BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sekilas Tentang Kabupaten Bungo-Tebo Hingga tahun 1999, Kabupaten Bungo-Tebo masih berada di dalam satu kabupaten. Secara administrative, kabupaten ini adalah kabupaten yang berada di Provinsi Jambi. Kabupaten Bungo-Tebo terletak antara 1040’-1045’ Lintang Selatan dan antara 101037’-102045’ Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan luas wilayah 1.112.000 hektar (11.120 km2). Kabupaten ini dibatasi oleh beberapa kabupaten lainnya yaitu: Sebelah utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu – Riau
Sebelah selatan : Kabupaten Sarolangun Bangko Sebelah barat
: Kabupaten Kerinci dan Provinsi Sumatara Barat
Sebelah timur
: Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung
Wilayah Kabupaten Bungo-Tebo terdiri dari 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 213 desa. Ketika masih menjadi satu kabupaten, kecamatan di Kabupaten Bungo-Tebo terdiri dari Kecamatan Tanah Tumbuh, Rantau Pandan, Muara Bungo, Tebo Ilir, Tebo Ulu, Tebo Tengah, Rimbo Bujang, Jujuhan, Tanah Sepenggal, Pelepat, Perwakilan Sumay, Perwakilan Tujuh Koto. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang cukup banyak dilalui oleh anak sungai, yaitu tujuh anak sungai. Sebagai wilayah yang terletak di kawasan tropis, kabupaten ini termasuk wilayah yang sebagian besar wilayahnya berada di dataran rendah. Hingga tahun 1998, kabupaten ini terus berkembang, terutama untuk wilayah bagian Bungo. Jumlah penduduk juga terus bertambah, dimana pada tahun 1998, jumlah penduduk di Kabupaten ini adalah 411.283 jiwa, dengan 208.234 jiwa laki-laki dan 203.049 jiwa perempuan. Jumlah ini bertambah kurang lebih 3000 jiwa dari tahun sebelumnya. Konsentrasi terbesar penyebaran penduduk berada di Kecamatan Rimbo Bujang, yang pada perekembangannya menjadi wilayah rebutan dua kabupaten baru yang terbentuk. Sebelum di pisah menjadi dua kabupaten, Kabupaten Bungo-Tebo sudah memiliki dua wilayah kewedanaan, dimana terdapat dua wilayah pembantu bupati. Dua kewedanaan tersebut adalah kewedanaan Bungo yang terdiri dari
34
kecamatan Tanah Tumbuh, Rantau Pandan, Muara Bungo, Jujuhan, Tanah Sepenggal, dan Pelepat. Kewedanaan lainnya adalah Kewedanaan Tebo yang terdiri dari Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tebo Ulu, Perwakilan Sumay, dan Perwakilan Tujuh Koto. Sedangkan untuk wilayah Rimbo Bujang, wilayahnya terbagi dua, dimana sebagian masuk ke kewedanaan Bungo dan masuk ke Kewedanaan Tebo. Hal ini karena kecamatan ini merupakan daerah transmigrasi, yang tanah atau wilayahnya adalah milik penduduk asli yang diberikan kepada transmigran berdasarkan keputusan pemerintah, sehingga wilayah ini berada di dalam kedua kewedanaan yang ada. Dari masing-masing kewedanaan ini, terdapat wilayah pembantu bupati, dimana wilayah pembantu bupati untuk Kewedanaan Bungo berada di Kecamatan Tanah Tumbuh, dan wilayah pembantu bupati Kewedanaan Tebo berada di wilayah Muara Tebo atau Kecamatan Tebo Ulu. Dengan berpatokan pada dua kewedanaan inilah, batas-batas wilayah untuk pemekaran wilayah kabupaten ini diputuskan.
4.2 Sekilas Tentang Kabupaten Bungo Ketika Kabupaten Bungo-Tebo dimekarkan, salah satu kabupaten yang terbentuk adalah Kabupaten Bungo. Sebagai bagian dari pemekaran wilayah, kabupaten ini adalah kabupaten induk, karena sebelum pemekaran terjadi, ibukota kabupaten berada di wilayah ini. Selain itu pertumbuhan pembangunan wilayah di bagian Kabupaten Bungo juga lebih pesat dibandingkan wilayah lainnya. Pada awal pemekaran, wilayah Kabupaten Bungo terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Pelepat, Rantau Pandan, Tanah Sepenggal, Tanah Tumbuh, Jujuhan, Muara Bungo. Kabupaten ini juga berbatasan dengan kabupaten lainnya yaitu: Sebelah utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu – Riau
Sebelah selatan : Kabupaten Sarolangun Bangko Sebelah barat
: Kabupaten Kerinci dan Provinsi Sumatara Barat
Sebelah timur
: Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung
Kebupaten Bungo memiliki luas wilayah 4.659 Km2. Pada awal tahun 1999, jumlah penduduk di kabupaten ini adalah 215.136 jiwa dengan 108.602 laki- laki dan 106.534 perempuan. Di awal pemekaran, kabupaten ini terdiri dari 6 kecamatan, 117 desa dan 7 kelurahan. Cukup banyak potensi yang dimiliki
35
Kabupaten Bungo baik potensi sumberdaya alam ataupun potensi lainnya. Sebagai kebupaten induk dari suatu kabupaten yang dimekarkan, Kabupaten Bungo memiliki keuntungan, karena di wilayah ini, sudah cukup banyak fasilitas dan sarana umum yang telah tersedia. Selain itu yang menjadikan wilayah ini menjadi semakin cepat pertumbuhannya karena wilayah ini berada di lintasan jalan lintas Sumatar yang menghubungkan kawasan Barat-Timur Sumatera dan antara utaraselatan. Di kabupaten ini, potensi pertanian dan perkebunan cukup memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah dan terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Terlebih lagi dengan dukungan sarana dan prasarana yang telah tersedia sejak sebelum kabupaten ini dimekarkan. Selain potensi pertanian dan perkebunan, di kabupaten ini, memiliki potensi lain yaitu pertambangan batubara. Hingga sekarang, pertambangan di Bungo berkembang pesat, dan mampu memberikan pemasukan yang cukup besar bagi daerah. Terletak di jalan lintas Sumatra juga menjadikan Bungo menjadi kabupaten yang berkembang perdagangannya. Keuntungan menjadi kabupaten induk menjadikan Kabupaten bungo semakin maju dan tidak mengalami kesulitan ketika pemekaran wilayah dilakukan. Perkembangan wilayah yang terus-menerus, menyebabkan munculnya beberapa kecamatan baru di Kabupaten Bungo. Hingga tahun 2009, jumlah kecamatan di kabupaten ini menjadi 17 kecamatan, yaitu Pelepat, Pelepat Ilir, Batin II Bebeko, Rimbo Tengah, Bungo Dani, Pasar Muara Bungo, Batin III, Ranatu Pandan, Muko-muko Bathin VII, Bathin III Ulu, Tanah Sepenggal, Tanah Sepenggal Lintas, Tanah Tumbuh, Limbur Lubuk Mengkuang, Bathin II Pelayang, Jujuhan, Jujuhan Ilir.
4.3 Sekilas Tentang Kabupaten Tebo Setelah Kabupaten Bungo-Tebo dimekarkan, salah satu kabupaten yang terbentuk adalah kabupaten Tebo. Ketika pemisahan tersebut terjadi, kabupaten ini bisa dikatakan sebagai kabupaten pemekaran. Hal ini karena selama kurang lebih hampir dua tahun, Kabupaten Tebo masih dibantu dan di subsidi oleh kabupaten induk yaitu Kabupaten Bungo. Sebagai kabupaten pemekaran tentunya banyak kekurangan yang dimiliki oleh kabupaten ini. Kabupaten Tebo, secara
36
geografis berada di sebelah timur Kabupaten Bungo, oleh karena itu ketika masih bersatu, kabupaten ini masuk ke dalam wilayah pembantu bupati bagian timur. Penentuan daerah kabupaten ini ditetapkan berdasarkan kewedanaan masingmasing yang ada di Kabupaten sebelumnya. Maka ketika dimekarkan, wilayah Kabupaten Tebo adalah wilayah menurut kewedanaan Tebo. Kabupaten Tebo secara geografis diapit oleh beberapa kabupaten lainnya, yaitu: Sebelah utara
: Propinsi Riau
Sebelah selatan
: Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin
Sebelah barat
: Provinsi Sumatara Barat
Sebelah timur
: Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Batanghari
Ketika pengajuan awal rancangan pemekaran, wilayah masing-masing kabupaten yang baru ditentukan berdasarkan kewedanaan yang telah ada di kabupaten lama. Pembagian wilayah kedua kabupaten, jika menurut batas kewedanaan adalah sebuah sungai yang membagi dua Kabupaten Bungo-Tebo. Sungai tersebut adalah Singai Alai. Seluruh wilayah yang berada di sebelah barat sungai adalah wilayah yang masuk ke Kabupaten Bungo, dan wilayah yang berada di sebelah timur masuk ke wilayah Kabupaten Tebo. Di dalam perumusan batas wilayah, batas-batas ril dari masing-masing kabupaten baru belum ditentukan secara jelas. Batas wilayah di sekitar sungai Alai hanya dijelaskan sebatas wilayah bagian luar, sedangkan untk batas-batas wilayah bagian dalam belum ditetapkan secara rinsi. Namun, karena pemerintah pusat mensyaratkan adanya penentuan batas yang jelas, dan waktu yang disediakan sangat mendesak, maka penentuan batas wilayah langsung berdasarkan kecamatan. Sehingga Kecamatan Rimbo Bujang yang seharusnya masuk di kedua kabupaten, ditetapkan sebagai wilayah untuk Kabupaten Tebo. Di awal pemekaran, Kabupaten Tebo terdiri dari enam kecamatan, yaitu Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tebo Ulu, Perwakilan Sumay, Rimbo Bujang, dan Perwakilan Tujuh Koto, dan terdiri dari 82 desa dan 5 kelurahan. Luas wilayah kabupaten ini adalah 646.100 hektar (6.461 km2). Jumlah penduduk pada awal pemekaran (1999) adalah 224.944 jiwa, dengan jumlah lakilaki 113.981 jiwa dan perempuan 110.963 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, konsentrasi terbesar penduduk Kabupaten Tebo adalah di kecamatn Rimbo Bujang, yaitu 82.009 ( hampir 40 % jumlah penduduk keseluruhan). Sebaran
37
penduduk terbesar lainnya, berada di kecamatan Tebo Ulu, yaitu 46.875 jiwa. Dua kecamatan ini secara geografis berdampingan, oleh karena itu, bagi Kabupaten Tebo, dua kecamatan ini merupakan wilayah yang penting, sehingga pada perkembangannya hingga sekarang, pembangunan lebih terpusat di dua wilayah ini. Hingga pada tahun 2009, akibat pemekaran wilayah, jumlah kecamatan di kabupaten ini juga bertambah sebanyak 12 kecamatan, yaitu Tebo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir, Sumay, Rimbo Bujang, Rimbo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Ulu, Tujuh Koto, Muara Tabir, Serai Serumpun, Tujuh Koto Ilir. Sebagai kabupaten pemekaran, selama kurang lebih dua tahun, kabupaten ini masih dibantu dan disubsidi oleh kabupaten induk. Di awal-awal pemekaran, cukup banyak kekurangan yang terdapat di kabupaten ini, baik daris segi sumber daya manusia, fasilitas dan sarana umum, infrastruktur umum dan pemerintahan, dan lainnya. Oleh karena itu, di awal pemekaran, ada banyak bangunan yang sementara dijadikan sebagai kantor pemerintahan, bahkan beberapa urusan kepemerintahan masih bergabung dengan kabupaten induk. Namun demikian, sebenarnya potensi alam yang dimiliki oleh kabupaten ini cukup banyak, bahkan bisa dikatakan lebih besar dibandingkan kabupaten induk, karena sebagian besar potensi alam masih belum dipakai. Potensi utama di kabupaten ini adalah sektor perkebunan, pertanian, dan kehutanan. Dari segi luas wilayah, Kabupaten Tebo juga lebih besar dibandingkan dengan kabupaten induk. Namun karena masih banyaknya kekurangan infrastruktur dan sumber daya manusia, menyebabkan kabupaten ini, tidak berkembang secepat kabupaten induk yang telah lebih dulu maju. Oleh karena itu, untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemekaran lebih dilihat di desa-desa yang ada di Kabupaten Tebo.
4.4 Kondisi Umum Desa Sungai Alai dan Desa Teluk Rendah Selain melihat manuver para elit dan pihak-pihak yang terlibat di dalam pemekaran wilayah, penelitian ini, juga bertujuan untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil pemekaran wilayah selama kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun. Di dalam melihat kepuasan masyarakat, dipilih dua desa, terutama desa yang berada di Kabupaten Tebo. Hal ini karena Kabupaten Tebo adalah kabupaten pemekaran, sehingga akan lebih kelihatan perubahan masayarakatnya,
38
ketika sebelum pemekaran hingga sekarang. Dua desa yang dipilih ini adalah desa Sungai Alai dan Desa Teluk Rendah. Desa Sungai Alai terletak di Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Desa ini dibuka di awal tahun 1980-an. Desa ini dipilih sebagai salah satu lokasi penelitian, karena desa ini merupakan salah satu desa yang cukup terkena dampak dari pemekaran wilayah Kabupaten Bungo-Tebo. Desa ini merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bungo, dan Sungai Alai yang berada di desa ini adalah sungai yang membagi dua Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo. Selain berbatasan langsung dengan Kabupaten Bungo, desa ini juga berada sangat dekat dengan pusat pemerintahan dan ibukota kabupaten. Posisi yang seperti ini, cukup menguntungkan bagi perkembangan desa Sungai Alai. Desa lainnya yang dijadikan lokasi penelitian adalah desa Teluk Rendah. Desa ini terletak di di Kecamatan Tebo Ilir. Jarak antara ibukota pemerintahan dengan desa ini cukup jauh yaitu sekitar 60 km (Anonym, 2007). Posisi yang cukup jauh menyebabkan interaksi masyarakat desa Teluk Rendah dengan ibukota kabupaten relatif rendah. Bagi masyarakat desa Teluk Rendah, jarak tersebut masih cukup jauh, dan tidak terlalu berbeda ketika masih bersatu dengan Kabupaten Bungo. Potensi terbesar di desa ini adalah perkebunan, terutama perkebunan sawit, karet dan kedelai. Oleh karena jarak yang cukup jauh dari ibukota kebupaten, masyarakat di desa ini relatif lebih banyak berhubungan langsung dengan Jambi.
4.5
Ikhtisar Di awal pemekaran, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo di bagi menurut
wilayah kewedanaan yang telah ada. Sepuluh kecamatan, dan dua kecamatan perwakilan dibagi menjadi dua bagian kabupaten. Sehingga masing-masing kabupaten terdiri dari enam kecamatan. Setelah sepuluh tahun pemekaran dilakukan kecamatan di dua kabupaten tersebut terus bertambah, dimana terdapat 17 kecamatan di Kabupaten Bungo dan 12 kecamatan di Kabupaten Tebo. Sebelum pemekaran dilakukan, dua kecamatan perwakilan yang ada di Kabupaten Bungo-Tebo, adalah kecamatan transmigrasi, yaitu Kecamatan Perwakilan Kuamang Kuning dan Kecamatan Perwakilan Rimbo Bujang. Sebagai kecamatan
39
transmigrasi, kedua kecamatan ini cukup memberikan pendapatan bagi daerah, terutama kecamatan perwakilan Rimbo Bujang. Sebagai wilayah strategis, baik secara ekonomis dan politis, kecamatan Rimbo Bujang menjadi rebutan bagi kedua kabupaten yang dimekarkan. Setelah pemekaran dilakukan, kecamatan ini masih menjadi rebutan kedua kabupaten, dan masih menjadi masalah hingga sekarang.
40