36
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 KOMUNIKASI II.1.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis
yang berarti ‘sama’, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti ‘membuat sama’ (to make common) (Mulyana, 2005: 41). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Komunikasi dalam bahasa Inggris dikenal 2 macam: communication dan communications. Communication adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti, sedangkan communications adalah proses komunikasi yang menggunakan alat-alat mekanis, yang biasa disebut media massa. Berdasarkan pengertian tersebut, maka komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan media massa (Mohammad, 2009: 2). Secara terminologi, banyak defenisi komunikasi yang ditawarkan oleh para ahli komunikasi. Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals) (Effendy, 1993: 10).
37
Lain lagi menurut Harold Lasswell. Menurutnya, cara yang terbaik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2005: 62) Everret M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika memberikan perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi. Menurutnya komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2005: 19)
II.1.2 KOMPONEN KOMUNIKASI Sebagaimana yang diungkapkan Ujang dalam bukunya Kapita Selekta Komunikasi (2007: 9) bahwa dalam perkembangan mutakhir, para pakar komunikasi kontemporer yang tergabung dalam The United Aristotelian Description Of Communication membagi komponen komunikasi menjadi sepuluh komponen. Kesepuluh komponen tersebut yaitu : 1)
Source (sumber) adalah sumber atau individu yang menyampaikan pesan. Boleh jadi, sumber itu adalah seseorang yang berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat atau suatu organisasi komunikasi seperti sebuah redaksi surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio film.
2)
Encoding (proses penyandian) adalah proses penyandian atau pengalihan pesan dalam bentuk lambang-lambang.
3)
Message (pesan) adalah pesan yang merupakan seperangkat lambanglambang yang bermakna yang disampaikan sumber. Lambang-lambang itu
38
bisa bersifat verbal (kata-kata lisan atau tulisan) maupun nirverbal (gerak, gambar, isyarat, kial, dan sikap) 4)
Channel (saluran) adalah saluran atau media yang dipakai oleh sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi. Saluran yang digunakan bisa dua, tiga, atau empat saluran secara serentak. Misalnya ketika berbicara atau mendengar, kita menggunakan saluran suara, tetapi kita memberi atau isyarat yang kita gunakan adalah saluran visual. Apabila kita mencium bau-bauan, menggunakan saluran olfaktori (saluran penciuman). Tatkala kita saling menyentuh, menggunakan saluran taktil. Saluran bisa juga berupa media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buletin; atau media elektronik, seperti televisi, radio, film, dan internet.
5)
Noise (hambatan) adalah gangguan yang menerpa proses komunikasi yang dapat mengakibatkan diterima atau tidaknya pesan pada diri komunikan. Gangguan ini bisa berupa gangguan semantik (bahasa), psikologis (kejiwaan), sosiologis (status sosial), antropologis (perbedaan etnis), atau ekologis (lingkungan).
6)
Receiver (penerima) adalah penerima pesan dari komunikator atau sering disebut sebagai komunikan. Komunikan ini bisa sendiri atau sekelompok orang, bahkan suatu komunitas tertentu seperti kelompok pendengar radio, penonton televisi, atau pembaca koran.
7)
Decoding ( proses penerimaan) adalah proses penangkapan, pemahaman, dan penerimaan pesan oleh komunikan dari komunikator. Proses decodingini memerlukan kesiapan komunikan untuk menerima pesan dalam kondisi apapun.
39
8)
Receiver Response (tanggapan
penerima) adalah tanggapan
atau
seperangkat reaksi dari komunikan yang timbul setelah menerima pesan. Hal ini berkenaan dengan reaksi spontanitas yang dirasakan oleh komunikan. 9)
Feedback (umpan balik) adalah umpan balik atau tanggapan dari komunikan kepada komunikator. Umpan balik ini bisa berasal dari dalam diri atau dari luar. Efek komunikasi adalah pengaruh yang terjadi pada diri komunikan. De Vito mengatakan bahwa pada setiap komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama, memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, membuat sintetis, atau mengevaluasi sesuatu. Ini adalah efek kognitif. Kedua, memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan. Ini disebut dampak afektif. Ketiga, memperoleh caracara bertindak baru seperti cara menulis feature, selain perilaku verbal dan nonverbal yang baik. Inilah efek psikomotorik.
10)
Context (situasi komunikasi) adalah situasi atau lingkungan yang mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formal atau informal, serius atau santai, dan sebagainya.
40
Gambar Sepuluh Komponen Komunikasi
noise
C O N T E X T
Source
Encoding
Message
Channel
Receiver
Decoding
Feedback
Sumber : Joseph A. De Vito dalam Ujang (2007: 26)
II.1.3 RUANG LINGKUP KOMUNIKASI Ruang lingkup komunikasi terdiri dari beberapa bagian, antara lain: 1.
Komponen Komunikasi a. Komunikator (communicator) b. Pesan (message) c. Media (media) d. Komunikan (communicant) e. Efek (effect)
2.
Proses Komunikasi a. Proses secara primer b. Proses secara sekunder
3.
Bentuk Komunikasi a. Komunikasi Persona (personal communication)
Response
C O N T E X T
41
1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (group communication) 1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) Ceramah (lecture) b) Diskusi panel (panel discussion) c) Simposium (symposium) d) Forum e) Seminar f)
Curahsaran (brainstorming)
2) Komunikasi kelompok besar(large group communication/ public speaking) a) Komunikasi Massa (Mass Communication) b) Pers c) Radio d) Televisi e) Film
3) Komunikasi Media (Media Communication) a) Surat b) Telepon c) Pamflet d) Poster e) Spanduk
4.
Sifat Komunikasi a. Tatap muka (face-to-face)
42
b. Bermedia (mediated) c. Verbal (verbal) Lisan (oral) Tulisan/ cetak ( written/ printed) d. Nonverbal (non-verbal) Kial/ isyarat badaniah (gestural) Bergambar (pictorial)
5.
Teknik Komunikasi a. Komunikasi informatif (informative communication) b. Komunikasi persuasif (persuasive communication) c. Komunikasi instruktif/ koersif (instructive/ coersive communication) d. Hubungan manusiawi (human relations)
6.
Tujuan Komunikasi a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behaviour change) d. Perubahan sosial (social change)
II.2 KOMUNIKASI MASSA II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Sama halnya dengan komunikasi, komunikasi massa pun memiliki banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (medai cetak dan media elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).
43
Disamping itu, agar tidak membingungkan kita juga perlu membedakan antara mass communications (pakai ‘s’) dengan mass communication (tanpa ‘s’). Seperti dikemukakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam bukunya Introduction
to
mass
communication
(1988)
dikatakan
bahwa
mass
communications lebih menunjuk kepada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa. Sedangkan mass communication lebih menunjuk pada teori atau proses teoritik atau lebih menunjuk kepada proses dalam komunikasi massa (Nurudin, 2003: 4). Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan bahwa mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heteregenous masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen (Nurudin, 2003: 11). Menurut Tan dan Wright dalam Liliweri 1992 yang dikutip oleh Elvinaro, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Elvinaro, 2004: 3). Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner Rakhmat, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated trough a mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media
44
massa. Itu artinya bahwa sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak jika tidak menggunakan media massa maka itu bukanlah komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dantelevisi (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), media film seperti film bioskop. Menurut Gerbner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies) (Elvinaro, 2004: 4) Definisi yang dikemukakan Wright merupakan definisi yang lengkap yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas yakni diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Severin & Tankard Jr. mendefinisikan komunikasi massa sebagai bagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu
yang
dapat
dipelajari
seperti
memfokuskan
kamera
televisi,
mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis
45
untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana
berlangsungnya
komunikasi
yang
dapat
dikembangkan
dan
dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. Ahli komunikasi lainnya yaitu Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi massa dalam dua item. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan /atau visual.
II.2.2 Ciri-Ciri Komunnikasi Massa Adapun yang menjadi karakteristik dari komunikasi massa antara lain: 1)
Komunikasi massa berlangsung satu arah Secara singkat komunikasi massa diartikan dengan komunikasi yang
menggunakan atau melalui media massa, karenanya komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Hal inilah yang merupakan kelemahan dalam komunikasi massa.Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersona.
2)
Komunikator pada komunikasi massa melembaga Menurut
Wright,
komunikasi
massa
melibatkan
lembaga.
Dan
komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Hal ini bisa kita lihat
46
dalam proses pembuatan sebuah berita di surat kabar. Adapun prosesnya dimulai dari seorang komunikator yang menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan sebuah media massa. Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggung jawab redaksi diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa tersebut. Dari tahap awal sampai kepada proses sampainya berita surat kabar ke tangan konsumen inilah dinamakanterlembaganya komunikator pada komunikasi massa.
3)
Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk
sekelompok orang. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesannya dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun, tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan. Kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri. Ada peristiwa yang mempunyai kategori penting, tetapi hanya penting bagi sekelompok orang. Misalnya, berita pemilihan Lurah di Kelurahan X Kotamadya Medan dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat di Kotamadya Bandung.
47
4)
Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Selain kelemahan, komunikasi massa memiliki kelebihan dibandingkan
komunikasi lainnya, yakni jumlah sasaran khalayaknya atau komunikan yang dicapai relatif besar dan tidak terbatas. Bahkan, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada wktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy
mengartikan
keserempakan
media
massa
itu
sebagai
keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penonton tersebut satu sama lain berada dalam keadaan terpisah.
5)
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen dan anonim Pada komunikasi antarpersona, komunikator mengenal komunikannya,
sedangkan komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping itu, komunikannya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda (heterogen).
6)
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.
Pada komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa yang terpenting adalah unsur isi. Pada komunikasi antarpersona, pesan tidak disampaikan secara sistematis ata dengan kata lain perpindahan dari satu topik ke topik lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel. Jadi, dalam komunikasi antarpersona, yang menentukan efektivitas komunikasi
48
bukanlah struktur tetapi aspek hubungan manusia, bukan kepada ‘apanya’ tetapi pada ‘bagaimana’. Sebaliknya, komunikasi massa lebih menekankan kepada ‘apanya’. Dalam komunikasi massa. Pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
7)
Stimulasi alat indra ‘terbatas’ Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang ‘terbatas’. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat dilakukan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8)
Umpan balik yang tertunda (delayed) Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam
bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Dalam komunikasi massa, umpan balik (feedback) yang diterima bersifat tidak langsung.
49
II.2.3 FUNGSI KOMUNIKASI MASSA Lebih dalam lagi mengenai komunikasi masssa yanng diartikan sebagai kegiatan individu atau kelompok dalam proses tukar-menukar data, fakta dan ide, maka komunikasi massa juga memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a
Informasi: kegiatan dalam pengumpulan, penyebaran berita, penyimpanan data, gambar, fakta, opini sehingga orang bisa mengerti segala sesuatu di luar dirinya ataupun dalam lingkungannya sehingga dapat mengambil keputusan yang benar.
b
Sosialisasi: memungkinkan orang untuk bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat sehingga sadar akan fungsi dan peranan sosialnya dalam tatanan masyarakat tersebut.
c
Motivasi: mendorong orang untuk bertindak dan bersikap dalam mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar melalui media massa.
d
Bahan diskusi : menyediakan fakta atau saling bertukar informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik.
e
Pendidikan : membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas sehingga mendorong perkembangan intelektual seseorang yang sangat diperlukan dalam semua bidang kehidupan.
f
Memajukan kebudayaan : media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataupun bahan-bahan cetakan. Hal ini berguna untuk pelestarian dan kemajuan kebudayaan masing-masing negara.
50
g
Hiburan : media massa menuangkan sifat estetikanya dalam bentuk lagu, lirik, bunyi, maupun gambar dan bahasa, sehingga mampu membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.
h
Integrasi : media massa memungkinkan individu atau kelompok untuk saling kenal dan menghargai kondisi dan pandangan serta keinginan orang lain. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.
II.3
IKLAN DAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT
II.3.1 Definisi Iklan Iklan berasal dari bahasa Arab ‘iqlama’, yang dalam bahasa Indonesia artinya pemberitahuan, sementara kata ‘advertensi’ barasala dari bahasa Inggris ‘advertising’ atau dalam bahasa Belanda ‘advertentie’, sedangkan reklame berasal dari bahasa Prancis ‘re-klame’ yang berarti berulang-ulang. Sebenarnya semua istilah diatas mempunyai pengertian yang sama yaitu memberi informasi tentang suatu barang/jasa kepada khalayak. Masyarakat periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (khasali, 1993: 28). Menurut Wright (Liliweri, 1992: 20) bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.
51
Pengertian yang diajukan Wright ini mengandung 2 makna, yaitu: 1.
Iklan dipandang sebagai alat pemasaran
2.
Iklan dalam pengertian proses komunikasi yang bersifat persuasif Namun keduanya tetap mengandung arti yang sama, yaitu kegiatan
menjual barang, jasa, dan gagasan kepada pihak khalayak. Sementara itu, iklan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: 1.
Berita pesan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tenang benda dan jasa yang ditawarkan.
2.
Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang/ jasa yang dijual, dipasang dalam media massa (Muda, 2006: 263)
II.3.2 Tujuan Iklan Menurut Renald Khasali, aspek terpenting dalam manajemen adalah tujuan. Tanpa tujuan yang baik tidaklah mungkin untuk mampu mengarahkan dan mengendalikan keputusan. Tantangan dalam kegiatan periklanan sekarang ini adalah membawa konsep manajemen efektif pada proses periklanan. Kunci terpenting dari semuanya adalah penentuan tujuan. Jadi, hal yang paling mendasar dalam kegiatan periklanan adalah bagaimana mengkomunikasikan pesan-pesan dengan cara menarik perhatian khalayak dan mengubah serta mempengaruhi sikap mereka sesuai dengan keinginan.
52
Menurut Crowford, tujuan iklan adalah: 1.
Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa, dan ide.
2.
Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa, ataupun ide yang dapat disajikan dengan memberikan preferensi kepada mereka.
3.
Meyakinkan komunikan akan kebenaran tantang apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya menggerakkan untuk berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan.
II.3.3 Fungsi Iklan Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi yang dijalankan media massa lainnya (Liliweri, 1992: 47). Fungsi-fungsi periklanan antara lain : 1.
Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi pemintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang diperlukan.
2.
Fungsi Komunikasi Fungsi
komunikasi
adalah
semua
bentuk
iklan
memang
mengkomunikasikan melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya. Sebagai fungsi komunikasi, ilan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga harus memenuh syarat-syarat pemberitaan.
53
3.
Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus
sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari terbentuknya suatu sikap yang negatif.Efek pendidikan atau efek positif yang diharapkan adalah bisa menumbuhkan pengetahuan dan pandangan tertentu dan mempunyai intensitas perasaan dan kemudian mengambil keputusan secara rasional untuk menerima atau menolak pilihan terhadap produk yang ditawarkan iklan. Efek negatif atau tidak diharapkan adalah akibat terbentuknya sikap yang berlebihan dan mengakibatkan budaya massa (mass culture). Fungsi yang terpenting dalam hal ini adalah orang dapat belajar dari suatu iklan yang dibacanya, ditonton, dan didengar. 4.
Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi mempunyai dua keuntungan, baik itu kepada produsen
(pemasang iklan) maupun konsumen (komunikan). Bagi produsen, iklan secara ekonomis dapat menghemat biaya daripada membayar salesman. Bagi konsumen, ia dapat mengetahui tempat-tempat penjualan produk terdekat dan terjauh melalui iklan yang ditontonnya.Namun, keuntungan iklan yang dapat dirasakan adalah iklan menambah dan merangsang konsumen untuk membeli, akibatnya dapat meningkatkan produksi dan keuntungan. 5.
Fungsi Sosial Fungsi sosial iklan adalah membantu menggerakkan suatu perubahan standar
hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh bumi. Melalui publikasi, iklan mampu menggugah pandangan orang tentang suatu peristiwa,
54
kemudian menningkatkan sikap, afeksi yang positif dan diikuti pelaksanaan nyata atau tindakan sosial.
II.3.4 Jenis-Jenis Iklan Jika seseorang berhadapan dengan surat kabar, majalah, radio, dan televisi, seketika melihat adanya pesan yang menawarkan mengenai keunikan suatu barang/ melayani suatu jasa, maka kita mengatakan itu adalah iklan. Iklan juga ada di papan-papan reklame di perempatan ramai dengan lampu-lampu berwarnawarni, ditempelkan di dinding bis-bis kota, atau dibagikan pedagang asongan sewaktu lampu merah. Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction (Liliweri, 1992: 31-32), secara umum ilan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: 1) Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Tujuan iklan adalah untuk merangsang motif dan minat para pembeli atau pemakai. Iklan standar bersifat komersial/ profit. 2) Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit. Iklan ini tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Iklan ini bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
Yang dijadikan sebagai objek penelitian disini adalah iklan layanan masyarakat. Iklan ini merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan
55
menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya pesan dalam iklan layanan masyarakat berupa ajakan, pernyataan, atau imbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang ‘tidak baik’ supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan
pendapat,
anti
narkoba,
dan
sebagainya.
(http://www.denbagus.com/jenis-jenis-iklan-berdasarkan-tujuannya/)
II.3.5 Pengertian dan Sejarah Iklan Layanan Masyarakat Menurut Coompton dan Lamb (khasali, 1993: 201) definisi dari iklan layanan masyarakat adalah “an announcement for which no charge is made and which promotes programs, activities, or service of federal, state or local government or the programs, activities, or service of nonprofit organizations and other announcements regarded as servings community interest, excluding tune signal, routine weather announcement” Selanjutnya diterangkan Liliweri (1992: 32) bahwa iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit, yaitu tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Umumnya iklan ini bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Iklan memiliki fungsi yang sama yang diemban media massa, karena iklan merupakan salah satu teknik dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Di negara-negara maju, iklan telah dimanfaatkan untuk menggerakkan solidaritas
56
masyarakat terhadap masalah yang mereka hadapi yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum (khasali, 1993: 20). Iklan yang dimaksud adalah iklan layanan masyarakat yang dalam hal ini untuk memperbaiki masalah-masalah yang menyangkut kebiasaan masyarakat atau perubahan nilai. Iklan layanan masyarakat pertama kali muncul di Amerika Serikat pada masa perrang dunia II. Hal ini dilakukan untuk memobilisasi masyarakat Amerika untuk memenangkan perang. Juga memotivasi masyarakat agar membeli surat War bons (surat berharga) untuk membiayai perang, merekrut pesawat, sampai memberi penjelasan tentang pentingnya menjaga rahasia. Di Indonesia, iklan layanan masyarakat pertama sekali dipelopori oleh Biro Iklan Intervisa pada tahun 1968 yang bertujuan untuk menanggulangi masalah mercon (petasan) yang saat itu banyak menimbulkan korban cacat maupun kematian. Kemudian diikuti oleh Biro Iklan Matahari yang mengiklankan pentingnya kesehatan ibu dan anak. Tahun 1990 di Jakarta telah didirikan Yayasan Pariwara Sosial (YPS) dengan maksud untuk memurnikan tujuan iklan layanan masyarakat agar sesuai dengan maksud, jiwa, dan semangat dan juga berperan sebagai penengah dalam mengangkat masalah-masalah sosial apa yang cocok diangkat dalam bentuk pesan iklan layanan masyarakat.
II.4.
Teori 7C Menurut pendapat Ruslan (Ruslan, 2003: 16) penilaian khalayak terhadap
iklan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang oleh ahli komunikasi disebut denngan 7C, antara lain:
57
1) Credibility, yaitu ukuran kelayakan pesan/ iklan tersebut di mata masyarakat yang akan menyangkut tentang pihak siapa yang membuat atau mengeluarkan pesan. 2) Context, yaitu faktor yang menghubungkan isi dari pesan iklan layanan masyarakat di televisi dengan kepentingan dan kebutuhan informasi pemirsa. 3) Content, yaitu faktor makna dan arti yang tersimpulkan dalam pesan iklan layanan masyarakat. 4) Clearity, yaitu kata-kata yang dimuat pada iklan harus betul-betul dapat dimengerti khalayak 5) Continuity dan Consistency, yaitu kesinambungan antara bagian-bagian pesan yang disampaikan. Dan consistency, yaitu adanya keselarasan variasi dengan bagian-bagian pesan yang disampaikan. 6) Channels, yaitu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan iklan. 7) Capability, yaitu kemampuan iklan untuk menjelaskan isi serta lambang yang terdapat dalam iklan sehingga dapat diterima khalayak. Teori 7C mambahas mengenai bagaimana kredibilitas suatu iklan. Kredibilitas disini maksudnya adalah ukuran kelayakan pesan/ iklan dimata masyarakat yang akan menyangkut tentang pihak siapa yang membuat atau mengeluarkan iklan. Suatu iklan akan dianggap memilliki kredibilitas tinggi apabila pihak yang mengeluarkannya adalah pihak yang berpengaruh atau sudah terkenal. Dalam hal ini, iklan layanan masyarakat pencegahan DBD atau yang lebih dikenal dengan sebutan iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) ditayangkan oleh pihak Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan dalam penelitian ini akan dilihat
58
seberapa besar kredibilitas iklan ini di mata khalayak yang dalam hal ini adalah masyarakat di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Context merupakan unsur yang akan menjadi ukuran sejauhmana iklan dapat menyampaikan pesan yang kontekstual, masuk akal dan dapat diterima khalayak. Dalam hal ini iklan 3M akan diukur bagaimana penerimaan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Apakah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Content merupakan unsur makna atau arti yang disampaikan iklan tersebut. Makna yang terkandung dalam iklan tersebut merupakan maksud yang akan disampaikan oleh pemilik iklan kepada khalayak yang biasanya dipadu dengan kata-kata ajakan atau bujukan. Dalam hal ini, produsen pembuat iklan harus mengupayakan agar iklan yang disampaikan baik melalui gambar maupun kata-kata dapat betul-betul menyampaikan makna atau maksud yang diinginkan oleh pengiklan tersebut. Clearity merupakan unsur kejelasan dari iklan tersebut. Hal ini menyangkut sejauhmana kejelasan dari kata-kata yang ada pada iklan tersebut. Kata-kata yang dimuat pada iklan harus betul-betul dapat dimengerti khalayak sehingga tidak mengandung unsur kontraversi atau melahirkan perbedaan arti dan makna. Continuity adalah unsur sejauhmana kesinambungan dari penyampaian iklan tersebut kepada khalayak. Populer atau tidaknya suatu iklan sangat dipengaruhi oleh kesinambungan dari pengiklanan yang ada. Kondisi tersebut adalah hal yang sangat sering terjadi di lapangan dimana iklan yang sangat
59
sporadis akan sangat gampang dilupakan oleh khalayak walau sebagus apapun iklan tersebut. Sebaliknya, walaupun suatu iklan dengan keberadaan yang biasa saja akan tetapi memiliki kontinuitas dalam penyampaian pesannya akan lebih mudah diingat dan populer di kalangan masyarakat.Consistency adalah unsur ketetapan iklan yang akan dilihat dari konsistensi dan sinkronisasi keseluruhan unsur dalam iklan terhadap makna yang dimaksud. Dalam hal ini akan dapat dilihat sejauhmana iklan tersebut konsisten dengan makna, kata, dan tampilan yang ada. Channels
dalam
hal
ini
adalah
media
yang
digunakan
untuk
menyampaikan pesan. Adapun media yang dipakai untuk menyampaikan pesan iklan 3M ini adalah media elektronik (televisi) dan media internet, namun dalam penelitian ini media yang dimaksud adalah media elektronik yaitu televisi. Capability adalah indikator untuk melihat sejauhmana iklan tersebut dapat diterima oleh kalayak. Kapabilitas ini bisa juga dijadikan indikator mengukur sejauhmana kesuksesan iklan tersebut di mata masyarakat.
II.5
Teori AIDDA Para ahli komunikasi cenderung memilki kesamaan pendapat bahwa dalam
melancarkan komunikasi sebaiknya menggunakan a.a Procedure atau From Attention to Action Procedure. A.A Procedure sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang biasa disingkat menjadi AIDDA. AIDDA merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tindakan).
60
Pada pentahapan komunikasi ini mengadung maksud bahwa komunikasi itu hendaknya dimulai dengan membangkitkan dan menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini komunikator harus dapat menimbulkan daya tarik. Proses
dimulainya
komunikasi
dengan
membangkitkan
perhatian
merupakan awal suksesnya suatu proses komunikasi. Apabila perhatian (attention) komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebiih tinggi dari perhatian. Minat itu sendiri merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya suatu hasrat (desire) untuk melakukan kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, maka bagi komunikator hal ini belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnnya suatu keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan suatu kegiatan (action) (kasali, 1993: 83-86). Dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikannya (khalayak sasaran), yaitu masyarakat, dengan tujuan menarik perhatian agar pesan yang disampaikan dapat diterima (hingga khalayak tersebut ingin melakukan tindakan pencegahan DBD). Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) kepada khalayak sasaran (masyarakat di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang) ini melalui beberapa tahapan, yakni: 1) Perhatian (attention), yakni khalayak memperhatikan iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) yang ditayangkan di
61
televisi. Perhatian ini muncul karena iklan tersebut dikemas sedemikian rupa dengan alur cerita yang tepat dan pemilihan figur yang tepat sehingga kelihatan menarik. 2) Minat (interest), setelah perhatian khalayak terfokus pada iklan yang ditampilkan, maka perhatian tersebut dapat menjadi ketertarikan jika digunakan kata-kata atau kalimat yang menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh. Dengan memperhatikan objek dari iklan tersebut, maka akan timbul kepentingan atau ketertarikan sehingga khalayak tergoda untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang nyamuk penyebab demam berdarah ini dan cara pencegahannya. 3) Keinginan (desire), kebutuhan atau keinginan khalayak untuk melakukan seperti pesan yang disampaikan oleh iklan 4) Keputusan (decision), pada tahap ini kebutuhan khalayak telah berhasil diciptakan. Khalayak harus diyakinkan agar mengambil keputusan untuk melakukan pencegahanDBD. Khalayak harus benar-benar diyakinkan dengan keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakanpencegahan. 5) Kegiatan (action), tahap ini adalah tahap akhir yang akan dilakukan khalayak setelah melalui tahapan perhatian, kepentingan, keinginan, dan keputusan. Iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) dalam pesannya memudahkan khalayaknya untuk mengingat cara mencegah DBD dengan singkatan 3M agar khalayak melakukan respon sesuai dengan yang diharapkan yaitu melakukan pencegahan bersarangnya nyamuk aedes aegiptydengan
mengubur
sampah-sampah
penampungan air, serta menguras bak mandi.
bekas,
menutup
tempat
62
II.6
TELEVISI
II.6.1 Sejarah Singkat Televisi Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara reguler. Pada tahun 1939, Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940 (Elvinaro, 2004: 126)
II.6.2 Siaran Televisi Di Indonesia Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno (Day, 2004: 16).
63
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI (Morissan, 2008: 9). Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri. Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan, dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pillihan untuk menikmati berbagai program televisi.
II.6.3 Fungsi Televisi Menurut Effendi, televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke 20 pada pokoknya memiliki 3 fungsi, yakni:
64
1.
Fungsi Penerangan (the information function) Televisi mendapat perhatian yang besar di kalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh 2 faktor, yaitu: a)
Immediacy (kesegeraan) Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh
stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. b)
Realisme (kenyataan) Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio
dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang sudah tentu faktual. 2.
Fungsi pendidikan (the educational function) Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh
untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara-acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politi. Selain acara pendidikan yang dilakukan secra berkesinambungan, stasiun televisi
65
juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandung pendidikan seperti drama, cerdas tangkas, dan sebagainya.
3.
Fungsi Hiburan (the entertain function) Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan
yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagaian besar dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan. Fungsi hiburan ini penting karena ia menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam mengisi waktu mereka dari aktivitas di luar rumah (Effendy, 1993: 27-30).
II.7
Demam Berdarah Dengue
II.7.1 Perkembangan Penyakit DBD Menurut riwayatnya, pada tahun 1779, david Bylon pernah melaporkan terjadinya letusan demam dengue (dengue fever/ DF) di Batavia. Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari yang dikenal dengan knee trouble atau knokkel koortz. Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871-1873 di Zanzibar kemudian di pantai Arab dan terus menyebar ke Samudera India. Quointos dkk pada tahun 1953 melaporkan kasus demam berdarahdengue di Philipina, kemudian disusul negara-negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada dekade enam puluhan, penyakit ini mulai menyebar ke negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Srilanka, dan Indonesia. Pada dekade tujuh puluhan, penyakit ini menyerang kawasan Pasifik termasuk di Kepulauan Polinesia. Dekade delapan puluhan, demam berdarah menyerang negara-negara
66
Amerika Latin tang dimulai dengan negara Kuba abad tahun 1981. Penyakit demam berdarah ini hingga saat ini terus menyebar luas di negara-negara tropis dan subtropis. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan demam dengue dan lebih kurang 500.000 kasus setiap tahun dirawat di rumah sakit dengan ribuan orang diantaranya meninggal dunia.
II.7.2 Penularan Penyakit DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegipty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapatvirus dengue . orang ini bisa menunjukkan gejaa sakit tetapi bisa juga tidak sakit yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk aedes aegiptymaka virus dengue masuk bersama darah yang diisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembangbiak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk ditularkan/ dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya, pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang diisap tidak membeku.
67
Bersama dengan air liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain. Tidak semua orang yang digigit nyamuk aedes aegiptyyang membawa virus dengue itu akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue tidak akan terserang penyakit ini meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya, pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi disertai pendarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya.
II.7.3 Nyamuk Penular Penyakit DBD Menurut riwayatnya, nyamuk penular penyakit demam berdarah yang disebut nyamuk aedes aegipty itu pada awal mulanya berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut dan udara. Nyamuk hidup dengan subur di belahan dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. Nyamuk aedes aegipty hidupdan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak mandi/ wc, minuman burung, air tandon, air tempayan/ gentong, kaleng, dan bekas. Di Indonesia, aedes aegipty tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, baik di kota-kota maupun di desa-desa, kecuali di wilayah yang ketinggiannya lebih dari 100 meter di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk aedes aegipty dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan
68
menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit/ menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk aedes aegipty betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1 ½ bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara di sekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100m dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu, dan baju/ pakaian di kamar yang gelap dan lembab. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdapat
banyak
genangan
air
bersih
yang
dapat
menjadi
tempat
berkembangbiaknya nyamuk aedes aegipty. Selain nyamuk aedes aegipty, penyakit demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk aedes albopictus, yang kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam berdarah jika dibandingkan dengan nyamuk aedes aegipty. Hal ini karena nyamuk aedes albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak sehingga lebih jarang kontak dengan mannusia dibandingkan dengan nyamuk aedes aegipty yang berada di dalam dan di sekitar rumah.
II.7.4 Tindakan PencegahanDemam Berdarah Dengue Setiap orang menginginkan lingkungan yang sehat, bersih, terlebih bebas dari penyakit yang mematikan seperti kasus DBD yang kini marak terjadi di wilayah Sumut. Namun, dalam hal ini dibutuhkan partisipasi masyarakat guna pencegahanpenyakit demam berdarah dengue ini. Partisipasi masyarakat didefinisikan sebagai sebuah proses yang melibatkan setiap individu, keluarga,
69
dan masyarakat di dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas pengendalian vektor di tingkat lokal untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan prioritas penduduk yang tinggal di masyarakat, serta mempromosikan kemandirian masyarakat dalam kaitannya dengan pengembangan kegiatan itu sendiri. Singkatnya, partisipasi masyarakat melibatkan pembentukan peluang yang besar yang memungkinkan semua anggota masyarakat dan masyarakat yang lebih luas untuk secara aktif berperan serta dalam mempengaruhi pengembangan kegiatan ini dan juga menikmati manfaat yang didapat secara merata (WHO, 2004: 78) Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menggugah partisipasi masyarakat, antara lain (WHO, 2004: 79) : a)
Dengan menunjukkan perhatian Masyarakat dan lembaga pemerintah harusmenunjukkan perhatian yang tulus
terhadap penderiataan manusia, misalnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit dengue di negara itu, kerugian ekonomi bagi keluarga dan negara, dan bagaimana manfaat program tersebut bisa memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. b) Mengawali dialog Lembaga masyarakat dan pendapat pemimpin atau tokoh penting lainnya dalam struktur kekuasaan di masyarakat, misalnya organisasi perempuan, organisasi pemuda, dan organisasi kota lainnya harus diidentifikasi. Dialog harus dilakukan melalui kontak personal, diskusi kelompok, dan pertunjukan film. Interaksi harus dapat membangkitkan pemahaman bersama, kepercayaan dan keyakinan, antusiasme dan motivasi. Interaksi jangan dilakukan pada satu waktu
70
saja, tetapi harus dijadikan sebagai dialog yang berkelanjutan sehingga tercapai kesinambungan. c)
Membentuk kepemilikan bersama di masyarakat Pengelola program harus menggunakan gagasan dan partisipasi masyarakat
untuk memulai program, menggunakan tokoh masyarakat untuk membantu pelaksanaan program, dan menggunakan sumber daya masyarakat untuk mendanai program ini. Pengendalian nyamuk, badan pelaksana dan kerekanannya dengan masyarakat harus kuat tetapi terbatas pada pemberian panduan dan keahlian teknis saja. d) Penyuluhan kesehatan (PK) Penyuluhan
kesehatan
jangan
terbatas
pada
pemberitahuan
kepada
masyarakat tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan melalui proses komunikasi vertikal (dari atas ke bawah). Sebaliknya, penyuluhan kesehatan harus didasarkan pada penelitian yang formatif untuk mengidentifikasi apa yang penting bagi masyarakat dan harus dilakukan pada 3 tingkatan, yaitu tingkat masyarakat (mis: membekali penduduk dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengendalian vektor sehingga penduduk dapat bertindak secara mandiri dan bersama), tingkat sistem (mis: mengajak masyarakat untuk dapat memobilisasi kegiatan di tingkat lokal dan sumber daya masyarakat di luar masyarakat mereka sendiri di bidang kesehatan, pengembangan, dan layanan sosial), dan tingkat politik
(mis:
menyediakan
wadah
untuk
memungkinkan
penduduk
mengungkapkan dengan jelas prioritas kesehatan mereka kepada pihak pemerintah.