BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Teori Komunikasi Istilah komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut-sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip (Mulyana, 2002: 41). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”. Banyak ahli mendefinisikan komunikasi. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2007: 10). Definisi Hovland ini menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu
komunikasi
bukan
saja
penyampaian
informasi,
melainkan
juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan politik memainkan peranan yang sangat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Effendy, 2007: 10). Paradigm Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Media (channel) 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Effek (effect, impact, influence) Berdasarkan
paradigma
Lasswell
ini,
komunikasi
adalah
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
II.1.1.1. Fungsi Komunikasi Komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut (Widjaja, 1995: 9 – 10) : 1. Informasi: pengumpulan, pemprosesan, penyebaran berita, data dan gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil kepentingan yang benar.
Universitas Sumatera Utara
2. Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang yang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadarkan fungsi sosialnya dan ia dapat aktif dalam masyarakat. 3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang,
mendorong
orang
menentukan
pilihannya
dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. 4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang perlu untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama, ke tingkat nasional dan lokal. 5. Pendidikan: perkembangan
pengalihan
ilmu
intelektual,
pengetahuan
pembentukan
sehingga
watak
dan
mendorong pendidikan
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, pembangunan imajinasi dan dorongan kreativitas.
Universitas Sumatera Utara
7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan gambar dari drama, tari, kesenian kesusastraan, musik, olah raga, permainan dan lain-lain untuk kreasi, kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi: menyediakan suatu bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
II.1.1.2. Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder (Effendy, 2007: 11). 1. Proses Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media (Effendy, 2007: 11). Lambang sebagai primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kiat, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
Universitas Sumatera Utara
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga
terekspresikan
secara
fisik
walaupun
hanya
dapat
mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja. Isyarat dengan menggunakan alat tertentu maupun warna akan mempunyai makna tertentu. Kedua lambang ini sangat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tidak melebihi bahasa. Proses komunikasi secara primer ini dapat juga disebut sebagai komunkasi tatap muka dalam arti komunikator tidak memerlukan media tertentu untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Hal ini menyebabkan umpan balik berlangsung pada saat komunikator sedang menyampaikan pesannya yang dinamakan umpan balik
seketika
(immediate feedback). Artinya, komunikator mengetahui dan menyadari pada saat itu juga sehingga jika ia merasakan umpan baliknya negatif,
Universitas Sumatera Utara
yang berarti uraiannya tidak komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya. 2. Proses Komunikasi Secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Di
sini,
komunikator
menggunakan
media
kedua
dalam
memperlancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Umpan balik dalam komunikasi bermedia ini, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), karena tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Bagaimana pun dalam proses komunikasi bermedia, umpan balik akan terjadi. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan – jika komunikasinya sendiri selesai secara tuntas. Ada pengecualian, dalam komunikasi bermedia telepon. Meskipun bermedia, umpan balik berlangsung seketika. Namun komunikator tidak melihat ekspresi wajah komunikan, maka reaksi sebenarnya dari komunikan tidak akan dapat
diketahui oleh komunikator kalau
berkomunikasi tatap muka.
Universitas Sumatera Utara
Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Setiap media memiliki ciri tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. Dengan demikian, proses komunikai secara sekunder ini menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa dan media nirmassa atau media nonmassa.
II.1.2. Teori Komunikasi Massa Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Dari sini dapat dilihat adanya pembatasan pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa baik media cetak maupun media elektronik. Definisi komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa bserta pesan yang dihasilkan, pembaca / pendengar, penonton yang akan diraihnya dan efeknya terhadap mereka (Nurudin, 2004 : 1)
Universitas Sumatera Utara
Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi massa sebagai “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televise, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita” (Effendy, 2007: 21).
II.1.2.1. Fungsi Komunikasi Massa Banyak ahli yang mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut (Ardianto & Erdinayah, 2004: 19): 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengat atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia social akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja melainkan dari media.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial,
features,
iklan,
artikel
dan
sebagainya.
Fungsi
mempengaruhi ini dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yag disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis produk tertentu. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut. 4. Fungsi Proses Pengembangan Mental Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Fungsi Adaptasi Lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu menusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan. 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikan digunakan sebagai kontrol utama dan pengatur lingkungan. Memahami fungsi-fungsi komunikasi massa ini, menurut
Devito
(Ardianto & Erdinayah, 2004: 22), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio siaran maupun membaca surat kabar, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarang orang yang berbeda dar satu waktu ke waktu yang lain.
II.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik
komunikasi
massa
meliputi
(http://oliviadwiayu.wrodpress.com) :
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright,
bahwa komunikasi
massa
itu
melibatkan
lembaga dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan pada surat kabar maupun majalah, komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggungjawab rubric diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
Universitas Sumatera Utara
karena komunikator menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Berita-berita yang memenuhi kolom surat kabar, majalah atau yang disiarkan radio siaran dan televisi secara serempak dapat diterima oleh pembaca dan pendengar / pemirsa di berbagai tempat. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Daripada Hubungan Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga cirri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Komunikasi massa merupakan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi dengan menggunakan media massa sehingga komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. 7. Stimulasi Alat Indra “Terbatas” Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televis dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Terbuka “Delayed” Komponen umpan balik yang lebih popular dengan sebutan feed back merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feed back yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik atau feed back dari komunikan bersifat tertunda berbeda dengan komunikasi tatap muka dimana feed back dari komunikan bersifat langsung.
II.2.
Majalah sebagai Salah Satu Media Komunikasi Massa Media komunikasi massa atau media massa pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Selain surat kabar, majalah memenuhi kategori sebagai media massa cetak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala. Media cetak itu harus bersampul, setidak-tidaknya punya wajah dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak ini dijilid atau sekurangkurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu (http://cries.net78.net). Di awal terbitannya, majalah di desain hanya untuk kalangan terbatas. Awalnya berbagai majalah menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan dan menghibur keluarga. Namun, pada akhir abad ke-18, berkembang majalah-majalah popular yang semata-mata menyajikan hiburan (http://dwiinvarnab08049494.blogspot.com) Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika (Karlinah, dalam Erdinya & Ardianto, 2004 : 109) Di Indonesia sendiri, sejarah keberadaan majalah sebagai media massa dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan, semua majalah yang terbit dengan tujuan yang sama yaitu menghancurkan sisasisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan pengakuan kedaulatan rakyat. Pada zaman orde lama, sama halnya seperti surat kabar, majalah yang terbit di seluruh Indonesia harus mematuhi pedoman resmi yang dikeluarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
Peperti (Penguasa Perang Tertinggi). Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “manifesto politik” yang pada saat itu menjadi haluan negara dan program pemerintah. Sedangkan pada zaman Orde Baru, banyak majalah yang terbit dan jenisnya cukup beragam. Antara kurun waktu 1971 – 1980, banyak majalah yang terbit. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
II.2.1. Kategorisasi dan Fungsi Majalah Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga majalah mempunyai sasaran pembaca dengan profesi tertentu seperti pelaku bisnis, atau pembaca dengan kegemaran tertentu seperti gemar bertani, beternak dan memasak. Majalah-majalah yang terbit pada masa orde baru dapat dikategorisasikan sebagai berikut (Erdinaya dan Ardianto, 2004: 112): 1. Majalah Berita: Tempo, Gatra, Sinar, Tiras 2. Majalah Keluarga: Ayahbunda, Famili 3. Majalah Wanita: Femina, Kartini, Sarinah 4. Majalah Pria: Matra 5. Majalah Remaja Wanita: Gadis, Kawanku 6. Majalah Remaja Pria: Hai 7. Majalah Anak-anak: Bobo, Ganesha, Aku Anak Saleh (Islam)
Universitas Sumatera Utara
8. Majalah Ilmiah Populer: Prisma 9. Majalah Umum: Intisari, Warnasari 10. Majalah Hukum: Forum Keadilan 11. Majalah Pertanian: Trubus 12. Majalah Humor: Humor 13. Majalah Olahraga: Sportif, Raket 14. Majalah Berbahasa Daerah: Mangle (Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta) Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama suatu majalah berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negri. Majalah wanita dewasa, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian, Trubus, fungsi utamanya adalah memberikan pendidikan mengenai cara bercocok tanam dan memberikan informasi mengenai dunia seputar pertanian dan agrobisnis.
II.2.2. Karakteristik Majalah Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majlah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis, dan sasaran khalayaknya. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat
Universitas Sumatera Utara
kabar, karena majalah memiki karakteristik sendiri (Erdinaya dan Ardianto, 2004: 113). Karakteristik majalah dapat dilihat sebagai berikut: 1. Penyajian lebih dalam Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, dwi mingguan bahkan bulanan. Kondisi ini menyebabkan pekerja media dalam hal ini majalah mempunyai waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka punya waktu yang leluasa untuk melakukan analisis sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam. Analisis beritanya dapat dipercaya dan didasarkan pada buku referensi yang relevan dengan peristiwa. Kuncinya adalah berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena dibubuhi latar belakang peristiwa atau unsur why dipergunakan secara lengkap. Begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how) dikemukakan secara kronologis. 2. Nilai aktualitas lebih lama Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan menganggap user surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak akan pernah menganggap user majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. 3. Gambar/foto lebih banyak Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang
Universitas Sumatera Utara
lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri, apabila foto tersebut sifatnya eksklusif. Daya tarik foto sangat besar bagi pembacanya, karena itu promosi majalah edisi terbaru seringkali menonjolkan foto. 4. Cover (sampul) sebagai daya tarik Disamping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Cover
majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus
dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi serta keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. Cover majalah Gatra memiliki cirri khas sisi sekeliling cover berwarna merah, manampilkan foto atau lukisan orang yang menjadi fokus pemberitaan. Dalam hal ini cover mencerminkan isi dari rubrik “Laporan Utama” majalah Gatra dan dapat dipastikan bahwa laporan utama itu diangkat dari peristiwa (berita) yang paling hangat dan menarik. Dengan demikian secara sekilas pembaca akan mengetahui berita utama majalah Gatra. Cover majalah Trubus dapat berupa buah-buahan yang segar, mulus dan menarik yang memenuhi hampir seluruh permukaan cover. Tidak jarang juga cover dari majalah Trubus ini mengangkat tema yang sedang menjadi perhatian dalam dunia pertanian. Pada intinya dapat dikemukakan bahwa cover merupakan salah satu daya tarik suatu majalah yang menunjukkan ciri
suatu
majalah,
sehingga
secara
sepintas
pembaca
dapat
mengidentifikasi majalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
II.3.
Teori AIDDA Konsep komunkasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari attention
(perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan) dan action (kegiatan). AIDDA itu sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya agar terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan attention Effendi, 2007: 51 – 52). Lebih lengkap teori ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 6.
Attention (Perhatian) Perhatian yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.
7.
Interest (Minat) Minat atau interest, pada fase ini komunikator berusaha untuk membangkitkan minat para pembaca untuk memesan dan pendekatan yang dilakukan dalam menarik minat calon pembeli adalah dengan menawarkan barang atau jasa tersebut dengan semanarik mungkin.
8.
Desire (Hasrat) Hasrat atau desire adalah fase dimana keinginan dan minat sudah timbul maka akan ada kemungkinan yang timbul dari calon pembaca untuk bertanya atau mencari tahu tentang produk yang ditawarkan, dan ini adalah kesempatan bagi pihak komunikator untuk mengajukan kalimat yang sugestif agar calon pembeli terkesan.
9.
Decision (Keputusan)
Universitas Sumatera Utara
Keputusan atau decision adalah fase dimana calon pembeli sudah merasa yakin akan keputusannya, apakah ia akhirnya akan bertindak menolak atau menerima produk yang ditawarkan. 10. Action (Tindakan) Tindakan atau action adalah fase dimana calon pembeli secara nyata menerima dalam artian jadi memesan produk yang ditawarkan atau menolak dalam artian tidak jadi membeli produk yang ditawarkan. Proses tahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini, Majalah Trubus harus mampu menarik perhatian khalayak pembacanya khususnya khalayak atau komunikan yang benar-benar membutuhkan informasi mengenai dunia pertanian. Seorang komunikator dikatakan akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikannya apabila komunikatornya merasa adanya persamaan
antara
komunikator
dengannya.
Komunikator
harus
dapat
menyampaikan diri dengan komunikannya agar dapat menimbulkan simpati komunikan terhadapnya. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) akan merupakan langkah awal suksesnya sebuah komunkasi. Apabila perhatian komunikan
lebih terbangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya
menumbuhkan minat (interest) yang merupakan lanjutan dari perhatian.
Universitas Sumatera Utara