BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Menurut Sawir (2005:129), ”modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Weston dan Brigham (1990) dalam Sawir (2005:129), ”modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (suratsurat berharga), piutang dagang, dan persediaan”. Burton A. Kolb (1983) dalam Sawir (2005:129) menyatakan “modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk di dalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di muka”. Menurut Riyanto (2001:57), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : a. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital). b. Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital). c. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan
(income).
Setiap
dana
yang
digunakan
dalam
perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Menurut Wilford J. Eiteman dan J.H. Holtz (1963) dalam Sawir (2005:131), “modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis-jenis Modal Kerja Modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut: a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam : 1) modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya, 2) modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara : 1) modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim, 2) modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur, 3) modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah
karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
Universitas Sumatera Utara
3. Manajemen Modal Kerja Menurut Sawir (2005:133) ”manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah : a. memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, b. meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar, c. pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.
4. Pentingnya Modal Kerja Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis.
Bilamana modal kerja
terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan
Universitas Sumatera Utara
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: a. melindungi perusahaan tehadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, b. memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, c. menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi, d. memugkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya, e. memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya, f. memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Sifat dan tipe perusahaan Modal Kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.
Perusahaan yang memproduksi
barang membutuhkan modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan dagang. b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga pokok per satuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan modal kerja makin besar pula. c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan.
Universitas Sumatera Utara
d. Syarat penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang. e. Tingkat perputaran persediaan Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.
6. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Apabila sumber modal kerja lebih besar daripada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaan lebih besar daripada sumber, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah: a. adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham, b. ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi, c. ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya. Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut: 1) berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
2) pembayaran utang-utang jangka panjang, 3) adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
7. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover).
Working Capital Turnover (WCT) yaitu rasio yang
memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2001:335) merumuskan formula untuk menghitung Working Capital Turnover (WCT) sebagai berikut :
WCT =
Sales Current assets − current liabilities
Jika rasio perputaran modal kerja tinggi akan mengindikasikan likuiditas yang rendah untuk mendukung operasional, sedangkan apabila rasio ini rendah menunjukkan likuiditas yang tinggi. Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan
Universitas Sumatera Utara
piutang yang tinggi.
Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan
banyaknya hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang dapat diubah menjadi uang kas. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.
B. Perputaran Aktiva Operasi (Operating Assets Turnover) Menurut Riyanto (2001:37), “operating assets turnover adalah kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu”. Munawir (2004: 88), menyatakan bahwa “operating assets turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut”. Rasio perputaran aktiva operasi merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Wild (2005:21) menjelaskan defenisi aktiva operasi sebagai berikut : Aktivitas investasi mengacu pada perolehan dan pemeliharaan investasi dengan tujuan menjual produk dan menyediakan jasa, dan untuk tujuan menginvestasikan kelebihan kas. Investasi dalam tanah, bangunan, peralatan, hak legal (paten, lisensi,hak cipta), persediaan, modal manusia (manajer dan karyawan), sistem informasi, dan aktiva sejenis adalah untuk menjalankan operasi bisnis perusahaan. Aktiva-aktiva ini disebut sebagai aktiva operasi (operating assets). Menurut Munawir (2004:87), yang dimaksud dengan “operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan”. Perputaran aktiva operasi diukur dengan rasio yang menghubungkan antara penjualan dengan aktiva yang digunakan. Perputaran aktiva operasi (Operating assets turnover) merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (operating assets) terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Menurut Riyanto (2001:38) Operating Assets Turnover (OAT) dapat dihitung dengan menggunakan formula:
OAT =
Sales Operating Assets
Rasio perputaran aktiva operasi merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Kemungkinan turunnya penjualan akan mempengaruhi rasio ini. Operating assets turnover
diharapkan akan semakin baik yang berarti
pemakaian lebih efisien. Tingkat perputaran aktiva operasi selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan operating assets. Dengan jumlah operating assets tertentu, makin besarnya jumlah penjualan selama periode tertentu mengakibatkan makin tinggi perputarannya. Apabila dihubungkan dengan profit margin yang tetap dan operating assets turnover yang semakin tinggi, maka akan menghasilkan rentabilitas yang makin tinggi. Menurut Riyanto (2001:40), usaha untuk mempertinggi operating assets turnover dapat dilakukan dengan cara menambah modal usaha (operating assets) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-
Universitas Sumatera Utara
besarnya.
Selain itu, dapat dilakukan dengan mengurangi penjualan sampai
tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan operating assets sebesarbesarnya.
C. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), “rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”.
Riyanto (2001:35), mengemukakan bahwa “rentabilitas suatu
perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut”. Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara: yaitu (1) perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomi dan (2) perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian modal yang ditanamkan perusahaan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain dengan menghitung rentabilitasnya. Menurut Bambang Riyanto (2001:37), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua faktor, yaitu : 1. Profit margin Profit margin yaitu tingkat keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dalam satu periode. Profit margin menggambarkan tingkat pendapatan atau penjualan yang diperoleh dari operasi perusahaan, dapat dicari dengan rumus : Profit margin =
Net Operating Income x 100 % Net Sales
Besar kecilnya profit margin ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan laba usaha (net operating income). Besar kecilnya laba usaha atau net
Universitas Sumatera Utara
operating income tergantung pada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expense). 2.
Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) Turnover of operating assets yaitu tingkat perputaran usaha dalam satu periode, biasanya satu tahun, berapa kali perputaran aktiva usaha dalam satu tahun. Turnover of operating assets mengukur sampai seberapa jauh perputaran aktiva dipakai dalam perusahaan yang menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode, dapat dihitung dengan rumus : Turnover of operating assets =
Net Sales x 1 kali Net Operating Assets
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power / rentabilitas ekonomis. Oleh karena itu, makin tingginya tingkat profit margin atau operating assets turnover masingmasing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Menurut Riyanto (2001: 38), hubungan antara “profit margin” atau “operating assets turnover” dengan earning power dapat digambarkan sebagai berikut : Profit Margin
x Operating Assets Turnover = Earning Power
Universitas Sumatera Utara
Net Operating Income Net Sales
x
Net Sales Net Operating Income = Net Operating Assets Net Operating Assets
Beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas ekonomi antara lain sebagai berikut (Riyanto, 2001:39) : a. menaikkan profit margin yaitu dengan jalan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales sebesar-besarnya, atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Pengertian menaikkan tingkat penjualan ini dapat berarti memperbesar pendapatan dari penjualan dengan cara : 1) memperbesar volume penjualan unit pada tingkat harga penjualan tertentu, atau 2) menaikkan harga penjualan per unit produk pada luas penjualan dalam unit tertentu. b. menaikkan profit margin dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan operating expenses yang sebesar-besarnya, c. menaikkan turnover of operating assets dengan menambah modal usaha (operating assets) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, d. menaikkan turnover of operating assets dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan operating assets sebesar-besarnya,
Universitas Sumatera Utara
D. Analisis Laporan Keuangan Dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:1) mengenai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 7, dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi keuangan
yang
keuangan
neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi
yang
dapat
disajikan
dalam
berbagai
cara
misalnya,sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dalam SAK (IAI, 2007:3) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomosili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Menurut Harahap (2004: 190) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan sebagai : Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan : 1. perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama, 2. perbandingan eksternal dan membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama. Secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu : a. rasio likuiditas ( liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Rasio yang bisa digunakan untuk mengukur likuiditas, yaitu current ratio, quick ratio, cash ratio, dan net working capital. b. rasio aktivitas (activity ratio) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-asetnya. Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah average collection period, inventory turnover, fixed asset turnover, dan total asset turnover, dan working capital turnover c. rasio leverage finansial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana
dari hutang (pinjaman).
Universitas Sumatera Utara
Rasio yang umum dipakai antara lain adalah debt ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio dll d. rasio keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.
Rasio profitabilitas ynag sering digunakan, yaitu
gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on investment dan return on equity.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Indri Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin(2005) Judul Penelitian adalah Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Tercatat di bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pengujian terhadap 48 sampel perusahaan yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia yang diobservasi selama 3 tahun yaitu mulai dari tahun 2001 sampai 2003 maka diperoleh kesimpulan bahwa efektivitas modal kerja dan operating assets turnover secara individu tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Secara simultan, efektivitas modal kerja dan operating assets turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas. 2. Penelitian Nera Astari (2007) Judul penelitian adalah Analisis Hubungan Manajemen Modal Kerja terhadap Kemampulabaan pada PT. Pupuk Sriwijaya Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratio receivable turnover, working capital turnover memiliki
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang positif dan signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan. Current ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampulabaan perusahaan. 3. Penelitian Mariance Sitanggang (2006) Judul penelitian adalah Analisis Hubungan Rasio Aktivitas terhadap Kemampuan Memperoleh Laba pada PD. Aneka Industri dan Jasa Medan. Hasil penelitian menunjukkan rasio perputaran persediaan, rasio perputaran total aktiva dan periode perputaran persediaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai korelasi Spearmannya (rs hitung) > rs tabel, dengan tingkat signifikansinya lebih besar dari 5% (α=5%) dan nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel. Rasio perputaran piutang dan periode rata-rata pengumpulan piutang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan memperoleh laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai Spearman rho lebih kecil dari rs tabel, t hitung < t tabel dan nilai signifikansinya yang lebih besar dari α=5%. 4. Muhammad Kamel (2004) Judul penelitian adalah Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Rokok yang Go-Publik di Indonesia.
Hasil
penelitian ini menunjukkan perubahan rasio cara pembelanjaan modal kerja, perubahan rasio lancar, perubahan tingkat perputaran modal kerja dan perubahan rasio jumlah aktiva lancar
berpengaruh terhadap perubahan profitabilitas.
Variabel perubahan tingkat perputaran modal kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang positif, dimana t hitung > t tabel (5,43 > 2,06). Variabel
Universitas Sumatera Utara
perubahan tingkat perputaran modal kerja juga merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap perubahan profitabilitas ditunjukkan dengan nilai unstandarized coefisien = 0,81.
F. Kerangka Konseptual Sawir (2005:129) mendefinisikan modal kerja sebagai keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut (Djarwanto, 2001:88). Antara penjualan dengan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik,
investasi dalam persediaan dan piutang
juga
meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja, penganalisa menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover), yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran modal kerja ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan neto yang diperoleh dari setiap rupiah modal kerja (Djawarto, 2001:140). Efektivitas modal kerja mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan dan akhirnya akan mempengaruhi perputaran dari operating assets (Riyanto, 2001:62). Perputaran aktiva operasi diukur dengan rasio yang menghubungkan antara penjualan dengan aktiva yang digunakan. Kemungkinan turunnya penjualan akan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi rasio perputaran aktiva operasi. Operating assets turnover diharapkan akan semakin baik yang berarti pemakaian lebih efisien. Tingkat perputaran aktiva operasi selama periode tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan operating assets. Dengan jumlah operating assets tertentu, makin besarnya jumlah penjualan selama periode tertentu mengakibatkan makin tinggi perputarannya. Apabila dihubungkan dengan profit margin yang tetap dan semakin tinggi operating assets turnover makin akan menghasilkan rentabilitas yang tinggi. Perputaran total aktiva yang semakin cepat berarti semakin efisien penggunaan total aktiva perusahaan tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan mempengaruhi perputaran modal kerja dan juga akan mempengaruhi perputaran aktiva perusahaan. Perputaran modal kerja dan perputaran aktiva pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Keown, 2004:194) Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka
dapat
digambarkan
kerangka
konseptual
sebagai
berikut: Perputaran Modal Kerja (X1) Rentabilitas (Y) Perputaran Aktiva Operasi (X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Disusun Penulis, 2008
Universitas Sumatera Utara
G. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini: 1. perputaran modal kerja berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 2. perputaran aktiva operasi berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, 3. perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi berpengaruh secara simultan terhadap rentabilitas pada perusahaan industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Universitas Sumatera Utara