BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok (Rahman, 2000). Sedangkan interaksi sosial menurut Gunarsa (2008) adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya. Dengan demikian interaksi sosial yang dimaksud adalah merupakan
hubungan
sosial
yang
dinamis,
yang
menyangkut hubungan antar individu, antar individu dengan kelompok, maupun antar kelompok yang satu dengan kelompok lain yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lainnya atau sebaliknya di dalam
masyarakat
yang
mengakibatkan
terjadinya
perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial. 2.1.2 Aspek-aspek interaksi sosial Menurut Soekanto (2006) menjelaskan bahwa interaksi sosial memiliki aspek-aspek sebagai berikut: 11
2.1.2.1
Kontak sosial
Kontak sosial adalah terjadinya hubungan sosial antara individu yang satu dengan individu yang lain dan kontak yang terjadi tidak hanya secara fisik namun juga secara simbolik seperti senyuman dan berjabat tangan. 2.1.2.2
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu cara untuk menyampaikan pendapat, informasi, ide, perasaan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator maupun sebagai penerima atau komunikan. Tujuan utamanya adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mengubah pikiran, perilaku dan sikap sosial yang menuju ke arah yang lebih positif (Soekanto, 2006). 2.1.2.3
Identitas kelompok
Identitas
kelompok
mengidentifikasikan
adalah dirinya
bagaimana
dengan
individu
kelompok
dan
kemudian menghadapi kelompok lain yang dianggap sebagai
lawan.
Keadaan
ini
dilakukan
untuk
mempertahankan identitas serta keutuhan kelompok di lingkungannya.
12
2.1.2.4
Imitasi
Imitasi
adalah
seberapa
besar
pandangan-pandangan dan
individu
pikiran-pikiran
meniru terhadap
individu lain disekitarnya. 2.1.2.5
Simpati
Simpati diartikan sebagai perasaan tertariknya individu yang satu terhadap individu yang lain. Simpati timbul tidak berdasarkan logis rasional melainkan berdasarkan penilaian perasaan dan dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama dengan individu lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek interaksi sosial adalah kontak sosial, komunikasi, identitas kelompok, imitasi dan simpati. 2.1.3
Bentuk-bentuk interaksi sosial
Menurut Gerungan (2010) bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
berupa
kerjasama
(cooperation),
persaingan
(competition), dan bahkan berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Penyelesaian itu mungkin hanya akan diterima sementara waktu akomodasi (accomodation). Keempat bentuk pokok interaksi sosial tersebut tidak perlu menjadi suatu kontinuitas, dapat berarti bahwa interaksi itu dimulai
dengan
kerjasama
13
yang
kemudian
menjadi
persaingan
serta
memuncak
menjadi
pertikaian
dan
akhirnya sampai pada akomodasi (Gerungan, 2010) Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut (Soekanto, 2006) 2.1.3.1
Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai
satu
Timbulnya
atau
kerjasama
beberapa karena
tujuan kesadaran
bersama. adanya
kepentingan bersama. 2.1.3.2
Persaingan (competition)
Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan. Tipe persaingan adalah bersifat pribadi (rivalry) atau bersifat tidak pribadi. 2.1.3.3
Pertentangan atau Pertikaian (conflict)
Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
14
2.1.3.4
Akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation)
Akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi sebagai suatu proses yang merujuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai suatu kestabilan. Secara umum, akomodasi adalah suatu cara menyelesaikan pertentangan
tanpa
menghancurkan
pihak
lawan
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. 2.2 Pengertian Kelompok 2.2.1 Kelompok Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak (Stuart dan Laria, 2001). Kelompok
adalah
kumpulan
individu
yang
memiliki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai
norma
yang
sama.
Anggota
kelompok
mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Seperti agresif, takut, kebencian, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Stuart dan Laria, 2001 : 98).
15
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Fungsi kelompok sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama
lain,
masalah.
untuk
Kelompok
menemukan merupakan
cara
menyelesaikan
laboratorium
tempat
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik,
serta
mengembangkan
perilaku
yang
adaptif.
Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain. 2.2.2 Menurut Stuart & Lairia, 2001 : 107, kelompok terdiri dari 8 aspek, sebagai berikut: a. Struktur Kelompok Struktur komunikasi,
kelompok
proses
menjelaskan
pengambilan
batasan,
keputusan,
dan
hubungan otoritas dalam kelompok, berfungsi menjaga stabilitas dan membantu mengatur pola perilaku dan interaksi. Struktur kelompok diatur dengan adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, namun keputusan diambil bersama. b. Besar Kelompok Disini menjelaskan
kelompok yang nyaman
dalam kelompok kecil adalah 7-10 orang. Jika jumlah
16
anggota kelompok terlalu besar akan mengakibatkan tidak semua anggota mendapat kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat. Dan jika terlalu
kecil,
tidak
cukup
untuk
pengelompokan
informasi dan interaksi. c. Lama Sesi Menjelaskan waktu yang optimal untuk 1 sesi adalah 24-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Dimulai dengan orientasi, kemudian tahap kerja, dan diakhiri dengan terminasi. Banyaknya sesi direncanakan sesuai dengan kebutuhan. d. Komunikasi Pemimpin
kelompok
mengobservasi
pola
komunikasi dalam kelompok menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi. Elemen penting dalam observasi komunikasi verbal dan non verbal yaitu komunikasi tiap anggota kelompok, desain tempat duduk,
tema
umum
yang
ditampilkan,
intensitas
komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi, kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan
17
terhadap kelompok dan proses penyelesaian masalah yang terjadi. e. Peran kelompok Peran kelompok diantaranya pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, menurut (Stuart & Lairia, 2001) maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas dan masalah. Individual roles adalah self – centered dan distraksi pada kelompok. f. Kekuatan Kelompok Kekuatan dalam kelompok adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi kegiatan kelompok, dan untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok diperlukan kemampuan siapa yang paling banyak
mendengar
dan
siapa
yang
membuat
adalah
panduan
keputusan. g. Norma Kelompok Norma
dalam
kelompok
perilaku yang ada dalam kelompok. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui
18
dampak terhadap komunikasi, interaksi dalam kelompok dan lingkungan. h. Kekohesifan Maksud
dari
kekohesifan
adalah
kekuatan
anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah tinggal dalam kelompok, perlu diindentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
2.2.3 Perkembangan Kelompok menurut Stuart & Lairia, 2001: 2.2.3.1 Fase pra kelompok Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dari kelompok. Pencapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. 2.2.3.2 Fase awal Kelompok Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran yang baru.
19
1. Tahap Orientasi Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing – masing dan leader mulai menunjukkan rancangan terapi dan melakukan kontrak dengan anggota. 2. Tahap Konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan
siapa
yang
berkuasa
dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. 3. Tahap Kohesif Anggota
mulai
bekerjasama
mengatasi
masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya. 2.2.3.3 Fase Kerja Kelompok Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Peran positif dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistik, mengekspresikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah.
20
2.2.3.4 Fase Terminasi Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.
2.2.4 Faktor-faktor pembentuk kelompok a. Kedekatan Kelompok tersusun dari individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antar individu, semakin
ada
kemungkinan
mereka
saling
melihat,
berbicara, dan bersosialisasi. Kedekatan fisik meningkatkan kemungkinan interaksi yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.
b. Kesamaan
Manusia cenderung lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud diantaranya kesamaan kepercayaan, nilai, usia. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
21
c. Pembentukan norma kelompok Pembentukan kelompok sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Karena setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku yang pantas untuk dilakukan para anggotanya. d. Waktu dan zaman Kelompok tidak terbentuk dengan sendirinya, namun ada proses di dalamnya dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga terbentuklah kelompok yang utuh, terbentuknya suatu kelompok membutuhkan waktu yang lama. e. Sebab dan tujuan Kelompok juga tidak terbentuk tanpa adanya tujuan tertentu, sehingga tujuan dari kelompok itu menjadi dasar terbentuknya kelompok tersebut. f. Sifat dari anggota kelompok Kesamaan sifat dari anggota kelompok salah satu faktor
yang
dapat
membentuk
kelompok.
terbentuk dari banyak individu yang
Kelompok
mencari kesamaan
sifat, sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
22
2.3 Terapi Aktivitas Kelompok
(Keliat dan Akemat, 2012) mengatakan Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok
pasien
yang
mempunyai
masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Stuart and Sundeen kelompok
(2006)
menambahkan
dilakukan
untuk
bahwa
terapi
meningkatkan
aktivitas
kematangan
emosional dan psikologis pada klien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Terapi aktivitas kelompok dapat menstimulasi interaksi diantara anggota yang berfokus pada tujuan kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok yaitu suatu kegiatan yang diberikan kepada suatu kelompok pasien dengan tujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya (Stuart and Sundeen,
2006).
meningkatkan
Secara
identitas
diri,
khusus
tujuannya
menyalurkan
emosi
adalah secara
konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian Asuhan Keperawatan untuk menyelesaikan masalah klien, 23
dengan terapi aktivitas kelompok klien mendapat bantuan penyelesaian masalah melalui kelompoknya. Menurut Keliat & Akemat, 2012, Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu: a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi Pada terapi ini pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang ada atau stimulus yang pernah dialami sebelumnya. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan seperti membaca buku, menonton
TV,
stimulus
dari
masa
lalu
yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif, misal: kemarahan, pandangan negatif terhadap orang lain, dan halusinasi. b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris Pada terapi ini aktivitas digunakan sebagai stimulus
pada
sensoris
pasien.
Lalu
dilakukan
observasi reaksi sensoris pasien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas yang
dapat digunakan sebagai stimulus seperti :
musik, menari, menyanyi.
24
c. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Dalam terapi ini pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar pasien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar pasien atau orang yang dekat dengan pasien. Demikian juga dengan orientasi waktu pada saat ini, masa lalu lalu, dan yang akan datang. d. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada
terapi
ini
pasien
dibantu
untuk
bersosialisasi dengan individu yang ada disekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan bersosialisasi dalam kelompok. Dengan perawat ruangan sebagai terapis, TAKS
dimulai
dari
tahap
orientasi
seperti
memperkenalkan nama terapis lalu, memberitahukan tujuan dari terapi dan kontrak waktu, lalu dilanjutkan tahap kerja atau dilakukannya terapi dan diakhiri dengan tahap terminasi atau penutup. TAKS terdapat 7 sesi dimana sesi pertama dilakukan dengan mengajak pasien untuk memperkenalkan dirinya, dilanjutkan sesi kedua dengan mengajak pasien untuk berkenalan dengan teman-temannya, lalu sesi ketiga
25
mengajarkan pasien bercakap-cakap dengan temantemannya, sesi keempat mengajarkan pasien untuk memilih topik pembicaraan, sesi kelima mengajarkan pasien agar dapat menceritakan masalah pribadi dengan teman, sesi keenam mengajarkan pasien agar dapat
berpartisipasi
dalam
permainan
dalam
kelompok, dan sesi ketujuh mengajarkan pasien agar dapat memberikan pendapat tentang kegiatan TAKS yang
telah dilakukan. Penilaian akhir
dilakukan
berdasarkan antusias pasien, jika semakin sering aktif pada tiap sesi maka nilai yang didapat semakin baik.
2.4 Harga Diri Rendah 2.4.1
Pengertian Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart and Gail, 2007). Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri 26
rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (kritik
diri
yang
telah
berlangsung
lama)
dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006) 2.4.2 Etiologi Harga diri rendah biasanya terjadi karena kritik diri sendiri dan orang lain yang menimbulkan penurunan produktivitas
yang
berkepanjangan,
yang
dapat
menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya
sendiri.
Karena
itu
dapat
menimbulkan
ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat menimbulkan penarikan diri secara sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada klien. (Stuart & Gail, 2007)
27
2.4.2.1
Faktor Predisposisi (Yosep, 2011) 1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, sekolah, ditolak,
pekerjaan.
Faktor
yang
mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya. 2. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2.4.2.2
Faktor Presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi kebingungan
pendengaran tentang
dan
seksualitas
penglihatan, diri
sendiri,
kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti dalam mimpi (Yosep, 2011).
28
2.4.3
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Yosep (2011)
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri 2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri 3. Mengalami gejala fisik : tekanan darah tinggi. 4. Menunda keputusan 5. Sulit bergaul 6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas 7. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga 8. Merusak diri : harga diri rendah yang menyokong pasien untuk mengakhiri hidup 9. Merusak/melukai orang lain 10. Perasaan tidak mampu 11. Pandangan hidup yang pesimistis 12. Tidak menerima pujian 13. Penurunan produktivitas 14. Berpakaian tidak rapi 15. Tidak berani menatap lawan bicara 16. Lebih banyak menunduk 17. Bicara lambat dengan suara lemah
29
Gejala-gejala tersebut sesuai dengan kondisi
yang
sebenarnya pada pasien harga diri rendah berdasarkan catatan medik di tiap ruangan. 2.4.4
Rentang respon
Respon harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif. Kerancuan identitas merupakan suatu
kegagalan
berbagai
identifikasi
individu masa
untuk
mengintegrasikan
kanak-kanak
ke
dalam
kepribadian psikososial yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing dengan diri sendiri.
Respon adaptif
Aktualisasi diri
Respon maladaptif
Konsep Harga diri diri positif rendah
Kerancuan identitas
depersonalisasi
Rentang respon harga diri rendah ( Stuart & Gail, 2007 )
30
2.4.5
Mekanisme Koping Harga Diri Rendah
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah
langsung.
Rasmun,
(2001)
mengungkapkan
macam-macam mekanisme koping tersebut adalah :
2.4.5.1 Pertahanan jangka pendek 1.
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari kritis, misalnya: bekerja keras, menyaksikan acara televisi, dll.
2.
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya: mengikuti kegiatan sosial, politik, agama, dll.
3.
Aktivitas
yang
sementara
perasaan
diri,
misalnya:
dapat
menguatkan
berkompetisi
dalam
pencapaian akademik. 4.
Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.
31
2.4.5.2. Pertahanan jangka panjang 1. Penutupan identitas yaitu adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu. 2. Identitas negatif yaitu asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
2.4.5.3. Mekanisme pertahanan ego 1. Fantasi; 2. Dissosiasi; 3. Isolasi; 4. Proyeksi; 5. Displacement; (pergeseran) 6. Marah atau amuk pada diri sendiri.
32
2.5 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual hubungan terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial pada pasien harga diri rendah
Masalah kehidupan Tekanan dari banyak orang Stimulus negatif dari luar
Kondisi kejiwaan terganggu
Rentan gangguan jiwa : harga diri rendah
Gejala : mengejek dan mengkritik diri sendiri (perilaku maladaptif)
Penurunan mekanisme koping
Pemberian terapi aktivitas kelompok : sosialisasi
Perilaku adaptif
Peningkatan mekanisme koping : 33 pasien mampu menyebutkan kelebihan yang dimiliki
Berbagai macam masalah kehidupan, berbagai tekanan mental merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan manusia mengalami stress berkepanjangan yang berujung pada gangguan mental psikiatri, salah satu gangguan tersebut adalah harga diri rendah atau yang lebih dikenal orang banyak dengan minder. Seseorang dengan harga diri rendah mengalami berbagai gejala seperti sering mengejek dan mengkritik diri sendiri, pandangan hidup yang selalu pesimis, sulit bergaul. Dengan kondisi seperti itu pasien dengan harga diri rendah sangat rentan untuk melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Karena hal itu peran perawat sangat diperlukan untuk meningkatkan mekanisme koping pasien dan juga memberikan terapi yang sesuai, diantaranya memberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, dengan tujuan pasien dengan harga diri rendah dapat bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya.
2.6 Hipotesis penelitian a. H0 = Tidak ada hubungan antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah. b. H1 = Ada hubungan antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi dengan kemampuan interaksi sosial pasien harga diri rendah.
34