lain
Jumlah (jiwa) 1.218 785 1.025 1 318 6 32 1 25 750 25 85 518