BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1. Piutang a. Pengertian Menurut Warren (2005 : 392) “Piutang (receivables) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Transaksi paling umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Menurut Smith (2005 : 286) ”Piutang dapat didefenisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”. Selain itu juga menurut Smith (2005 : 286) “Setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung akan menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”. Menurut Soemarsono (2004 : 338) “Piutang didefenisikan sebagai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dan kepada siapa dia berhutang”.
Universitas Sumatera Utara
b. Biaya atas Piutang Dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan terjadinya piutang, maka perusahaan sebenarnya menanggung resiko akibat piutang tersebut. Resiko akibat piutang adalah berupa biayabiaya yang tentu saja akan mengurangi besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah berupa : 1. Biaya penghapusan piutang 2. Biaya pengumpulan piutang 3. Biaya administrasi 4. Biaya sumber dana Dengan adanya biaya yang ditimbulkan tersebut, maka piutang harus dikelola dengan baik, sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan oleh piutang tersebut dapat diminimalkan. Beberapa kebijakan yang perlu diambil adalah penyaringan para pelanggan dan menaikkan perputaran piutang. Menurut Riyanto (2001 : 85-87) besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Volume penjualan kredit. Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang. 2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaiknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang. 3. Ketentuan tentang batas penjualan kredit. Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar. 5. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan. Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
c. Perputaran Piutang Salah satu cara untuk menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perputaran piutang. Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Perputaran Piutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan neto kredit dengan rata-rata piutang yang dinilai dengan menjumlahkan nilai piutang di awal periode dengan di akhir periode kemudian dibagi dua.
Tingkat Perputaran Piutang =
Penjualan Neto Kredit x 1 kali Rata − rata piu tan g
Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Smith (2005 : 290) “Piutang usaha dilaporkan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan atas nilai kas yang diharapkan”. Biar bagaimanapun juga, beberapa piutang akan tidak dapat ditagih sehingga diperlukan adanya sebuah pengelolaan piutang yang baik dan efisien agar perusahaan tidak dirugikan.
2. Persediaan a. Pengertian Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) menyatakan bahwa “Persediaan adalah aset yang : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau c. Dalam
bentuk bahan
atau
perlengkapan (supplies)
untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”. Skousen dan Stice (2004 : 654) mengatakan bahwa : ”Persediaan (atau persediaan barang dagangan) secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun retail, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap dijual’’. Bahan baku (raw material), Barang Dalam Proses (Work in Process), dan Barang Jadi (Finished Good) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
b. Biaya atas Persediaan Menurut Yamit (2005 : 9), biaya-biaya yang timbul dalam persediaan antara lain : I.
Biaya pembelian (purchase cost) Yaitu, harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik. II. Biaya pemesanan (order cost/set up cost) Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya membuat daftar permintan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, peneriman bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas. III. Biaya simpan (carrying cost/holding cost) Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa : biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan. IV. Biaya kekurangan persediaan Konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi kekurangan atas permintaan suatu item, perusahaan harus melakukan backorder atau mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam situasi sepeti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus, perusahaan melakukan pembelian darurat atas item tersebut dan perusahaan akan
Universitas Sumatera Utara
menanggung biaya tambahan (extra cost) untuk pesanan khusus dapat berupa biaya pengiriman secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan. Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-barangnya terjual secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya, yang berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat penjualannya, maka makin rendah labanya. Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.
c. Perputaran persediaan Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai perputaran persediaan, beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang perputaran persediaan diantaranya : Menurut Munawir (2002 : 77) “Turn Over persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan”. Menurut Sundjaja (2002 : 112) ”Perputaran Persediaan mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan”. Berbeda dengan Assauri (2004 : 203) yang mendefinisikan bahwa “Perputaran persediaan (inventory turn over) merupakan angka yang menunjukkan kecepatan penggantian persediaan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun”.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan oleh para ahli diatas, maka perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rata-rata persediaan
=
Persediaan awal + Persediaan akhir 2
Perputaran persediaan
=
H arg a pokok penjualan Rata − rata persediaan
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.
3. Rentabilitas Ekonomi Untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan tersebut. Adanya perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan tersebut dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan
dalam
melakukan
penilaian
atau
analisa
terhadap
perusahaaan yang bersangkutan. Dalam menilai dan menganalisa posisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan dan potensi ataupun kemajuan perusahaan, rentabilitas merupakan salah satu faktor yang dapat diketahui dan perlu untuk dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar bukan merupakan suatu jaminan atau ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh manajemen atau pihak-pihak lain adalah tidak hanya bagaimana usaha memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Untuk mendapatkan laba yang baik maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi atas penggunaan modal yang dimiliki perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2001 : 29) yaitu : “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan L/M X 100%, dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M adalah modal atau aset yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut”. Sedangkan Rahardjo (2005 : 122) mengatakan bahwa “Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam didalamnya. Rentabilitas sering dikelompokkan
dengan
profitabilitas
atau
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan”. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dari kemajuan perusahaan dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuannya dalam menggunakan asetnya secara produktif. Dengan demikian,
rentabilitas
suatu
perusahaan
dapat
diketahui
dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aset atau jumlah modal perusahaan tersebut. Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal asing. Sehubungan dengan adanya dua modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu : a. Rentabilitas ekonomi menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan yang dirumuskan sebagai berikut :
Rentabilitas Ekonomi =
Laba Operasi x 100% Modal A sin g + Modal Sendiri
b. Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan persentase perbandingan antar jumlah laba yang tersedia bagi pemilik (laba setelah pajak) dengan modal sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut :
RMS =
Laba Bersih x 100% Modal Sendiri
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel rentabilitas ekonomi, maka perlu diketahui beberapa defenisi rentabilitas ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : Menurut Sugiyarso dan Winarni (2006 : 118) ”rentabilitas ekonomi menunjukkan persentase perbandingan
Universitas Sumatera Utara
antar laba operasi (EBIT) dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan (Total Aset)”. Sementara itu, Munawir (2002 : 33) mengatakan bahwa, “Perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan modal sendiri dan modal asing disebut dengan rentabilitas ekonomi”. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital asset). Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan atau dari efek (misalnya deviden, kupon, dll) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Munawir (2000 : 87) yang mengatakan bahwa “Operating asset adalah semua aset kecuali investasi jangka panjang dan aset lain-lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan”. Pendapat yang sejalan juga dikemukakan oleh Wild (2001 : 65) yaitu : “pengembalian suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif dasar pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas atau total aset. Pengembalian atas total aset merupakan ukuran efisiensi yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aset (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan”.
Universitas Sumatera Utara
Rentabilitas ekonomi dipengaruhi beberapa faktor. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi : a. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income (laba operasi) dengan net sales (penjualan bersih) yang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi rentabilitas ekonomi. b. Turn Over of Operating Asset (tingkat perputaran aset usaha), yaitu kecepatan berputarnya operating asset (aset usaha) dalam suatu periode waktu tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan dengan total aset. Dimana semakin tinggi perputaran aset maka semakin tinggi rentabilitas ekonomi. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomi, maka dapat diketahui perkalian antar suatu rasio keuangan dengan rasio keuangan lainnya yang membentuk rasio rentabilitas ekonomi, yaitu :
RE
= Profit Margin
=
Net Operating Income Net Sales
=
Net Operating Income Operating Asset
x
Turn Over of Operating Asset
x
Net Sales Operating Asset
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menilai dan menganalisa posisi keuangan dan potensi ataupun kemajuan perusahaan, rentabilitas merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui dan dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan. Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas seluruh modal (modal sendiri dan modal asing) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, sehingga laba yang digunakan dalam perhitungan adalah laba usaha dan modal yang digunakan adalah modal sendiri dan modal asing atau sama dengan total aset.
Universitas Sumatera Utara
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan perputaran piutang dan persediaan serta hubungannya dengan rentabilitas ekonomi antara lain : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Tahun Peneliti 1. 2007 Dian
Judul Hasil Penelitian Pengaruh Perputaran Perputaran persediaan Persediaan
Terhadap
Rentabilitas
Ekonomi pengaruh
pada
tidak
mempunyai terhadap
Perusahaan rentabilitas ekonomi.
Barang Konsumsi yang
2.
2007
Krisna
Terdaftar di BEI. Pengaruh Tingkat Tingkat
perputaran
Perputaran Piutang dan piutang Tingkat
dan
Perputaran perputaran
Persediaan
Terhadap mempunyai
Rentabilitas
Ekonomi yang
pada
KPRI
Kabupaten
tingkat persediaan hubungan
signifikan
di berpengaruh
dan
terhadap
Kudus rentabilitas ekonomi pada
tahun 2004-2006.
KPRI
di
Kudus
selama
2004-2006.
Kabupaten tahun
Pengaruh
tersebut adalah sebesar 64,1%.
Universitas Sumatera Utara
3.
2008
Jarot
Pengaruh Pengelolaan Terdapat pengaruh yang Piutang Terhadap
Dagang negatif dan tidak terdapat Rentabilitas hubungan
pada PT. Pertani (Persero)
yang
signifikan
antara
Wilayah perputaran
piutang
Sumatera Bagian Utara. dengan
rentabilitas
perusahaan (ROA). Sumber : diolah peneliti, 2010
C.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
Tingkat Perputaran Piutang (X1) Rentabilitas Ekonomi (Y) Tingkat Perputaran persediaan (X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : diolah peneliti, 2010
Universitas Sumatera Utara
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakanya penjualan kredit. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal dalam piutang dan makin rendah perputaran piutang. Sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal dalam piutang, sehingga perputaran piutang dalam satu periode semakin tinggi. Perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana yang tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi kas kembali tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali. Dengan demikian pada perputaran piutang yang tinggi, satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima akan mempertinggi tingkat rentabilitas
ekonomi.
Dengan
demikian,
perputaran
piutang
akan
mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Persediaan merupakan aktiva yang tersedia untuk dijual. Perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi peningkatan penjualan barang dagangan. Dengan demikian
resiko serta
Universitas Sumatera Utara
beberapa
biaya
yang
berkenaan
dengan
persediaan
akan
dapat
diminimalkan, misalnya biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan serta resiko kerusakan. Makin tinggi perputaran persediaan maka makin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan menaikkan tingkat rentabilias ekonomi. Dengan demikian, perputaran persediaan akan mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi.
2. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : perputaran piutang dan persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan Dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara