BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Teori Konsep Diri
2.1.1
Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan
serta
keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen,2000). Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri sehingga terdapat beberapa pengertian. Menurut Burns (dalam Erawati,2011) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari yang dipikirkan orang lain mengenai diri kita.Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu. Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011) pengertian tentang konsep diri sebagai konsep seseorang tentang dirinya. Konsep ini merupakan bayangan cermin yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan reaksi orang lain terhadap dirinya. Menurut Brooks yang dikutip oleh Rakhmad (2012:125) menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain. 10
Penulis dapat menyimpulkan berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang tentang diri kita sendiri yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya 2.1.2
Pembentukan Konsep Diri Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk dalam suatu proses yang cukup
lama, membutuhkan pengalaman untuk mengatasi berbagai kemungkinan, mengalami proses pematangan sikap, penemuan falsafah dan rencana hidup yang mantap. Hal ini sesuatu yang dikemukakan Sobur (2003:510) yang menyebutkan : “Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri” Menurut Setyobroto (2005:143) konsep diri terbentuk apabila individu memiliki : 1. Persepsi diri dan citra diri yang positif konstruktif 2. Pandangan yang menyeluruh tentang dirinya, baik kemampuan dalam berwirausaha dan kelemahan fisik nya dalam berwirausaha 3. Ketahanan menghadapi berbagai kemungkinan, baik ancaman, hambatan, dan kegagalan 4. Falsafah dan rencana hidup yang mantap
11
2.1.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Menurut Stuart dan Sudeen (2000) ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri terdiri dari : 1. Teori perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Orang yang terpenting atau yang terdekat Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi. 3. Persepsi diri sendiri Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang 12
kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. 2.2
Teori Pembelajaran Kewirausahaan
2.2.1
Pengertian Pembelajaran Kewirausahaan Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan
membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan mahasiswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah mencapai target belajar. Menurut Zimmerer (2010: 36) kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Pendapat yang sama dari Suryana (2003:2), bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah merupakan suatu kemampuan kreatif dan inovasi dalam menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai tambah untuk di pasarkan melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru yang berbeda.
13
Cara-cara baru yang berbeda seperti pengembangan teknologi, penemuan pengetahuan ilmiah, perbaikan produk barang dan jasa yang ada dan menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efesien. Jadi pembelajaran kewirausahaan itu adalah proses belajar untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu usaha yang baru. 2.2.2
Tujuan Pembelajaran Kewirausahaan
Pemberian pembelajaran kewirausahaan memiliki tujuan agar dapat: 1. Menumbuhkan motivasi berusaha di kalangan mahasiswa 2. Membangun sikap mental wirausaha yakni percaya diri, sadar akan jati dirinya bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang menyerah, mampu bekerja keras, kreatif, inovatif, berani mengambil resiko dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik, memiliki kemampuan empati dan keterampilan sosial 3. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan para mahasiswa khususnya sense of business 4. Menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi 5. Menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 6. Membangun jejaring bisnis antarpelaku bisnis, khususnya antara wirausaha pemula dan pengusaha yang sudah mapan
14
2.3
Teori Lingkungan Keluarga
2.3.1
Pengertian Lingkungan Keluarga Lingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi)
fisik sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu. Keluarga terdiri dari kepala keluarga (ayah, ibu, anak-anak). Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga akan terjadi interaksi sosial ketika seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, saling membantu. Di lingkungan keluarga anak belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Yusuf, 2012:23). Ciri-ciri suatu keluarga menurut Maciever dan Page yang dikutip oleh Soelaeman (2004:9) adalah sebagai berikut : 1. Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita) 2. Dikukuhkan oleh suatu pernikahan 3. Ada pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut 4. Adanya kehidupan ekonomis yang dilakukan bersama 5. Diselenggarakan kehidupan berumah tangga
15
2.3.2
Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Kesuksesan Sobur (2003:248-249) menyatakan bahwa faktor keluarga sebagai penentu
keberhasilan seseorang. Hal ini terdiri dari : 1. Kondisi Ekonomi Keluarga Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram sehingga anak kehilangan gairah untuk belajar. Namun faktor kesulitan ini bisa juga malah menjadi pendorong bagi anak untuk berhasil karena di keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk sebuah karakter sang anak. Kadangkala keadaan ekonomi yang berlebihan menyebabkan orang tua menjadi kurang perhatian terhadap belajar anak karena merasa telah memenuhi semua kebutuhan anak sehingga anak malas belajar mandiri sehingga cenderung menganggap ”santai” masa depannya termasuk dalam hal masalah karir. 2. Hubungan emosional orang tua dan anak Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan anak. Di dalam keluarga norma-norma dan nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain seharusnya sudah dikenalkan sejak dini. Sebaiknya orang tua menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak. Hubungan orang tua dan anak jangan acuh tak acuh karena akan menyebabkan anak menjadi frustasi. Orang tua terlalu keras akan menyebabkan hubungan orang tua akan menjadi “jauh”. Atau hubungan yang terlalu dekat antara anak dan orang tua kan mengakibatkan anak selalu “bergantung”.
16
3. Cara mendidik orang tua Ada keluarga yang mendidik anaknya secara diktator, ada yang demokratis yang menerima semua pendapat anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orang tua dalam mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajar dan hasil belajar yang diperoleh seseorang. 2.4
Teori Minat Berwirausaha
2.4.1
Pengertian Minat Berwirausaha Pengertian minat bewirausaha menurut Yanto dalam Christers (2010) adalah
kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. Sedangkan, Santoso (2013) mendefinisikan minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Minat merupakan salah satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang tertentu. Penelitian Subandono (2007: 18)
terhadap minat wirausaha adalah
kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha. 17
Wirausaha yaitu orang yang memiliki kemampuan melihat serta menilai peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat guna untuk meraih kesuksesan. Adapun menurut pendapat Schumpeter mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu
menghancurkan
keseimbangan
pasar
dan
kemudian
membentuk
keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut. Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang diciptakannya. Minat wirausaha tersebut tidak hanya keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam potensi mendirikan usaha. 2.4.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Menurut Hantoro (2005) minat seseorang terhadap suatu objek diawali dari
perhatian seseorang terhadap objek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti: 1. Faktor Intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. 18
1. Pendapatan Penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. 2.
Harga Diri Berwiraswasta digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain.
3.
Perasaan Senang Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang,
maka
tanggapan
perasaan
senang
berwiraswasta
akan
memunculkan minat berwiraswasta. 2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. 1. Lingkungan Keluarga Kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap 19
dan aktivitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Lingkungan Masyarakat Merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain. Misalnya seseorang yang tinggal didaerah yang terdapat usaha jasa elektronika atau sering bergaul dengan pengusaha elektronika yang berhasil akan menimbulkan minat berwirausaha bidang elektronika. 3. Peluang Merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya atau menjadi harapannya. 4. Pendidikan dan pengetahuan Di dapat selama masa kuliah dan merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwiraswasta, juga keterampilan yang didapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek (Adi,2002). 2.5
Kerangka Konseptual Minat berwirausaha muncul apabila seorang berani mengembangkan usaha-
usaha dan ide-ide barunya. Menurut Soedjono dalam Suryana (2003:39) bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kemampuan afektif dan kemampuan kognitif. Kemampuan afektif yaitu konsep diri. Konsep diri adalah pandangan yang menyeluruh tentang diri kita baik kemampuan dan kelemahan fisik, ketahanan dalam 20
menghadapi berbagai kemungkinan baik ancaman, hambatan dan kegagalan menurut Calhoun dan Acocella (2010). Potret diri ini memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian tentang diri sendiri. Sedangkan kemampuan kognitif
yaitu
pengetahuan
mengenai
kewirausahaan
melalui
pembelajaran
kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh dosen. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama diterima oleh seorang anak karena dari keluarga lah kita mendapatkan bimbingan dan didikan dan dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak-anak ada di dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut:
21
GAMBAR 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Konsep Diri (X1)
Pembelajaran
Minat
Kewirausahaan (X2)
Berwirausaha (Y)
Lingkungan Sumber: Suryana (2003:39) Keluarga (X3) Sumber: Suryana (2003:39) 2.6
Hipotesis Menurut Sugiyono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap perumusan masalah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diberikan, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Konsep Diri, Pembelajaran Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga berpengaruh Signifikan terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun 2011”. 2.7
Penelitian Terdahulu Setianingsih (2010) melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Mata
Kuliah Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha (Studi pada Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jamber)”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi mata kuliah kewirausahaan yang dijelaskan melalui variabel
22
pemahaman ((X1) dan penerapan ((X2) terbukti berpengaruh signifikan terhadap variabel minat berwirausaha (Y). Sumarno (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri, Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan dan Konsep Diri terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajaran 2011/2012”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prestasi praktik kerja industri,prestasi mata pelajaran kewirausahaan,konsep diri memiliki pengaruh positif terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Batang Tahun ajaran 2011/2012. Suranto (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Tingkat Pendidikan Lingkungan Keluarga dan Pengalaman
Kerja terhadap Berwirausaha
(studi kasus di Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara di Medan)”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap berwirausaha pada YPPPSU. Yanti (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Berwirausaha Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Singaraja”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI SMK Negeri 1 Singaraja. Diyanti (2013) melalukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hasil Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK GEMA 45 Surabaya”. Kesimpulan dari penelitian ini 23
adalah terdapat pengaruh positif antara hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha.
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Nama Judul Variabel Teknik Peneliti Penelitian Penelitian Analisis Data Setianingsih Implementasi Pemahaman (X1) , Analisa (2010) mata kuliah Penerapan (X2), Regresi Kewirausahaan Berganda Minat terhadap Minat Berwirausaha (Y) Berwirausaha pada Mahasiswa Pascasarjana Univeristas Jember
Suranto (2011)
Analisis Faktor Tingkat Pendidikan Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja terhadap Berwirausaha pada YPPPSU
Tingkat Pendidikan Lingkungan Keluarga (X1), Pengalaman Kerja (X2) , Berwirausaha (Y)
Analisa Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian
Implementasi mata kuliah kewirausahaan terhadap mata kuliah kewirausahaan yang dijelaskan melalui variabel pemahaman dan penerapan terbukti berpengaruh signifikan terhadap variabel minat berwirausaha. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja secara bersamasama berpengaruh positif dan signifikan 24
Sumarno (2012)
Diyanti (2013)
Yanti (2014)
Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri, Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan dan Konsep Diri terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Batang Tahun Ajaran 2011/2012 Pengaruh Hasil Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK GEMA 45 Surabaya Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Berwirausaha Siswa Kelas XI SMK Negeri 1
terhadap berwirausaha pada YPPPSU. Prestasi praktik kerja industry, prestasi mata kuliah kewirausahaan dan konsep diri memiliki pengaruh positif terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII SMK Negeri 1 Kandeman Batang Tahun ajaran 2011/2012
Prestasi Praktik Kerja Industri (X3) , Prestasi Mata Pelajaran Kewirausahaan (X2) , Konsep Diri (X3) , Minat Berwirausaha (Y)
Analisis Deskriptif Variabel
Hasil Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan (X1) , Lingkungan Keluarga (X2) , Minat Berwirausaha (Y)
Analisa Regresi Berganda
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif antara hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha.
Lingkungan Keluarga (X), Minat Berwirausaha (Y)
Analisa Regresi Berganda
Terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI SMK Negeri 1 25
Singaraja. Singaraja. Sumber : Setianingsih(2010), Suranto(2011), Surmono(2012), Diyanti(2013), Yanti(2014).
26