46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Analisis Instrumen Tes Instrumen tes sebelum diujikan terlebih dahulu divalidasi oleh penilai ahli. Penilai ahli akan menilai intrumen tes tersebut pada kriteria rumusan butir tes sesuai dengan indikator, kalimat yang digunakan dapat dimengerti, Efisiensi kalimat dalam setiap butir tes, skor pada marking scheme terinci dan kriteria konsep seperti setiap butir tes mengukur satu aspek kognitif dan kebenaran konsep dan dalam proses validasi instrument tes penilai ahli juga melakukan koreksi langsung terhadap isi instrument melalui lembar validasi yang telah disediakan khusus memvalidasi soal tes yang digunakan oleh peniliti dalam mengumpulkan data. Tes yang digunakan telah disusun dan dirumuskan serta dikembangkan dalam ruang lingkup pelajaran Fisika pada materi perubahan wujud zat. Berdasarkan pokok materi tersebut disusunlah butir-butir instrument tes. Jumlah item soal yang digunakan pada pelaksanaan penelitian eksperimen adalah berbentuk essay dengan jumlah masing-masing 8 item. Tes tersebut disusun guna untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontorl setelah diberikan posttest. Adapun jumlah siswa pada kedua kelas ini adalah pada kelas eksperimen XC berjumlah 25 siswa sedangkan pada kelas kontrol XD berjumlah 24 siswa.
47
Hasil dari validasi bimbingan dosen dan dosen ahli menyatakan bahwa instrument tes pada penelitian ini memenuhi kriteria dalam penilaian. Ini berarti instrument tes layak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. 4.1.2 Hasil Analisis Validasi RPP Sebelum pelaksanaan penelitian yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Batudaa maka peneliti terlebih dahulu melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing kemudian peneliti memvalidasi perangkat pembelajaran, dalam hal ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran maka peneliti melakukan proses validasi kepada tim ahli dalam memvalidasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penelitian ini dilihat beberapa aspek yang akan dinilai seperti identifikasi mata pelajaran, tujuan pembelajaran dan fase pembelajaran. Identifikasi mata pelajaran terdiri dari memuat satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran dan jumlah pertemuan. Selanjutnya tujuan pembelajaran terdiri dari menuliskan Kompotensi
Dasar
(KD)
sesuai
permendiknas,
Kompetensi
Dasar
(KD)
menggunakan kata operasional dan dapat diukur, kesesuaian antara indicator dengan kompetensi dasar dan kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan inidikator dan dapat diukur. Fase pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan terdiri dari apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajarana. Kegiatan inti terdiri dari model dan tipe yang digunakan
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran,
memberi
kemudahan
keterlaksanaannya KBM yang inspiratif aktif dengan menggunakan sumber belajar,
48
dan langkah-langkah model pembelajaran ditulis lengkap dalam RPP. Kegiatan penutup terdiri dari evaluasi dan pemberian penghargaan. Berdasarkan hasil penilaian dari penilai ahli bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat digunakan dengan revisi kecil. Hal ini menunjukan bahwa RPP sudah layak digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada lampiran 1. 4.1.3 Hasil Analisis Validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu divalidasi oleh penilai ahli. Dalam penilaian ini dilihat beberapa aspek yang akan dinilai seperti Format yang digunakan, bahasa dan isi. Format terdiri dari beberapa bagian yang akan dinilai yaitu kejelasan pembagian materi, daya tarik, sistem penomoran, pengaturan /tata letak, jenis dan ukuran huruf. Selanjutnya bahasa terdiri dari kebenaran tata bahasa, kesesuaian kalimat dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca serta usia siswa, mendorong minat bekerja, kesederhanaan struktur kalimat, kalimat tidak mengandung makna ganda, kejelasan petunjuk dan arahan dan sifat komunikatif bahasa yang digunakan. Isi meliputi kebenaran isi/materi, materi yang esensial, dikelompokkan dalam bagian –bagian yang logis, kesesuaian dengan metode pembelajaran kesesuaian dengan metode pembelajaran, kesesauaian tugas dengan urutan materi, peranan untuk mendorong siswa dalam menemukan konsep dan kelayakan sebagai perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian dari penilai ahli bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dapat digunakan dengan revisi kecil. Hal ini menunjukan bahwa LKS sudah
49
layak digunakan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada lampiran 3. 4.1.4 Deskripsi Hasil Belajar Siswa Hasil penelitian yang didapatkan adalah skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Tipe Group Investigation (GI) dan model pembelajaran Examples Non Examples (Kelas Eksperimen) dengan membandingkan hasil siswa yang menggunakan pembelajaran Examples Non Examples (Kelas Kontrol). Sebelum kedua kelas diberikan perlakuan terlebih dahulu kedua kelas diberikan preetest setelah itu, kelas eksperimen dengan kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkahnya, berlangsung selama 2 kali pertemuan dan terakhirnya diberikan Posttest untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa. Data hasil penelitian diperoleh dari pemberian hasil tes akhir (post test) siswa, baik itu pada kelas kontrol maupun pada siswa di kelas eksperimen. Untuk kelas eksperimen, dalam proses pengambilan data hasil belajar siswa, yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI) dan model pembelajaran Examples Non Examples sedangkan pada kelas kontrol adalah menggunakan model pembelajaran Examples Non Example. Berdasarkan hasil pretest-posttest (terdapat pada Lampiran 8), untuk kelas Eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan model pembelajaran Examples Non Examples diperoleh ratarata 28 dan untuk pretest yang menggunakan perlakuan model pembelajaran
50
Examples Non Examples diperoleh rata-rata 18. Selanjutnya perolehan rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 85 sedangkan perolehan rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 72. Hal ini berarti, terlihat bahwa rata-rata posttest kemajuan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Tipe
Grup Investigation (GI) dengan Examples Non Examples pada kelas eksperimen dan model pembelajaran Examples Non Examples pada kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari jawaban siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan persentase yang diperoleh dengn rata-rata kemajuan belajar siswa untuk tiap butir soal. Persentase skor rata-rata hasil belajar tersebut dapat dilihat pada table 8 berikut ini. Tabel 7 Persentase rata-rata hasil belajar Pretest dan Posttest kelas Eksperiment dan kelas kontrol untuk tiap butir soal. Butir soal Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Aspek Kognitif NO Pretest Posttest Pretest Posttest 1 27 100 52,08 90,63 C1 2 42,67 75,33 45,83 75 C2 3 59 76 42,23 69,27 C2 4 18 47,33 20,14 30,56 C3 5 76 100 40,6 100 C1 6 0,667 96,67 0,694 52,78 C1 7 30,67 100 0,833 86,94 C3 8 4,8 100 1,667 87,5 C3 Persentase skor rata-rata hasil belajar siswa tiap butir soal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pretest dapat dilihat pada gambar 4.
51
presentae pree test hasil belajar siswa
80 70 60 50 40
Eksperimen
30
Kontrol
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Butir Soal
Gambar 4. Distribusi persentase skor hasil belajar siswa tiap butir soal kelas eksperimen kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat data freetest yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perolehan pretest sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas terlihat bahwa butir soal tentang aspek pengetahuan diwakilkan oleh no soal 1, 5 dan 6 skor rata-rata yang diperoleh kelas kontrol hasilnya lebih tinggi dari hasil yang diperoleh kelas eksperimen, pada soal nomor 1 dan 5 dengan selisih 25,08% dan 0.027% pada soal nomor 5 skor rata-rata diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan mempunyai selisih yang sangat besar 35,4%. Aspek pemahaman diwakili no 2 dan 3 skor yang diperoleh untuk kelas eksperimen rendah pada soal nomor 2 dari hasil skor yang diperoleh kelas kontrol hanya sedikit dengan selisih perbedaan yaitu 3,16%. Pada soal nomor 3 diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan selisih perbedaan yaitu 16,77%. Pada aspek aplikasi diwakili no 4, 7 dan 8 skor rata-rata hasil yang diperoleh
52
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Kecuali pada nomor 4, kelas control lebih tinggi dari kelas eksperimen tetapi hanya sedikit perbedaan yaitu 2,4%, dan untuk nomor 7 dan 8 kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dan mempunyai selisih yang sangat besar yaitu 29,167%
dan 3,133. Sedangkan perolehan skor
posttest untuk hasil belajar siswa pada tiap butir soal kelas eksperimen dan kelas
presentase posttest hasil belajar siswa
kontrol dapat dilihat pada gambar 5.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Eksperimen Kontrol
1
2
3
4
5
6
7
8
Butir Soal
Gambar 5. Distribusi persentase skor hasil belajar siswa tiap butir soal kelas eksperimen kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar di atas, hasil perolehan posttest setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Tipe Group
Investigation (GI)dan Examples Non Examples pada kelas eksperimen dan model pembelajaran Examples Non Examples pada kelas pembanding (kontrol) yaitu butir soal tentang aspek pengetahuan diwakilkan oleh no soal 1, 5 dan 6 yaitu masing-
53
masing memperoleh hasil 100% dan 94,67% kelas eksperimen dan kelas kontrol memperoleh hasil yaitu 90,63% dan 52,78%, selisih perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat besar yaitu 9,37% dan 41,89%, sedangkan pada butir soal nomor 5 hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol memperoleh hasil yang sama yaitu 100%. Selanjutnya untuk aspek pemahaman diwakili no 2 dan 3 hasil yang diperoleh kelas eksperimen yaitu 75,33% dan 76% pada kelas kontrol hasil yang diperoleh yaitu 75% dan 69,27% selisih perbedaan kelas eksperimen dan kontrol hanya sedikit dengan selisih perbedaan yakni 0.33% dan 6,73%. Pada aspek aplikasi diwakili no 4, 7 dan 8 hasil yang diperoleh kelas eksperimen pada butir soal no 4 yaitu 47,33% sedangkan utntuk butir soal 7 dan 8 memperoleh nilai yang sama yaitu 100% pada kelas kontrol hasil yang diperoleh yaitu 30,56%, 86,94% dan 87,5%, selisih perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat besar yaitu 16,77%, 13,06% dan 12.5%. Terlihat bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol untuk aspek pengetahuan dan aplikasi. Data di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar nilai hasil belajar siswa pada setiap item soal setelah dilakukan pembelajaran mengalami mengalami peningkatan. Khususnya pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Examples Non Example. Dengan demikian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol hasil belajar yang diperoleh memiliki perbedaan. Persentase rata-rata hasil belajar tiap ranah kognitif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pretest dapat dilihat pada gambar 6.
54
presentase hasil belajar siswa
Hasil Belajar Siswa Preetes
60 50 40
Eksperimen
30
Kontrol
20 10 0 Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Gambar 6. Distribusi presentase hasil belajar siswa tiap ranah kognitif Kelas eksperim dan kelas kontrol pada Preetest Berdasarkan Gambar 6 diatas, tampak bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa untuk aspek pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi pada kelas eksperimen (menggunakan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Examples Non Example lebih tinggi dari kelas kontrol (menggunakan Model Pembelajaran Examples Non Example). Pada aspek pengetahuan hasil beajar siswa memperoleh nilai kelas eksperimen yaitu sebesar 34,6%, dan kelas kontrol sebesar 31,1%, sedangkan pada aspek pemahaman hasil belajar siswa kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 50,9% dan kelas kontrol sebesar 44,03%. Selanjutnya pada aspek aplikasi hasil belajar siswa kelas eksperimen memperoleh nilai yaitu 17,9% dan kelas kontrol memperoleh nilai sebesar 7,5%. Adapun selisih perbedaannya yakni untuk aspek pengetahuan sebesar 3,5%, aspek pemahaman sebesar 6,87%, dan aspek aplikasi sebesar 10,4%.
55
Persentase rata-rata hasil belajar siswa tiap ranah kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada posttest dapat dilihat pada gambar 7.
Presentase Hasil Belajar Siswa
Hasil Belajar Siswa Post Test 100 80 60
Eksperimen
40
Kontrol
20 0 Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Gambar 7. Distribusi persentase hasil belajar siswa tiap ranah kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Posttest. Distribusi persentase hasil belajar siswa pada Posttest kelas eksperimen untuk aspek pengetahuan yaitu memperoleh nilai sebesar 98% pada kelas kontrol yaitu memperoleh nilai sebesar 81%, selisih antara kelas eksperimen dan kontrol pada aspek pengetahuan yaitu 17% terlihat bahwa hasil tesebut kelas eksperimen lebih tinggi tingkat pengetahuannya dari kelas kontrol. Sadangkan untuk aspek pemahaman pada kelas eksperimen yaitu memperoleh nilai sebesar 75% pada kelas kontrol memperoleh nilai sebasar 72%, selisih antara kelas eksperimen dan kontrol pada aspek pemahaman yaitu 3%, hasil yang diperoleh kelas eksperimen masih lebih tinggi dari pada kelas kontrol untuk aspek pemahaman. Selanjutnya pada aspek aplikasi hasil belajar siswa kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 82% dan kelas kontrol
56
memperoleh nilai yaitu sebesar 68%, selisih antara kelas eksperimen dan kontrol pada aspek pemahaman yaitu 14%. Dari ketiga aspek kognitif yang memperoleh nilai dan selisih terbesar yaitu aspek pengetahuan.
Ini membuktikan bahwa kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Grouf Investigation (GI) dan Examples Non Example memperoleh nilai yang tinggi pada aspek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi untuk freetest dan posttest hasil belajar siswa memiliki perbedaan dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran Examples Non Example. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pretest dan posttest, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif kooperatif Tipe Grouf Investigation (GI) dan Examples Non Example dan sebagai kelas pembanding yang menggunakan model pembelajaran Examples Non Example dapat dilihat pada gambar 8. Hasil Belajar
Skor Rata-rata
100.00 80.00 Eksperimen
60.00
Kontrol
40.00 20.00 0.00 Pretest
Posttest
Gambar 8 : Distribusi rata-rata skor hasil belajar siswa pada kegiatan pretest dan posttest pada kelas Eksperimen dan Kontrol
57
Berdasarkan gambar 8 tampak bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa untuk kegiatan pretest pada kelas eksperimen sebesar 28,51 untuk kegiatan posttest pada kelas eksperimen sebesar 85,65 sedangkan untuk rata-rata skor hasil belajar siswa untuk kegiatan pretest pada kelas kontrol sebesar 18,09 untuk kegiatan posttest pada kelas kontrol sebesar 72,38. Selisih antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada hasil posttest yaitu 13,27%, dan selisih antara eksperimen dan kontrol pada hasil freetest yaitu 10,42%. 4.2
Teknik Analisis Data
4.1.1 Pengujian Normalitas Data Normalnya suatu data adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam analisis statistic. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Pengujian data ini menggunakan satatistik uji Chi-Kuadrat. Normalitas data hasil belajar siswa diuji secara statistik dengan menggunakan persamaan statistic uji Chi-Kuadrat yang terdapat pada BAB III. Berdasarkan hasil perhitungan dan proses uji numerik untuk pengujian normalitas data yang terdapat pada lampiran 9 diperoleh harga x 2 pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Grouf Investigation (GI) dan model pembelajaran Examples Non Examples untuk pretest adalah 10,875 untuk posttest adalah 4.58464 sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples untuk pretest adalah 4.48432, dan untuk
58
posttest adalah 7,08016. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa x 2 hitung x 2 tabel karena nilai yang ditunjukkan pada table distribusi x 2 yang terdapat pada lampiran 9 untuk kelas eksperimen dan kontrol x 2 tabel adalah sama yaitu 11,07. maka skor hasil belajar siswa menunjukkan bahwa untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) dan model pembelajaran
Examples Non Examples sedangkan yang menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples adalah terdistribusi normal. 4.1.2 Pengujian Homogenitas Varians Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui data hasil penelitian berasal dari populasi apakah benar-benar homogen atu tidak homegen. Berdasarkan data perhitungan pada lampiran 10 diperoleh nilai x 2 hitung = 4,833 dan nilai yang ditunjukkan pada tabel distribusi x 2 tabel = 5,991 , artinya kedua varians homogen. 4.1.3
Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian data normalitas dan homogenitas varians
didapatkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis pada hasil penelitian di uji secara statistic dengan menggunakan uji t. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa di kelas yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Examples Non Examples dan pada kelas kontrol menggunakan model Examples Non Example, jika
≥
.
59
Berdasarkan perhitungan pada lampiran 12 diperoleh perbandingan antara harga
dengan
seperti pada tabel 7: Tabel 8 Uji Hipotesis Statistika
thitung
ttabel (ᾳ = 5%, dk - 2 dan 38)
3.83
2,00
Karena
>
, maka hipotesis H 0
Keterangan
H 1 diterima ditolak dan H 1 diterima,
sehingga sesuai dengan uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Examples Non Examples dengan model pembelajara yang menggunakan Examples Non Examples 4.3
Pembahasan Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada materi Perubahan wujud zat, yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI) dengan Examples Non Examples dan kelas yang menggunakan model pembelajaran Examples Non Example. Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan pada penelitian untuk mengumpulkan data yakni instrument tes hasil belajar siswa (dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6). Intrumen tes sebelum diujikan terlebih dahulu divalidasi oleh penilai ahli. Penilai ahli akan menilai intrumen tes tersebut pada kriteria umum dan kriteria konsep. Kriteria umum meliputi rumusan butir tes sesuai dengan indikator, kalimat
60
yang digunakan dapat dimengerti, serta muatan instrument tes dikembangkan dalam ruang lingkup meteri perubahan wujud zat. Efisiensi kalimat dalam setiap butir tes, skor pada marking scheme terinci dan kriteria konsep seperti setiap butir tes mengukur satu aspek kognitif. Hasil dari validasi bimbingan dosen dan dosen ahli menyatakan bahwa instrument tes pada penelitian ini memenuhi kriteria dalam penilaian. Ini berarti instrument tes layak digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, untuk membuktikan pernyataan dari validator tersebut, peneliti melakukan uji coba tes hasil belajar dengan menggunakan kelasXA
Madrasah Aliyah Negeri Batudaa yang
siswanya berjumlah 20 orang. Setelah tes di uji cobakan tes tersebut dianalisis untuk melihat validitas dan reliabilitas soal dengan kreteria pengujiannya menggunakan rumus r Product Moment valid dan reliabilitas tes tersebut (dapa dilihat pada lampiran 7) terbukti bahwa tes tersebut berstatus valid dan reliabilitas dengan koefisien reliabel r =0.77862. Adanya perbedaan yang ditunjukan pada Gambar 8 di atas bahwa siswa siswa yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigation (GI) dengan Examples Non Examples memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi yang diajarkan dibandingkan dengan kelas Examples Non Examples. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen siswa lebih aktif dan kreatif sehingga siswa termotivasi dalam belajar. Semenntara itu jika dilihat pada setiap aspek hasil belajar untuk ranah kognitif ternyata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, pada aspek pengetahuan untuk kelas eksperimen mendapatkan hasil 98% dan untuk
61
kelas kontrol hasil yang diperoleh yaitu 81%. Sadangkan untuk aspek pemahaman pada kelas eksperimen yaitu memperoleh nilai sebesar 75% pada kelas kontrol memperoleh nilai sebasar 72%, selanjutnya pada aspek aplikasi hasil belajar siswa kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 82% dan kelas kontrol memperoleh nilai yaitu sebesar 68%. Salah satu cara yang dapat membantu siswa dalam memahami materi dan dapat berpikir secara kritis dan kreatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigation (GI) dengan Examples Non Examples dimana siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan penerapan model seperti ini siswa dapat terlatih untuk mandiri, dapat mengembangkan interaksi social diantara siswa dan siswa dapat berfikir secara kritis didalam mengamati dan memahami suatu persoalan yang disajikan oleh guru melalui gambar yang ada didalam LKS serta bisa lebih bertanggung jawab atas apa yang telah kerjakan didalam proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan pembelajaran seperti ini memicu semangat siswa dan menghilangkan rasa malas belajar dikarenakan masing-masing siswa mendapatkan
tanggung jawab untu
memberikan konstrribusi pada kelompoknya sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan temuan di lapangan selama proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigation dengan Examples Non Examples siswa terlibat langsung dalam pembelajaran mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir pembelajaran, dengan penerapan model
62
pembelajaran seperti ini siswa terlihat lebih aktif dan efektif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa dapat menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri dan social karena sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik dan menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan Examples Non Examples ini kecenderungan guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah dapat dikurangi, dan aktifitas serta kreatifitas siswa lebih difokuskan pada topik-topik pembelajaran yang ditayangkan melalui gambar ataupun melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sehingga siswa lebih mengkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan penyempurna suatu pertanyaan yang mereka ungkapkan melalui diskusi dan presentase sehingga didalam prosees pembelajaran siswa berperan aktif dan tercipta suasana belajar yang menarik dan menyenangkan serta dapat memberikan kesan yang mendalam pada diri siswa.