40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari hasil tes awal maupun tes akhir merupakan data mentah, karena data yang diperoleh belum diolah atau dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Data-data yang terdapat dalam penelitian ini diolah dan dianalisis berdasar pada langkahlangkah penelitian yang telah diuraikan pada bab III. Untuk mengetahui gambaran tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda, jalan kaki, dan naik angkutan umum siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2010/2011 dapat dilihat dari hasil tes lari 12 menit Copper. Adapun hasil pengolahan dan analisis data, penulis uraikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Yang Berangkat Dan Pulang Sekolah Menggunakan Sepeda Siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung NO
NAMA
UMUR
KELAS
KELILIN G
UKUR AN (m)
JUMLAH UKURAN KATEGORI ( km )
1 M rahman
14
8B
7
260
2360
2 Ahmad
13
8A
7
265,5
3 Rizkin
14
8I
8
4 Rizky
13
7I
5 sahrul
14
7A
2365,5
2,36 1,77
SEDANG SEDANG
250
2050
2,05
SEDANG
7
269
2069
2,07
6
70
1870
1,87
SEDANG KURANG SEKALI
41
6 Waldi
12
7I
7
50
2150
2,15
SEDANG
7 Agung A.G.nugra 8 ha
13
7I
8
270,6
1770,6
1,77
KURANG
2,06 13
7I
6
263,6
2063,6 1,96
9 Aditya
12
7E
6
160
1960 1,63
10 Fikri
13
7A
6
132,7
1632,7
SEDANG KURANG SEKALI KURANG SEKALI
Tabel 4.1 menunjukan hasil dari tes lari 12 menit terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung. Siswa yang menggunakan sepeda, dari tes lari 12 menit, menghasilkan 5 orang berkategori sedang, 2 orang berkategori kurang, 3 orang berkategori kurang sekali, Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Yang Berangkat Dan Pulang Sekolah Mengunakan kendaraan Siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung NO
NAMA
UMUR
KELA S
KELILIN G
UKURA JUMLAH UKURAN KATEGORI N (m) ( km )
1 M bagas
13
8G
7
50
2150
2,15
2 Ipan m
13
8I
6
31,5
1831,5
1,83
3 Dicky
14
8I
7
114,5
2214,5
2,21
4 Ryan
14
8A
6
60,1
1860,1
1,86
5 L royan
13
8I
6
125,6
1925,6
1,93
6 Taufik H
12
7E
6
162,6
1962,6
1,96
7 Aan
13
8B
6
232
2032
2,03
8 Ravi R
11
7E
6
132,4
1932,4
1,93
KURANG KURANG SEKALI SEDANG KURANG SEKALI KURANG SEKALI KURANG SEKALI SEDANG KURANG SEKALI
42
Sugianto 9 mp 10 Hadiar
12
7D
5
195,3
1695,3
1,7
13
7C
6
162,6
1962,6
1,96
KURANG SEKALI KURANG SEKALI
Tabel 4.2 menunjukan hasil dari tes lari 12 menit terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung. Siswa yang menggunakan kendaraan, dari tes lari 12 menit menghasilkan 1 orang berkategori sedang, 1 orang berkategori kurang, 7 orang berkategori kurang sekali.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Yang Berangkat Dan Pulang Sekolah Dengan Berjalan kaki Siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung NO
NAMA
UMUR
KELA S
KELILIN G
Ilham Mubarok z s
13
7D
7
290,9
2390,9
2,39
SEDANG
14
9C
6
32,5
1832,5
1,83
KURANG
3
M ginanjar
12
7A
6
9,4
1809,4
1 81
KURANG
4
Yoga N
13
8H
7
248,9
2348,9
2,35
SEDANG
5
Billi
13
8A
8
177
2577
2,58
BAIK
6
Rizki A
12
7B
7
140,6
2240,6
2,24
SEDANG
7
Wildan
13
8A
9
20,2
2720,2
2,72
BAIK
8
Rudi ahmad wildan
13
8D
8
42,2
2442,2
2,44
SEDANG
13
8D
9
31,5
2731,5
2,73
BAIK
ojan faujan
14
9D
10
120
3120
3,12
LUAR BIASA
1 2
9 10
UKURA JUMLAH UKURAN KATEGORI N (m) ( km )
43
Tabel 4.3 menunjukan hasil dari tes lari 12 menit terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung. Siswa yang berjalan kaki, dari tes lari 12 menit menghasilkan 4 orang berkategori sedang, 2 orang berkategori kurang, 3 orang berkategori baik, dan 1 orang berkategori luar biasa.
Tabel 4.4 Daftar Siswa Hasil Tes Lari 12 Menit Pada Tiap Kategori
kategori
sedang
sepeda
5
jalan kaki angkutan umum
4 2
baik
3
luar biasa
1
kurang
kurang sekali
2
3
2 1
7
Tabel 4.4 menunjukan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 3 Margahyu Kabupaten Bandung yang menggunakan sepeda dikategorikan cukup baik karena tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan sepeda masih terlatih, sedangkan tingkat kebugaran jasmani bagi siswa yang berjalan kaki dikategorikan baik. Hal ini terjadi karena siswa tersebut sering melakukan pergerakan tubuh sehingga tingkat kebugaran jasmani pun tetap terjaga, sedangkan tingkat kebugaran jasmani siswa yang menggunakan kendaraan masih sangat kurang karena tingkat untuk menggerakan tubuh sangatlah minim dan tidak terlatih. Hal ini karena tubuh selalu dibantu oleh kendaraan dan jarang sekali dipergunakan untuk gerak sehingga tingkat kebugaran jasmani sangatlah rendah.
44
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran Jasmani sepeda 2,36 1,77 2,05 2,07 1,87 2,15 1,77 2,06 1,96 1,63
kendaraan 2,15 1,83 2,21 1,86 1,93 1,96 2,03 1,93 1,7 1,96
jalan kaki 2,39 1,83 1.81 2,35 2,58 2,24 2,72 2,44 2,73 3,12
JUMLAH
19,69
19,57
22,4
RATA-RATA
1.969
1.957
2.24
DATA HASIL OBSERVASI
Tabel 4.5 menunjukan hasil tingkat kebugaran jasmani siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung yang naik sepeda, jalan kaki, dan menggunakan angkutan umun yang telah melalui tes lari 12 menit. Hasil menunjukan bahwa rata-rata sepeda 1,969, jalan kaki 1,957, dan kendaraan 2,24. Hal ini menggambarkan besarnya tingkat kebugaran jasmani terdapat pada siswa yang melakukan jalan kaki. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas dari data hasil tes tersebut. Tujuannya adalah menetapkan teknik pengujian hipotesis yaitu jika data berdistribusi normal, maka menggunakan pengujian parametrik dan sebaliknya jika data bersubsidi tidak normal, maka menggunakan pengujian non parametrik. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini.
45
4.2 Uji Normalitas Data Kebugaran Jasmani Siswa SMP Negeri 3 Margahayu Kabupaten Bandung Untuk menentukan jenis pengujian yang akan digunakan dalam uji perbedaan rata-rata, asumsi kenormalan terhadap distribusi data kebugaran jasmani yang akan dianalisis juga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk pengujian statistika parametric. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata, akan dilakukan uji normalitas pada masingmasing data. Mengingat sampel dalam penelitian ini berukuran 10 maka hasil pengujian yang digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnova dengan taraf signifikansi 5%. Adapun output dari analisis uji normalitas Kolmogorov-Smirnova ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut ini Tabel 4.6 Out Put SPSS Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
.147
10
.200*
.973
10
.913
kendaraan .189
10
.200*
.966
10
.853
jalan_kaki .175
9
.200*
.895
9
.223
Kelas kebugaran_jasmani sepeda
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
46
Hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah: Ho
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1
: Sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. 2) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka Ho diterima. Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh nilai signifikansi dari naik sepeda, kendaraan, dan jalan kaki masing-masing adalah 0,91 , 0,85 dan 0,22. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga berdasarkan kriteria pengambilan keputusan dinyatakan bahwa H0 diterima. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena kedua sampel berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test (Uji Levene), sehingga uji kesamaan dua ratarata dilakukan dengan statistik uji parametrik. 4.3
Uji Homogenitas Data Kebugaran Jasmani Siswa SMP Negeri 3
Margahayu Kabupaten Bandung Levene’s Test bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Out put pengolahan nilai postes dengan program SPSS Statistics 17.0 for Windows disajikan pada Tabel 4.7; di mana hipotesis yang digunakan pada pengujian ini adalah: Ho : Tidak terdapat perbedaan varians antara ketiga kelompok sampel
47
H1 : Terdapat perbedaan varians antara ketiga kelompok sampel
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka Ho diterima 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak
Tabel 4.7 Out Put SPSS Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
df1
df2
Sig.
kebugaran_jasma Based on Mean
2.531
2
26
.099
ni
Based on Median
2.063
2
26
.147
Based on Median and
2.063
2
17.621
.157
2.398
2
26
.111
with adjusted df Based
on
trimmed
mean
Dari Tabel 4.7 tampak bahwa nilai F hitung untuk nilai postes dengan equal variance assumed (diasumsikan ketiga varians sama) adalah 2.53 dengan nilai signifikansi sebesar 0,09. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05; sehingga menurut kriteria pengambilan keputusan, Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan varians antara kedua kelompok sampel. Dengan kata lain, data
48
kebugaran dari ketiga kelompok siswa memiliki varians yang sama (homogen). Oleh karena itu, akan dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji ANOVA. 4.4 Uji ANOVA Setelah uji homogenitas varian dilanjutkan dengan uji Anova untuk menguji perbedaan kualitas tingkat kebugaran. Adapun pengujian Anova menggunakan tabel ringkasan Anova seperti tertera pada tabel berikut : Ho
: µ1 = µ2 (rata-rata postes kelompok eksperimen sama dengan rata-rata postes kelompok kontrol)
H1
:
µ1 > µ2 (rata-rata postes kelompok eksperimen lebih baik
daripada rata-rata postes kelompok kontrol) Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1) Jika ½ nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak 2) Jika ½ nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka Ho diterima
Berdasarkan Tabel 4.8 nilai signifikansi (2-tailed) dengan Equal Varianced assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) sebesar 0,00. Setengah dari nilai signifikansi ini, ½ (0,00) = 0,00. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengambilan keputusan di atas, H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kelompok eksperimen lebih baik. Dengan kata lain, tingkat kebugaran
49
jasmani yang berjalan kaki lebih baik daripada siswa yang menggunakan sepeda dan angkutan umum. Tabel 4.8 Hasil Out Put SPSS Analisis ANOVA Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.901
2
.451
7.646
.002
Within Groups
1.532
26
.059
Total
2.433
28
4.5 Diskusi Penemuan Dari data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda dan angkutan umum. Tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda walaupun kurang dari tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah jalan kaki tetapi masih lebih baik dari siswa yang berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum. Kondisi ini terjadi karena dengan berjalan kaki, siswa akan memiliki kondisi fisik yang lebih kuat. Dengan berjalan kaki dapat meningkatkan ketahanan
50
jantung dan paru-paru, juga meningkatkan kemampuan tidak hanya untuk berlatih lebih lama dan lebih kuat tetapi juga melaksanakan tugas harian tanpa merasa lelah. Latihan berjalan kaki juga dapat membangun sistem kekebalan tubuh, dengan demikian kemungkinan terkena demam atau flu sangatlah kurang daripada kelompok yang tidak aktif bergerak (Nike Fitness Athlete and Educator, 2000:89). Siswa yang berangkat dan pulang sekolah dengan menggunakan sepeda, untuk kebugaran jasmani sama terlatihnya dengan siswa yang berangkat dan pulangnya dengan berjalan kaki. Dengan jalan kaki secara bertahap, teratur, dan cukup lama maka jumlah dan besarnya pembuluh darah kita akan bertambah sehingga peredaran darah kita menjadi lebih efisien, sedangkan bersepeda menyebabkan kemampuan oksidasi otot-otot tersebut sehingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan yang luas, juga dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung ( Cris Carmichael, 1996:6). Siswa yang berangkat dan pulangnya dengan menggunakan kendaraan umum tingkat kebugaran jasmaninya sangatlah kurang baik dikarenakan siswa menjadi kurang bergerak dan mengakibatkan rangsangan alamiah yang sangat vital bagi kehidupan lewat kerja jasmaniah sebagian besar telah lenyap dan mengakibatkan kemunduran karena kurang gerak (hipokinesis). Akibat yang ditimbulkan karena kurang gerak antara lain penyakit jantung koroner, tekanan darah meninggi dan kegemukan (Sudarno Sp, 1992:2), sehingga berbagai penyakit bisa menghinggapi kesehatan siswa yang menggunakan kendaraan umum.
51
Banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani siswa pada saat melakukan tes lari 12 menit. Siswa yang sering menggunakan otot-otot tubuhnya baik bagian atas maupun bagian bawah dalam kegiatan sehari-harinya, hasil tes lari 12 menitnya cenderung akan lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang jarang menggunakan otot-otot tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani siswa juga tergantung dari kondisi fisik siswa tersebut. Siswa yang tidur tepat waktu sekurang-kurangnya 8 jam di malam hari, kondisi fisiknya akan lebih optimal sehingga tidak mudah merasa kelelahan. Hasil tes lari 12 menit juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan hidup dan faktor lingkungan di sekitar siswa. Kebiasaan hidup sehat akan berpengaruh terhadap kebugaran jasmani siswa itu sendiri. Menurut Sadoso Sumosardjono (1996 : 8) terdapat beberapa keuntungan setelah berlatih gerak jalan secara bertahap, teratur dan cukup lama, yaitu: “Dengan jalan kaki secara bertahap, teratur, dan cukup lama maka jumlah dan besarnya pembuluh darah kita akan bertambah sehingga peredaran darah kita menjadi lebih efisien”. Hal tersebut akan menaikkan elastisitas pembuluh darah hingga dapat mengurangi kemungkinan pecahnya pembuluh darah jika tekanan darah kita naik. Secara otomatis peredaran darah kita akan bekerja lebih efisien yang berarti jantung yang mengalirkan darah kita ke seluruh tubuh akan lebih sempurna mengambil, mengedarkan. dan menggunakan oksigen. Jadi dengan berjalan kaki jantung kita akan mendapat keuntungan karena juga bekerja lebih efisien yaitu memompa darah lebih banyak dengan denyutan lebih jarang, serta akan lebih tahan terhadap kemungkinan serangan penyakit jantung.