23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Respon Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesankesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Melihat seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Maka, akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu : 1. Pengaruh atau penolakan 2. Penilaian 3. Suka atau tidak suka 4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu : 1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik 2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam sarwono, 1991). Dalam Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon. Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
representasi fenomenal dari keadaan diluar individu, lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi, 2000). 2.2. Teori Persepsi Persepsi
menurut
MacMahon
adalah
proses
menginterpretasikan
rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat, mendengar, merasakan, mencium dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia. Aspek-aspek Persepsi Menurut Walgito (2002), penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada aspek-aspek dalam dunia persepsi diantaranya adalah : a. Sensor sel dasar Rangsang yang diterima harus sesuai dengan mobilitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensori dasar dari masing-masing indera cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu untuk perasa, bunyi untuk pendengaran dan sifat permukaan bagi peraba (Walgito, 2002). b. Dimensi ruang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang). Kita dapat menyatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, depan dan belakang (Walgito, 2002). c. Dimensi waktu Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat, lambat, tua dan muda (Walgito, 2002). d. Konteks Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu di saat tertentu, letak atau posisi tertentu (Walgito, 2002). e. Tujuan Dunia persepsi merupakan dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungan dengan diri kita (Walgito, 2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Siagian (1995), dalam bukunya yang berjudul ”Teori Motivasi dan Aplikasinya” secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi seseorang yaitu : Faktor internal dan eksternal. 1.
Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu yang meliputi : a. Objek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Objek ini akan menjadi sasaran dari persepsi yang dapat berupa orang, benda atau peristiwa, dan objek yang sudah dikenali tersebut akan menjadi sebuah stimulus. b. Faktor situasi Situasi merupakan keadaan dimana, keadaan tersebut dapat menimbulkan sebuah persepsi. 2.
Sedangkan faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dalam diri individu (Niven, 2002). Diantara faktor internal tersebut adalah : a. Motif Motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. b. Minat Minat adalah perhatian terhadap sesuatu stimulus atau objek yang menarik kemudian akan disampaikan melalui panca indera. c. Harapan Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang disukai dan diharapkan. d. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
e. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. f. Pengalaman Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang akan lebih kuat dan sulit di lupakan dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain. Proses Terjadinya Persepsi Menurut Niven (2002), dalam bukunya ”Psikologis Kesehatan Pengantar Untuk Perawat Profesional” proses terjadinya persepsi dimulai dari : 1. Tahap penerimaan rangsangan yang ditentukan oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar manusia itu sendiri yang meliputi : a. Faktor lingkungan yaitu ekonomi, sosial politik. b. Faktor konsepsi yaitu pendapat dari teori seseorang tentang manusia dengan segala tindakannya. c. Faktor yang berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang untuk menafsirkan suatu rangsangan. d. Faktor pengalaman masa lalu atau latar belakang kehidupan, akan menentukan kepribadian seseorang. 2. Proses seleksi dilakukan karena keterbatasan manusia dalam menerima rangsangan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
3.
Proses penutupan Proses ini terjadi karena keterbatasan tingkat kemampuan seseorang dalam menerima rangsangan kemudian kekurangan informasi ditutupi dengan pengalamannya sendiri. Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat
(2003), membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural. a. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. b. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intensitas, gerakan, dan pengulangan stimulus). Pasien atau konsumen sendiri tidak dapat menilai mutu pelayanan yang diperoleh secara teknik medik, karenanya mereka akan menilai dari persepsi sosial mereka atas atribut-atribut pelayanan tersebut. Penilaian dari sudut pandang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
pasien yaitu realitas persepsi pasien tentang mutu pelayanan yang diterima dan tercapainya kepuasan pasien, sedang dari sudut manajemen adalah terciptanya pelayanan medik yang tepat atau wajar. Persepsi pasien akan dipengaruhi oleh kepribadiannya, budaya, pendidikan, kejadian sebelumnya yang mirip dengan keadaan ini, hal-hal positif dan negatif lainnya serta tingkatan umum yang sering dijumpai pada saat melakukan intervensi di lingkungan rumah sakit. Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus dapat berupa sesuatu yang ditangkap oleh alat indera, seperti produk, iklan, harga, pelayanan dan lain-lain (Wulandari, 2008). Beberapa pengertian persepsi antara lain (Trimurthy, 2008) : a. Persepsi menurut kamus umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya atau menerima langsung/tanggapan dari suatu resapan. b. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. c. Persepsi
merupakan
pengorganisasian
suatu
terhadap
proses stimulus
dimana
individu
melakukan
yang
diterima
kemudian
dinterpretasikan, sehingga seseorang dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang diterima dan hal ini dipengaruhi pula oleh pengalamanpengalaman yang ada pada diri yang bersangkutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
d. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan
yang
diperoleh
dengan
mengumpulkan
informasi
dan
menyimpulkan pesan. Menurut Walgito (2002), persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu (Trimurthy, 2008). Pada umumnya manusia mempersepsikan suatu objek berdasarkan kaca matanya sendiri, yang diwarnai oleh nilai dan pengalamannya. Notoatmodjo (2003), mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama. Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan pasien, pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi eksternal. Pelayanan yang diterima dari harapan yang ada mempengaruhi konsumen terhadap kualitas pelayanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan : a. Kebutuhan dan keinginan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
b. Pengalaman masa lalu dan dari teman. c. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi pelanggan (Mubarak dan Chayatin, 2009). 2.3. Teori Sistem Teori sistem menurut para ahli : 1. L J James Heavy Menurut L. Jame Heavy yaitu prosedur logis emosional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai kesatuan dalam usaha mencapai suatu usaha yang telah ditentukan. 2. John Mc. Manama Menurut John Mc. Manama yaitu struktur konseptual yang tersusun dari fungsi yang saling berhubungan dan bekerja serta sebagai organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien. 3. C.W. Churchman Menurut Churchman yaitu seperangkat bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. 4. J.C. Higgins Menurut J.C. Higgins yaitu separangkat bagian-bagian yang saling berhubungan. 5. Edgard Huse dan James L. Bowdigct
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
Menurut Edgard Huse dan James L. Bowdigct yaitu suatu seri dan rangkaian bagian yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga berinteraksi dan saling berpengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa : Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan. Karakter Sistem ada 8 yaitu : 1. Komponen atau elemen 2. Batas sistem 3. Lingkungan luar sistem 4. Penghubung sistem/ Intervoce 5. Masukan / Input 6. Pengolah / Proses 7. Keluaran (output) 8. Sasaran (Obyektif) / Tujuan Sistem Pelayanan Kesehatan Adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan esensial dapat diperoleh dengan mudah secara universal bagi individu dan keluarga dalam komunitas tertentu yang disediakan bagi mereka mereka melalui partisipsi penuh dari mereka sendiri dan dilaksanakan dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakatmasyarakat dan pemerintah daerah. Berdasarkan tulisan/pendapat diatas maka yang
dimaksud
dengan
sistem
pelayanan
kesehatan
adalah
suatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
komponen/elemen yang didalamnya terdiri dari subsistem dan subsistem keputusan yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kesehatan. Bagian-bagian Sistem Pelayanan Kesehatan antara lain : 1. Sistem Pelayanan Primer Perawatan primer merupakan kontak awal yang dibuat oleh klien dengan suatu episode penyakit yang memerlukan serangkaian, tindakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial primer antara lain: ahli penyakit dalam, ahli penyakit anak, ahli kandungn dan perawat praktisi. Tempat-tempat pemberian pelayanan primer antara lain: a.
Klinik yang dikelola oleh perawat
b.
Tempat praktek dokter dan sekolah
c.
Tempat pelayanan kerja Contoh pelayanan primer yaitu :
a.
Pelayanan Prenatal
b.
Pelayanan Bayi Sehat
c.
Konsultasi Gizi
d.
Keluarga Berencana (KB)
e.
Kelas Olahraga Pencegahan Primer :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Kegiatan penyuluhan kesehatan/ kegiatan yang mengurangi timbulnya penyakit. 2. Sistem Pelayanan Sekunder Perawatan sekunder yaitu mencakup pemberian medis khusus oleh dokter spesialis atau oleh rumah sakit yang dirujuk oleh dokter pelayanan primer. Contoh pelayanan sekunder akut : a. Pelayanan gawat darurat b. Pelayanan bedah medis akut c. Pemeriksaan radiologis Pencegahan Sekunder Diagnosis dini dan pengobatan penyakit (seperti skrining hipertensi). 3. Sistem Pelayanan Tersier Perawatan tesier yaitu suatu tingkat perawatan yan memerlukan spesialisasi dan teknik yang timbul untuk menentukan diagnosa dan mengobati masalah kesehatan yang rumit atau masalah kesehatan yang tidak biasa terjadi. Contoh Pelayanan tersier : a. Perawatan sub akut b. Perawatan intensif Pencegahan Tersier : Pelayanan untuk mencegah kecepatan progresifitas penyakit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berazaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti-diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan, yaitu : a. Mempermudah
akses
masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan; b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan Rumah Sakit. d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (UU RI No. 44, Tahun 2009). Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan upaya kesehatan perorangan yang dilaksanakan selama 24 jam melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat/rawat darurat dan pelayanan tindakan medik serta dapat sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan sarana penelitian. Rumah Sakit juga merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang (Dinkes Aceh, 2009). Pembangunan di Rumah Sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen rumah sakit meliputi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
kegiatan-kegiatan
perencanaan,
penggerakan,
pelaksanaan,
pengawasan,
pengendalian dan penilaian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan. Dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit, penyelenggaraannya harus memperhatikan standar yang disesuaikan dengan kelas/tipe rumah sakit yaitu: (Dinkes Prov. NAD, 2008). 1.
Standar Manajemen Rumah Sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk
mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karena itu, rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. 2.
Standar Pelayanan
a.
Pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik : 1.
Pelayanan medik spesialistik 4 dasar: Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan dan Kandungan serta Kesehatan Anak.
2.
Pelayanan medik spesialistik lainnya: Mata, Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT), Kulit dan Kelamin, Kesehatan Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Orthopedi.
3. b.
Pelayanan medik sub spesialistik. Pelayanan medik umum yang tidak tertampung oleh pelayanan medik spesialistik yang ada.
c.
Pelayanan penunjang medik: Radiologi, Laboratorium, Anestesi, Gizi, Farmasi, Rehabilitasi medik.
d.
Pelayanan keperawatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
e.
Pelayanan administrasi dan umum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA