Masterplan RTH Kota Banda Aceh
BAB III IDENTIFIKASI, INVENTARISASI DAN EVALUASI RTH KOTA BANDA ACEH 3.1
Identifikasi RTH Kota Banda Aceh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahanlahan milik privat. Tabel 3.1 Klasifikasi RTH berdasarkan Kepemilikan
Halaman - 24
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Dari pemahaman RTH diatas, maka RTH Kota Banda Aceh terdapat beberapa jenis RTH yang mempunyai manfaat atau fungsi yang berbeda-beda. Bentuk dan kondisi RTH di Kota Banda Aceh antara lain: 3.1.1 Taman Kota Taman kota merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan. Taman kota harus nyaman secara spasial atau keruangan, dimana warga kota dapat menggunakannya untuk aktivitas informal sehari-hari seperti istirahat, duduk, bermain dan lainnya. Untuk itu, perlu disediakan sarana atau prasarana untuk kebutuhan tersebut, misalnya bangku, ruang terbuka, toilet umum, dan lainnya Kota Banda Aceh mempunyai beberapa taman kota diantaranya: Taman sari, Taman Nurseri Bustanussalatin, Taman Adipura, Taman Cagar Budaya Putroe Phang di Kecamatan Baiturrahman, Taman Edukasi Tsunami di Kecamatan Jaya Baru, Taman Tepi Kali di Kecamatan Kuta alam dan taman-taman kecil lainnya berupa pulau jalan serta taman sudut jalan.
Gambar. 3.1 Taman Kota di Kota Banda Aceh
3.1.2 Hutan Kota Hutan Kota merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan luas minimal sebesar 0,25 ha. dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu). Hutan Kota mempunyai beberapa fungsi seperti memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan Halaman - 25
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
keserasian lingkungan fisik kota, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata alam, rekreasi, olah raga, penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelestarian plasma nutfah, dan budidaya hasil hutan bukan kayu Hutan kota di Kota Banda Aceh terdapat di beberapa tempat, seperti Hutan Kota di depan Mesjid Raya Baiturrahman, Hutan Kota di samping POMDAM, Sisi Barat Kanal Krueng Aceh yang luasnya rata-rata kurang 0,25 ha. kurang luas untuk memenuhi syarat sebagai hutan kota. Hutan kota yang cukup memenuhi syarat sebagai hutan kota terdapat di Kecamatan Syiah Kuala dengan luas 6,8 ha. dan hutan kota Rusunawa yang berlokasi di Kecamatan Meuraxa dengan luas 4 ha.
Gambar. 3.2 Hutan Kota BNI di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala
3.1.3
RTH Jalur Hijau Jalan Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam
pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Beberapa fungsi jalur hijau jalan yaitu sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, perlindungan bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi peningkatan suhu udara. Selain itu, akar pepohonan dapat menyerap air hujan sebagai cadangan airtanah dan dapat menetralisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas perkotaan. RTH jalur hijau jalan di Kota Banda Aceh berada pada jalan-jalan utama di pusat kota seperti di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, Jalan Daud Beureuh, Jalan T. Nyak Arief, Jalan Teuku Umar, Jalan Tjut Nyak dien, Jalan tgk. Chik DiTiro, Jalan Tgk. Imuem Lueng Bata, Jalan Panglima Nyak Makam dan beberapa ruas jalan lainnya. Sebagian jalur hijau tersebut sudah tertata sesuai dengan fungsinya dengan tanaman berupa jenis kayu, Halaman - 26
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
perdu/semak dan penutup tanah, akan tetapi ada juga jalur hijau jalan yang dipasang paving block dan ditanam pohon ditengahnya.
Gambar. 3.3 Kondisi Jalur Hijau di beberapa ruas Kota Banda Aceh
3.1.4
RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran mempertahankan
irigasi
kelestarian
primer fungsi
yang sungai,
mempunyai
manfaat
mengamankan
aliran
penting sungai,
untuk dan
dikembangkan sebagai area penghijauan. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Krueng Aceh merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang membelah Kota Banda Aceh, disamping itu juga di Kota Banda Aceh terdapat sungai-sungai kecil seperti Krueng daroy, Krueng Cut, Krueng Doi, Krueng Neng dan Krueng Lueng Paga. Sempadan sungai yang sudah ditata menjadi RTH yaitu pada Krueng Aceh dan Krung Daroy.
Gambar. 3.4 RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai di Kota Banda Aceh yang telah tertata dan belum
3.1.5
RTH Jalur Hijau Sempadan Pantai Sempadan Pantai adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari pantai, kawasan
limitasi terhadap penggunaan lahan disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Halaman - 27
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Jalur hijau sempadan pantai di Kota Banda Aceh terletak pada kawasan pesisir utara di Kecamatan Meuraxa, Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Syiah Kuala yang ditumbuhi vegetasi mangrove, nipah, kelapa dan cemara. Ketika tsunami kawasan ini mengalami kerusakan yang cukup parah hampir seluruh vegetasi mati. Saat ini mulai dilakukan revegetasi dan mulai tumbuh kembali walaupun belum mencapai seperti kondisi awal sebelum tsunami.
Gambar. 3.5 Kondisi RTH Jalur Hijau Sempadan Pantai di Kota Banda Aceh.
3.1.6
RTH Lapangan Olah Raga Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung
berbagai aktifitas olahraga seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta sarana-sarana penunjangnya. Fungsi lapangan olahraga pertemuan, adalah sebagai sarana wadah interaksi dan olahraga, tempat sosialisasi, bermain, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. RTH Lapangan olah raga yang terdapat di kota Banda Aceh antara lain lapangan Blang Padang, lapangan Jasdam Neusu, Stadion Lampinueng, Stadion Harapan Bangsa, Lapangan Tugu Darussalam, dan beberapa lapangan bola kaki yang terdapat di tiap-tiap kecamatan di Kota Banda Aceh. Lapangan Blang Padang merupakan RTH yang cukup luas, tempat warga kota Banda Aceh berolah raga setiap pagi dan sore hari. juga sering digunakan untuk shalat dua hari raya, upacara memperingati hari besar nasional, pameran pembangunan dan pertunjukan musik. Ditaman ini juga terdapat replika pesawat Seulawah Air yang merupakan cikal bakal Garuda Indonesia Airways. Sebelah Barat dari lapangan ini terdapat Museum Tsunami Aceh. Halaman - 28
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 3.6 RTH Blang Padang yang merupakan salah satu ikon Kota Banda Aceh.
3.1.7
RTH Pemakaman Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai
tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga memiliki fungsi lainnya seperti cadangan RTH, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan. RTH Pemakaman di Kota Banda Aceh antara lain Taman Pemakaman Serdadu Belanda (Kherkhoff) yang masuk kedalam kawasan Cagar Budaya, Taman Makam Pahlawan di Kecamatan Baiturrahman, Komplek Makam Raja Dikandang di Kecamatan Kura Raja, Kuburan Massal Tsunami Ulee Lheu di Kecamatan Meuraxa dan Kuburan Umum lainnya yang terdapat di tiap-tiap kelurahan di tiap-tiap Kecamatan di Kota Banda Aceh.
(a)
(b)
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
(c)
(d)
(e)
Gambar 3.7 Beberapa RTH Pemakaman di Kota Banda Aceh. (a) Kherkhoff, (b) TMP Ateuk Pahlawan, (c) Kuburan Massal Tsunami Ulee Lheue, (d) Makam Raja Dikandang Kuta Raja dan (e) Makam Umum di Kedudah Kecamatan Kuta Raja.
3.1.8
RTH Perkarangan Rumah RTH Perkarangan Rumah merupakan lahan diluar bangunan yang luasnya
disesuaikan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan). RTH Perkarangan di Kota Banda Aceh umumnya terdapat pada rumah-rumah dengan luas lahan di atas 300 m2., sedangkan pada rumah-rumah dengan lahan 100 m2. sampai dengan 300 m2., umumnya tidak mengikuti ketentuiann KDB yang ditetapkan.
Gambar 3.8 RTH Perkarangan di beberapa rumah di Kota Banda Aceh.
3.1.9
RTH Halaman Perkantoran, Gedung Komersial, Mesjid dan Sekolah. RTH Halaman perkantoran dan gedung komersial merupakan taman yang lebih kecil
dan diperuntukan untuk populasi dan kegiatan terbatas, biasanya digunakan untuk kegiatan upacara, olah raga, sirkulasi udara dan sebagai elemen estetika. RTH ini umumnya belum cukup tersedia di lingkungan perkantoran dan bangunan komersial, sedangkan di lingkungan sekolah lebih banyak berupa ruang terbuka non hijau. Beberapa instansi dan mesjid yang memiliki lahan cukup luas diantaranya di Kompleks Kantor Gubernur Aceh, Kompleks Dinas Pertanian Aceh, Kompleks Polda Aceh, Kompleks Universitas Syiah Kuala, Kompleks IAIN Ar-Raniry, Politeknik Aceh Pango Raya, Kompleks RSU Zainal Abidin Banda Aceh dan beberapa instansi lainnya. Selanjutnya Mesjid Raya Baiturrahman, Mesjid Jamik Lueng Bata, Mesjid Jamik Baitus Salihin Ulee Kareng, Mesjid Teuku Umar Setui dan beberapa mesjid lainnya.
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 3.9 RTH Halaman Perkantoran, Gedung Komersial, Mesjid dan Sekolah di Kota Banda Aceh.
3.1.10 RTH Pertanian Kota. Kegiatan pertanian tentunya membutuhkan lahan yang cukup luas, sehingga kegiatan ini jarang ditemui di kawasan pusat kota yang cenderung kepada kegiatan perdagangan dan jasa. Di Kota Banda Aceh kegiatan pertanian masih terdapat di beberapa wilayah pinggiran kota, antara lain di Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Lueng Bata, Kecamatan Jaya Baru dan Kecamatan Banda Raya. Kegitan
Halaman - 31
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
utamanya berupa budidaya tanaman pangan, holtikultura, kebun campuran, kolam ikan yang dikelola oleh masyarakat setempat. RTH Pertanian di perkotaan Banda Aceh dari tahun ke tahun semakin berkurang beralih fungsi menjadi kawasan terbangun, terutama berubah menjadi kawasan perumahan, perdagangan dan aneka jasa lainnya. Dengan banyaknya ruas jalan yang dibuka maka makin cepat lahan pertanian tersebut di konversi menjadi kawasan permukiman dan perdagangan.
Gambar 3.10 Beberapa RTH Pertanian di Kota Banda Aceh, beberapa diantaranya masih berupa persawahan aktif.
3.2
Inventarisasi RTH Kota Banda Aceh RTH Publik Kota Banda Aceh yang terdata pada tahun 2009 berbentuk
hub/core/area berupa: taman kota (taman wisata, taman edukasi, taman nurseri, taman tugu), hutan kota, hutan magrove, lapangan olahraga dan makam. Sedangkan berbentuk link/corridor/jalur hijau saat ini berupa: pulau jalan dan jalur hijau, sepadan sungai, sempadan pantai. Dikota Banda Aceh tidak terdapat situ/danau/telaga/waduk dan jalur SUTET (Saluran Udara Ekstra Tegangan Tinggi), sedangkan Rel KA (Kereta api) masih dalam perencanaan. Sedangkan RTH Privat terdiri dari RTH perkarangan dan RTH Pertanian Kota dan Tambak. Luas RTH Eksisting di masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4 dibawah ini.
Halaman - 32
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Tabel 3.2 Data Luas dan Komponen RTH Publik Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No
Jenis RTH
Meuraxa
Jaya Baru
Banda Raya
Baiturrahman
Lueng Bata
0,36 0,30 5,12 1,21 0,00 13,89 1,01 1,04 22,93 0,37
6,31 15,89 23,94 2,92 0,00 14,17 5,28 7,56 76,07 1,24
0,72 0,00 6,21 14,86 0,00 2,08 1,42 1,21 26,50 0,43
Kuta Alam
Kuta Raja
Syiah Kuala
3,54 0,10 19,31 5,13 42,02 3,91 5,79 1,78 81,58 1,33
0,00 0,00 2,31 1,47 18,88 0,63 1,02 1,55 25,86 0,42
1,32 6,92 16,84 8,16 144,51 7,11 98,94 1,54 285,34 4,65
Ulee Kareng
Jumlah Persentase (ha)
(%)
Publik 1 2 3 4 5 6 7 8
Taman Kota Hutan Kota Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Sempadan Sungai Jalur Hijau Sempadan Pantai RTH Lap. Olah Raga RTH Lingkungan Perkantoran RTH Pemakaman Total (ha) Persentase (%)
1,16 4,00 10,32 1,03 69,48 1,63 0,87 1,08 89,57 1,46
1,52 0,00 3,31 0,91 3,00 0,91 0,61 0,51 10,77 0,18
0,13 0,00 10,65 39,72 0,00 3,10 1,98 2,07 57,65 0,94
15,06 27,21 98,01 75,41 277,89 47,43 116,92 18,34 676,27 11,02
0,25 0,44 1,60 1,23 4,53 0,77 1,91 0,30 11,02
Jumlah
Persentase
(ha)
(%)
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh 2009-2029, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh 2008 dan Survei 2012
Tabel 3.3 Data Luas dan Komponen RTH Privat Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No Privat
Jenis RTH
RTH Pekarangan 1 Rumah/Kantor 2 RTH Pertanian Kota /Tambak Total (ha) Persentase (%)
Meuraxa
75,06 68,00 143,06 2,33
Jaya Baru
Banda Raya
Baiturrahman
47,88 24,00 71,88 1,17
53,02 51,30 104,32 1,70
51,08 18,70 69,78 1,14
Lueng Bata
Kuta Alam
Kuta Raja
Syiah Kuala
Ulee Kareng
54,35 72,60 126,95 2,07
96,21 141,00 237,21 3,87
66,77 25,00 91,77 1,50
81,55 297,50 379,05 6,18
43,58 569,51 133,40 831,50 176,98 1.401,01 2,88 22,83
9,28 13,55 22,83
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh dan Survei 2012
Halaman - 33
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Tabel 3.4 Data Luas dan Komponen RTH Publik dan Privat Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No
Jenis RTH
Publik 1 2 3 4 5 6 7 8 Privat
Meuraxa
Taman Kota Hutan Kota Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Sempadan Sungai Jalur Hijau Sempadan Pantai RTH Lap. Olah Raga RTH Lingkungan Perkantoran RTH Pemakaman
1,16 4,00 10,32 1,03 69,48 1,63 0,87 1,08
RTH Pekarangan 9 Rumah/Kantor 10 RTH Pertanian Kota /Tambak Total (ha) Persentase (%)
75,06 68,00 232,63 3,79
Sumber:
-
-
Jaya Baru 1,52 0,00 3,31 0,91 3,00 0,91 0,61 0,51
Banda Raya
Baiturrahman
Lueng Bata
0,36 0,30 5,12 1,21 0,00 13,89 1,01 1,04
6,31 15,89 23,94 2,92 0,00 14,17 5,28 7,56
0,72 0,00 6,21 14,86 0,00 2,08 1,42 1,21
51,08 54,35 18,70 72,60 145,85 153,45 2,38 2,50
47,88 53,02 24,00 51,30 82,65 127,25 1,35 2,07
Kuta Alam
Kuta Raja
Syiah Kuala
3,54 0,10 19,31 5,13 42,02 3,91 5,79 1,78
0,00 0,00 2,31 1,47 18,88 0,63 1,02 1,55
1,32 6,92 16,84 8,16 144,51 7,11 98,94 1,54
96,21 141,00 318,79 5,20
66,77 25,00 117,63 1,92
81,55 297,50 664,39 10,83
Ulee Kareng
Jumlah
Persentase
(ha)
(%)
15,06 27,21 98,01 75,41 277,89 47,43 116,92 18,34
0,25 0,44 1,60 1,23 4,53 0,77 1,91 0,30
43,58 569,51 133,40 831,50 234,63 2.077,28 3,82 33,85
9,28 13,55 33,85
0,13 0,00 10,65 39,72 0,00 3,10 1,98 2,07
RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009 -2019 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh Tahun 2008 Survei Tahun 2012.
Halaman - 34
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 3.11 Peta Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Banda Aceh
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
3.3
Evaluasi RTH Kota Banda Aceh Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan total luas RTH eksisting Kota
Banda Aceh saat ini seluas 2.077,28 ha atau 33,85% dari luas kota. Luas tersebut sudah memenuhi ketentuan yang harus disediakan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, akan tetapi prosentasenya terbaik. Luas RTH Publik eksisting seluas 676,27 ha atau 11,02% masih kekurangan 8,98% dari ketentuan luasan minimal yang ditetapkan, sebaliknya ketersediaan RTH Privat eksisting seluas 1.401,01 ha atau 22,83% telah melebihi luasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 10% dari luas wilayahnya walaupun distribusinya tidak merata. Kebutuhan dan kecukupan RTH Publik dan RTH Privat diperlihatkan pada Tabel 3.5 dibawah ini. Tabel 3.5 Kecukupan RTH Publik dan RTH Privat Kota Banda Aceh No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Total Persentase (%)
Kebutuhan RTH (ha)
Eksisting RTH (ha)
Publik
Privat
Publik
Privat
145,16 75,60 95,78 90,78 106,82 200,94 104,22 284,88 123,00 1.227,18 20,00
72,58 37,80 47,89 45,39 53,41 100,47 52,11 142,44 61,50 613,59 10,00
89,57 10,77 22,93 76,07 26,5 81,58 25,86 285,34 57,65 676,27 11,02
143,06 71,88 104,32 69,78 126,95 237,21 91,77 379,05 176,98 1.401,00 22,83
Kecukupan (ha) Publik
Privat
-55,59 -64,83 -72,85 -14,71 -80,32 -119,36 -78,36 0,46 -65,35 -550,91 -8,98
70,48 34,08 56,43 24,39 73,54 136,74 39,66 236,61 115,48 787,41 12,83
Sumber: Hasil Analisis
Kekurangan RTH Publik diseluruh wilayah kecamatan di Kota Banda Aceh disebabkan belum optimalnya program penghijauan, terutama penambahan taman kota, hutan kota, jalur-jalur hijau kota, disamping distribusinya yang tidak merata. Untuk memenuhi kebutuhan minimal RTH Publik dapat ditempuh dengan mempertahankan RTH yang sudah ada dan menambah luasan RTH Publik dengan menjadikan RTH Pertanian Kota/Tambah menjadi Taman Kota dan Hutan Kota atau menetapkan kawasan khusus seperi daerah resapan air, hutan mangrove menjadi Taman Wisata Alam atau Hutan Lindung.
Halaman - 36
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU 4.1
Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Kota UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat, baik diisi oleh tanaman yang tumbuh secara alamiah maupun segaja di tanam. Berdasarkan luas yang ditetapkan oleh Undang-undang tersebut, maka wilayah kota Banda Aceh dengan luas wilayah 61,359 km² (6.135,9 ha), harus menyediakan RTH seluas 1840,77 ha, yang terdiri RTH Publik 1.227,18 ha dan RTH Privat 613,59 ha. Distribusi luas RTH kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 4.1 Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh berdasarkan Luas Wilayah No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kecamatan
Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Total
Luas Wilayah (ha)
Kebutuhan RTH Publik (ha)
Kebutuhan RTH Privat (ha)
145,16 75,60 95,78 90,78 106,82 200,94 104,22 284,88 123,00 1.227,18
72,58 37,80 47,89 45,39 53,41 100,47 52,11 142,44 61,50 613,59
725,80 378,00 478,90 453,90 534,10 1.004,70 521,10 1.424,40 615,00 6.135,90
Total Kebutuhan RTH (ha) 217,74 113,40 143,67 136,17 160,23 301,41 156,33 427,32 184,50 1.840,77
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis
Dari Tabel 4.1 diatas maka luas kebutuhan RTH yang paling besar ada pada kecamatan Syiah Kuala sebesar 427,32 ha. dan kebutuhan RTH yang paling kecil ada pada kecamatan Jaya Baru sebesar 113,40 ha. Perbandingan kesesuaian atau kecukupan kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dengan kondisi saat ini di Kota Banda Aceh memperlihatkan bahwa secara keseluruhan total RTH Kota Banda Aceh saai ini seluas 1.474,79 ha. atau 24,03% dari luas kota Banda Aceh, dengan komposisi RTH Publik 676,27 atau 11,02% dan RTH Privat 798,52 ha. atau 13,01%. Luas eksisting RTH Publik tersebut masih belum memenuhi luas minimum yaitu 1.227,18 ha. atau masih kurang 550,91 ha. Atau 8,98% sebagaimana yang ditetapkan oleh Halaman - 37
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sedangkan luas eksisting RTH Privat minimum sebesar 10% yang ditetapkan oleh Undang-undang Penataan Ruang telah mencukupi. Rasio kecukupan luas RTH kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Kecukupan Kebutuhan RTH berdasarkan Luas Wilayah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kecamatan Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Total
Kebutuhan RTH (ha) Publik
Privat
145,16 75,60 95,78 90,78 106,82 200,94 104,22 284,88 123,00 1227,18
72,58 37,80 47,89 45,39 53,41 100,47 52,11 142,44 61,50 613,59
Eksisting RTH (ha) Publik 89,57 10,77 22,93 76,07 26,5 81,58 25,86 285,34 57,65 676,27
Privat 72,82 36,8 114,59 32,55 150,03 58,13 16,31 145,15 172,14 798,52
Kecukupan (ha) Publik
Privat
-55,59 -64,83 -72,85 -14,71 -80,32 -119,36 -78,36 0,46 -65,35 -550,91
0,24 -1,00 66,70 -12,84 96,62 -42,34 -35,80 2,71 110,64 184,93
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis
Terpenuhinya kecukupan RTH Privat di empat kecamatan Kota Banda Aceh tersebut karena masih tersedianya lahan-lahan pertanian seperti sawah, kebun campuran, kolam dan lahan-lahan hijau lainnya. Tetapi kecukupan ini akan “hilang” bila lahan-lahan tersebut beralih fungsi menjadi kawasan terbangun terutama untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa. 4.2
Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Faktor penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia.
Pertambahan
jumlah
penduduk
merupakan
faktor
utama
yang
mempengaruhi
perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana. Ruang terbuka hijau semakin terdesak keberadaannya dan berubah menjadi bangunan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas penduduk kota. Penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata dalam suatu wilayah, akan memberikan pengaruh negatif terhadap daya dukung lingkungan. Kebutuhan RTH berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai jumlah penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk adalah : a)
Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m2 atau dengan standar 1 m2/penduduk.
Halaman - 38
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
b)
Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m2 atau dengan standar 0,5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya.
c)
Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3 m2/penduduk.
d)
Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2 m2/penduduk.
e)
Jalur hijau dibutuhkan seluas 15 m2 /penduduk yang lokasinya menyebar; dan
f)
Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem penyempurnaan. Tabel 4.3 Kebutuhan RTH berdasarkan Jumlah penduduk
No. 1. 2. 3.
4.
5. 6.
Jenis Sarana Taman RT /Tempat Main Taman RW /Tempat Main Taman Kelurahan dan Lapangan Olah Raga Taman Kecamatan dan Lapangan Olah Raga Jalur Hijau Kuburan /Pemakaman Umum
Jumlah Penduduk pendukung (jiwa) 250
Kebutuhan Luas Lahan Min. (m2) 250
(m2/jiwa) 1 Di tengah kelompok tetangga.
2.500
1.250
0,5 Di pusat kegiatan lingkungan.
30.000
9.000
0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan
120.000
24.000
0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan.
120.000
Standard
Kriteria Lokasi dan Penyelesaian
15 m Terletak menyebar Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani.
Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Pertumbuhan penduduk kota Banda Aceh rata-rata 2,4% per tahun, dengan menggunakan persamaan model bunga berganda yaitu Pt = Po (1+r)t, diproyeksikan pada tahun 2029 (masa RTRW Kota Banda Aceh) jumlah penduduk kota Banda Aceh 383.074 jiwa. Berdasarkan standar tersebut maka kebutuhan jenis RTH Publik untuk tahun 2029, seluas 404,78 ha. Perbandingan kesesuaian atau kecukupan kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dengan kondisi saat ini di Kota Banda Aceh memperlihatkan bahwa secara keseluruhan Halaman - 39
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
total RTH Kota Banda Aceh saai ini seluas 1.474,79 ha. atau 24,03% dari luas kota Banda Aceh, dengan komposisi RTH Publik 676,27 atau 11,02% dan RTH Privat 798,52 ha. atau 13,01% Distribusi luas jenis RTH Publik Kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Kebutuhan Jenis RTH Publik berdasarkan Jumlah penduduk Tahun 2029 No.
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Taman RT (ha)
Taman RW (ha)
Kebutuhan RTH Publik Taman Taman Kelurahan Kecamatan (ha) (ha)
1. Meuraxa 24,180 2.42 4.84 8.06 2. Jaya Baru 29,598 2.96 5.92 9.87 3. Banda Raya 41,419 4.14 8.28 13.81 4. Baiturrahman 65,400 6.54 13.08 21.80 5. Lueng Bata 37,532 3.75 7.51 12.51 6. Kuta Alam 75,048 7.50 15.01 25.02 7. Kuta Raja 15,522 1.55 3.10 5.17 8. Syiah Kuala 53,339 5.33 10.67 17.78 9. Ulee Kareng 41,036 4.10 8.21 13.68 Total 383,074 38.31 76.61 127.69 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis
4.3
8.06 9.87 13.81 21.80 12.51 25.02 5.17 17.78 13.68 127.69
Jalur Hijau (ha) 0.16 0.20 0.28 0.44 0.25 0.50 0.10 0.36 0.27 2.55
Kuburan (ha) 2.02 2.47 3.45 5.45 3.13 6.25 1.29 4.44 3.42 31.92
Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Oksigen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan, baik oleh manusia dan hewan,
maupun kendaraan bermotor dan peralatan mesin lainnya. Manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme tubuh, sedangkan kendaraan bermotor membutuhkan oksigen untuk proses pembakaran mesin untuk menghasilkan tenaga. Oksigen didapat dari proses fotosintesis pada tumbuhan, yaitu dengan mengubah karbon dioksida dan air menjadi oksigen. Pengkajian terhadap kesesuaian RTH di daerah perkotaan perlu dipelajari mengingat kebutuhan Oksigen di perkotaan terus bertambah seiring meningkatnya laju penduduk, bertambahnya kendaraan bermotor, dan berkembangnya industri. Luasan RTH disuatu wilayah disesuaikan dengan ketentuan dari peraturan pemerintah berdasarkan tiga pendekatan yaitu luas wilayah, jumlah penduduk, maupun berdasarkan isu yang muncul. Sistem penentuan luasan RTH berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana namun tidak memiliki alasan yang mendasar dan kuat. Pendekatan ketiga lebih kompleks dan lebih sulit.
Halaman - 40
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
4.3.1
Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk Manusia membutuhkan oksigen untuk pembakaran zat-zat makanan dalam tubuh,
kebutuhan oksigen untuk satu orang manusia sebesar 600 liter oksigen atau setara 864 gram per hari untuk mengoksidasi 300 kalori per hari. Dengan laju pertambahan penduduk kota Banda Aceh rata-rata 2,4% per tahun, dengan menggunakan persamaan model bunga berganda yaitu Pt = Po (1+r)t, diproyeksikan pada tahun 2029 (masa RTRW Kota Banda Aceh) jumlah penduduk kota Banda Aceh 383.074 jiwa. Berdasarkan standar tersebut maka kebutuhan total Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk untuk tahun 2029, sebanyak 330.975.720 gram per hari. Adapun kebutuhan Oksigen (O 2 ) berdasarkan jumlah penduduk di tiap-tiap kecamatan dalam kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2029 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Total
Kecamatan
Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng
Standar Kebutuhan Oksigen
Jumlah Penduduk 2009
Jumlah Penduduk 2029
Total Kebutuhan Oksigen 2029
(gram/hr)
(jiwa)
(jiwa)
(gram/hr)
15,804 19,345 27,071 42,745 24,531 49,051 10,145 34,862 26,821 250,375
24,180 29,598 41,419 65,400 37,532 75,048 15,522 53,339 41,036 383,074
864 864 864 864 864 864 864 864 864 864
20,891,623.68 25,572,542.40 35,785,696.32 56,505,470.40 32,428,019.52 64,841,497.92 13,410,878.40 46,084,775.04 35,455,216.32 330,975,720.00
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis
4.3.2
Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor memerlukan oksigen untuk pem,bakaran bahan bakarnya,
kendaraan penumpang (sedan) membutuhkan oksigen 11.634 g/jam, kendaraan beban (truk, pick-up, mobil tangki) membutuhkan oksigen 22.880 g/jam, bis (minibus) membutuhkan oksigen 45.760 g/jam dan sepeda motor membutuhkan oksigen 581 g/jam. Berdasar prediksi pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Banda Aceh kendaraan bis 0,1%, kendaraan beban (truk, pick-up, mobil tangki) 0,2%, penumpang (sedan, mini bus) sebesar 0,10% dan sepeda motor 30% setiap tahunnya maka kebutuhan total Oksigen di kota Banda Aceh berdasarkan Jumlah Kendaraan untuk tahun 2029, sebanyak 367,609,009.80 gram per hari. Adapun kebutuhan Oksigen (O 2 ) berdasarkan jumlah kendaraan di tiap-tiap kecamatan dalam kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.6. Halaman - 41
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Tabel 4.6 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Kendaraan Tahun 2029
No.
1.
Kecamatan
Meuraxa
Jenis Kendaraan Bermotor
Jaya Baru
Banda Raya
Baiturrahman
Lueng Bata
Kuta Alam
Kuta Raja
Syiah Kuala
Ulee Kareng
(unit)
(unit)
(gram/hr)
22.880,00
1,5
34.320,00
11.634,00
1,0
11.634,00
69
70
2.415.441,60
137
140
1.625.735,16
581,00
2,0
1.162,00
4.238
4.323
5.023.047,12
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
42
43
3.920.716,80
Truk
22.880,00
Mobil
11.634,00
1,5
34.320,00
302
308
10.571.932,80
1,0
11.634,00
288
294
3.417.603,84
581,00
2,0
1.162,00
8.090
8.252
9.588.591,60
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
18
18
1.680.307,20
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
392
400
13.722.508,80
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
1.384
1.412
16.423.485,12
581,00
2,0
1.162,00
10.768
10.983
12.762.664,32
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
2
2
186.700,80
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
426
435
14.912.726,40
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
2.731
2.786
32.407.903,08
581,00
2,0
1.162,00
17.949
18.308
21.273.872,76
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
2
2
186.700,80
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
337
344
11.797.156,80
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
1.462
1.491
17.349.086,16
581,00
2,0
1.162,00
12.933
13.192
15.328.708,92
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
24
24
2.240.409,60
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
402
410
14.072.572,80
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
2.734
2.789
32.443.503,12
581,00
2,0
1.162,00
18.425
18.794
21.838.047,00
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
0
0
0,00
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
14
14
490.089,60
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
223
227
2.646.269,64
581,00
2,0
1.162,00
4.851
4.948
5.749.599,24
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
12
12
1.120.204,80
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
364
371
12.742.329,60
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
1.698
1.732
20.149.622,64
581,00
2,0
1.162,00
14.166
14.449
16.790.109,84
Bis
45.760,00
2,0
91.520,00
0
0
0,00
Truk
22.880,00
1,5
34.320,00
304
310
10.641.945,60
Mobil
11.634,00
1,0
11.634,00
1.593
1.625
18.903.621,24
581,00
2,0
1.162,00
11.125
11.348
13.185.795,00
Sepeda Motor Total
(gram/hari)
Mobil
Sepeda Motor 9.
(jam)
Truk
Sepeda Motor 8.
(gram/jam)
0,00
Sepeda Motor 7.
Total Kebutuhan O 2 Tahun 2029
0
Sepeda Motor 6.
Jumlah Kendaraan 2029
91.520,00
Sepeda Motor 5.
Jumlah Kendaraan 2009
2,0
Sepeda Motor 4.
Kebutuhan O2 Kendaraan
45.760,00
Sepeda Motor 3.
Rata-Rata Pemakaian
Bis
Sepeda Motor 2.
Standar Kebutuhan Oksigen
1.247.724,00
0
367.609.009,80
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis
Halaman - 42
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Menurut Wisesa (1988) dalam Muis (2005), setiap satu meter persegi luas lahan hijau menghasilkan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari, dimana setiap 1 gram berat kring tanaman setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram. Kebutuhan oksigen untuk kota Banda Aceh dapat dihitung dengan Metoda Gerakis,
yaitu jumlah total
kebutuhan oksigen penduduk di tambah jumlah kebutuhan oksigen kendaraan bermotor dibagi ketetapan (54 x 0,9375). Kebutuhan oksigen ternak diabaikan karena jumlahnya sedikit. Luas RTH dapat dihitung berdasarkan pemenuhan udara bersih dengan menggunakan metoda tersebut adalah sebagai berikut :
Lt = Dimana :
𝑷𝒕 𝒙 𝑲𝒕
(𝟓𝟒)(𝟎,𝟗𝟑𝟕𝟓)
: Luas RTH Kota pada tahun ke-t (m2) : Jumlah kebutuhan Oksigen penduduk pada tahun ke-t : Jumlah kebutuhan Oksigen kendaraan bermotor pada tahun ke-t : Ketetapan yang menunjukan bahwa 1 m2 luas lahan hijau menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari. 0,9375 : Ketetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman setara dengan produksi Oksigen 0,9375 gram. Lt Pt Kt 54
Berdasarkan metode di atas, maka kebutuhan luasan RTH berdasarkan kebutuhan Oksigen untuk kota Banda Aceh pada tahun 2029 seluas 1.114,61 ha atau 18,17% dari luas wilayah, masih di bawah luas minimal kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah. Luas RTH berdasarkan luasan kecukupan Oksigen di masing-masing kecamatan di kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Total kebutuhan RTH berdasarkan Kebutuhan Oksigen Tahun 2029
No.
Kecamatan
1. Meuraxa 2. Jaya Baru 3. Banda Raya 4. Baiturrahman 5. Lueng Bata 6. Kuta Alam 7. Kuta Raja 8. Syiah Kuala 9. Ulee Kareng Total
Luas Wilayah
Kebutuhan Oksigen Penduduk
(ha)
(gram)
Kebutuhan Oksigen Kendaraan Bermotor (gram)
725,80 20.891.623,68 9.064.223,88 378,00 25.572.542,40 12.984.940,68 478,90 35.785.696,32 21.141.431,88 453,90 56.505.470,40 22.933.300,56 534,10 32.428.019,52 27.498.845,04 1.004,70 64.841.497,92 25.258.435,44 521,10 13.410.878,40 28.409.011,44 1.424,40 46.084.775,04 41.414.892,72 615,00 35.455.216,32 44.588.965,44 6.135,90 330.975.720,00 233.294.047,08
Total Luas Kebutuhan RTH (ha) 59,17 76,16 112,45 156,92 118,37 177,98 82,61 172,84 158,11 1.114,61
Prosentase Total Luas Kebutuhan RTH (%) 8,15 20,15 23,48 34,57 22,16 17,71 15,85 12,13 25,71 18,17
Sumber: Hasil Analisis
Halaman - 43
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Peningkatan kebutuhan luas RTH disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk, kendaraan bermotor, terutama kendaraan penumpang dan sepeda motor. Hakim (2002) berpendapat bahwa perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen akan diperoleh luasan RTH sesuai dengan penghuninya,
semakin
banyak
jumlah
penduduk
dan
kendaraan
bermotor
dan
berkembangnya industri di suatu wilayah maka semakin luas kawasan hijau yang harus tersedia sehinggga diperlukan penanaman pohon-pohon penghasil oksigen yang tinggi. 4.4
Kebutuhan RTH Berdasarkan Netralisasi Karbon Dioksida (CO 2 ) Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi sebagai penyerap Karbon Dioksida (CO 2 ),
namun harus diperhatikan jenis RTH yang dapat memaksimalkan fungsi ini, yaitu berupa hutan kota. Hutan kota dapat berfungsi sebagai penahan dan penyaring partikel padat dari udara. Melalui proses suspense oleh tajuk daun dan pohon pada jenis vegetasi tertentu dapat menyerap kotoran udara dan debu yang terbuang dari kegiatan ekonomi, industry dan transportasi kota. Hutan secara umum dikenal sebagai penyerap gas CO 2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di Samudera. Cahaya matahari yang memancar di kota sepanjang hari akan dimanfaat oleh hutan kota dalam fotosintesis yang berfungsi untuk mmengubah gas CO 2 dari H 2 O menjadi Karbohidrat dan Oksigen (O 2 ). Proses ini sangat berguna bagi manusia, sebab bila konsentrasi CO 2 meningkat akan beracun bagi manusia dan menyebabkan efek rumah kaca (green-house effect).Sebaliknya proses ini menghasilkan oksigen (O 2 ) dan udara segar yang setiap hari sangat dibutuhkan manusia. 4.5
Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar
kehidupan manusia secara sehat. ketersedian air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. oleh karena itu, ketersedian air dapat menurunkan water borne disease sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kebutuhan air dalam kota bergantung pada faktor, kebutuhan air bersih pertahun, jumlah yang dapat disediakan oleh PAM, potensi air saat ini, kemampuan RTH menyimpan air. Untuk menganalisis peningkatan ketersediaan air bersih di Kota Banda Aceh dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Fahutan IPB (1987), yaitu sebagai berikut:
Halaman - 44
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
L= Keterangan:
Po. K (1 + r − c) − PAM − P z
L
= Luas RTH yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air (ha)
Po
= Jumlah penduduk kota pada tahun ke o (jiwa)
K
= Konsumsi air per kapita (liter/hari)
r
= Laju kebutuhan air bersih, sama dengan laju pertambahan penduduk (%)
c
= Faktor pengendali, upaya pemda menurunkan laju pertambahan penduduk (%)
PAM
= Kapasitas suplay perusahaan air minum (m3/tahun)
P
= Potensi air tanah (m3/tahun)
z
= Kemampuan RTH menyimpan air (m3/tahum/ha)
Asumsi: •
Potensi air tanah tersebut merata di seluruh kawasan
•
Sumber air berasal dari wilayah Kota banda Aceh dan tidak menerima dari daerah lain
•
Jenis vegetasi yang digunakan memiliki kemampuan sama dalam meresapkan air.
•
Upaya pemerintah mengendalikan pertambahan penduduk dinilai secara kualitatif
•
Laju pertambahan penduduk 10 mendatang relatif tetap (2,4%)
•
Standar kebutuhan konsumsi air bersih 300 liter/orang/hari dan bersumber dari PDAM kota dengan kapasitas suplai air bersih tetap.
4.6
Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh Tahun 2029 Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh Tahun 2029 berdasarkan faktor-faktor analisis
diatas seperti diperlihatkan pada Tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh Tahun 2029
Berdasarkan Persentase Luas Wilayah Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
1.840,77 ha
% TERHADAP LUAS KOTA 30,00 %
404,77 ha
6,59 %
3.
Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (O 2 )
1.114,61 Ha
18,17 %
4.
Berdasarkan Kebutuhan Pohon untuk Suplai O 2
1.915,37 ha
31,22 %
NO. 1. 2.
KEBUTUHAN RTH KOTA
LUAS RTH (ha)
KETERANGAN Sesuai UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang RTH Fasum (2,53 m2/jiwa) Lingkungan (15 m2/jiwa) Σ ai Vi + Σ bi Vi + Σ ci Zi L = ---------------------------------K 2 orang per pohon, 100 batang per ha
Sumber: Hasil Analisis
Halaman - 45
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
BAB V RENCANA PENGEMBANGAN RTH KOTA BANDA ACEH 5.1
Peran RTH dalam Membentuk Karakter Kota Pembangunan atau pengembangan kawasan yang tidak terencana dan tidak tertib
akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Berkembang secara ekonomi tetapi menurun secara ekologi, sehingga akan menyebabkan tergangunya keseimbangan ekosistem, seperti meningkatnay suhu udara dan pencemaran lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan biaya (cost) pembangunan yang tinggi. Untuk menekan “cost” tersebut dan mengatasi kerusakan lingkungan dapat dilakukan dengan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tepat dan sesuai dengan fungsinya. Vegetasi dalam RTH akan berfungsi sebagai “paru-paru” kota yang akan memproduksi oksegen (O 2 ), menyerap karbondioksida (CO 2 ) dan gas polutan lainnya. RTH juga mendukung fungsi sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Beberapa RTH yang telah lama ada telah menjadi bagian dari kota Banda Aceh yang tidak terpisahkan. Lapangan Blang Padang misalnya merupakan ruang terbuka hijau yang cukup luas, pusat kegiatan warga kota Banda Aceh, seperti berolah raga setiap pagi dan sore hari, di lapangan ini juga sering digunkan untuk shalat dua hari raya, upacara memperingati hari besar nasional, pameran pembangunan dan pertunjukan musik. Lapangan ini juga dinamakan Aceh Thanks The World sebagai ucapan terimakasih atas bantuan bagi negara-negara yang telah membantu Aceh setelah tsunami. Ditaman ini juga terdapat replika pesawat Seulawah Air (sumbangan Rakyat Aceh pada awal kemerdekaan Indonesia) yang merupakan cikal bakal Garuda Indonesia Airways. Sebelah Barat dari lapangan ini terdapat Museum Tsunami Aceh. RTH lainnya, Taman Sari merupakan taman yang paling sering dikunjungi oleh warga kota Banda Aceh, karena lokasinya yang strategis di pusat kota dan banyak tersedianya aneka permainan anak-anak. Di taman ini terdapat Rumah Musik (hancur oleh tsunami), Tugu Proklamasi dan tambahan bangunan untuk kegiatan pameran pada masa Rehab Rekon NAD-Nias.
Halaman - 46
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 5.1 RTH Blang Padang (kanan) dan 5.2 Taman Sari (kiri) yang telah menjadi ikon Kota Banda Aceh.
Halaman - 47
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
RTH lainnya, Taman Mesjid Raya Baiturrahman yang merupakan bagian dari Mesjid Raya Baiturrahman selain berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan ritual keagamaan, taman ini juga sebagai tempat rekreasi warga kota di sore hari. Ditaman ini dibawah pohon Ketapang Jendral Kohler tewas tertembak ketika pasukan Belanda berperang dengan pejuang Aceh yang bertahan di dalam mesjid. Ditaman ini juga dibangun Tugu Modal simbol Aceh Daerah Modal semasa gubernur Prof. Dr. Ibrahim Hasan.
Gambar 5.3 RTH Taman Mesjid Raya Baiturrahman yang telah menjadi ikon Kota Banda Aceh
Sedangkan RTH yang baru seperti Hutan Kota BNI di Tibang telah dirasakan manfaatnya oleh warga kota Banda Aceh, baik secara ekologis (lingkungan menjadil lebih indah dan nyaman), sosial (tempar rekreasi) dan ekonomi bagi masyarakat sekitar (tempat bercocok tanam, berberjulan).
Halaman - 48
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 5.4 RTH Hutan Kota BNI di Tibang sebagai ikon baru kota Banda Aceh.
5.2
Potensi dan Peluang Pengembangan RTH Kota Potensi dan peluang pengembangan RTH Kota cukup besar mengingat lahan yang
belum terbangun masih cukup luas di Wilayah kota Banda Aceh.
Halaman - 49
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Tabel 5.1 Data Luas dan Komponen RTH Kota Banda Aceh STATUS DATA : 30 DESEMBER 2009 No
Nama & Lokasi Taman
Luas Area (M²)
Luas Area (Ha)
Tahun Pembuatan
I
TAMAN KOTA BANDA ACEH
A
TAMAN WISATA
40.000
4
2006
1
Taman Sari
40.000
4
2008
2
Taman Edukasi Tsunami
1.000
0,1
2008
3
Taman Nursery Bustanussalatin
20.000
2
2006
4
Taman Kota Darussalam (Rukoh)
3.500
0,35
2001
B
TAMAN WISATA KULINER
1
Taman Depan APK Keudah
700
0,07
2007
2
Taman Tepi Pantai Kuta Alam
2.500
0,25
2008
3
Taman Simpang Mesra
7.000
0,7
2009
C
TAMAN TUGU
1
Taman Tugu Adipura
3.000
0,3
1995
2
Taman Tugu BRI
4.000
0,4
2004
3
Taman Tugu BI
120
0,012
2000
4
Taman Tugu Prasasti Krueng Aceh (Depan
250
0,025
1985
Rest. Lamnyong) D
TAMAN SEPUTARAN SIMPANG LIMA
1
Taman Tugu Bukopin
150
0,015
2003
2
Taman Pulau Jalan Jl. Sri Ratu Safiatuddin
150
0,015
2006
3
Taman Median Jalan Jl. Panglima Polem
85
0,0085
2008
4
Taman Depan Toko Galeri
75
0,0075
2009
5
Taman
450
0,045
2005
Pulau
Jalan
Jl.
Mayj.
Hamzah
Bendahara 6
Taman Simpang Pusri
150
0,015
2006
7
Taman Pak Ali
20
0,002
2009
E
TAMAN SEPUTARAN MESJID RAYA
1
Taman Pulau Jalan Depan Mesjid Raya
100
0,01
2009
2
Taman Pulau Jalan Depan Barata
125
0,0125
2009
3
Taman Samping Toko Sinbun Sibreh
250
0,025
2008
4
Taman Kaca
150
0,015
2007
5
Taman BTPN
211
0,0211
2006
6
Taman Kelapa Sawit
250
0,025
2005
F
TAMAN SEPUTARAN SIMPANG EMPAT 150
0,015
1980
JAM 1
Taman Tugu BNI
Halaman - 50
Masterplan RTH Kota Banda Aceh 2
Taman Pulau Jalan Simpang Empat Jam
75
0,0075
2006
3
Taman Pulau Jalan Jl. Teuku Umar
125
0,0125
2006
4
Taman PSSI
2.000
0,2
2006
G
TAMAN
SEPUTARAN
SIMPANG
SURABAYA 1
Taman Pulau Jalan Jl. Chik Ditiro
75
0,0075
2008
2
Taman Pulau Jalan Jl. Imuem Lueng Bata
75
0,0075
2008
3
Taman Median Jalan T. Hasan Dek
55
0,0055
2003
H
TAMAN TEPI JALAN IMUEM LUENG BATA
1
Taman Depan Hotel Oasis
60
0,006
2008
2
Taman Depan Perumahan PLN
60
0,006
2008
3
Taman Depan Kantor Gapensi
60
0,006
2008
4
Taman Depan Kantor Asrindo
60
0,006
2008
5
Taman Depan Gudang PLN
60
0,006
2008
6
Taman Seberang Jalan Depan Kantor PAN
60
0,006
2008
I
TAMAN KUTA ALAM
1
Taman Jembatan Jl. T. Hasan Dek
450
0,045
2003
2
Taman Depan Asrama
175
0,0175
2003
J
TAMAN SEPUTARAN SIMPANG JAMBO 250
0,025
2009
85
0,0085
2004
120
0,012
2006
TAPE 1
Taman Pulau Jalan Jl. Syiah Kuala-T.Nyak arief
2
Taman Pulau Jalan Jl. T. Hasan Dek - Moh. Daud Beuereueh
3
Taman Pulau Jalan Jl. T.Nyak Arief-Jl. T. Hasan Dek
K
TAMAN
SEPUTARAN
SIMPANG
RATU
SAFIATUDDIN 1
Taman Tugu Ratu Safiatuddin
1.000
0,1
2007
2
Taman Pulau Jalan Jl. Ratu Safiatuddin
75
0,0075
2007
L
TAMAN PERSIMPANGAN LAINNYA
1
Taman simpang Jl. T.Nyak Makam dan Jl.
400
0,04
2008
T.Iskandar 2
Taman simpang Keutapang
75
0,0075
2008
3
Taman Simpang Neusu
75
0,0075
2008
4
Taman Simpang Jl. Diponegoro dan Jl. Cut
160
0,016
2008
Mutia 5
Taman Simpang Jalan Dayah Glumpang
85
0,0085
2008
6
Taman Simpang Pasar Peunayong
150
0,015
2008
Halaman - 51
Masterplan RTH Kota Banda Aceh 7
Taman Simpang Jl. Chik Ditiro dan Jl. Taman
65
0,0065
2008
100
0,01
2009
100
0,01
2009
100
0,01
2009
100
0,01
2009
16.650
1,665
2009 2009
Makam Pahlawan M
TAMAN SIMPANG MAN
1
Taman Pulau Jalan Jl. Syiah Kuala - Jl. Pocut Baren (1)
2
Taman Pulau Jalan Jl. Syiah Kuala - Jl. Syiah Kuala (1)
3
Taman Pulau Jalan Jl. Syiah Kuala - Jl. Pocut Baren (2)
4
Taman Pulau Jalan Jl. Pocut Baren - Jl. Syiah Kuala (2)
N
TAMAN MEDIAN JALAN ULEE LHEUE
1
Taman Median Jalan Iskandar Muda - Ulee Lheue
2
Taman Median Ulee Lheue - Pelabuhan
5.400
0,54
I
SUB JUMLAH
152.766
15,2766
II
HUTAN KOTA BANDA ACEH
1
Hutan Kota Depan Mesjid Raya
5.000
0,5
1995
2
Hutan Kota Depan POM
3.250
0,325
1995
3
Taman Putroe Phang
59.000
5,9
1400
4
Hutan Kota Makam Kherkhoff Pocut
74.500
7,45
1800
5
Hutan Kota Simpang Tiga Mata Ie
3.000
0,3
2004
6
Taman Jembatan Surabaya
2.250
0,225
2007
7
Sebagian Taman Ratu Safiatuddin
4.225
0,4225
2003
8
Bantaran Sungai Krueng Cut
41.200
4,12
1985
II
SUB JUMLAH
192.425
19,2425
III
LAPANGAN OLAH RAGA BLANG PADANG
100.000
10
III
SUB JUMLAH
100.000
10
IV
JALUR HIJAU
5.480.000
548
IV
SUB JUMLAH
5.480.000
548
V
MAKAM
118.900
11,89
V
SUB JUMLAH
118.900
11,89
TOTAL
6.044.091
604,4091
Luas Wilayah Banda Aceh
6100
Ha
Luas RTH Kondisi per Desember 2009
604,4
Ha
9,9 %
Luas RTH yang direncanakan dalam RTRW
1232,6
Ha
20,21 %
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh
Halaman - 52
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Tabel 5.2 Rencana Pengunaan Lahan kota Banda Aceh 2029. No. A.
Jenis Peruntukan Lahan
Ha
Persen (%)
Luas 2011 Ha
Persen (%)
Luas 2029 Persen (%)
Ha
578,57
9,43
724,44
11,81
1258,80
20,52
Sempadan Sungai
40,10
0,65
125,74
2,05
163,70
2,67
Kawasan Bakau
21,34
0,35
31,45
0,51
463,28
7,55
492,02
8,02
542,14
8,84
567,53
9,25
25,11
0,41
25,11
0,41
64,29
1,05
5.557,43
90,57
5.411,56
88,19
4.877,20
79,49
Luas Total 6.136,00 100,00 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029
6.136,00
100,00
6.136,00
100,01
1. 2. 3. 4. B.
Kawasan Lindung
Luas 2009
RTH Publik
Ruang Terbuka Hijau (taman dan hutan kota Kawasan Cagar Budaya Kawasan Budidaya
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2029, pemenuhan luasan RTH Publik akan tercapai pada tahun 2029 seluas 20,52% dari luas wilayah kota Banda Aceh, lebih luas 0,52% dari luasan minimal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Adapun kebijakan yang dilakukan untuk mencapai target tersebut sebagai berikut: Perkiraan Kebutuhan Lahan Untuk Memenuhi RTH Publik (20%) 1.
Kebutuhan luas lahan RTH publik (20%) = 1.258 ha
2.
Yang sudah tersedia tahun 2011 (11,8%) = 724 ha
3.
Sisa yang dibutuhkan tahun 2029 (8,2%) = 534 ha
Perkiraan biaya pembebasan lahan untuk 5 tahun pertama 1.
Kebutuhan 5 tahun pertama (2012 -2017) seluas 134 ha
2.
Kebutuhan 1 tahun pertama (2012) seluas 26 ha = 267.000 m2
3.
Asumsi harga lahan per m2 rata-rata Rp.500.000 = Rp.133 milyar
Perkiraan kebutuhan lahan untuk RTH private ( 10%) 1.
Diambil dari penetapan KDB 20 - 40 % (kawasan kepadatan tinggi & sedang).
2.
Diambil dari penetapan KDB 60 % (kawasan kepadatan rendah).
Halaman - 53