BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1
Gambaran Umum Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai dengan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005. Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2021’38’’- 2049’48’’ Lintang Utara dan 98024’00’’-99001’48’’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 904 2.157 meter di atas pemukaan laut. Luas wilayahnya ± 2.069,05 km2, terdiri dari luas daratan ± 1.444,25 km2 (69,80 persen), yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah danau ± 624,80 km2 (30,20 persen). Kabupaten Samosir beriklim tropis basah dengan suhu 17ºC - 29ºC dan kelembaban rata-rata 85,04%. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan topografi/kontur tanah yang beraneka ragam yaitu : Datar (± 10%), Landai (± 20%), Miring (± 55%) dan Terjal (± 15%). Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi tanah diatomea, tufa toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur.
Universitas Sumatera Utara
Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun
b. Sebelah Selatan :Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan c. Sebelah Barat
: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
d. Sebelah Timur
: Kabupaten Toba Samosir.
Secara administratif Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan. Luas wilayah per Kecamatan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini. Tabel 3.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan Nama Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Kelurahan Administrasi Terbangun /Desa (Ha) (%) thd (Ha) total Sianjur Mula-mula 12 14.024 9,7% 1.402 Harian
13
56.045
38,81%
5.605
Sitio-tio
8
5.076
3,51%
508
Onanrunggu
12
6.089
4,21%
609
Nainggolan`
13
8.786
6,08%
879
Palipi
17
12.955
8,97%
1.296
Ronggurnihuta
8
9.487
6,56%
494
Pangururan
28
12.143
8,40%
1.214
Simanindo
21
19.820
13,72%
1.982
Jumlah
128
1444.25
100%
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan. Kecamatan Pangururan merupakan Ibukota dari Kabupaten Samosir dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebnayak 28. Namun Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Simanindo dengan jumlah desa sebanyak 21.Sedangkan Kecamatan yang paling kecil yaitu Kecamatan Sitio-tio. 3.2
Gambaran Umum Desa Hutabolon
3.2.1
Letak Geografi Luas wilayah Desa Hutabolon adalah sekitar 3.900.003 Km2 atau 3900,0,03 Ha
dimana 60% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 40% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi, persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat. Desa Hutabolon adalah salah satu Desa di Kecamatan Pangururan yang didirikan pada tahun 1986, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Desa Situngkir Kecamatan Pangururan
b. Sebelah Timur : Desa Parbaba Dolok Kecamatan Pangururan c. Sebelah Selatan : Desa Siopat-sosor Kecamatan Pangururan d. Sebelah Barat
: batas Danau toba
Tabel 3.2 Luas Wilayah Desa Hutabolon per Dusun Luas Wil. % Luas Dusun Jumlah Huta (Km²)
No. 1
I
12
2.600.002
70%
2
II
14
1.300.001
30%
26
3.9000.003
100 %
Jumlah
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Dusun I lebih luas dari Dusun II, tetapi Dusun II lebih banyak Hutanya dibanding di Dusun I. 3.2.2
Sejarah Desa Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor: 2 Tahun
2011 Tentang pembentukan desa, Desa Hutabolon resmi menjadi salah satu Desa di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Desa Hutabolon sebelumnya merupakan Kumpulan dari beberapa dusun,dengan dimana luas dan batas-batas wilayah dusun ini dibagi menjadi 2 dusun seperti yang sekarang ini. Jika ditelusuri jauh kebelakang, maka riwayat Desa Hutabolon sangat jelas, karena selama puluhan tahun Hutabolon sudah merupakan satu desa tersendiri. Latar belakang Desa Hutabolon tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Samosir. Nama Desa Hutabolon sudah dikenal jauh sebelumnya, bahkan ketika istilah desa belum jamak dikenal, karena pada saat itu dikenal dengan istilah kampung, pada saat itu Hutabolon sudah merupakan kampung tersendiri dan dipimpin oleh seorang Kepala kampung. Bahkan jika ditelusuri lagi jauh kebelakang, Hutabolon merupakan nama sebuah “bius”. Bius adalah wilayah pemerintahan menurut adat batak, dimana menurut catatan sejarah Pada tahun 1908 Belanda sudah mengakui keberadaan Bius Hutabolon yang dikenal dengan nama Bius SIOPAT HAE HORBO yang dipimpin oleh marga Sihaloho oleh marga Sihaloho Sinaborno,S ihaloho Sinapuran,Sihaloho Sinapitu yang pada masa penjajahan belanda sekaligus ditetapkan sebagai Ketua Pengadilan Bius dan digelari Tuan (OP.BABA RAJA). Terakhir kepemimpinan di Hutabolon dipegang oleh Kepala Kampung Marga Sihaloho sampai sekarang. Setelah berakhirnya masa penjajahan belanda tahun 1945 kepemimpinan pemerintahan desa mengalami perubahan kembali yang dikenal dengan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan Desa, Hutabolon diakui sebagai sebuah desa dengan nama Desa Hutabolon yang berturut-turut dipimpin oleh Kepala Desa yakni : Tabel 3.3 Nama Kepala Desa dan Lama Jabatan NO Nama Masa Jabatan 1. Janapir Sihaloho 1953-1960 2. Menak Sihaloho 1961-1968 3. Wakkil Sihaloho 1969-1976 4. Urung Dolok Sihaloho 1977-1984 5. Batu Sihaloho 1985-1992 6. Wisker Sihaloho 1993-2001 7. Jabarani Sihaloho 2001-2007 8. Wisker Sihaloho 2007-2013 9. Belly Boy King Sihaloho 2014-2019 Sumber RPJMDes Hutabolon 2014 Berdasarkan dari sejarah desa yang di ketahui bahwa desa Hutabolon dipimpin oleh Marga Sihaloho. Pada tabel diatas tercantum bahwa Kepala Desa mulai dari tahun 1953-2019 nanti dipimpin oleh marga Sihaloho.
3.2.3
Keadaan Sosial Keadaan sosial masyarakat Desa Hutabolon cukup baik, keadaan ini juga
didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua masyarakat Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Sehingga hampir tidak pernah terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik individu skala kecil. Disamping itu secara kultural Penduduk Desa Hutabolon masih berasal dari satu Klan Keturunan Marga Sihaloho ditambah dengan Marga-Marga lain yang juga masih sanak saudaranya.
Universitas Sumatera Utara
1. Agama Penduduk Desa Hutabolon seluruhnya menganut agama nasrani yang terbagi kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan Agama Katolik. Tetapi di Desa Hutabolon belum ada tempat ibadah sebagian penduduk masih beribadah ke Desa Siopat-sosor,sebagian beribadah di Desa. Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di Desa ini. Tabel 3.4 Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Agama No Agama Pria Wanita Jumlah 1
Protestan
244
220
464
2
Katolik
15
20
35
3
Kharismatik
5
4
9
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa penduduk desa Hutabolon menganut 2 agama saja yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Penduduk desa Hutabolon lebih banyak menganut agama Krsiten Protestan dibanding Katolik. 2. Sosial Politik Dari sisi sosial politik, Desa Hutabolon juga sangat kondusif terbukti dari beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa Hutabolon yang dilaksanakaan pada bulan November 2013 berjalan dengan lancar, kondusif dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan adanya perpecahan di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
tetap terakomodir dengan baik. 3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Hutabolon tetap terjaga dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemerintah diatasnya adalah masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi menjadi masalah yang relatif besar di masa yang akan datang. 4. Sosial Ekonomi Dari sisi ekonomi, Desa Hutabolon memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur yang cukup subur di khususnya di Dusun I,II, lahan ini sangat potensial dikembangkan menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan palawija, palawija sayur dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk peternakan, khususnya peternakan besar seperti Babi, Kerbau, Kuda dan Kambing. Selain areal yang disebutkan diatas, sesungguhnya Desa Hutabolon memang dihuni penduduk bermata pencaharian petani lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangakan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi, kopi, bawang, cabai, cengkeh, dan lain-lain. Dibutuhkan sebuah pembaharuan
dibidang pertanian
untuk
meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khususnya untuk menyikapi lahan pertanian yang relatif kurang subur khususnya di Dusun I dan II,
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan mutlak diperlukan.Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk juga aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang berpropesi sebagai pegawai negeri sipil. Tabel 3.5 Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Pria Wanita Jumlah 1
Petani
63
67
130
2
Pedagang
8
5
13
3
PNS
5
5
10
4
Lainnya
Sumber RPJMDes Hutabolon tahun2014 Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa penduduk mayoritas bekerja sebagai petani. 5. Sosial Budaya Dari sisi sosial budaya, Desa Hutabolon sudah sejak lama dikenal sebagai sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Hutabolon identik dengan Adat-adat yang berlaku dari nenek moyang sampai sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata dengan baik oleh para tetua-tetua di desa Hutabolon. Beberapa hal yang belum tercipta adalah kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa kedepan untuk menciptakan kelompok seni untuk mengangkat citra Desa Hutabolon sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum muda dan kepariwisataan.
Universitas Sumatera Utara
6. Kesehatan Desa Hutabolon memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Pustu di dusun II dan masing-masing dilayani oleh 1 orang bidan desa dan 1 orang Mentari. Dari sisi jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum memadai untuk Desa Hutabolon, tetapi dari sisi sebaran wilayah sebagian wilayah di desa ini masih sulit mengakses sarana kesehatan ini karena jarak dari Dusun I masih membentang jauh kira-kira 2,5 km. Tabel 3.6 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 Sarana Kesehatan Dusun Dusun I II RSU PUSKESMAS PUSTU POSYANDU 1 POS KESDES APOTIK TOKO OBAT DOKTER PRAKTEK 1 Sumber RPJMDes Hutabolon 2014
7. Pendidikan Dari sisi pendidikan Desa Hutabolon memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Hutabolon menjunjung tinggi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar bersekolah bahkan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tetapi beberapa orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan ekonomi dan faktor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7 Sarana Prasarana Sekolah di desa Hutabolon Kec.Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010/2011 S u NO m
Sekolah
Jumlah Gedung/Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
Apk / Apm -
b 1 e
SD/ MI
1
10
150
r2
SLTP/ MTs
1
31
240
SLTA
-
-
PAUD
1
2
3 : 4
-
30
Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa Dari tabel bisa dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada yaitu PAUD, SD, dan SLTP.
Jadi bisa dikatakan hampir seluruhnya warga Desa Hutabolon
bersekolah di Sekolah Negri yang ada di wilayah Desa Hutabolon walaupun ada juga yang bersekolah di Desa Siopat-sosor (Desa tetangga) ataupun di Kecamatan Karena untuk sekolah menengah keatas belum ada fasilitas sekolahnya di Desa Hutabolon. 3.2.4
Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi masyarakat Hutabolon sesungguhnya masih jauh dari
sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pertanian merupakan sektor ekonomi utama yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Hutabolon kecuali beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di 1 Sekolah Dasar yang ada di Hutabolon. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional, sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa diusahai oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Masih terdapat lahan tidur yang cukup luas di Desa ini, persoalan utama tanah-tanah yang tidak diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas, karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola. 1.
Pertanian Pertanian di Desa Hutabolon secara umum dinyatakan sebagai lahan kering.
Pertanian lahan kering terdapat di Dusun I dan Dusun II, Pertanian lahan kering lahan kering yang sudah diusahai selama berpuluh tahun.lahan kering mampu memproduksi sayur mayor,tomat,jagung dll dengan kualitas yang sederhana. Persoalan umum yang dihadapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia semakin besar. Pertanian lahan kering terdapat di dua dusun, dan masih terdapat potensi yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya tanaman palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain itu tanaman keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, ateng atau yang akrab disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya adalah Cengkeh dan Kakao. Dll 2.
Peternakan Selain pertanian, sekarang ini penduduk desa sebagian besar sudah beternak
secara tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum beternak Babi. Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha ketergantungan. Karena produksi ternak sudah biasa kepasar untuk di jual sebagai
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup. Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa Hutabolon menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun I,II, kedepan diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten Samosir. 3.
Perikanan Desa Hutabolon juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan
darat. Perikanan ini dalam bentuk kolam darat, embung dan rawa-rawa yang terdapat di Dusun I. Berdasarkan keadaan ekonomi yang ada, masyrakat di desa Hutabolon, Pertanian menjadi sumber utama dalam menopang hidup. 3.2.5
Potensi Desa Hutabolon Telah dilakukan pendataan potensi desa dari setiap dusun yang dilakukan oleh
aparat pemerintah desa bersama fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan dalam Proses Mengagas Masa Depan Desa (MMDD), sehingga secara garis besar disimpulkan beberapa potensi yang ada di Desa Hutabolon antara lain: 1. Potensi Sumber Daya Manusia yang cukup besar; 2. Potensi tanah laha kering yang cocok untuk dikembangkan tanaman pertanian dan perkebunan seperti holtikultura sayur dan buah, kopi dan aneka tanaman keras. 3. Potensi untuk pengembangan peternakan khususnya ternak kambing, kerbau dan sapi serta peternakan kecil seperti babi dan unggas. 4. Potensi untuk pengembangan industri rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Lebih spesifik potensi ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa urusan pembangunan adalah sebagai berikut:
NO.
Bidang
Tabel 3.8 Potensi Urusan Wajib Potensi
1.
Pendidikan
1. Ada Gedung Sekolah Dasar (SD) 2. Adanya guru , SD 3. Adanya siswa dan calon siswa untuk SD dan SMP
2.
Kesehatan
3.
Sarana dan
1. Adanya Poskesdes 2. Adanya Bidan Desa 1. Adanya Jalan Umum yang menghubungkan desa dengan jalan Kabupaten. 2. Adanya Jalan Desa penghubung antar Dusun 3. Adanya Jalan Lingkungan 4. Adanya Jaringan Listrik PLN
Prasana
4.
Sosial Budaya
1. Adanya kegiatan Karang Taruna 2. Adanya kegiatan ibu-ibu PKK
1. Struktur Aparat Pemerintah Desa lengkap 2. Struktur BPD Lengkap 3. Ketua BPD berpendidikan SMA Sumber RPJMDes Hutabolon tahun 2014 5.
Pemerintahan
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat dalam potensi urusan wajib terdapat 5 bidang yaitu Pendidikan, Kesehatam, Sarana dan Prasarana, Sosial buday dan Pemerintahan. Dapat kita lihat bahwa Potensi yang ada perlu ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
NO
Tabel 3.9 Potensi Urusan Pilihan Potensi
Bidang
1.
Pertanian
2.
Pariwisata
1. Adanya Lahan Kebun Kopi 2. Adanya Lahan Kebun Cengkeh 3. Adanya Lahan yang sangat cocok untuk Palawija dan Holtikultura 1. Adanya Sumur Mata Air
Lokasi Semua Dusun
Dusun II
Berdasarkan tabel diatas potensi urusan pilihan yang dikembangkan oleh desa Hutabolon yaitu Pertanian dan Pariwisata. Dalam bidang Pariwisata, Pantai Pasir Putih Parbaba belum dimasukkan sebagai potensi urusan pilhan. 3.2.6
KONDISI PEMERINTAH DESA
3.2.6.1 Pembagian Wilayah Desa Pembagian wilayah Desa Hutabolon dibagi menjadi 2(DUA) dusun yang dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan Desa. Masing- masing dusun
tidak ada
pembagian
wilayah
secara
administrasi
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang dikenal dengan ”huta”, ataupun ”Lumban”, masing-masing kampung ini memiliki nama sendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama puluhan atau ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan jalan dan penomoran rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus untuk formalisasi nama
Universitas Sumatera Utara
kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis sehingga tidak merusak kultur masyarakat lokal. Tabel 3.10 Nama Kampung di Desa Hutabolon NAMA KAMPUNG
DUSUN Dusun I Hutabolon
1. Lumban Tiga, Aeklan 2. Sosor Ganda 3. Lumban Tamba 4. Lumban Nahot 5. Saitnihuta 6. Sinaborno 7. Sibuntuon 8. Sinabariba 9. Lumban Sihaloho Toru 10. Lumban Sihaloho Uruk,Lumban Sipayung
Dusun II Hutabolon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Lumban Sipakkar I,Lumban Sipakkar II Lumban Parmonangan,Lumban Pasir II Simanampang Lumban Tonga-tonga,Kompleks SD,SMP Lumban Simanihuruk Lumban Kobun Lumban Sinapitu Lumban Pasir I Lumban Sinabang Sibulu Goti Sosor Bona-bona
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2011 Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Desa Hutabolon memiliki 2 Dusun, Dusun I terdiri dari 10 kampung dan Dusun II terdiri dari 11 kampung. 3.2.6.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD) Struktur Organisasi Desa Hutabolon Kecamatan Pangururan menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 3.1 Perangkat Desa Hutabolon KADES Belly Boyking Sihaloho SEKDES Dolly Ferduwan Sihaloho
KAUR PEMERINTAHAN Mulaster Sihaloho
KAUR PEMASYARAKATAN Mangapul Sihaloho
KAUR PEMBANGUNAN Allen Sihaloho
KADUS I
KADUS II
Saut Maruba Malau
Walman Sihaloho
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1
Pembangunan Pariwisata Samosir Kabupaten Samosir mempunyai potensi yang cukup baik dalam bidang
pariwisata dan menjadi komoditas unggulan dan strategis di Kabupaten Samosir. Keunggulan keindahan panorama alam yang sangat memikat serta bidang seni budaya dimana samosir sebagai daerah asal muasal Bangso Batak, keunggulan lain yang tidak dimiliki destinasi wisata lainnya adalah sejarah bumi dan terutama proses pembentukan Pulau Samosir dan Danau Toba. Disamping itu sektor pariwisata adalah sektor yang mempunyai efek keterkaitan yang kuat terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Sektor kepariwisataan yang bersifat multisektor akan mendorong komoditas-komoditas yang dikelala masyarakat akan berkembang. komoditas-komoditas lainnya berkembang, seperti jasa perhotelan, restoran/rumah makan, biro perjalanan, agen periklanan dan berbagai sektor informal di masyarakat. Kabupaten Samosir memiliki tagline yang mengatakan bahwa Samosir adalah “Negeri Indah Kepingan Surga” yang dimaknai bahwa Samosir memiliki keindahan yang istimewa sehingga dikatakan layaknya kepingan surga seperti keindahan alam, keunikan budaya dan keramahtamahan masyarakat setempat. Hal itu dilakukan untuk mendukung visi Kabupaten Samosir terwujudnya masyarakat samosir yang sejahtera, mandiri dan berdaya saing berbasis pariwisata dan pertanian
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa gambaran objek wisata di Kabupaten Samosir 1.
Objek wisata Tirta Objek wisata tirta mencakup Pantai Pasir Putih, Pantai Indah Situngkir, Pantai Batu Hoda, Pantai Sibolazi, Pantai Lagundi, Pantai Lumban Manik dan Pantai Bebas Sukkean. Pantai Pasir Parbaba merupakan objek wisata tirta unggulan bahwa kawasan ini sangat diminati wisatawan dan pada saat hari libur akan overloadwisatawan, trend retribusi yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan berkembangnya ekonomi kerakyatan di kawasan tersebut. Objek wisata tirta lainnnya masih belum berkembang dan pada umumnya masih menawarkan daya tarik dan aktivitas wisata yang sama. 2. Objek Wisata Budaya Objek wisata budaya mencakup Makam Raja Sidabutar, Sigale-gale yang menyatu dengan Pusat Souvenir Tomok, Batu Persidangan, Huta Bolon, Sipitu Dai, Batu Sawan Sianjur Mula-Mula. Holy Mountain (puncak gunung pusuk Buhit) dan Aek Sitapigagan (Permandian Bidadari) termasuk objek wisata yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata tersebut sebagian masih ada kesan kumuh, kurang bersih, minim sarana dan prasarana, belum tertata, sebagian telah rusak/lapuk, interpretasi budaya belum baik. Batu persidangan, Sipitu Dai, batu Sawan, Huta Bolon dan Sigalle-Gale merupakan objek wisata unggulan yang sering mendapat
kunjungan dan trend retribusi selalu
meningkat dan sebagian objek wista tersebut telah memicu usaha kecil yang dikelola masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Objek wisata Alam Objek wisata alam mencakup Menara Pandang Tele, Sampuran Efrata, Nasogop, Hot Spring dan Geopark termasuk juga kawasan wisata yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata masih membutuhkan penataan, perbaikan dan penambahan sarana dan prasrana, masih membutuhkan atraksi dan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wistawan. Menara Pandang Tele dan Hot Sping merupakan objek wisata alam unggulan yang banyak diminati pengunjung, tren retribusi selalu meningkat. Selain daya tarik di atas, masih banyak daya tarik wisata yang potensial yang belum dikembangkan yang perlu dilakukan perintisan, dan terdapat juga Taman Pintar Pariwisata, Kebun Raya Samosir dan Hutan Flora Anggrek ynag belum juga berkembang dan dikelola dengan baik oleh instansi terkait. 4. Desa Wisata Jumlah desa wisata yang mendapat pembinaan ada sebanyak 20 pengelola desa wisata dan sebagian besar wisata yang masih belum berkembang dan belum dikelola dengan baik. 4.2
Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan
dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota Pangururan. Pantai ini juga memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit – bukit di Pulau Sumatera.
Pinggiran pantai Danau Toba dengan sejuta pesona.
Menikmati hembusan semilir angin dan bersihnya air Danau Toba dari pinggiran pantainya. Bahkan berenang bisa dilakukan ratusan meter dari pinggiran pantainya
Universitas Sumatera Utara
tanpa takut tenggelam karena masih dangkal, sedangkan panjang pinggiran Pantai Parbaba ± 500 meter dengan hamparan pasir putihnya. Pantai Pasir Putih ini diresmikan menjadi sebuah objek wisata pada tahun 2006 oleh Prof.Dr.Ir Johar Arifin Husin sebagai Deputi Pemberdayaan Olah Raga, pada tanggal, 18 Mei 2006. Pantai pasir putih parbaba sebelumnya adalah hanya sebuah pantai berpasir putih yang digunakan penduduk sebagai sarana mencuci pakaian, mengambil air minum, menangkap ikan bahkan sempat bercocok tanam bawang. Kini menjadi menjadi salah satu daerah tujuan wisata paling banyak di kunjungi di Pulau Samosir setelah daerah tujuan wisata Tomok. Keunikan pantai ini banyak mengundang perhatian dan decak kagum para wisatawan dari berbagai daerah ketika mengunjunginya.
Pantai ini merupakan salah satu destinasi unggulan Kabupaten Samosir dan penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai Pasir Putih Parbaba letak geografisnya sangat strategis. Kawasan ini dapat ditempuh sekitar 1 Jam dari Tomok dengan biaya Rp.15.000,00. Sedangkan biaya penyebrangan dari Ajibata-Tomok hanya Rp.8.000,00. Selama di perjalanan, panorama alam perairan Danau Toba dan perbukitan hijau akan memanjakan mata serta suasana khas Budaya Batak yang dapat dirasakan. Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan untuk menikmati Pantai Pasir Putih adalah Duduk santai sambil menikmati indahnya Danau Toba, Permaianan Air seperti Banana Boat, Ufo Boat, Donat Boat, Mebel Boat Tour Boat, Sepeda air, Cano-cano. Bukan hanya itu saja di Pantai Pasir Putih Parbaba pada saat tertentu juga terlihat beberapa tenda milik para pecinta alam yang berjejer di sekitar pasir putihnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Pantai Pasir Putih Parbaba
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Bulan
Wisatawan Mancanegara 2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari Pebruari Maret
1.829 1.691 1.053
774 2.795 1.535
1.328 1.468 2.050
1.819 1.955 2.574
1.217 319 1.443
2.719 1.728 1.804
April Mei Juni Juli Agustus
2.075 2.388 2.462 1.906 1.882
1.567 1.643 1.354 3.081 1.928
2.044 3.315 2.231 1.926 2.249
1.947 2.685 1.866 2.053 1.933
1.924 1.801 2.782 1.755 1.963
2.318 5.325 4.623 8.787 2.867
September
2.113
2.197
1.849
2.115
5.718
880
Oktober
1.662
1.902
2.807
2.112
2.571
605
Nopember
931
1.888
1.761
2.031
4.521
1.305
Desember
921
2.068
2.269
2.572
4.799
1287
Jumlah
20.913
22.732
25.297
25.662
30.813
34.248
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Dari Tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah Kunjungan Wisatwan Mancanegara dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah Wisatwan Mancanegara 20.913, pada tahun 2015 sebanyak 34.248, mengalami peningkatan sekitar 13.335 kunjungan wisatwan mancanegara selama 5 tahun. Dari daftar kunjungan Wisatawan Mancanegara dapat disimpulkan bahwan objek wisata di Kabupaten Samosir sangat menarik karena wisatawan Mancanegara sudah berdatangan ke Indonesia khususnya di Kabupaten Samosir sehingga akan menghasilkan Devisa bagi Negara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Bulan
Wisatawan Nusantara 2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari
12.690
7.808
14.917
12.717
18.215
10.417
Pebruari
5.028
5.441
5.498
6.431
3.470
5.592
Maret
3.130
6.338
5.640
5.893
6.933
6.938
April
6.173
9.308
7.480
7.308
8.994
8.271
Mei
9.125
11.895
9.580
8.382
13.391
9.179
Juni
6.501
9.065
10.491
11.487
10.155
8.142
Juli
7.466
6.456
7.234
12.519
20.110
22.682
Agustus
5.938
7.533
19.891
23.049
11.832
10.681
September
20.376
19.940
7.096
6.045
9.704
7.190
Oktober
4.864
7.780
8.049
8.439
9.877
6.229
Nopember
3.965
6.460
7.116
7.180
9.925
11.612
Desember
9.373
11.873
16.538
14.667
27.417
34.282
J umlah
94.629
109.897 119.530
124.117 150.023
141.215
Jumlah Kunjungan Wisatwan Nusantara Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 94.629 kunjungan Wisatwan Nusantara dan pada tahun 2014 sebanyak 150.023 kunjungan wisatawan Nusantara, dapat kita simpulkan menningkat sebanyak 55.394 kunjungan Wisatwan Nusantara. Tetapi dari Tahun 2014-2015 mengalami penurunan sebanyak 8.808 kunjungan Wisatwan Nusantara.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir Putih Parbaba. Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantra Tahun 2016 Bulan Nama Objek Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
910
1.537
1.529
1.800
2.558
860
4.414
1.907
890
1.950
1.538
19.893
870
744
495
399
876
450
1.714
699
420
782
712
8.161
155
155
100
150
216
100
257
60
196
112
204
1.705
1.750
500
500
450
425
500
1.250
1.300
928
1.215
857
6.675
1.250
280
210
380
385
800
2.700
500
390
450
425
6.505
550
280
400
455
900
650
2.600
625
620
755
560
8.395
125
76
80
185
147
182
189
115
178
120
131
1.528
Batu Sawan
250
225
255
250
225
295
325
425
289
282
228
2.250
Aek Sipitu Dai
100
115
165
125
147
225
301
125
212
148
152
3.049
0
0
0
0
0
0
250
42
55
62
409
5.960
3.912
3.734
4.194
4.079
4.062
14.000
4.165
5.869
4.869
Kawasan Wisata Tomok Batu Persidangan Siallagan Museum Hutabolon Simanindo Pantai Pasir Putih Parbaba Aek Rangat Pangururan Menara Pandang Tele Perkampungan Sigullati & Ruma Si Raja Batak
Pantai Indah Situngkir Jumlah
5.756
Jumlah
58.570
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatawan Nusantara berkunjung ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016) sebanyak 58.570 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Nusantara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 6.675 orang. Dari 10 objek wisata diatas, Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir Putih Parbaba.
Tabel 4.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2016 Bulan
Jumlah
Nama Objek Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
59
62
45
75
92
1.000
2500
77
760
730
784
6.184
278
537
336
442
903
260
1750
650
680
698
460
6.994
145
537
32
35
66
75
150
300
325
347
312
2.324
500
250
325
164
375
400
772
469
318
329
338
4.240
500
70
90
150
2500
500
1535
315
380
317
327
6.684
Menara Pandang Tele
500
250
298
350
501
550
1019
175
198
192
184
4.217
Perkampungan Sigullati & Ruma Si Raja Batak
75
50
102
50
100
100
100
115
126
137
157
1.112
Batu Sawan
90
100
100
110
175
150
150
75
87
62
76
1.175
Aek Sipitu Dai
125
110
135
100
103
125
100
100
98
81
86
1.163
0
0
0
0
0
0
20
22
25
46
145
2.272
1.966
1.463
1.476
4.815
3.160
8.096
2.994
2.918
2.770
Kawasan Wisata Tomok Batu Persidangan Siallagan Museum Hutabolon Simanindo Pantai Pasir Putih Parbaba Aek Rangat Pangururan
Pantai Indah Situngkir Jumlah
32 2.276
34.206
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatwan Mancanegara berkunjung ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016) sebanyak 34.206 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Mancanegara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 4.240 orang. Dari 10 objek wisata diatas, Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Dari
daftar
Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara dapat kita ketahui bahwa lebih besar jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih Parbaba. Meningkatnya jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatwan Mancanegara tentunya tidak lepas dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir. Walaupun pembangunan yang terjadi di Kabupaten Samosir masih buruk seperti kondisi jalan lintas antar daerah, tidak tersedianya akomodasi dibeberapa daerah, kurang tersedianya angkutan umum, tidak tersedianya fasilitas umum pada daerah tertentu dan tidak baiknya pelayanan tidak baiknya pelayanan yang diberikan di beberapa akomodasi yang tersedia. 4.3
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat adalah bagian
terpenting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Pengembangan kepariwisataan disuatu daerah memerlukan perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses perencanaan. Keterangan tentang pariwisata berbasis masyarakat, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro dan Ibu Shanty Harianja Kepala Bidang kerjasama dan Kemitraan Pariwisata. Terkait pariwisata berbasis masyrakat dapat diinformasikan bahwa dalam pariwisata pelaku utamanya adalah masyarakat dan kegiatan kepariwisataan harus meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari informasi ini dapat diketahui bahwa Pantai Pasir Putih memang tumbuh dan berkembangnya dengan pariwsata berbasis masyrakat. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan. Masyarakat sudah berpartisipasi melalui usaha-usaha wisata yang dilakukan masyarakat seperti pengusaha permainan air, para penjual dan penginapan.
Universitas Sumatera Utara
Semuanya dari masyarakat dan tidak adanya investor asing dan keterlibatan masyarakat itu dengan adanya Pokdarwis yaitu kelompok sadar wisata yang terdiri dari masyarakat dan pengusaha setempat. Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan Bapak
Belly Boyking
Sihaloho sebagai Kepala Desa Hutabolon. Bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah masyarakat terlibat dalam kegiatan kepariwisataan dan bahkan masyarakat sebagai pelaku utamanya atau mendapat manfaat langsung dari sektor pariwisata melalui bekerja dibidang pariwisata. Dari informan di dapat sebuah informasi bahwa masyarakat yang tidak bekerja dibidang pariwisata, seperti petani, tidak terlibat aktif dalam pengembangan Pantai Pasi Putih. Hal ini dikarenakan bahwa belum ada keterpaduan antara sektor pertanian untuk mendukung Pariwisata yang ada di Pantai Pasir Putih.
Dapat diketahui bahwa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
kebersihan yang dilakukan pada Jumat sehingga program dalam menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba adalah Jumat bersih. Di desa Hutabolon ini dikenal dengan sistem tandak jadi masyarakat membersihkan lokasi mereka saja. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pantai Pasir Putih sebagai pelaku utama di objek wisata. Peneliti melakukan wawancara terhadap masyarakat di desa Hutabolon yang disampaikan oleh bapak Tommy Sihaloho yang memiliki usaha di bidang pariwisata. Penulis memperoleh informasi bahwa masyarakat berpatisipasi melalui usaha pariwisata yang
dimiliki berupa
warung
makan, penginapan, permaianan air, menyediakan tikar dan tenda dan dapat diketahui juga bahwa Bapak Tomy yang pertama kali memiliki usaha permaiann pantai di Pantai Pasir Putih.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat yang lain peneliti melakukan wawancara kepada Niko Napitpulu. Dapat diketahui bahwa bentuk parisipasi yang dilakuknnya adalah menjadi P3 (Petugas Penerangan Pariwisata) di Pantai Pasir Putih, Tugas seorang P3 adalah mengutip retribusi terhadap wisatwan yang berkunjung dengan tarif dewasa Rp.2000,00 dan anak-anak Rp.1000,00. Bentuk partisipasi masyarakat yang lain dalam pengembagan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba dikatakan oleh seorang informan Sonny Daniel Simarmata. Partisipasinya adalah menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba dan menjadi pegawai di UD. Sollo yang menyediakan penginapan dan permainan air, dari informan dapat diketahui informasi bahwa pemilik/pengusaha UD Sollo membina pegawainya dalam melayani tamu dan menjalankan alat-alat permainan Pantai. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap Isse Tampubolon, dapat diketahui bahwa partisipasinya menjadi seorang Fhotografer. Dapat diketahui informasi dengan mengabadikan atau memfoto momen wisatawan yang berkunjung dapat menjadi sebuah nilai lebih dan menjadi promosi tersendiri untuk mengembangkan Pantai Pasri Putih Parbaba. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa partispasi masyarakat desa Hutabolon dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat atau kegiatan masyarakat di dalam bidang pariwisata. Partisipasi masyarakat khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dibidang pariwisata. Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat dalam hal usaha pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu
masyarakat
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam melaksanakan
kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam
penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/payung pantai, tempat penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat, Bebek, Cano-cano, sepeda air.
Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat
dalam hal usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha baru. 4.4
Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata Prinsip pariwisata berbasis masyarakat adalah partisipasi masyarakat lokal
dalam perencanann pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan. Disini masyarakat dapat membemberikan saran dan inisiatif mereka terhadap pengembangan pariwisata. Saran dan inisiatif dapat disampaikan melaui pertemuan dan musyawarah, sehingga dalam partisipasi terdapat komunikasi yang dapat memeberikan informasi antara pemerintah dan masyrakat lokal. Komunikasi yang baik akan memberikan sebuah ide dan gagasan sehingga pembangunan akan tetap berjalan. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan terutama dalam pengambilan kebijakan. Untuk itu peneliti melakukan wawancara terkait dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Dapat diketahui informasi dari Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Melda bahwa dalam pengambilan kebijakan masyrakat sudah terlibat dan terlaksana melalaui musyawarah yang dilakukan Pemerintah yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir. Musyawarah dilakukan 2 bulan sekali, dan dalam Musyawarah tersebut merupakan wadah diskusi bagaimana memajukan Pantai Pasir Putih. Dalam musyawah
Universitas Sumatera Utara
ini masyarakat bisa mengusulkan pendapatnya dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Penenliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon terkait pengambilan kebijakan. Dapat diketahui informasi bahwa dalam pengambillan kebijakan, saran masyrakat diterima namun tidak selalu dilaksanakan. Pemerintah kerap sekali hanya bersifat penentraman saja yang dialkukan terhadap masyarakat.. Peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro. Terkait pengambilaan kebijakan dapat diketahui informasi bahwa Kebijakan diambil melalui MusrembangDes dan akan disamapaikan kepada Dinas Pariwisata. Dalam pengambilan kebijakan Masyarakat dan Pemerintah kerjasamanya bersifat Kemitraan yaitu terdapat Timbal balik antara masyarakat dan pemerintah dan setiap kebijakan dinegoisasikan. Minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan disebakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Contohnya pada saat perumusan kebijakan, tidak semua anggota masyarakat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan usulan atau gagasannya sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak akan terlaksana dengan baik dan tidak sesuai dengan harapan. Sedangkan faktor eksternal yang memepengaruhi minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan dikarenakan belum diberikannya kepada masyarakat kesempatan untuk memberikan gagasan sehingga dalam pelaksanaan kebijakan belum menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang mengambil teori Pembangunan, dengan model pembangunan Alternatif yang didalamnya ada public sphere yaitu masyarakat dengan semangat kolektivitas yang didampingi oleh pemerintah, akademika dan civil society organization membentuk suatu tatanan etika dengan meletakkan sentralitas masyrakat sebagai subjek yang dinamis dan mengenali kebutuhannya sendiri. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partispasi masyarakat pada tingkat penentraman (placation) yang merupakan saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan yaitu dalam kategori Tokenisme yaitu sekdear justifikasi agar mengiyakan.
Untuk mewujudkan kebijakan yang representatif maka partisipasi
masyarakat secara aktif diperlukan. Partisipasi masyrakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui berbagai forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi langsung dalam proses pengambilan keputusan
terhadap program pembangunan.
Sehingga keputusan yang telah disepakati dapat dilaksanakan dan berdampak pada perbaikan kondisi daerah. Karena partisipasi masyarakat merupakan salah satu pilar pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasi. 4.5
Persepsi Masyarakat terhadap Usaha Pariwisata Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang
menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata. Industri pariwisata meliputi; akomodasi untuk pengunjung, kegiatan layanan makanan dan minuman, angkutan penumpang, agen perjalanan wisata dan kegiatan reservasi lainnya, kegiatan budaya, kegiatan olahraga dan hiburan. Dalam mengembangkan partisipasi masyarakat melalui usaha kepariwisataan, baik yang
Universitas Sumatera Utara
berskala kecil, menengah maupun besar dapat mengembangkan keterkaitan berbagai usaha pariwisata dengan berbagai sektor yang lain agar kegiatan ekonomi masyarakat dapat lebih meningkat lagi Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat desa Hutabolon, mereka mengalami perubahan hidup setelah adanya kegiatan pariwisata. Adanya kegiatan pariwisata mendatangkan pekerjaan baru bagi masyarakat. Menurut Sonny Daniel Simarmata pegawai UD. Sollo dapat diketahui informasi bahwa dengan terlibatnya dalam
sektor
pariwisata
memperoleh
keuntungan
yang
terutama
dengan
meningkatkanya perekonomian dan pemuda-pemudi disini tidak pengangguran lagi. Informan mulai bekerja d UD. Sollo semenjak SMP berusia 12 dan sampai sekarang disaat menduduki SMA berusia 17 tahun. Dengan menjadi pegawai di UD.Sollo yang menyediakan tempat penginapan dan menyediakan permainan air tentu mendapat pengalaman kerja dan bisa berbahasa Inggris Terkait dnegan usaha pariwisata, peneliti juga melakukan wawancara kepada Niko Napitupulu sebagai P3 (Petugas Peneranagan Pariwisata). Dapat diketahui informasi bahwa melalui usaha di bidang Pariwisata dapat membantu wisatwan juga dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan terlibat dalam bidang pariwisata tata cara bahasa berubah dan pemikiran akan lebih maju. Melalui usaha di bidang pariwisata juga akan mengurangi pengangguran. Perekonomian masyrakat juga akan meningkat, bukan hanya masyarakat yang terlibat langsung yang meningkat tetapi juga masyrakat lain secara tidak langsung. Contohnya penjual makan dan minuman yang berada di Pantai Pasir Putih ini, jika belanja akan pergi ke Pangururan, otomatis perekonomian masyarakat di sekitar Pangururan juga akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Monang, dapat diketahui bahwa melalui usaha pariwisata ini adanya timbal balik antara wisatwan dan masyrakat. Lewat usaha pariwsata ini juga Desa Hutabolon ini juga akan semakin maju karena pemerintah akan lebih peduli, keuntungan yang lebih besar adalah meningkatkan Devisa Negara. Dari wawancara di atas, pariwisata memiliki dampak peningkatan aspek ekonomi dalam perkembnagan kepariwisataan akan memeberi dampak positif bagi pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata karena dengan meningkatnya kunjungan wisatwan, masyarakat disekitar objek wisata dapat memanfaatkan pembangunan ini untuk membuka usaha yang dibutuhkan oleh wisatwan. Dampak positif dapat dirasakan oleh pengusaha akomodasi, dan pemberi jasa seperti fotografi, jasa permaianan, penjual makan-minuman, penjual kerajinan tangan (souvenir shop), dan penginapan. Dan rata-rata tenaga kerja yang ada di samosir masih didominasi oleh tenaga kerja yang berasal dari daerah ini. Jadi dampak pariwisata ini mempunyai arti penting dalam rangka peningkatan kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan sehingga mengatasi pengangguran karena sangat banyak jasa di bidang pariwisata dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendapatan daerah setempat bertambah, dengan adanya perolehan masukan kas daerah dari pemungutan pajak dan retribusi, dan akan memberikan dampak positif meningkatnya permintaan hasil daerah setempat, meningkatnya permintaan barang-barang kerajinan, souvenir serta barang-barang khas daerah.
Universitas Sumatera Utara
4.6
Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat 1.5
Kurangnya dukungan pemerintah
Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri pemerintahan. Pemerintah mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, pemerintahan yang cenderung kaku sehingga masyrakat merasa terintimidasi dan mengasingkan masyarakat sehingga tujuan pemerintah dan tujuan masyarakat tidak terlaksana dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh
Bapak Tomy Sihaloho. Dapat diketahui
informaisi bahwa dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini kurang diperhatian oleh pemerintah, semua yang dari pemerintah hanya buah bibir saja. Jika hanya musyawarah saja tetapi pelaksanaanya tidak ada, maka pengembangan Pantai Pasir Putih akan begini saja seterusnya. Seharusnya dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan kerjasama antara Dinas Pariwsata dan Dinas Perhubungan dalam menetapkan suatu kebijakan. Penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Melda, dan dapat diketahui bahwa Pemerintah memang melakukan musywarah antara Masyarakat dan Dinas Pariwisata. Namun terkait dengan kebijakan yang dilakukan, pemerintah gencarnya membuat kebijakan setelah Kabupaten Samosir ini masuk dalam bagian Otorita . Selama ini pemerintah kurang memeperhatikan Pantai Pasir Putih Parbaba, dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini peran masyarakat sendiri yang lebih besar dalam memajukannya. Peneliti juga melakukan Waancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon. Dapat diketahui informasi bahwa jika keadaan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
yang seperti ini yang kurang peduli terhadap Pantai Pasir Putih ini, objek wisata ini akan bertahan hanya 10 tahun saja. 2. Kurangnya sinergitas Antara Pemerintah dan Masyrakat Partisipasi masyarakat merupakan sebuah kekuatam dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, terdapat masalah bahwa pemerintah terlalu memaksakan program yang telah direncanakan tanpa melakukan konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Atau masyarakat diberikat sebuah wadah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, hanya masayarakat tidak menggunakan itu. Penulis melakukan wawancara kepada Ibu Melda Turnip dan Niko Napitupulu, sehingga dapat diketahui bahwa. Masyarakat belum efektif dalam berperan serta dalam pengembangan Pantai Pasir Putih. Sebagian masyarakat kurang mendukung terhadap kebijkakan pemerintah. Dalam pembuatan jalan setapak, masyarakat ada yang tidak imgin melakukan pembangunannya bahkan sampai memanggil polisi. Namun dapat kita lihat dengan adanya jalan setapak ini Pantai Pasir Putih semakin bagus. Bukan hanya itu saja, pemerintah menetapkan batas meletakkan tenda, jika Dinas Pariwisata seminngu atau dua minggu tidak datang ke Pasir Putih ini masyarakat langsung dimajukannya tenda-tendanya. Kurangnya sinergitas antaa masyrakat dan pemerintah
disebabkan oleh
kurangnya sumber daya manusia. Pada saat perumusan kebijakan, masyrakat tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan gagasannya sehingga dalam pelaksanaan kebijakan akan memepengaruhi tidak erjalannya sesuai dengan harapan.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya pemerataan pasir yang dilakukan pemerintah, namun terhenti dikarena masyrakatnya ada yang menolak. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, keterlibatan masyrakat sangat diprioritaskan dengan baik sebagai pelaku usaha kecil menengah di kawasan wisata. Tingkat kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan terutama terkait dengan sapta pesona. Pelaksananan kegiatan sapta pesona dan sadar wisata belum dilaksanakan secara kreatif. Pokdarwis yang sudah berdiri di bulan November 2016, hanya sebatas nama saja. Ketua Pokdarwis sendiri tinggal di Medan, sehngga akan sangat sulit memajukan Pantai Pasir Putih ini karena tidak secara terus menerus melihat perkembangan objek wisata ini. 3. Kondisi Masyrakat Kondisi masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan daerah tujuan wisata. Aspek ini menjadi sangat penting karena pada umumnya wisatawan yang datang ingin merasakan suasana yang nyaman yang salah satunya didapatkan melalui interaksi yang menyenangkan antara masyarakat setempat dengan wisatawan itu sendiri. Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Drs.Ombang Siboro sebagai kepala Dinas terkait kondisi masyarakat dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Kondisi masyarakat menjadi hambatan dalam pengembangan objek wisata. Kapasitas masyarakat yang kurang terutama kemampuan hospitality terkait dengan keramah-tamahan, ilmu melayani, dan rendahnya inovasi tentang kreativitas melayani dan membuat ketertarikan wisatawan. Hal ini disebabkan adalah masyarakat itu
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya adalah petani dan pedagang sehingga butuh waktu untuk berubah menjadi pemberi jasa. Bermacam-macam profesi dan latar belakang yang tidak berbasis usaha jasa dan sekarang beralih menjadi pemberi jasa. Kemudian rata-rata mereka usia tua , kemudian faktor bahasa dan perilaku hidup bersih dan higenis yang masiah kurang. Dalam pengembangan pariwisata, kondisi masyrakat Batak Toba menjadi sebuah hambatan dan tantangan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Dari bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon
dapat diketahui bahwa
masyarakat belum sadar bahwa pariwisata lebih menjanjikan. Kemampuan berbicara masyarakat juga belum, seperti yang kita ketahui bahwa temperamental masyarakat Batak Toba yang kasar, mereka yang senang dengan keterbukaan dan berbicara apa adanya. Kadang-kadang tidak peduli lawan bicarnya tersinggung atau tidak. Pernyataan tersebut diakui oleh masyrakat di sekitar Pantai Pasir Putih Parbaba, bahwa melayani wisatwan masih kurang terutama dalam kemampuan berbicara yang susah untuk berbicara lembut, padahal keindahan pariwisata bukan hanya dilihat dari objek wistata itu sendiri tetapi juga interaksi antara masyarakat dan wisatwan. 4. Sarana dan Prasarana kurang memadai Infrastruktur sebagai salah satu faktor penting pada pengembangan pariwisata (pembuangan sampah, fasilitas kesehatn, dan monyechanger). Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memenuhi kebutuhan pengunjung tentunya akan meningkatkan jumlah pengunjung yang berkunjung pada kawasan wisata tersebut. Penyediaan infrastruktur yang baik perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing
Universitas Sumatera Utara
kawasan wisata tersebut. Untuk itu pada pengembangan pariwisata perlu adanya perencanaan penyediaan infrastruktur yang memadai untuk kawasan wisata. Aksesbilitas menuju kawasan wisata masih belum baik dan transportasi belum memadai. Lokasi Pantai Pasir Putih ini strategis di simpang pasar terus ditengahtengah Samosir, baik dari Tomok maupun dari Tele. Tetapi terkait pengangkutan umum masih kurang. Angkutan umum dari Pangururan dan Pantai Pasir Putih ke Tomok hanya sampai sore saja. Letak wilayah Samosir harus menyebrangi danau juga membuat wisatwan harus terburu-buru karena Kapal mempunyai batas waktu. Di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ini masih banyak yang harus dilengkapi dan dibenahi misalnya tempat solat belum ada, Polisi air seharusnya ada dikarenankan objek wisata merupakan kawasan pantai jadi sangat dibutuhkan. ATM di daerah objek wsisata juga belum ada, jangkauan yang paling dekat harus ke Pangururan yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Kondisi jalan kurang baik menuju objek wisata kurang terawat. Kebersihan daerah tujuan wisata masih kurang karena masih ditemukan sampah disekitar objek wiata. Ternak yang masih berkeliaran di kawasan objek wisata seperti Kambing dan Babi
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap Kepala Desa Hutabolon, masyarakat, kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir maka diperoleh kesimpulan yaitu : Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba
di desa Hutabolon sudah ada. Keterlibatan masyarakat dalam hal usaha
pengembangan pantai pasir Putih Parbaba yaitu
masyarakat berpartisipasi dalam
melaksanakan kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/\payung pantai, tempat penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat, Bebek, Cano-cano, sepeda air dan juga usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha baru. Dalam pengambilan Keputusan Pemerintah melalui Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir sudah melibatkan masyarakat yaitu dengan mengadakan musyawarah dalam pengambilan kebijakan. Peneliti menemukan adanya Pembangunan Alternatif dalam penegembangan Pantai Pasir Putih Parbaba dengan model public
Universitas Sumatera Utara
sphere. Hanya belum terlaksana dengan sepenuhnya karena saran masyarakat diterima tadi tidak selalu dilaksanakan yang masuk dalam katekori Tokenism. Masalah atau kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata Pantai Psir Putih Parbaba yaitu: Pemerintah dan masyarakat kurangnya sinergitas antara pemerintah dn masyrakat. Kondisi masyrakat desa Hutabolon terutama dalam SDM dan Mindset mereka, juga Masyrakat yang berubah mata pencariannya dari petani dan pedagang menjadi pemberi jasa pariwisata. Hambatan yang lain yaitu Infrastruktur yang kurang memadai.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran Adapun yang menjadi saran penulis dalam hal ini berdasarkan judul yang diteliti mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu : 1.
Masyarakat menjaga kebersihan daerah Pantai Pasir Putih Parbaba.
2.
Penertiban ternak agar tidak berkeliaran di daerah tujuan wisaata (Babi dan Kambing)
3.
Masyarakat supaya tetap menjaga budaya 3S ( Senyum, Sapa dan Salam) agar wisatawan senang dan nyaman berada diPantai Pasir Putih Parbaba.
4.
Penataan tenda/payung Pantai agar lebih ditata rapi
5.
Pemerintah secara rutin membuat acara/event di Pantai Pasir Putih Parbaba dengan tujuan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Universitas Sumatera Utara