BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan 2.1.1
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi dari proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior) (Sunaryo, 2004). Menurut
Notoatmodjo
2003
dalam
buku
Keperawatan Kesehatan Komunitas, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. manusia,
Pengindraan yakni
indra
terjadi
melalui
penglihatan,
pancaindra
pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba.
2.1.2
Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo
2003
dalam
buku
Keperawatan
Kesehatan Komunitas, membagi tingkat pengetahuan menjadi 6 tingkatan yaitu:
11
12 A. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Termasuk
kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. B. Memahami (Comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
tersebut
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. C. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
13 situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat
diartikan
sebagai
aplikasi
atau
pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. D. Analisis (Analysis) Analisis menjabarkan
adalah
suatu
materi
kemampuan
atau
objek
untuk
kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan
kata
kerja
seperti
dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok-kan, dan sebagainya. E. Sintesis (Synthesis) Sintesis kemampuan
menunjukkan untuk
kepada
suatu
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya
dapat
menyusun,
merencanakan
meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya
14 terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. F. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau
objek.
Penilaian-penilaian
itu
berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang ada.
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Tingkat
pengetahuan
setiap
orang
bervariasi
karena di pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain (Notoatmodjo, 2003): A. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan
pada
akhirnya
makin
banyak
pula
pengetahuan yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan
sikap
seseorang
15 terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan. B. Pekerjaan Lingkungan seseorang
pekerjaan
memperoleh
dapat
menjadikan
pengalaman
dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. C. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proposi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis
atau
mental
taraf
berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa. D. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang
untuk
mencoba
dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
16 E. Pengalaman Pengalaman
adalah
suatu
kejadian
yang
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Ada
kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha
untuk
pengalaman
melupakan,
terhadap
namun
objek
jika
tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul
kesan
yang
sangat
mendalam
dan
membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat
pula
membentuk
sikap
positif
dalam
kehidupannya. F. Kebudayaan Lingkungan Sekitar Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai
budaya
untuk
menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan
sangat
berpengaruh
dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
17 G. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan
yang
baru
(Notoatmodjo, 2003).
2.2
Pijat Payudara Untuk Produksi ASI 2.2.1
Anatomi dan Fisiologi Payudara Wanita Payudara adalah kelenjar mamaria. Di bawah pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin, payudara Ibu
mampu mengeluarkan susu setelah kelahiran
bayi. Payudara terletak di bagian anterior atas dada dan terdiri atas lobus-lobus jaringan kelenjar. Setiap lobus mengalirkan isinya ke ductus lactiferus yang bermuara ke ujung puting (Corwin, 2009). Corwin
(2009)
menyatakan
bahwa
sebelum
pubertas, payudara anak perempuan berukuran kecil dan belum berkembang. Puting susu terletak rata di dada. Bersamaan dengan awitan pubertas, dan di bawah pengaruh estrogen, ukuran, jumlah lemak, dan struktur
duktus
payudara
membesar.
Selama
kehamilan, sistem duktus terus berkembang dan selsel kelenjar menjadi mampu membuat susu.
18 Payudara mengandung glandular (parenchim) dan jaringan duktal, jaringan fibrosa yang mengikat lobuslobus bersama dan jaringan lemak di dalam dan di antara
lobus-lobus.
Kelenjar
mamaria
yang
berpasangan ini terletak di antara iga kedua dan keenam di atas otot pectoralis mayor dari sternum ke garis midaxillaris
meluas ke aksila, suatu area
jaringan payudara yang disebut tail of Spence. Ligament
Cooper,
yang
merupakan
pita
fascia,
menyangga payudara pada dinding dada (Smeltzer & Bare, 2002). Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobus yang berbentuk kerucut yang terbuat dari lobulus yang mengandung cluster acini, suatu struktur kecil yang berakhir pada duktus. Semua duktus pada setiap lobus mengalirkan isinya ke dalam suatu ampula, yang kemudian terbuka di puting setelah sebelumnya menyempit. Sekitar 85% jaringan payudara adalah lemak (Smeltzer & Bare, 2002). Areola adalah daerah berpigmen disekeliling puting susu. Kelenjar areolar (Montgomery) adalah kelenjar sebaseus besar di dalam areola (Gibson, 2003).
19 A. Struktur Payudara terdiri dari lobulus-lobulus jaringan kelenjar, terbenam di dalam lemak. Lobulus dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Payudara menonjol kearah puting susu, dan setiap lobulus bermuara ke dalam sebuah saluran yang bermuara pada Puting susu (Gibson, 2003). B. Suplai Darah Suplai darah oleh arteri dari arteria axillaris dan oleh cabang perforantes arteria mamaria interna, yang berjalan di bagian dalam dada dan di belakang tulang rawan iga dan memberikan cabang melalui ruang sela iga (Gibson, 2003). C. Drainase Vena Ke
dalam
payudara dan
vena
besar
pada
permukaan
kemudian ke dalam vena yang
berjalan bersama arteri (Gibson, 2003).
2.2.2
Proses Pembentukan ASI Pada anak perempuan, payudara berkembang saat pubertas di bawah pengaruh dua hormon, estrogen
dan
perkembangan
progesteron. lebih
lanjut
Pada
kehamilan,
dirangsang
oleh
20 peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam darah. Setelah melahirkan, kolostrum; suatu cairan kuning yang mengandung lemak dan protein, disekresi pada awal. keluarnya susu tidak dimulai sampai beberapa hari kemudian. Hal ini merupakan akibat stimulasi oleh prolaktin hipofisis anterior. Kadar estrogen yang sangat tinggi menghambat sekresi susu, dan estrogen artificial diberikan untuk mencegah atau menghentikan laktasi. Oksitosin yang dihasilkan oleh hipofisis lobus posterior mengeluarkan susu dari duktus laktiferus (Gibson, 2003). Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai fungsi yang berlawanan pada sekresi air susu yaitu prolaktin meningkatkan
sekresi
air
susu.
Hormon
ini
disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu ke lima kehamilan sampai kelahiran bayi. Pada saat ini kadarnya meningkat 10 sampai 20
21 kali dari kadar normal saat tidak hamil (Guyton & Hall, 2008). Selain itu, plasenta mengeluarkan sejumlah besar human chorionic somatomammo-tropin, yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu selama kehamilan. Walaupun begitu, karena efek supresi dari estrogen dan progesterone, hanya beberapa milliliter cairan saja yang disekresikan setiap hari sampai bayi dilahirkan. Cairan yang disekresi selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari pertama setelah kelahiran disebut kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein laktosa dalam kosentrasi yang sama seperti air susu, tetapi kolostrum tersebut hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukkannya adalah sekitar 1/100 kecepatan pembentukkan air susu selanjutnya (Guyton & Hall, 2008). Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi estrogen dan progesterone dari plasenta yang tiba-tiba memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis
ibu
untuk
mengambil
peran
dalam
memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian, kelenjar payudara mulai mensekresikan air
22 susu
dalam
jumlah
besar
sebagai
pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari semuanya adalah hormon pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid, dan insulin. Hormon-hormon ini diperlukan untuk menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk pembentukan air susu (Hamilton, 1995). Setelah
kelahiran
bayi,
kadar
basal
sekresi
prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak hamil. Akan tetapi, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan kelenjar mammaria agar menyekresikan air susu ke dalam alveoli untuk periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena kerusakkan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak
dilakukan
terus-menerus,
payudara
akan
kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi,
23 produksi air susu dapat berlangsung terus selama beberapa tahun bila anak terus menghisap, walaupun kecepatan
pembentukkan
air
susu
normalnya
berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9 bulan (Hamilton, 1995). Air susu secara kontinu diseksresikan ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan tidak menetes secara kontinu dari puting susu. Sebaliknya air susu harus dialirkan dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses
ini
disebabkan
oleh
gabungan
refleks
neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior oksitosin (Guyton & Hall, 2008). Ketika bayi menghisap, bayi sebenarnya tidak menerima kemudian.
susu
untuk
Impuls
setengah
sensorik
menit pertama
pertama harus
ditransmisikan melalui saraf somatik dari puting susu ke medula spinalis ibu dan kemudian ke hipotalamus ibu, yang menyebabkan sinyal saraf yang membantu sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan ketika hipotalamus menyekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa dalam darah ke kelenjar payudara, tempat
24 oksitosin
menyebabkan
sel-sel
mioepitel
(yang
mengelilingi dinding luar alveoli) berkontraksi, dan mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan ± 10 sampai 20 mmHg. Kemudian isapan bayi menjadi efektif dalam mengalirkan air susu. Jadi, dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi mengisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut pengaliran air susu (let-down) (Guyton & Hall, 2008). Pengisapan pada satu kelenjar payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu pada kelenjar payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara lain. Pengisapan
oleh
bayi
tidak
saja
mencetuskan
pelepasan oksitosin dan pengeluaran susu. Tindakan ini juga mempertahankan dan meningkatkan sekresi susu karena adanya stimulasi sekresi prolaktin yang terjadi akibat pengisapan puting susu oleh bayi (Ganong, 2008).
2.2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI Ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari. Jumlah ASI tersebut dapat
25 dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Kristiyanasari, 2009): A. Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibu, apabila makan ibu teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari. B. Ketenangan Jiwa dan Pikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, Ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. C. Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat
26 mempengaruhi
produksi
ASI,
misalnya
penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin, suntik, dan implan berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Andrews, 2010). Estrogen juga dapat digunakan untuk menekan laktasi
karena
estrogen
menghambat
kerja
prolaktin (Heffner dan Schust, 2008). D. Fisiologi Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon terutama hormon prolaktin. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu (Guyton&Hall, 2008). E. Anatomis Payudara Bila jumlah lobus dalam payudara berkurang, maka lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI pun juga berkurang karena sel-sel asini yang berfungsi menarik zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang (Ganong, 2008). F. Perawatan Payudara Perawatan payudara (breast care) merupakan perawatan pada payudara ibu yang dilakukan
27 mulai dari masa kehamilan sampai pada masa laktasi. Perawatan payudara pada masa kehamilan berbeda dengan perawatan payudara pada masa laktasi. Pada masa kehamilan perawatan payudara yang
dilakukan
payudara
dan
berupa
menjaga
kebersihan
puting
sedangkan
perawatan
perawatan payudara pada waktu menjelang hingga masa
laktasi
yaitu
berupa
pemijatan
pada
payudara (Farrer, 2001). Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan memijat payudara. Bila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat ditangani sehingga pada waktunya ASI
akan keluar
perawatan payudara
dengan
payudara
lancar.
bermanfaat
mempengaruhi
Selain
itu
merangsang
hipofisis
untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin (Farrer, 2001). Perawatan
payudara
penting
diperhatikan
untuk mencegah terjadinya luka pada daerah puting susu, yaitu dengan memberikan ASI dengan posisi
yang
baik
dan
tepat
saat
menyusui
(Suririnah.2009). Dengan merangsang payudara
28 akan mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
2.2.4
Masalah Dalam Menyusui Di bawah ini merupakan beberapa masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui, diantaranya sebagai berikut: A. Duktus Tertutup Benjolan berkembang
yang
nyeri
secara
dan
bengkak
berangsur-angsur
yang pada
payudara, tanpa disertai demam biasanya adalah duktus yang tertutup. Duktus semacam ini akan terasa
nyeri
dan
menonjol
atau
berwarna
kemerahan (Simkin, Whalley dan Keppler, 2010). B. Puting Inverted Masalah yang paling sering ditemukan dalam menyusui yaitu puting susu yang inverted atau puting yang tidak menonjol, sehingga Ibu kesulitan dalam menyusui bayinya (Bobak, 2005). C. Payudara Bengkak Pada hari-hari pertama (sekitar 2 – 4 payudara disebabkan
sering
terasa
bertambahnya
penuh aliran
dan darah
jam), nyeri ke
29 payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah yang banyak (Gayton & Hall, 2008). D. Mastitis Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti
rasa
nyeri
dan
panas,
suhu
tubuh
meningkat. Di dalam payudara terasa ada masa padat, dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut (Corwin, 2009). E. Penghambatan Pengaliran Air Susu Masalah khusus dalam menyusui bayi datang dari kenyataan bahwa banyak faktor psikogenik atau perangsangan sistem saraf simpatis umum di seluruh tubuh ibu dapat menghambat sekresi oksitosin dan akibatnya menekan pengaliran air susu (Guyton & Hall, 2008).
2.2.5
Pijat Payudara (Breast Care) Pada bulan-bulan terakhir kehamilan para Ibu dianjurkan untuk memijat lembut payudara, terutama di
30 daerah yang berwarna gelap (aerola), untuk membuka saluran susu (Nadia Indivara, 2009). Pada saat ASI mulai diproduksi, payudara akan mulai terasa kencang, bengkak, dan tidak nyaman, karena itu segera susui bayi sesegera dan sesering mungkin. Namun agar tidak mengalami kesulitan selama periode menyusui, Ibu perlu melakukan perawatan payudara. Perawatan payudara setelah melahirkan pemijatan.
dapat Pijat
dengan
melakukan
payudara
(breast
beberapa
care)
adalah
perawatan payudara yang dialakukan dalam bentuk pemijatan pada payudara ibu yang di lakukan mulai dari masa kehamilan sampai pada masa laktasi (Nadia Indivara, 2009). Untuk membuat ASI mengalir lancar, Ibu dapat melakukan pengeluaran ASI secara manual dengan tangan
atau
dengan
pompa
ASI.
Namun
mengeluarkan ASI dengan bantuan alat pompa mekanis biasanya menyebabkan ketidaknyamanan dan tidak efektif sementara memijat payudara dengan tangan lebih alami. Selain itu kontak kulit dengan kulit merangsang refleks pengeluaran ASI kontak
dengan
permukaan
plastik
ketimbang pompa
ASI.
31 Keuntungan lainnya yaitu gratis dan dapat dilakukan di ruang khusus menyusui atau kamar kecil (Nuryasini, 2008). A. Tujuan Perawatan payudara (pijat payudara) antara lain bertujuan untuk (Kristiyanasari, 2009): 1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi. 2. Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. 3. Mencegah bendungan ASI atau pembengkakkan payudara. 4. Melenturkan dan menguatkan puting susu. 5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasinya. 6. Persiapan psikis Ibu. Indikasi perawaatan payudara ini dilakukan pada payudara yang tidak mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan puting inverted.
32 B. Manfaat Perawatan payudara atau pijat payudara perlu dilakukan beberapa hari menjelang persalinan, atau sekitar usia kehamilan 32 minggu. Perawatan dilakukan Manfaat
sampai pijat
setelah
payudara
masa
untuk
ibu
melahirkan. hamil
di
antaranya (Roesli, 2009): 1. Mempersiapkan mental Ibu untuk menyusui setelah melahirkan. 2. Mempersiapkan payudara sebelum menyusui. 3. Menguatkan dan melenturkan puting susu untuk memudahkan bayi saat menyusu. 4. Merangsang kelenjar ASI sehingga produksi lebih banyak dan lancar atau tidak terjadi "pembendungan" ASI. 5. Mengurangi resiko luka saat menyusui sehingga Ibu pun merasa nyaman ketika menyusui. C. Pijat Payudara Pada Umumnya Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan pijat payudara, yaitu (Nadia Indivara, 2009): 1. Membasahi kedua tangan Ibu dengan baby oil.
33 2. Meletakkan kedua telapak tangan di antara kedua belah payudara. Lalu urut dari atas, samping, bawah dan menuju ke puting susu dengan mengangkat payudara perlahan-lahan, lalu lepaskan dengan perlahan. Ulangi gerakan ini sebanyak 30 kali. 3. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah
puting
susu,
selanjutnya
buatlah
gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Melakukan gerakan seperti ini juga pada payudara kanan. 4. Gerakan selanjutnya meletakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat ke dua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Melakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan empat jari lainnya dibawah. Memeras dengan
34 lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke
depan ke arah
puting
susu.
Melakukan hal yang sama pada payudara kanan. 5. Lalu
melakukan
posisi
tangan
pararel.
Menyangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara kearah puting susu. Melakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, meletakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi dibawah payudara. Meluncurkan kedua tangan secara bersamaan kearah puting susu
dengan
cara
memutar
tangan.
Mengulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. 6. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar dan menekan lembut, mulai dari pangkal payudara dan berakhir di puting susu. Melakukan hal yang sama untuk payudara sebelah kanan. Untuk setiap payudara dua kali gerakan.
35 7. Mengompres kedua payudara dengan washlap hangat berganti-ganti dengan washlap dingin selama 5 menit. Ini juga berfungsi untuk membersihkan payudara dengan baby oil. D. Pijat Payudara Yang Sering Dilakukan Di Klinik/ RS Adapun cara lain dalam perawatan payudara yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan di klinik yaitu (Kristiyanasari, 2009): 1. Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan pakaian atas. 2. Mengompres kedua puting susu dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau baby oil selama 2-3 menit. 3. Mengangkat
kapas
sambil
membersihkan
puting dengan melakukan gerakan memutar dari dalam keluar. 4. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral keluar, apabila didapat puting inverted (puting tidak menonjol) lakukan penarikan. 5. Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak
atau
baby
oil
dan
melakukan
36 pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan kedepan sambil menghentakkan payudara. Lakukan pengurutan ini sebanyak 20-30 kali. 6. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan sisi jari kelingking. Lakukan gerakan ini sebanyak 20-30 kali dan lakukan pada ke dua payudara. 7. Langkah selanjutnya dengan menggunakan sendi-sendi
jari
dengan
posisi
tangan
mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 2030 kali pada tiap payudara. 8. Meletakkan baskom dibawah payudara dan menggunakan washlap dibasahi air hangat. 9. Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali kemudian di lap dengan washlap bergantian dengan air dingin, masing-masing 5 kali guyuran kemudian diakhiri dengan air hangat.
37 10. Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang di bahu. 11. Menggunakan bra yang dapat menopang payudara.