BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil pengguaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003, hlm. 8). Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo. 2007.hlm. 140). Menurut Roger (1974, dalam Notoatmodjo, 2003, hal. 139) mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1). Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2). Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3). Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4). Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru. 5). Adoption,yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan : a.
Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatus (Notoatmodjo. 2010.hlm. 27). Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan,
mendefenisikan,
menyatakan,
dan
sebagainya
(Notoatmodjo. 2007.hlm. 140-141). b.
Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut (Notoatmodjo. 2010.hlm. 27-28). c.
Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain (Notoatmodjo. 2010.hlm. 28 ). d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo. 2010.hlm. 28). e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo. 2010.hlm. 28). f.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. (Notoatmodjo. 2010.hlm. 29).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2007, hlm. 30) “ ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. e. Pengalaman Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif. f. Kebudayaan Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
g. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. B. Sikap (attitude) 1. Definisi Menurut Maramis (2006, hlm, 254) sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif dan negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi. Sikap adalah juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo. 2010.hlm. 29).
2. Tingkatan Sikap Sepertinya halnya dengan pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek) (Notoatmodjo. 2010.hlm. 30). b. Menanggapi (responding) Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi (Notoatmodjo. 2010.hlm. 31).
Universitas Sumatera Utara
c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon (Notoatmodjo. 2010.hlm. 31). d. Bertanggung Jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingakatnya adalah bertanggunga jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau ada resiko lain (Notoatmodjo. 2010.hlm. 31). 3. Skala Sikap Sikap dapat diukur dengan mengguanakan Skala Likert. Skala Likert merupakan metode pelaksanaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Kelompok uji coba ini hendaknyamemiliki karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik individu yang hendak diungkapkan sifatnya. Skala Likert dipergunakan untuk mengukur sikap yang terdiri dari komponen sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Arikunto, 2006, hlm. 148).
C. Remaja 1. Definisi Remaja Piaget (121 dalam Hurlock, 1980, hal. 206) mengatakan bahwa “remaja atau “adolescence”(Inggris), berasal dari bahasa latin “adolelescere” yang berarti “tumbuh “ atau tumbuh menjadi dewasa, yang memiliki arti yang sangat luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja (10-19 tahun) merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa dimana terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 199). Masa remaja dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun) dan masa remaja akhir (16-19 Tahun)
2. Ciri-ciri masa remaja Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum daan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Pada masa remaja disebut periode penting karena pada masa ini terdapat periode yang akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku serta ada juga akibatnya yang dalam jangka panjang (Hurlock. 1980.hlm. 207). b. Masa remaja sebagai periode peralihan Masa remaja merupakan masa peralihan karena pada masa ini anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat “kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru (Hurlock. 1980.hlm. 207).
Universitas Sumatera Utara
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat dan demikian sebaliknya. Ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan membuat masalah baru. Remaja akan tetap merasa ditumbuhi masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasanya. Keempat, dengan berubahnya minat dan peran maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang dimasa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Kelima, sebagian besar remaja bersifat embivalen terhadap perubahan, mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut untuk bertanggunga jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengetasi tanggung jawab tersebut (Hurlock. 1980.hlm. 207). d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Ada dua masalah pada masa remaja antara lain : pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalah mereka sering diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga remaja tersebut kurang pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Kedua, remaja merasa dirinya mandiri sehingga mereka sering menolak bantuan dari orang lain dalam menyelesaikan masalah (Hurlock. 1980.hlm. 208).
Universitas Sumatera Utara
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Seperti yang di jelaskan oleh Erikson (42, dalam Hurlock, 1980, hal. 208) bahwa “identitas diri remaja yang dicari berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya?
Secara keseluruhan, apakah dia akan
berhasil atau gagal?. Selanjutnya Erikson juga menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja. Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh, dan mereka selalu siap untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak (Hurlock. 1980.hlm. 208). f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip budaya dalam remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Adanya pandangan yang buruk orang dewasa terhadap remaja membuat peralihan ke masa remaja menjadi sulit (Hurlock. 1980.hlm. 208).
Universitas Sumatera Utara
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan sosial, dan meningkatnya kemampuan berpikir rasional, remaja yang lebih bebas memandang dirinya sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara realistik. Dengan demikian remaja tidak lagi mengalami banyak kekecewaan seperti masih saat muda (Hurlock. 1980.hlm. 208-209). h. Masa remaja sebagai masa diambang masa dewasa Remaja mulai memusatkan dirinya
diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status orang dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat perbuatan seks (Hurlock. 1980.hlm. 209).
3. Pertumbuhan Remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 14). Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut : a. Tanda-tanda Seks Primer 1) Pada Laki-laki, terjadinya mimpi basah. Mimpi basah adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki, secara alamiah sperma akan keluar saat tidur, sering pada saat mimpi basah tentang seks, disebut “mimpi basah”. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-
Universitas Sumatera Utara
laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus di produksi, perlu dikeluarkan (Muadz. 2008.hlm. 52). Sperma yang telah di produksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran vas deferens kemudian berada dalam cairan mani yang telah ada di vesicula seminalis. Sperma di simpan dalam kantung mani, jika penuh akan secara otomatis keluar. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu (Muadz. 2008.hlm. 52). 2) Pada Perempuan, terjadinya haid yang pertama (menarche) Menstruasi adalah jika sel telur yang dilepaskan pada saat ovulasi tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi
(Sibagariang,
Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 73). Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti saat hamil atau menyusui, dan berakhir saat menopause, ketika seorang perempuan berumur sekitar 40-50 tahun. Di indonesia, menopause terjadi rata-rata diatas 50 tahun (Muadz. 2008.hlm. 53). Ovarium bayi perempuan yang baru lahir mengandung ratusan ribu sel telur, tetapi belum berfungsi. Ketika pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi menstruasi. Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan (akibat produksi hormon oleh ovarium) (Muadz. 2008.hlm. 53). Sel telur akan matang akan berpotensi untuk di buahi oleh sperma hanya dalam 24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan, telur akan mati dan terjadilah perubahan pada komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan meluruh di sertai perdarahan, inilah yang di sebut menstruasi (Muadz. 2008.hlm. 53-54).
Universitas Sumatera Utara
b. Tanda-tanda Seks Sekunder 1) Rambut Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, pada pria terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai membesar. Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan cambang (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15). Sedangkan pada wanita, tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16). 2) Kulit Pada laki-laki kulit lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan kulit wanita walaupaun sama dengan laki-laki tetapi kulit wanita tetap lebih lembut jika dibandingkan dengan laki-laki (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 16). 3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif. Sering kali menyebabkan jerawat karena produksi minyak meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak. Pada wanita baunya menusuk sebelum dan selama haid (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16).
Universitas Sumatera Utara
4) Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16). 5) Suara Seirama dengan bertumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara. Mula-mula serak , kemudian volumenya juga meningkat berbeda dengan wanita, suara serak jarang terjadi biasanya suara akan berubah menjadi merdu (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 15-16). 6) Pinggul Pinggulpun menjadi berkembang membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 16). 7) Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga peyudara menjadi lebih besar dan lebih bulat (Widyastuti, Rahmawati & Purwaningrum. 2009.hlm. 16).
Universitas Sumatera Utara
D. Homeless 1. Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, dalam Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda, 2010, hal. 206) “Homeless adalah orang yang bergelandangan, orang yang tidak tentu tempat kediamannya dan pekerjaannya”. Children of the Street (anak-anak yang tumbuh dari jalanan), yaitu anak-anak yang berada di jalanan (living and working in the street), tidak punya rumah (Homeless), dan jarang bahkan tidak pernah kontak dengan keluarga (Rohman, et al, 2000: 5). 2. Penyebab terjadinya Homeless a.
Bencana alam dan penggusuran
b.
Transmigrasi yang gagal
Masyarakat berbondong-bondong pergi kedaerah yang menurut mereka akan membuat perubahan hidup. Karena tidak mampu bersaing di kota besar dan tidak punya uang untuk kembali kekampungnya akhirnya menjadi pengemis, gelandangan, bahkan ada yang menjadi gila (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 206). c.
Keluarga (broken home)
Orang tua yang bercerai, terhimpit masalah ekonomi, terlibat tindak kriminalitas, dan asusila menyebabkan anak-anak tidak tahan terhadap keadaan yang mereka alami sehingga kabur dari rumah dan menjadi gelandangan (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 206). d.
Pendidikan yang minim dan sempitnya lapangan pekerjaan.
Di era globalisasi dengan kemajuan IPTEK dan persaingan semakin ketat, menyebabkan mereka yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang rendah, tidak
Universitas Sumatera Utara
mampu menghadapi persaingan tersebut sehingga semakin terpuruk ekonominya dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi tuna wisma (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 206). 3. Dampak Homeless a. Diskriminasi Seorang tuna wisma dianggap tidak berharga, penggangu dan kriminal oleh masyarakat (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207). b. Kehidupan yang tidak sehat Kehidupan jalanan yang tak layak huni, tidak memperhatikan lingkungan, bahkan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Makanan yang dimakan tidak mencukupi gizinya untuk kesehatan (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207). c. Meningkatkan kriminalitas dan memperburuk tatanan kota. Karena tidak mempunyai pekerjaan tetap, untuk mencukupi kebutuhan, mereka terpaksa melakukan cara yang haram seperti mencuri (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207). d. Kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi wanita yang homeless merupakan resiko yang sangat tinggi untuk mengalami beberapa kasus perkosaan atau pelecehan seksual yang pada akibatnya terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 207).
Universitas Sumatera Utara
E. Kesehatan Reproduksi Remaja Menurut Widyastuti, Rahmawati dan Purwaningrum(2009, hlm. 1) “Kesehatan Reproduksi adalah keadaan kesejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”. Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad KRR) terbagi atas 3 antara lain sebagai berikut : 1. Seksualitas Dalam kamus bahasa indonesia seks berarti jenis kelamin. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas. Perilaku seksual adalah segala tindakan yang bisa diamati berupa tindakan seksual terhadap orang lain atau dirinya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual atau cara bicara dan bertindak (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 208). Kelainan perilaku seksual (sexsual disorders) adalah kecenderungan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu. Misalnya, sadisme (memperoleh kepuasan seksual dengan melukai atau menyiksa pasangannya (Muadz. 2008.hlm. 49-50). Tujuan seksualitas secara umum meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, secara khusus adalah untuk prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan) dan rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual) (Sibagariang, Pusmaika & Rismalinda. 2010.hlm. 212).
Universitas Sumatera Utara
Adapun konsekwensi hubungan seksualitas adalah KDT (Kehamilan Tak Diinginkan), aborsi dan Infeksi Menular Seksual (PMS).
2. HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menurunkan sampai merusak kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh (Muadz. 2008.hlm. 74). Selanjutnya AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan dari berbagai gejala penyakit akibat turunya kekebalan tubuh individu akibat HIV (Muadz. 2008.hlm. 72). a. Fase-fase AIDS Untuk sampai pada fase AIDS seseorang yang telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa fase, antara lain : 1) Fase Pertama Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun yang bersangkutan melakukan tes darah, karena pada fase ini system antibodi terhadap HIV belum terbentuk, tetapi yang bersangkutan sudah dapat menulari orang lain. Masa ini disebut dengan window Period biasanya antara 1-6 bulan (Muadz. 2008.hlm. 76).
Universitas Sumatera Utara
2) Fase Kedua Fase ini berlangsung lebih lama sekkitar 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua orang ini sudah HIV positif dan belum menampakan gejala-gejala sakit, tetapi sudah dapat menularkan pada orang lain (Muadz. 2008.hlm. 77). 3) Fase Ketiga Pada fase ketiga muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit yang terkait dengan HIV (Muadz. 2008.hlm.77). Tahap ini belum dapat disebut dengan gejala AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan dengan infeksi HIV antara lain, keringat berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembekakan kelenjar getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang, lemah, dan berat badan terus berkurang (Muadz. 2008.hlm. 77). 4) Fase Keempat Fase keempat sudah masuk pada tahap AIDS. Sampai saat ini belum ada obatobatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan yang selama ini digunakan menahan perkembangan virus (Muadz. 2008.hlm. 77).
b. Cara Penularan Syarat utama yang harus dipenuhi dalam penularan HIV untuk bisa masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah, bisa berbentuk luka, pembuluh darah maupun lewat membrane mukosa (selaput lendir) Media penularan HIV/AIDS hanya pada darah, cairan sperma dan cairan vagina (Muadz. 2008.hlm. 75). HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV, penggunaan jarum suntik, tindik, tatoo yang dapat menimbulkan luka dan tidak disterilkan, dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
secara bersama-sama dan sebelumnya telah digunakan oleh orang yang terinfeksi HIV, melalui transfusi darah yang terinfeksi HIV dan ibu hamil yang terinfeksi HIV akan menularkan pada anak yang di kandungannya pada saat, antenatal (saat hamil) yaitu melalui plasenta, intranatal (persalinan) yaitu bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina dan postnatal (nifas) yaitu melalui air susu ibu (Muadz. 2008.hlm. 76). c. Pemeriksaan/Test HIV/AIDS Seseorang tidak akan diketahui apakah dia terinfeksi HIV/AIDS atau tidak, tanpa melakukan tes HIV/AIDS lewat contoh darah. Untuk tes antibodi HIV,
yang biasa
dilakukan diantaranya yaitu : tes Elisa, Rapid Test dan Test Western Blot (Muadz. 2008.hlm. 83) . d. Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja 1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Yang di tekankan disini yaitu hubungan seks tidak aman beresiko PMS dan infeksi PMS memperbesar resiko penularan HIV/AIDS (Muadz. 2008.hlm. 80). 2) Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS (Muadz. 2008.hlm. 80). 3) Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja. Dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal ini (Muadz. 2008.hlm. 80). 4) Menghindari pengguanaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik tatoo dan tindik (Muadz. 2008.hlm. 80). 5) Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV (Muadz. 2008.hlm. 80).
Universitas Sumatera Utara
6) Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab (Muadz. 2008.hlm. 80). e.
Pengobatan HIV/AIDS
Sampai saat ini HIV/AIDS belum dapat di sembuhkan, upaya pengobatan hanya untuk manahan lajunya tahap perkembangan virus (Muadz. 2008.hlm. 82-83). 3. NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat adiktif lainya) a.
Pengertian
NAPZA adalah zat kimiawi yang di masukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut) maupun dihirup (melalui hidung) (Muadz. 2008.hlm. 87-88). Kata lain yang sering di pakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif yaitu nama segolongan zat alamiah, semi sintetik maupun sintetik (Tanjung. 2005.hlm. 17).
b. Jenis-jenis NAPZA 1) Narkotika Penggolongan NARKOTIKA menurut UU.RI NO.22 Tahun 1976, antara lain : a) Ganja/Mariyuana/Kanabis Sativa (Halusinogen) Ganja dapat membuat ketagihan secara mental dan berfikir menjadi lamban dan pecandunya nampak bodoh. Mulanya Kanabis Sativa banyak digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan ringan) (Tanjung. 2005.hlm. 19).
Universitas Sumatera Utara
Mengandung bahan kimia delta-9 tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat mempengaruhi pemakai dalam cara melihat dan mendengar. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan schizoprenia (kegilaan) (Tanjung. 2005.hlm. 19). b) Opioid Opioid atau opiad berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, papaver, somniverum, yang mengandung 20 alkaloid opium termasuk morfin (Wilopo, et al, 2008: 89). 2) PSIKOTROPIKA Psikotropika adalah obat-obatan yang bukan NARKOTIKA, tetapi mempunyai efek yang sama dengan narkotika apabila salah digunakan contohnya adalah opiad (Tanjung. 2005.hlm. 24). Opiat alami atau yang disintetikan adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3methoxymorphine) dan hydromorphone (Dilaudid) (Muadz. 2008.hlm. 89). Contoh obat-obatan yang tergolong jenis Psikotropika antara lain adalah sebagai berikut : a) Shabu Pemakai merasa fly dengan perasaan kosong, smentara itu berangsur-angsur mengakibatkan kegelisahan yang luar biasa, efek langsung penggunaanya menjurus pada perilaku kekerasan. Dapat menyebabkan impoten dan kejang-kejang serta mati merana akibat over dosis (Tanjung. 2005.hlm. 25). b) Ekstacy / Inex, Amphetamin Akibat menggunakan ekstacy adalah diare, mual, muntah, hiperaktif, gemetar tak terkontrol, denyut nadi cepat, hilang selera makan, rasa haus amat sangat, sakit kepala dan pusing-pusing dan akibat over dosis dapat mati (Tanjung. 2005.hlm. 28-29).
Universitas Sumatera Utara
c) Morfin Merupakan turunan opium yang terbuat dari hasil pencampuran getah poppy (papaver sormari ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya menjadi semi sintetik. Dahulu digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat pembedahan/operasi (Tanjung.s 2005.hlm. 23). Morfin rasanya pahit, bebentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaianya dengan cara menghisap dan disuntikan (Muadz. 2008.hlm. 93). d) Heroin Heroin mempunyai kekuatan 2 kali lipat dari morfin, digunakan untuk analgesik dan euforiknya yang baik untuk kanker terminal ((Muadz. 2008.hlm. 93) Heroin ini merupakan turunan morfin yang sudah mengalami proses kimiawi. Heroin disebut juga putaw, warnanya putih tidak berbau (Tanjung. 2005.hlm. 24). e) Kokain Efek dari penggunaan kokain akan menyebabkan Paranoid, halusinasi serta kurang percaya diri. Pemakaian obat ini merusak susunan saraf otak dan bisa menyebabkan kematian (Tanjung. 2005.hlm. 24). f) Codein Codein termasuk garam atau turunan dari opium/candu, efek codein lebih lemah daripada heroin (Muadz. 2008.hlm. 93). g) Candu Candu tanaman Papaver Somniferum di dapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates” (Muadz. 2008.hlm. 92).
Universitas Sumatera Utara
3) Bahan Adiktif Meskipun zat adiktif bukan psikotropika tetapi penyalahgunaannya dapat berdampak buruk bagi penggunanya, karena dapat menimbulkan ketergantungan. Selain merusak kesehatan diri pribadi akibat minuman keras yang mengandung etanol, karbohidrat tapi dapat memabukan. Begitu juga dengan tembakau yang mengandung tar dan nikotin yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner (Tanjung. 2005.hlm. 30). Contoh lain untuk zat adiktif adalah lem (biasanya yang di gunakan lem kambing) dan whipped cream (Muadz. 2008.hlm. 94).
Universitas Sumatera Utara