BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian yang mencakup; Deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan, pengujian hipotesis, pembahasan dan keterbatasan penelitian. 4.1.Hasil Penelitian 4.1.1. Deskipsi Data Dalam uraian berikut ini akan dideskripsikan tentang data hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi perbandingan dan fungsi trigonometri di MAN Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan rincian kelompok data sebagai berikut: 1. Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share 2. Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction 3. Data hasil belajara siswa ditinjau dari kemampuan awal
B
4. Data hasi belajar siswa ditinjau dari kemampuan rendah
B
A
1
A
2
1
2
5. Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal tinggi
AB 1
1
6. Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal rendah
AB 1
2
7. Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi
AB 2
1
8. Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal rendah
AB 2
2
Secara umum, deskripsi data hasil belajar siswa matematika dari kedelapan kelompok data dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Data
Skor
Skor
Mean
Modus
n
Min
Max
A
20
55
96
76,1
89,5
A
20
53
90
69,95
B
1
20
58
96
B
2
20
53
1
10
AB
Median
St.Dev
Varians
s
s
75,5
13,64
186,09
66,5
69,3
10,48
109,73
80
89
83,2
11,72
137,47
81
66,05
55,6
66,25
8,71
75,84
75
96
87,3
87,8
87
5,95
35,34
10
55
78
64,9
58,25
64,5
8,88
78,77
AB 2
1
10
58
90
72,7
62,75
71,5
11,68
136,46
AB
2
10
53
81
67,2
73,5
70,5
8,85
78,40
_
O
e
2
Sumber 1
2
AB 1
1
2
2
Keterangan: : Skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair
A
1
share. : Skor hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction.
A
2
B
1
: Skor hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal tinggi.
B
2
: Skor hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal rendah.
AB 1
1
: Skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal tinggi.
AB 1
2
: Skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal rendah.
AB 2
1
: Skor hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi.
AB 2
2
: Skor hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal rendah.
Selengkapnya uraian deskripsi data masing-masing kelompok data diatas dapat disajikan sebagai berikut: 1.
Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share
dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
20
55
96
76,1
75,5
89,5
13,64
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
55-61
4
20,00
62-68
2
10,00
69-75
4
20,00
76-82
2
10,00
83-89
4
20,00
90-96
4
20,00
Jumlah
20
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 10 orang siswa atau 50℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 2 orang siswa atau 10 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 8 orang siswa atau 40 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 10 orang siswa atau 50% memperoleh skor dengan kategori rendah, 2 orang siswa atau 10% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 8 orang siswa atau 40% memperoleh skor dengan kategori tinggi.
Sebaran data pada daftar distribusi frekuensi diatas dapat digambarkan grafik dibawah ini:
Frekuensi 6 5 4 3
Frekuensi
2 1 0 0
2.
2
4
6
8
10
Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction Data hasil belajar siswa yang menggunakan direct intruction dapat disajikan melalui
tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
20
53
90
69,95
69,3
66,5
10,48
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Dirrect Intruction
Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
53-59
3
15,00
60-66
5
25,00
67-73
5
25,00
74-80
3
15,00
81-87
3
15,00
88-94
1
5,00
Jumlah
20
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 8 orang siswa atau 40℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 5 orang siswa atau 25 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 7 orang siswa atau 35 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 8 orang siswa atau 40% memperoleh skor dengan kategori rendah, 5 orang siswa atau 25% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 7 orang siswa atau 35 % memperoleh skor dengan kategori tinggi. 3.
Data hasil belajar siswa yang ditinjau dari kemampuan awal tinggi Data hasil belajar siswa yang ditinjau dari kemampuan awal tinggi dapat disajikan
melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang ditinjau kemampuan awal tinggi Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
20
58
96
80
83,2
89
11,72
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Ditinjau Dari Kemampuan Awal Tinggi Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
58-64
3
15,00
65-71
2
10,00
72-78
3
15,00
79-85
3
15,00
86-91
6
30,00
92-97
3
15,00
Jumlah
20
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 8 orang siswa atau 40 ℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 3 orang siswa atau 15 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 9 orang siswa atau 45 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 8 orang siswa atau 40 % memperoleh skor dengan kategori rendah, 3 orang siswa atau 15% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 9 orang siswa atau 45 % memperoleh skor dengan kategori tinggi. Sebaran data pada daftar distribusi frekuensi diatas dapat digambarkan pada grafik berikut ini:
Frekuensi 6 5 4 3
Frekuensi
2 1 0 0
4.
1
2
3
4
5
6
7
8
Data hasil belajar siswa yang ditinjau dari kemampuan awal rendah Data hasil belajar siswa yang ditinjau dari kemampuan awal rendah dapat disajikan
melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang ditinjau kemampuan awal rendah Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
20
53
81
66,05
66,25
55,6
8,71
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Ditinjau Dari Kemampuan Awal Rendah Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
53-57
5
25,00
58-62
2
10,00
63-67
4
20,00
68-72
4
20,00
73-77
3
15,00
78-82
2
10,00
Jumlah
20
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 7 orang siswa atau 35℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 4 orang siswa atau 20 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 9 orang siswa atau 45 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 7 orang siswa atau 35% memperoleh skor dengan kategori rendah, 4 orang siswa atau 20% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 9 orang siswa atau 45% memperoleh skor dengan kategori tinggi. 5.
Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal tinggi Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan
memiliki kemampuan awal tinggi dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal tinggi Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
10
75
96
87,3
87,8
89,5
5,95
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Dan Memiliki Kemampuan Awal Tinggi Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
75-79
1
10,00
80-84
2
20,00
85-89
3
30,00
90-94
3
30,00
95-99
1
10,00
Jumlah
10
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 6 orang siswa atau 60℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 3 orang siswa atau 30 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 1 orang siswa atau 10 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 6 orang siswa atau 60% memperoleh skor dengan kategori rendah, 3 orang siswa atau 30% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 1 orang siswa atau 10 % memperoleh skor dengan kategori tinggi. 6.
Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal rendah Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan
memiliki kemampuan awal rendah dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2
Data hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran think pair share dan memiliki kemampuan awal rendah Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
10
55
78
64,9
64,5
58,25
8,88
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share Dan Memiliki Kemampuan Awal Rendah Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
55-59
3
30,00
60-64
2
20,00
65-69
1
10,00
70-74
2
20,00
75-79
2
20,00
Jumlah
10
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 5 orang siswa atau 50 ℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 1 orang siswa atau 10 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 4 orang siswa atau 40 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 5 orang siswa atau 50 % memperoleh skor dengan kategori rendah, 1 orang siswa atau 10% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 4 orang siswa atau 40 % memperoleh skor dengan kategori tinggi.
7.
Data hasil belajar siswa yang menggunakan direct intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki
kemampuan awal tinggi dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang menggunakan direct intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
10
58
90
72,7
71,5
62,75
11,68
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Dirrect Intruction Dan Memiliki Kemampuan Awal Tinggi Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
58-64
3
30,00
65-71
2
20,00
72-78
2
20,00
79-85
1
10,00
86-92
2
20,00
Jumlah
10
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 5 orang siswa atau 50 ℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 2 orang siswa atau 20 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 3 orang siswa atau 30 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut
dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 5 orang siswa atau 50 % memperoleh skor dengan kategori rendah, 2 orang siswa atau 20% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 3 orang siswa atau 30 % memperoleh skor dengan kategori tinggi. 8.
Data hasil belajar siswa yang menggunakan direct intruction dan memiliki kemampuan awal rendah Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki
kemampuan awal rendah dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Data hasil belajar siswa yang menggunakan direct intruction dan memiliki kemampuan awal rendah Statistik
n
Min
Max
Mean
Median
Modus
St.Deviasi
Skor
10
53
81
67,2
70,5
73,5
8,85
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasi Belajar Siswa Yang Menggunakan Dirrect Intruction Dan Memiliki Kemampuan Awal Rendah Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekensi Relatif (℅)
53-58
2
20,00
59-64
2
20,00
65-70
1
10,00
71-76
4
40,00
77-83
1
10,00
Jumlah
10
100,00
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 4 orang siswa atau 40 ℅ memperoleh skor dibawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 1 orang siswa atau 10 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 5 orang siswa atau 50 % memperoleh skor diatas darin kelas interval yang memuat skor rata-rata. Jika skor pada kelas interval tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu kelas interval 1,2,dan 3 dikategorikan rendah,kelas interval 4 dikategorikan sedang,dan kelas interval 5 dikategorikan tinggi maka terdapat 4 orang siswa atau 40 % memperoleh skor dengan kategori rendah, 1 orang siswa atau 10% memperoleh skor dengan kategori sedang,dan 5 orang siswa atau 50 % memperoleh skor dengan kategori tinggi.
1.1.2. Pengujian Persyaratan Analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur. Namun sebelumnya dilakukan uji persyaratan dari penggunaan analisis ini yaitu pengujian normalitas dan homogenitas data. 1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan pada data hasil belajar siswa dari masing-masing kelompok perlakuan. Dengan demikian terdapat 8 (delapan) kelompok data yang diuji normalitas distribusinya. Pengujian normalitas data ini dilakukan melalui uji Lilifors dengan taraf 0,05 . Kriteria pengujiaannya adalah tolak Ho bahwa populasi berdistribusi
signifikan
normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih besar dari pada Ltabel dalam hal lainnya Ho diterima. Delapan kelompok yang dimaksud adalah (1) data hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share (A1); (2) data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction (A2) ; (3). Data hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal tinggi (A3); (4). Data hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal rendah (A5); (5). Data hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal tinggi ( A1B1). (6). Data hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal rendah (A1B2); (7). Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi (A2B1); (8). Data hasil belajar siswa yang menggunakan dirrect intruction dan memiliki kemampuan awal rendah (A2B2).
Data hasi perhitungan dengan menggunakan uji Lilifors menunjukkan bahwa kedelapan data tersebut memiliki tingkat normalitas data sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini. Kelompok
N
Lo
L
t
A1
20
0,0985
Kesimpulan 0, 05
0,190
Normal
A2
20
0,0954
0,190
Normal
B1
20
0,1331
0,190
Normal
B2
20
0,148
0,190
Normal
A1B1
10
0,1148
0,258
Normal
A1B2
10
0,1686
0,258
Normal
A2B1
10
0,1554
0,258
Normal
A2B2
10
0,1162
0,258
Normal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Lo dari kedelapan kelompok tersebut lebih kecil dari Lt (Lo < Lt). Hal ini berdasarkan hipotesis stastistik bahwa jika Lo < Lt maka diterima Ho tolak H1, untuk kondisi lain tolak Ho (Ho = data berdistribusi normal, H1 = data tidak berdistribusi normal). Berdasarkan hasil perhitungan uji Lilifors pada tabel diatas, ini berarti Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel dari kedelapan kelompok diatas adalah berasal dari populasi berdistribusi normal. Karenakedelapan kelompok data tersebut berdistribusi normal maka berakibat terhadap diperbolehkannya menggunakan statistik parametrik dalam pengujian hipotesis penelitian ini. (Hasil perhitungan normalitas kelompok terlampir pada lampiran 22). Adapun persyaratan lain yang dilakukan adalah pengujian homogenitas varians. 2. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan terhadap (1). Dua kelompok perlakuan, yaitu antara kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share ( A 1 ) dan
kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction ( A2 ); (2). Dua kelompok kategori atribut subyek penelitian, yaitu kelompok siswa yang memiliki kemempuan awal tinggi ( B1 ) dan kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah ( B2 ); (3). Empat kelompok sel dalam rancangan eksperimen, yaitu antara kelompok siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal tinggi ( A1B1 ), kelompok siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal rendah ( A 1B2 ), kelompok siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kamampuan awal tinggi ( A2B1 ), dan kelompok siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kemampuan awal rendah ( A2B2 ). a. Uji Homogenitas Varians Kelompok Perlakuan A1 dan A2 Pengujian homogenitas varians dari kelompok-kelompok perlakuan dalam penelitian ini dengan menggunakan Uji kesamaan dua varians, yaitu uji F. Kelompok yang uji adalah kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share ( A 1 ) dan kelompok belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction ( A2 ). Uji F dilakukan antara varians tersebar dan varians terkecil dari kedua kelompok data yang akan diuji. Perhitungan diawali dengan menghitung varians dari masing-masing kelompok data. Selanjutnya mencari nilai Fhitungdengan membandingkan nilai varians terbesar dengan nilai varians terkecil. Hasil perhitungan uji homogenitas mengacu pada hipotesis statistik bahwa jika Fhitung< F tabel, maka terima Ho atau terima H1. Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas varians dapat disajikan pada tabel berikut ini. Tabel Ringkasan Uji Homogenitas Varians Kelompok A1 dan A2 Varians Kelompok
( S2)
A1
186,095
Fhitung
1,696
F
tabel
2,15
0, 05
Kesimpulan
Homogen
A2
109,734
Dari tabel diatas ternyata Fhitung< Ftabel atau 1,696 < 2,15 pada taraf nyata 0,05, dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan varians diantara kedua kelompok perlakuan yang diuji, yaitu kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share (A1) dan kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction (A2) dan kesimpilan kedua kelompok tersebut adalah homogen.hasil perhitungan selengkapnya terlampir pada lampiran 23. b. Uji Homogenitas Varians Kelompok Kategori Atribut Subjek Penelitian B1 dan B2 Pengujian homogenitas varians kelompok kategori subjek penelitian dalam penelitian ini dilakukan seperti pada point (1). Yaitu menggunakan uji kesamaaan uji varians yaitu uji F. Kelompok yang diuji adalah kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi (B1) dan kelompok siswa yang memiliki kemampuan awal rendah (B2). Hasil perhitungan uji homogenitas mengacu pada hipotesis statistik bahwa jika Fhitung< F tabel maka terima Ho yang berarti data homogen sebaliknya tolak Ho atau terima H1.
Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas varians dapat disajikan pada tabel berikut ini. Varians Kelompok
( S2)
B1
137,474
Fhitung
1,813 B2
F
tabel
2,15
0, 05
Kesimpulan
Homogen
75,839
Dari tabel diatas ternyata F hitung< Ftabel atau 1,813 < 2,15 pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan varians diantara kedua
kelompok kategori subyek penelitian yang diuji, yaitu kelompok hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi ( B1 ) dan kelompok hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah ( B2 ) dan kesimpulannya kedua kelompok tersebut adalah homogen. Hasil perhitungannya terlampir pada lampiran 23. c. Uji Homogenitas Varians Antara Kelompok Sel dalam Rancangan eksperimen ( A1B1, A1B2, A2B1, A2B2 ) Pengujian homogenitas varians dari kelompok-kelompok dalam penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Keempat kelompok yang di uji adalah kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal tinggi (A1B1), kelompok hasil belajar siswa menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal rendah (A1B2), kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi ( A2B1 ), Kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kemampuan awal rendah ( A2B2 ). Hasil perhitungan uji homogenitas mengacu pada hipotesis statistik bahwa jika X2hitung< X2tabel, maka terima Ho berarti data homogen, sebaliknya tolak Ho atau terima H1.
Tabel Hasil Ringkasan Homogenitas Varians antara 4 Kelompok Sel Varians
Varians Gabungan
Harga
Kelompok
(S2)
(S2)
B
A1B1
35,344
A1B2
78,767
A2B1
136,456
A2B2
78,400
82,242
X2hitung
68,943 3,863
X2tabel
7,81
Kesimpulan
Homogen
Dari tabel diatas ternyata X2hitung< X2tabel atau 3,863 < 7,81 pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan varians diantara
keempat kelompok yang diuji, yaitu kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal tinggi (A1B1), kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan memiliki kemampuan awal rendah (A1B2), kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kemampuan awal tinggi (A2B1), kelompok hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction dan memiliki kemampuan awal rendah (A2B2). Dan kesimpulannya keempat kelompok tersebut adalah homogen. Hasil perhitungan selengkapnya pada lampiran 23. 4.1.3.Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan tekhnik Analisis Varians 2 jalur (ANAVA 2 x 2). Analisis Varians dua jalur adalah suatu tehnik perhitungan ( statistik parametrik ) yang bertujuan untuk menyelidiki dua pengaruh, yaitu pengaruh utama dan pengaruh interaksi. Pengaruh utama adalah pengaruh perbedaan model pembelajaran ( Think Pair Share dan Dirrect Intruction ) terhadap hasil belajar siswa, dan juga pengaruh perbedaan kemampuan awal siswa (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajarnya pada materi Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri. Pengaruh interaksi yang dimaksud adalah pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. Adapun hasil perhitungan ANAVA 2 jalur ini secara ringkas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Hasil perhitungan lengkapnya terlampir. Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA Data Hasil Belajar Siswa Sumber Variasi
dk
JK
RK
Fh
Ft
1
378,225
378,225
4,60
4,11
Antar Kolom (K)
Antar Baris (B)
1
1946,02
1946,02
23,66
4,11
1
714,025
714,025
8,68
4,11
Interaksi (KxB) Dalam
36
2960,7
82,2417
-
-
Total
40
5586,38
-
-
-
Berdasarkan rangkuman perhitungan ANAVA diatas, dapat dijelaskan : 1. Hasil ANAVA dua jalur antar kolom dapat diperoleh harga Fhitung = 4,60. Harga Ftabel dicari dengan berdasarkan dk antar kolom (pembilang) = 1, dan dk Dalam (penyebut) = 36 dengan taraf signifikan
0,05 . Berdasarkan F(0,05)(1,36), maka harga Fhitung lebih besar
daripada Ftabel, hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang menggunakan model Think Pair Share dengan siswa yang menggunakan Dirrect Intruction ditolak.sedangkan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajara siswa yang menggunakan model Think Pair Share dengan siswa ynag menggunakan Dirrect Intruction diterima secara signifikan. Dengan adanya perbedaan hasil belajar siswa, maka selanjutnya dapat dilihat mana yang lebih tinggi hasil belajarnya diantara dua kelompok perlakuan. Dari hasil perhitungan menunjukkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share (A1), yaitu sebesar 76,1 lebih tinggi dari skor rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction (A2) yaitu 69,95. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan, secara keseluruhan hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan Dirrect Intruction diterima. 2. Hasil ANAVA 2 jalur antar baris diperoleh harga Fhitung = 23,66. Harga Ftabel dicari berdasarkan dengan dk antar kolom (pembilang) =1, dan dk dalam (penyebut) = 36
dengan taraf signifikan
0,05 . Berdasarkan F(0,05)(1,36), maka harga Ftabel = 4,11.
Karena harga Fhitung lebih besar daripada Ftabel, hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah diterima secara signifikan. Dengan adanya perbedaan hasil belajar,maka selanjutnya dapat silihat mana yang lebih tinggi hasil belajarnya diantara dua kelompok kategori atribut subyek penelitian. Dari hasil perhitungan menunjukkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi (B1) yaitu sebesar 80 lenih tinggi dari skor rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki kemapuan awal rendah (B2) yaitu 66,05. Dengan demikian hipotesis kedua menyatakan, secara keseluruhan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah diterima. 3. Hasil ANAVA 2 jalur antar kolom dan baris diperoleh harga Fhitung = 8,66.Harga Ftabel dengan berdasarkan dk antar kolom (pembilang) = 1, dan dk Dalam (penyebut) = 36. Dengan taraf signifikan
0,05 . Berdasarkan F(0,05)(1,36), maka harga Ftabel = 4,11. Karena
harga ]----Fhitung lebih besar daripada Ftabel hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara model Think Pair Share dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa ditolak. 4.2. Pembahasan Pada bagian ini dikemukakan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian yang meliputi: (1). Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model Think Pair Share dan
Dirrect Intruction; (2). Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan siswa terhadap hasil belajar siswa ; (3). Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang menggunakan model Think Pair Share dan Dirrect Intruction; (4). Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menggunakan model Think Pair Share dengan Dirrect Intruction. 4.2.1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Think Pair Share dengan Dirrect Intruction Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Think Pair Share dan Dirrect Intruction dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri, dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa . Hal ini dapat dilihat dari capaian hasil belajar berdasarkan kelompok data yang telah dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan awal yang dimiliki oleh siwa baik kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. Berdasarkan hasil analisis data melalui ANAVA 2 jalur, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Think Pair Share dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Dirrect Intruction. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien ANAVA (Fhitung) antar kolom > Ftabel atau 4,60 > 4,15 yang berarti signifikan. Dengan demikian perbedaan pemberian model Think Pair Share dan Dirrect Intruction memberikan hasil belajar yang berbeda. Dengan adanya perbedaan hasil belajar siswa, maka selanjutnya dapat dilihat mana yang lebih tinggi hasil belajarnya diantara kedua perlakuan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajurkan dengan menggunakan model Think Pair Share yaitu 76,1 lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan Dirrect Intruction yaitu 69,95. Jadi secara umum terdapat pengaruh antara model
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dimana model Think Pair Share memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan Dirrect Intruction. Hasil belajar siswa sangat bergantung pada seberapa besar usaha yang dilakukan oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak usaha-usaha belajar yang dilakukan siswa maka semakin baik pula hasil belajarnya. Hal ini berlaku pula pada kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai konsep matematika yang dapat diukur melalui pelaksanaan tes. Oleh sebab itu inti proses belajar agar mencapai hasil belajar maksimal adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta dan informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman. Model pembelajaran digunakan sebagai upaya untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Dalam hal ini model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share menurut siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan sebelumnya terlihat bahwa secara umum hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Think Pair Share lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar yang diajarkan dengan Dirrect Intruction. Hal ini dimaklumi sebab pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share yang merupakan unsur pokok dalam pendekatan Inquiry dan discowery , menurut
siswa untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya. Melalui model Think Pair Share maka pembelajaran akan lebih berkesan karena siswa dilibat sepenuhnya dalam proses pembelajaran sehingga mereka dapat membentuk pengetahuan mereka sendiri. Sedangkan untuk pembelajaran dengan menggunakan Dirrect Intruction, keaktifan lebih banyak dari pihak guru. Guru bertindak sebagai pengajar yang memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan. Dalam Dirrect Intruction, siswa lebih bersifat pasif dimana siswa hanya memperhatikan Dirrect Intruction yang dilakukan oleh guru. Mereka hanya sesekali dilibatkan dalam Dirrect Inruction. Selanjutnya siswa diminta untuk memberikan kesimpulan dari Dirrect Intruction yang telah dilakukan oleh guru. Keaktifan yang lebih banyak berasal dari pihak guru inilahyang bisa menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak mengikuti pembelajaran secara maksimal. 4.2.2 Pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadaphasil belajar siswa. Hasil uji hipotesis ketiga menunjukan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang menggunakan metode eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih tinggi jika dibadingkan dengan yang menggunakan metode demontrasi.Demikian pula dengan hasil uji hipotesis keempat .walaupun hasil uji hipotesis keempat menujukan bahwa tidak terdapat yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang menggunakan model think pair share dan dirrect intructiom,namun pada kenyataannya siswa yang memiliki kemampuan awal rendahyang menggunakan dirrect intructiommemiliki hasil belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan think pair share.hasil uji hipotesis ketiga dan keempat mengindikasikan adanya interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan awal siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi perbadingan dan fungsi trigonometri.hal ini di pertegas dengan melihat hasil uji hipotesis bahwa Fhitung > Ftabel atau 23,66 > 4,11 pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya menolak hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa dan hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa di terima secara signifikan.dengan adanya interaksi ini menujukan bahwa model penbelajaran secara signifikan telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan di dasarkan dengan apa yang terdapat pada struktur kognitif siswa.adanya interaksi yang di tunjukan antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa mengindikasikan bahwa tidak semua model pembelajaran cocok di tarapkan pada semua siswa yang tentunya memiliki tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda.dengan demikian dapat di katakan bahwa model think pair share lebih cocok di terapkan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan awal tinggi.sebalikinya dirrect intruction akan lebih cocok di terapkanpada siswa yang memiliki tingkat kemampuan awal rendah. 4.2.3 Pebedaan Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi,yang Menggunakan Model Think Pair Share Dan Dirrect Intruction. Berdasarkan hasil analisis data,bahwa telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi baik yang di ajarkan dengan menggunakan model think pair share maupun yang di ajarkan dengan menggunakan dirrect intruction hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang menggunakan model think pair share memiliki skorr rata-rata yaitu 87,3 lebih tinggi jika di bandigkan dengan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang menggunakan dirrect intructionyang memiliki skor rata-rata 72,7
Pembelajaran dengan menggunakan model think pair share ternyata lebih tepat jika dibandingkan dirrect intruction untuk dirapkan pada siswa yang memilii kemampuan awal tinggi keefektifan model Think Pair Share pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi telah memiliki pengetahuan berupa fakta,konsep,prinsip dan prosedur terhadap materi matematika yang telah mereka pelajari sebelumnya.sehingga pengetahuan yang telah mereka kuasai sebelumnya akan memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan melalui model think pair share. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat di tingkatkan denngan model think pair share karena dengan model itu siswa dapat terlibat secara aktif, menggunakan dan mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menemukan suatu konsep ataupun rumus barus yang berhubungan dengan materi yang akan di pelajari. Melalui model think pair share,maka siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dapat memaksimalkan kemampuan awal mereka dalam pembelajaran sehingga mereka dapat menemukan hal-hal baru melalui pengetahuan yang telah mereka miliki. Sedangkan penerapan dirrect imtructiom pada kelompok siswa yang memiliki kemempuan awal tinggi terlihat kurang efektif. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa tidak sepenuhnya terlibat secara aktif.memang siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi telah menguasai materi pelajaran sebelumnya. Namun pada dirrect intruction kegiatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru sebagai demonstran maupun imporman sehinggah siswa cenderung pasif, mereka merasa bosan dan kurang termotivasi untuk mengengembangkan materi yang telah di ajarkan guru. Kemampuan awal mereka tidak dimanfaatkansecara optimal karena apa yang telah mereka pelajari hanya terpaku pada apa yang dijelaskanoleh guru.
4.2.4 Pebedaan Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Rendah,Yang Menggunakan Model Think Pair Share Dan Dirrect intruction. Berdasarkan hasil analisis data, bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menggunakan model think pair share dan yangmenggunakan dirrect intruction. Namun dapat dilihat mana yang lebih tinggi hasil belajarnya di antara kedua perlakuan. Hasil perhitungan menunjukan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menggunakan dirrct intruction ternyata memiliki skor rata-rata yaitu 67,2 lebih tinggi di bandingkan dengan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menggunakan model think pair share yang memiliki skor ratarata 64,9. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan dirrect interruction mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah kurang mampu memahami fakta, konsep, prinsip dan prosedur terhadap materi yang diperoleh pada materi sebelumnya. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat ditingkatkan melalui dirrct intruction dengan itu dapat memudahkan siswa dalam memahami materi atau konsep karena dlam proses pembelajaran guru bertindak sebagai pengajar yang memperagakan dan memberikan penjelasan secara verbal kepada siswa. Dalam hal ini guru berperan secara aktif reutama bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah,mereka cenderung sehinggah lebih memahami suatu materi yang di ajarkan dengan melihat dan mendengarkan penjalasan guru dibandingkan dengan membangun pengetahuan sendiri layaknya yang di tuntut dalam pembalajaran dengan menggunakan model think pair share. Di samping itu,drrect intructiondapat memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah untuk memahami konsep secara mendetail dari penjelasan yang
diberikan oleh guru. Lain hanya dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang menggunakan
model think pair share. Mereka merasa kesulitan untuk membangun
pengetahuan sendiri, menemukan suatu konsep dari materi yang mereka pelajari. Hal ini di karenakan mereka belum menguasai materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan syarat agar mereka dapat menemukan suatu konsep baru. Ini mengakibatkan model think pair share kurang efektif jika di terapkan kepada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 4.3. Keterbatasan Penelitian Meskipun berbagai upaya yang telah dilakukan dalam penelitian ini, namun masih terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 40 orang. Agar bisa digeneralisasikan, maka dapat dilakukan penelitian selanjutnya yang dapat mengambil sampel yang lebih besar sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik. 2. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian yang hanya meliputi variabel model pembelajaran dan kemampuan awal siswa. Variabel lain seperti minat, motivasi, tingkat intelegensi dan faktor lain yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang tidak kontrol. Sehingga tidak menutup kemungkinan hasil penelitian dapat saja dipengaruhi oleh variabel lain selain dari variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. 3. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi matematika SMA Kelas X semester genap yaitu Perbandingan dan Fungsi Trigonometri. Sehingga hasil dari penelitian ini hanya diberlakukan pada materi tersebut. Dalam memperhatikan keterbatasan-keterbatasan di atas, maka diharapkan kepada penelitipeneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar dapat memperhatikan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini.