14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pasar modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menurut Husnan (2009:3) adalah “Pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta”. Pengertian pasar modal menurut Fahmi (2012:52) : “Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana untuk memperkuat dana perusahaan”. Yang membedakan pasar modal dengan pasar
–
pasar lain adalah
komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana – dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pada pasal 1 ayat 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
15
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar modal mempunyai pengertian abstrak yang mempertemukan calon pemodal (investor) dengan emiten yang membutuhkan dana jangka panjang. Peran yang
dilakukan
pasar
modal
adalah
menyediakan
fasilitas
untuk
memindahkan dana, khususnya yang diperuntukan untuk pembiyaan jangka panjang, dari yang memiliki dana atau dikenal dengan istilah lender ke perusahaan yang membutuhan dana atau borrower . Sementara pengertian pasar modal menurut Keppres No.52 Tahun 1976 tentang pasar modal bab I pasal 1 adalah “Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam Undang – Undang No.15 Tahun 1952 (Lembaran Negara, Tahun 1952 No.67).” Maka secara fisik, pasar modal menunjuk sebuah tempat, yang biasanya menempati sebuah gedung, sebagai tempat bertemunya para pialang yang mewakili para investor, yang lazim disebut bursa (exchange). Di Indonesia sendiri ada satu bursa yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. 2.1.2 Keterbukaan Informasi Full disclosure adalah pengungkapan data perusahaan secara lengkap dan jelas meliputi keuangan, kepengurusan, dan lain-lain dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang jelas kepada masyarakat umum untuk menilai sekuritas yang diterbitkan. Terdapat prinsip keterbukaan yang berlaku bagi perusahaan yang terdaftar dalam BEI. Prinsip keterbukaan adalah prinsip umum yang menyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lainnya yang tunduk akan Undang-Undang untuk memberikan informasi kepada masyarakat pada waktu yang tepat mengenai seluruh informasi yang material mengenai bisnis atau usaha klien dan dampaknya
16
terhadap keputusan investor terhadap sekuritas yang dijual. Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan antara pasar modal dengan lembaga pendanaan lainnya. Salah satu karakteristik tersebut adalah adanya prinsip keterbukaan. Perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal dituntut untuk melaksanakan keterbukaan informasi kepada publik. Melalui keterbukaan informasi, investor dapat menilai kinerja dan prospek perusahaan untuk masa yang akan datang.
Keterbukaan informasi dibutuhkan oleh investor dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan publik pasar modal merupakan suatu tempat untuk peningkatan nilai perusahaan melalui serangkaian aktivitas penciptaan nilai yang didukung dengan adanya keterbukaan informasi. Penerapan prinsip keterbukaan akan membuat perubahan pada pengelolahan atau manajemen menuju kepada manajemen yang lebih professional dan terbuka. Manajemen yang semakin professional dan terbuka akan berdampak pada peningkatan keinginan pasar yang nantinya tercermin pada peningkatan harga saham dan likuiditas transaksi yang ada di pasar sekunder
Menurut Fakhrudin (2008: 157) dalam melaksanakan keterbukaan informasi, perusahaan publik harus menjalankan beberapa keterbukaan informasi sebagai berikut yaitu.
1. Keterbukaan dalam pelaksanaan penawaran umum Laporan pasar perdana merupakan jenis pelaporan yang wajib diberitakan oleh emitan berhubungan dengan pelaksanaan penawaran umum saham kepada publik.
17
2. Keterbukaan informasi yang bersifat berkala atau periodik Laporan berkala merupakan kewajiban keterbukaan informasi yang ditetapkan oleh Bapepam-LK dan BEI kapada emiten yang telah ditentukan dan sifatnya berulang sesuai karakteristik masinh-masing objek pelaporan 3. Keterbukaan informasi yang bersifat insidentil Laporan insidentil merupakan kewajiban pelaporan emiten untuk melaporkan kepada Bapepam-LK dan BEI atas kejadian, informasi, dan fakta material yang berkaitan dengan emiten atau anak perusahaan yang dapat memengaruhi harga saham atau keputusan yang akan dibuat oleh investor. 4. Keterbukaan informasi dalam rangka pelaksanaan aksi korporasi Perusahaan publik harus melaporkan setiap corporate action dilakukannya.
yang
5. Kewajiban public expose Kewajiban public expose adalah pengungkapan informasi kepada publik untuk menjelaskan mengenai kinerja emiten, sehingga memberikan gambaran luas dan jelas kepada para investor bahwa perusahaan tersebut akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang jika investor tersebut mau menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. 2.1.3 Corporate Action Dalam proses rencana go public hal yang terpenting adalah kesiapan mental dari para pemegang saham, anggota direksi, komisaris, dan para karyawan. Sebelum go public, mungkin pihak perusahaan dapat menutupi peristiwa penting yang berdampak negatif atau positif terhadap kinerja perusahaan tetapi setelah go public hal tersebut wajib di informasikan kepada masyarakat luas baik diminta ataupun tidak diminta oleh karna itu, setiap perusahaan yang go public di wajibkan mengangkat sekretaris perusahaan yang bertanggung jawab melayani semua pihak yang membutuhkan informasi. Dalam Keputusan Ketua Bapepam No:kep-86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus diumumkan
18
kepada publik diantaranya adalah pengumuman adanya Corporate Action. Corporate Action (Aksi korporasi) diajukan oleh dewan direksi perusahaan dalam RUPS untuk mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham. Selanjutnya emiten wajib melaporkan rencana Corporate Action tersebut kepada Bapepam dan bursa efek. Menurut Groves (2008:4) “an even initiated by a company that affect is share where the owner of a security is given the opportunity to receive a benefit or participate in a reorganization of the company” (suatu peristiwa yang diprakarsai oleh perusahaan yang dapat mempengaruhi saham di mana pemilik securitas diberi kesematan untuk menerima keuntungan atau berpartisipasi dalam me-reorganisasi perusahaan). Corporate Action merupakan aktifitas emiten yang menarik perhatian pelaku pasar seperti analis saham, manajer investasi, manajer dana, investor atau pemegang saham. Pemegang saham berkepentingan dengan Corporate Action karena perubahaan komposisi kepemilikan saham, dana tambahan, perubahan pemodalan saham, jumlah saham, harga saham, dividen, likuiditas, strategi investasi dan Portofolio investasi. 2.1.3.1 Bentuk-bentuk Corporate Action Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antaralain adalah: •
Dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang diberikan kepada investor atas keputusan RUPS yang dapat diberikan dalam bentuk tunai (cash devidend) atau dalam bentuk saham (stock devidend)
•
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang
19
lebih kecil agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. •
Saham
bonus
pemegang saham
adalah saham yang yang
merupakan
dibagikan perusahaan kepada kapitalisasi
dari
agio
saham,
pemegang saham tidak menyetorkan kas atau aktiva lainnya kepada perusahaaan untuk mendapatkan saham bonus tersebut. •
Right issue adalah pengeluaran saham baru dalam rangka penambahan modal perusahaan yang terlebih dahulu ditawarkan kepada pemengang saham lama untuk menambah modalnya di perusahaan
2.2 Right Issue 2.2.1 Definisi Right Issue Alternatif untuk memperoleh tambahan dana adalah dengan menawarkan kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru. Ini bertujuan agar pemegang saham lam berminat untuk membeli saham baru tersebut, maka perusahaan menawarkan saham baru itu dengan harga yang jauh lebih murah dari harga saham saat ini. Menurut Fahmi (2012:116) right issue adalah : “Pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu. Biasanya hal tersebut dimaksudkan emiten untuk menambah keterbatasan modal perusahaan”. Right menurut Fakhruddin (2008: 172), adalah “Efek yang diberikan kepada pemegang saham saat ini untuk memiliki terlebih dahulu saham baru yang dikeluarkan”.
20
Issue menurut Fakhruddin (2008: 99), adalah “Penerbitan saham/obligasi suatu perusahaan pada waktu tertentu”. Sedangkan right issue menurut Fakhruddin(2008: 172), adalah “Salah satu cara yang ditempuh emiten untuk menambah modal yaitu dengan cara mengeluarkan saham baru. Dalam right issue, perseroan menawarkan hak (right) kepada pemegang saham yang ada untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja menyetor modal dengan ratio tertentu”. Berdasarkan pengertian di atas, investor lama memiliki preemtive right atau hak membeli efek terlebih dahulu agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya di perusahaan tersebut. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya, yang artinya apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka dia dapat menjual right tersebut. Untuk mendapatkan saham tersebut pemegang saham harus melaksanakan right pada tingkat harga yang telah ditentukan. Menurut Husnan (2009: 429) “Agar pemegang saham lama berniat untuk membeli saham baru tersebut,perusahaan akan menawarkan saham baru tersebut dengan harga yang (jauh) lebih murah dari harga saham saat ini”. Tujuan dari right issue yang paling utama adalah untuk tidak merubah porsi kepemilikan saham lama dan menekan biaya emisi. Untuk itu, right ditawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham saat ini dengan harga yang murah untuk menjaga porsi kepemilikan sahamnya pada perusahaan.
21
2.2.2 Alasan Penerbitan Right issue Menurut Indra Safitri dalam Fahmi (2012:119), ada beberapa alasan yang umum berlaku dalam upaya emiten melakukan penawaran right issue berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. 1. Tujuan dari penawaran saham baru dapat tercapai yang berhubungan erat dengan pengembangan usaha emiten. 2. Setiap pemegang saham lama akan bersedia untuk melakukan exercise mengingat harga saham akan mengalami
kenaikan yang dapat
memberikan keuntungan kepada investor. 3. Penawaran right issue bukan ditujukan untuk kepentingan rekayasa keuangan yang tidak berdampak positif kepada pemegang saham lama, walaupun akibat right issue akan menyebabkan dilusi atas harga saham yang diperdagangkan. 4. Emiten dalam rangka melakukan penawaran atas right issue benar-benar merupakan keterbukaan informasi yang sebenarnya tanpa ada yang ditutupi. Dapat dimengerti secara jelas bahwa right issue atau penerbitan saham baru merupakan hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten dengan harga tertentu. Dan tujuan perusahaan melakukan right issue adalah untuk menambah modal perusahaan atau memperkuat modal perusahaan dan menambah jumlah saham yang beredar.
22
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Right Issue Dilakukannya Right Issue oleh perusahaan tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan seperti kebutuhan dan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo dan sebagai bagian untuk menambah atau meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dengan dilakukannya Right Issue dapat memperkuat pendanaan perusahaan. Menurut Fahmi (2009:96) ada beberapa keuntungan dan kerugian pada saat perusahaan menerbitkan Right Issue yang di sajikan dalam tabel 2.1
\
23
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Right Issue Keuntungan
Kerugian
Tidak harus meminjam ke bank dan Harus membayar dividen membutuhkan jaminan (collateral) Tidak ada perhitungan suku bunga Harus menanggung biaya untuk seperti pada pinjaman bank karna mencetak saham baru bertambah di bayar dalam bentuk dividen Untung
maupun
manajemen berhubungan
rugi
pihak Biaya untuk membuat pertemuan
perusahaan dengan
hanya dengan
antar
manajemen
pemilik perusahaan dan dewan komisaris
saham tidak degan pihak lain Setiap
permasalahan
dapat
di Memberi Informasi kepada publik
selesaikan secara internal tanpa bahwa harus melibatkan pihak eksternal
mengalami keuangan
Sumber: fahmi (2009)
perusahaan
telah
kesulitan
dalam
24
2.3 Saham 2.3.1 Definisi Saham Penggunaan saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu berkembang baik. Saham menurut Fahmi (2012:85) : a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap untuk dijual. Pengertian saham menurut Rusdin (2008:68) yaitu: “Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”. Sedangkan menurut Fakhruddin (2008:175) saham adalah: “Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan”. Dari uraian pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan, dimana dengan dimilikinya saham tersebut maka investor akan mendapatkan keuntungan. Menurut jenisnya dan hak pembagian labanya saham terbagi dua, yaitu:
25
1. Saham biasa merupakan instrument pasar modal yang paling sering diperdagangkan di pasar modal. Karena dengan saham biasa, emiten dapat memperoleh modal dari masyarakat. Saham biasa menurut Fahmi (2012:86) adalah : “Saham biasa (common stock) adalah surat berarga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) di mana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen”.
Menurut Rusdin (2008: 69-70), karakteristik saham biasa adalah: 1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan likuidasi. 2. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada RUPS. 3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS. 4. Hak tanggung jawab yang terbatas. 5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. Berdasarkan karakteristik yang dikemukan diatas, bahwa saham biasa tidak memiliki keistimewaan. Karena bila perusahaan terkena likuidasi, maka pemegang saham biasa memperoleh hak pengembalian paling terakhir, dan dividen akan diperoleh jika perusahaan memperoleh keuntungan. Saham biasa dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu: 1. Blue Chip Stock Saham yang mempunyai kualitas atas rangking investasi yang tinggi dan biasanya saham perusahaan besar dan memiliki reputasi baik, mampu
26
menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income Stock Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Growth Stock Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata. 4. Cyclical Stock Saham yang mempunyai sifat mengikut pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum. 5. Defensive Stock Saham yang tidak terlalu berpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun situasi bisnis secara umum. 6. Speculatif Stock Saham yang emitennya tidak dapat secara konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun. 2. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Menurut Rusdin (2008: 71) “Saham preferen adalah yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa.” Sedangkan menurut Fahmi (2012:86) :
27
“Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) di mana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan)”. Jenis-jenis saham preferen, antara lain: 1. Commulative Preferred Stock Saham ini memberikan kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. 2. Non Commulative Preferred Stock Saham ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. 3. Participating Preferred Stock Saham ini di samping memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. 2.3.2 Harga Saham Harga saham adalah nilai yang tercatat di bursa yang terbentuk dari adanya proses tawar menawar atas jual beli yang terjadi dalam perdagangan saham di pasar reguler. Harga saham menurut Jogiyanto (2008 :117) adalah
28
Harga yang terjadi di pasar bursa tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. (Jogiyanto 2008 :117) Semakin tinggi nilai suatu perusahaan maka harga sahamnya akan semakin tinggi dan demikian sebaliknya. Pergerakan harga saham searah dengan kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga sahamnya. Jika harga saham suatu perusahaan rendah maka dapat diartikan kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Untuk itu investor sangat memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi, menjual atau mempertahankan sahamnya. Menurut Jogiyanto (2008 :117) menjelaskan beberapa nilai yang berhubugan dengan saham, yaitu : 1. Nilai buku (book value) Nilai buku merupakan pembukuan perusahaan emiten untu menghitung nilai buku suatu saham, perlu diketahui beberapa nilai yang berhubungan dengan nilai buku tersebut, diantaranya : a. Nilai nominal, yaitu nilai dari suatu saham yang merupaksn nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. b.
Agio saham, merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai sahamnya.
c. Nilai Modal Disetor, merupakan total yang dibayar leh para pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa. d. Laba ditahan, merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham
29
e. Nilai Buku Per Saham, merupakan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. 2. Nilai pasar (market value) Nilai pasar merupakan harga dari saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di pasar bursa.
3. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik bisa disebut juga dengan nilai fundamental, meupakan nilai yang seharusnya atau sebenarnya dari suatu saham yang diperdagangkan.
Dari kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa harga saham sama halnya dengan harga komoditi di suatu pasar yang berlaku hukum ekonomi. Naik turunnya harga saham ditentukan oleh pasar dimana adanya kesepakatan atas permintaan dan penawaran. Ketika terdapat banyak pemintaan, maka harga yang ditawarkan semakin tinggi, dan ketika permintaan berkurang atau sedikit maka harga yang ditawarkan akan menurun atau semakin rendah. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental menurut Sunariyah (2011: 166) : 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknis analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. 2. Analisis Fundamental
30
Pendekatan ini didasarkan pad suatu anggapan bahw setiap saham memiliki nilai interinsik. Nilai interinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. 2.4
Efisiensi Pasar
2.4.1
Definisi Pasar Efisien Pasar efisien adalah suatu kondisi dimana informasi tentang semua
harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus. Adapun Fama (1970) dalam Jogiyanto (2008:503) mendefinisikan “Pasar yang efisien adalah suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia” (a security market is efficient if security prices fully reflect the information available). Semua informasi yang diketahui bukan saja mengacu kepada informasi yang lalu, tetapi juga informasi saat ini yang diterima oleh orang umum (seperti laporan keuangan, dividen) dan informasi dalaman. Dengan begitu, hipotesis pasar efisien adalah teori yang menyatakan bahwa dalam pasar bebas, dengan persaingan dalam memperoleh keuntungan, semua informasi pengetahuan dan perkiraan direfleksikan secara akurat di dalam harga-harga pasar. Pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa di mana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang terjadi dengan cepat dan akurat. Konsep dari pasar yang efisien ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan. Jadi, harga yang berlaku di pasar sudah mengandung faktor informasi tersebut.
31
Secara formal, pasar modal yang efisien dapat didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. (Suad Husnan, 2009:260) 2.4.2 Bentuk – bentuk Efisiensi Pasar Profesor Eugene Fama (1970) dalam Husnan (2008:265) membagi efisiensi pasar dalam 3 bentuk, yaitu : 1. Weak Efficient Form Pasar modal efisien dalam bentuk lemah (weak form efficiency), yaitu keadaan di mana harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu yang lalu. Dalam terjadi. Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi hargaa di waktu yang lalu. Penelitian tentang random walk menunjukkan bahwa sebagian besar pasar modal paling tidak efisien dalam bentuk ini. 2. Semi Strong Effiecient Form Pasar modal efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong form efficiency), yaitu keadaan di mana harga-harga bukan hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan public information. Penelitian mengenai penerbitan saham baru, pengumuman laba dan dividen, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktik-praktik akuntansi, merger, dan pemecahan saham, umumnya menunjukkan bahwa informasi tersebut dengan cepat dan tepat dicerminkan dalam harga saham. . 3. Strong Efficient Form Pasar modal efisien dalam bentuk kuat (strong form efficiency), yaitu pasar di mana harga tidak hanya mencerminkan semua
32
informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan seperti rumah lelang yang ideal : harga selalu wajar dan tidak ada investor yag mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham. 2.4.3 Syarat Umum Pasar Efisien Adapun syarat-syarat umum yang harus dipenuhi bagi terciptanya suatu pasar modal yang efisien menurut Fahmi (2011:182) : 1. Disclosure adalah berbagai informasi pengetahuan dan perkiraan di refleksikan atau tergambarkan secara akurat dalam harga-harga pasar tersebut, di mana berbagai pihak mengetahui sebab musabab naikturunnya harga tersebut dari berbagai pihak perolehan informasi baik dari sisi fundamental dan teknikal analisis. 2. Pasar dalam keadaan seimbang Selalu menjaga pasar berada dalam keadaan seimbang, seperti usahausaha untuk memasukkan informasi baru. Dengan demikian terserapnya informasi baru tersebut ke pasaran akan menghasilkan nilai intrinsik saham. Dan informasi baru selalu saja terus menerus kondisi pasar yang seimbang memunginkan terciptanya equilibrium pasar. Kondisi equilibrium memungkinkan harga-harga aktiva berada dalam posisi yang jauh dari terjadinya perdagangan spekulasi. 3. Kondisi pasar berlangsung secara bebas Kondisi pasar berlangsung secara bebas adalah dimana tidak ada seorangpun yang bisa mempengaruhi kondisi harga dipasar, berbagai pihak memperoleh informasi yang sama, dan tidak ada saling intervensi.
33
2.4.4 Teori Random Walk Harga saham bergerak secara acak berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru (new information) yang akan diterima tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterimanya sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Apakah informasi tersebut bersifat kabar buruk (bad news) ataukah kabar baik (good news) juga tidak diketahui. Apabila pasar dikatakan efisien berarti bahwa harga sekuritas sekarang tidak dapat mencerminkan perubahan harga masa lalu. Jadi, harga saham sekarang tidak bisa dicerminkan pada harga masa lalu. Hal itu berarti harga sekuritas bersifat random atau acak. Sunariyah (2011:186) Jika pasar efisien, harga saham sekarang merefleksikan semua informasi yang relevan dengan harga sekuritas. Dalam arti informasi yang sudah diketahui direfleksikan dalam harga pasar. Informasi yang tidak direfleksi adalah informasi yang belum diketahui dan kemungkinan besar tidak bisa diketahui. Informasi ini merupakan informasi yang tidak dapat diprediksi. Namun demikian harga saham akan mereaksi dengan informasi yang diketahui yang tersedia di pasar modal secara random. Jadi, kenaikan dan penurunan harga saham itu sesuai dengan informasi yang diterima di pasar modal.