BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.
Interaksi Sosial Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi
hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut Gillin & Gillin (1954:489) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang terjadi dalam
Universitas Sumatera Utara
hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan individu bahwa keberadaan dirinya adalah sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan, dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar juga di perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari lingkungan agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara keseluruhannya memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial yang lain. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukankedudukan yang dimiliki masing-masing individu. Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar polapola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang diperoleh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang diperoleh dengan kerja
Universitas Sumatera Utara
keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto: 2000). Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu lainnya, status merekomendasikan perbedaan martabat, yang
merupakan pengakuan
interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu. Gejala ini terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya atau pada hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda, antara tuan tanah dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin. Dalam hal ini status memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial. Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciriciri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing anggotanya (Soekanto, 2001 : 128). Dalam
Universitas Sumatera Utara
proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. 2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial Sebagai makhluk individu dan sosial, individu membentuk interaksi sosial (hubungan sosial) dengan individu lain. Ciri-ciri Hubungan sosial pada masyarakat khususnya masyarakat kota memiliki hubungan sosial yang longgar, hal ini karena kota merupakan pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen keduduka n sosialnya, selain hubungan sosial yang longgar ciri-ciri hubungan sosial yang lain adalah solidaritas organik (rasa bersatu atas dasar kontrak atau perjanjian), pembagian kerja komplek, dan sanksi sosial berdasarkan hukum. Dalam hal ini interaksi menurut pendapat Young (Gunawan, 2000:31) adalah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Psikologi Tingkahlaku
(Behavioristic
Psychology),
interaksi
sosial
berisikan
saling
perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak individu. Dengan adanya ciri-ciri tersebut, hubungan sosial masyarakat juga tidak terlepas dari corak hubungan kerjasama, hubungan persaingan, dan corak hubungan konflik. Ketiga corak hubungan itu akan mewarnai kehidupan masyarakat kota yang cenderung tidak saling mengenal satu dengan yang lain karena kepentingankepentingan yang berbeda. Individu hanya mempunyai hubungan sosial dengan individu-individu tertentu karena individu tersebut mempunyai kepentingan yang sama. Dalam kehidupan sosial yang terkecil, seorang individu terjerat dalam hubungan sosial antara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas di mana ia
Universitas Sumatera Utara
berada pada lingkungan sosial tersebut. Pada tingkat berikutnya, hubungan sosial diperluas menjadi hubungan bertetangga yang tinggal berdekatan dengan rumahnya. Hubungan bertetangga di kota besar tidak seintim hubungan sosial pada masyarakat desa yang cenderung saling mengenal satu dengan yang lain, serta mempunyai rasa bersatu yang biasanya dikuatkan dengan sentimen-sentimen kelompok. Dalam hal ini, hubungan sosial bertetangga diartikan sebagai kesatuan tempat tinggal yang menempati suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan luasnya jaringan sosial di lingkungan tempat tinggal yang berdekatan yang dalam hal ini ialah komplek perumahan. Pola-pola hubungan (interaksi) sosial yang teratur dapat terbentuk apabila ada tata kelakuan atau perilaku dan hubungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Sistem itu merupakan pranata sosial yang didalamnya terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani serta ada lembaga sosial yang mengurus pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga interaksi sosial dalam masyarakat dapat berjalan secara teratur. Dalam hal ini interaksi menurut Susanto (1983 : 32) ialah akibat dari adanya proses komunikasi, yaitu saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang lain di dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial. Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. Bintarto (1983 : 61) berpendapat bahwa, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok yang satu
Universitas Sumatera Utara
dengan kelompok yang lain. Menurut Bales dan Homans dalam Santoso (2004:10), pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat digolongkan ke dalam : a.
Manusia sebagai makhluk individual,
b.
Manusia sebagai makhluk sosial, dan
c.
Manusia sebagai makhluk berkebutuhan.
Menurut Kimbal Young dan Raymond dalam Soekanto (1970:192) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang, perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Selanjutnya dalam penelitian skripsi ini yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang dinamis baik dilakukan oleh perorangan maupun kelompok manusia sehingga terjadi hubungan yang timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain agar terjadi perubahan di dalam lingkungan masyarakat. 2.1.2 Aspek-Aspek Interaksi Sosial Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut : a. Adanya hubungan
Universitas Sumatera Utara
Setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. hubungan antara individu dengan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengakar. Contoh seorang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas yang bertegur sapa dengan warga lainnya, dua orang warga komplek perumahan yang saling berjabat tangan. Hubungan timbal-balik antara individu dengan kelompok, misalnya seorang Lurah yang sedang berpidato di depan warganya, ketua perkumpulan pengajian yang sedang ceramah. Hubungan timbal balik antara kelompok dengan kelompok, misalnya rapat antar RT, pertandingan untuk acara 17 Agustus antar RT. b. Ada individu Setiap
interaksi
sosial
menuntut
tampilnya
individu-individu
yang
melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau kelompok. c. Ada tujuan Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain. Misalnya,seorang ibu rumah tangga yang sedang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di warung atau toko dan menawar barang yang akan dibelinya, hal itu adalah salah satu fungsi untuk mempengaruhi individu lain agar mau menuruti apa yang dikehendaki oleh ibu pembeli tersebut.
d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
Universitas Sumatera Utara
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di samping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya. Individu di dalam kehidupannya tidak terlepas dari individu yang lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Hal lain yang dapat dilihat, seorang Lurah yang memiliki fungsi untuk membentuk anggota masyarakatnya menjadi masyarakat yang damai, tertib aman dan sejahtera, dan untuk mewujudkan hal tersebut di butuhkan pula keikutsertaan dari setiap anggota masyarakatnya. Jadi dalam hal ini setiap individu ada hubungannya dengan struktur dan fungsi sosial (Santoso, 2004 : 11) Dengan demikian konsep interaksi sosial yang digunakan di dalam tulisan ini adalah konsep dari Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Karena interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial itu sendiri, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Dan Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. 2.1.3. Macam-macam Interaksi Sosial Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
Universitas Sumatera Utara
kelompok dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam interaksi sosial (Rahman D dkk, 2000: 21-22). a. Interaksi antara individu dan individu Pada interaksi ini individu yang satu memberi pengaruh, rangsangan, atau stimulus kepada individu yang lainnya. Sedangkan individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. Dalam interaksi antara individu dan individu dapat berwujud dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakapcakap atau mungkin bertengkar. b. Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi antara individu dan kelompok secara konkrit dapat dilihat pada seorang warga komplek perumahan dengan kelompok pengajian di lingkungan Kelurahan Pangkalan Masyhur. Selain itu dapat dilihat seorang orator sedang berpidato di depan orang banyak. Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa kepentingan seorang individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. c. Interaksi antara kelompok dan kelompok Bentuk interaksi antara kelompok dan kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain. Dalam interaksi ini setiap tindakan individu merupakan bagian dari kepentingan kelompok misalnya kelompok pengajian komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan kelompok pengajian . 2.1.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut
Universitas Sumatera Utara
(Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut: a. Situasi sosial b. Kekuasaan norma kelompok c. Tujuan pribadi masing-masing individu d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu e. Penafsiran situasi Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lainnya yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi. b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati normanorma yang ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya. c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang warga komplek perumahan
Universitas Sumatera Utara
Bukit Johor Mas berinteraksi dengan seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok sosialnya. e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan. 2.1.5. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial Interaksi dapat berlangsung apabila individu berhubungan dengan individu yang lain dan melibatkan hubungan sosial. Dalam interaksi sosial harus ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu: a. Kontak sosial b. komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Adapun masing-masing syarat interaksi sosial tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut: a. kontak sosial Kata kontak terdapat dua buah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu Con atau Cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh (Soekanto, 2001 : 64). Sehingga kontak dapat diartikan menyentuh bersama-sama. Namun sebagai gejala sosial, kontak dapat dilakukan tanpa harus dengan menyentuhnya, seperti berbicara dengan orang lain. Lebih lanjut Soekanto menyatakan bahwa kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Antara individu dengan individu, hubungan timbal balik antara individu dan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengkar. Contohnya adalah dua orang sahabat yang saling berjabat tangan. 2. Antara individu dengan kelompok, contoh hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok adalah seorang Lurah yang sedang berpidato di depan warga masyarakatnya, seorang kyai yang sedang berceramah di depan jemaahnya. 3. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, contoh hubungan timbal balik antara kelompok dengan kelompok adalah pertandingan sepak bola antar RT, rapat antar RT. b. Komunikasi Komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi atau hal lain di sekelilingnya yang memperjelas
Universitas Sumatera Utara
makna (Walstrom, 1992:8). Proses pembagian ini yang dinamakan interaksi sosial di lingkungan masyarakat sebagai suatu proses sosial. Oleh Soekanto pengertian komunikasi difokuskan pada tafsiran seseorang terhadap kelakuan orang baik berupa pembicaraan, gerak-gerik, badan maupun sikap guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut. Adapun yang mendorong terjadinya interaksi sosial menurut Gerungan (1988:58) berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor peniruan atau imitasi. 2) Faktor sugesti 3) Faktor identifikasi 4) Faktor simpati Dari ke empat macam faktor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor peniruan atau imitasi Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa interaksi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang kecuali dari pada itu imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang (Soekanto, 2002:63). Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik dalam sikap maupun perilaku. Imitasi meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a) Imitasi positif, misalnya sikap hemat, berpakaian rapi, dan menghargai waktu. b) Imitasi negatif, misalnya mabuk-mabukan, sikap tidak peduli dan individualis. 2) Faktor Sugesti Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 1988:6). Sugesti merupakan tindakan seseorang untuk memberi pandangan atau sikap yang kemudian diterima. Oleh pihak lain, sugesti mungkin terjadi jika orang yang memberi pandangan adalah orang yang berwibawa atau bersikap otoriter, orang tersebut merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. Contoh dalam menyelesaikan masalah sosial, kebersihan atau gotong royong. 3) Faktor identifikasi Identifikasi merupakan suatu kecendurungan-kecendurungan atau keinginankeinginan dalam diri seseorang untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain (Soekanto, 2002:63). Menurut kamus istilah sosiologi identifikasi adalah menerima kepercayaan dan nilai orang lain atau kelompok lain sebagai kepercayaan dan nilai sendiri (Soekanto, 1993:198). Timbulnya identifikasi sebagai dasar interaksi sosial menurut Freud, bahwa setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi tertentu ketika individu itu berada bersama-sama individu lain tetapi tidak semua individu dapat menempatkan diri sehingga sukar untuk berperilaku dan bertingkah laku. Tujuan dari proses identifikasi adalah individu yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
ingin mempelajari tingkah laku maupun perilaku individu lain meskipun tanpa disadari sebelumnya dan baru disadari apabila proses ini telah membawa hasil. 4) Faktor Simpati Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang tertarik dengan dengan individu lain. Prosesnya berdasarkan perasaan semata-mata tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan kata lain simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (Soekanto, 2001:70). Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam proses interaksi sosial yang terjadi pada tiap kelompok pergaulan hidup. Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik untuk memahami orang lain dan berkeinginan untuk bekerja sama dengannya, misalkan ada seorang tetangga yang sedang membenahi rumahnya lalu ada bapak-bapak yang melihatnya merasa tertarik untuk membantu. 2.1.6. Bentuk-bentuk interaksi sosial Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh timbalbalik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup- nya). Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menyingkirkan pihak lawan secara damai atau tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak pertama (yang melakukan
aksi),
sehingga
menimbulkan
ketidakserasian
diantara
kepentingankepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi penghalang (Soekanto, 2001:76-107). Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses (Young dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai macam bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingkungan masyarakat, sehingga di dalam berinteraksi terdapat kerjasama, persaingan ataupun pertikaian. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
aktivitas sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan individu yang lain. 2.2.
Kelompok Sosial Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia
berlangsung di dalamnya. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita menjadi anggota berbagai jenis kelompok. Dengan menggunakan tiga kriteria, yakni kesadaran jenis, hubungan satu sama lain, ikatan organisasi. Bierstedt dalam (Sunarto: 2000) membedakan empat jenis kelompok: kelompok asosiasi, kelompok sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistik. Menurut Merton dalam (Ibid: hal 89) kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan sedangkan kolektifitas merupakan orang-orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral umtuk menjalankan harapan peranan. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial. Merton mengamati bahwa kadang-kadang perilaku seseorang mengacu pada kelompok lain yang dinamakan kelompok acuan. Di kala seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, yaitu suatu proses yang oleh Merton diberi nama sosialisasi antisiaporis. Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidairtas mekanis, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis. Solidaritas mekanis merupakan cirri yang menandai masyarakat yang sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah
Universitas Sumatera Utara
mengenal pembagian kerja yang rici dan diperastukan oleh kesalingtergantungan antar bagian(Ibid: hal 90). Toennies mengadakan perbedaan antara dua jenis kelompok: Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gesellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang-orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu(Ibid: hal 91). Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sejumlah ahli sosiologi menciptakan konsep kelompok sekunder, yakni suatu konsep yang tidak kita jumpai dalam karya Cooley. Suatu kalidifikasi lain yaitu suatu pembedaan antara kelompok luar dan kelompok dalam, di dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan(Ibid: hal 91) 2.3.
Kompleks Perumahan Ada persetujuan umum bahwa teori mengenai kompleks perumahan belum
dikembangkan secara lengkap (Grant dan Mittelsteadt, 2004; Rotiman, 2005). Meskipun begitu beberapa penulis sudah mulai menambah ke penciptaan pembahasan teori. Blandy (2006) mengenali tiga pembahasan dominan yang digunakan untuk menerangkan pertumbuhan kompleks perumahan, yaitu: a. Akibat reorganisasi sosial-ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan secara fisik ini menimbulkan pemisahan sosial atau kerenggangan sosial. Warga kompleks perumahan tidak usah berinteraksi dengan masyarakat umum. Sebagai akibat dua kelompok diciptakan, yang dalam (kita) dan yang luar (mereka). Keeksklusifan ini dapat mengakibatkan perasaan tak terikat tehadap masyarakat umum yang dapat menimbulkan frustrasi dan kecemburuan. Perasaan ini dapat menciptakan keadaan yang kurang aman dan menambah kemungkinan kekerasan (Thuillier, 2005: 264). Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebihlebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya). Deregulasi ekonomi memungkinkan peran swasta dalam "pembangunan" perumahan membuat kebutuhan akan perumahan dipenuhi oleh para pengembang yang lazim disebut dengan istilah developer. Mereka mengiklankan produkproduknya dengan giat di media massa, lengkap dengan jargon-jargon andalan masing-masing. Salah satu kekurangan kompleks perumahan yang sering dibahas adalah kemungkinan bermukim di sana akan mengakibatkan pemisahan secara sosial dan fisik. Secara fisik, pagar dan satpam yang melindungi perumahan merupakan pemisah antara warga perumahan dan masyarakat umum. Pagar dan batasan ini dapat menghindari perjalanan orang dan mobil. b. Preferensi konsumen, Identitas dan Konsumsi Dalam la société de Consommation Jean Baudrillard mengatakan bahwa masyarakat konsumeris merupakan tatanan manipulasi tanda. Seorang konsumen menyamakan yang riil dari tanda-tanda yang hadir di sekitarnya,
Universitas Sumatera Utara
dengan demikian arena konsumsi adalah sebuah arena sosial. Media massa, dalam hal ini iklan perumahan merupakan sebuah mekanisme sosial yang akan merangsang calon konsumen untuk membeli. Artikel dalam media massa juga dapat merepresentasikan realita dari sudut pandang surat kabar dan kebutuhan konsumen. Keamanan dan keselamatan merupakan salah satu alasan utama mengapa orang memilih bermukim di kompleks perumahan. Dewasa ini tingkat kriminalitas lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Melalui proses urbanisasi semakin banyak orang berpindah ke kota. Akibatnya, tingkat kejahatan meningkat. Menurut Glasner (dalam Manzi & Smith-Bowers, 2005: 347) terdapat “budaya ketakutan” (culture of fear) di mana ketakutan persoalan sosial diperkuat oleh media massa. Karena adanya “budaya ketakutan” ini orang cenderung bereaksi berdasarkan persepsi bahaya kejahatan yang digambarkan oleh media daripada keadaan sebenarnya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di kota, merasa gelisah dan kurang aman. Untuk sebagian masyarakat ini kompleks perumahan merupakan tempat untuk mencari perlindungan dari persoalan sosial, termasuk kejahatan. Lingkungan perumahan biasanya aman, teratur dan dapat diprediksi (Atkinson & Blandy, 2005). Karena itu di kompleks ini semua aspek kehidupan warganya dapat dikuasai dan diatur. Gengsi dan Status Sosial Kompleks perumahan sering diidentikkan dengan kekayaan (Roitman, 2005). Walaupun sekarang ada bermacam-macam tipe perumahan, termasuk untuk kelas bawah, persepsi itu tetap ada. Fasilitas yang disediakan oleh kompleks perumahan merupakan salah satu daya tarik yang lain. Di Medan, hal fasilitas sangat penting dan dibangun perumahan
Universitas Sumatera Utara
dengan fasilitas lengkap seperti Perumahan Malibu, Taman Setia Budi Indah(Tasbih) dll. Di dalam komplek perumahan ada super market tempat belanja, pusat kebugaran, café, dan fasilitas swasta lainnya seperti listrik, air, dan keamanan. c. Teori club goods. Teori club goods adalah teori yang dikembangkan oleh Glasze. Menurut teori ini kompleks perumahan merupakan cara efektif untuk menyediakan jasa yang tidak disediakan oleh pemerintah lokal. Warga perumahan membayar “uang keanggotaan” dan sebagai anggota “klub” (yaitu perumahan) mereka berhak menggunakan “harta benda swasta” secara kolektif. Roitman (2005) memperdebatkan bahwa ada alasan struktur (structural) maupun subjektif mengapa orang ingin bermukim di komplek perumahan. Alasan struktur dipengaruhi oleh keadaan sosial, politik dan ekonomi. Alasan semacam ini termasuk perasaan takut terhadap tindak kejahatan, ketidaksamaan yang terus meningkat dan pengaruh globalisasi. Alasan subjektif merupakan hasil tujuan dan keinginan pelaku, misalnya keinginan status sosial dan keeksklusifan. Rotiman juga memajukan teori structuation oleh Giddens sebagai satu cara untuk menguraikan gejala kompleks perumahan. Menurut teori ini pelaku-pelaku memiliki kemampuan mengambil keputusan sendiri dan mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi keadaan masyarakat itu juga dapat mempengaruhi kelakuan pelaku. Sebagai contoh pelaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kejahatan, tetapi pelakulah yang akan mengambil keputusan untuk bermukim di perumahan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Definisi Konsep Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan (Iqbal Hasan 2002:17). Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang dikemukakan, maka penulis memberikan definisi konsep sebagai berikut: Interaksi Sosial Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan syarat utama dalam aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto, 1990:67). Dengan interaksi sosial maka terjadi hubungan dalam masyarakat. H. Bonner (Gerungan, 1988:57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia atau yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dengan demikian antar individu tersebut terjadi hubungan timbal balik. Dalam interaksi sosial bukan hanya antar individu saja tetapi dapat pula antara individu dengan kelompok atau bahkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Di sini individu atau kelompok tersebut terdapat kemungkinan menyesuaikan diri dengan yang lain, dapat meleburkan diri, atau bahkan dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan individu (Walgito, 2003). Dalam proses interaksi ada yang mempengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial yang akan menciptakan kehidupan bersama. Dalam interaksi sosial bukan hanya pertemuan badaniah saja namun ditekankan pada pergaulan, kerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya (Soekanto, 1990:67).
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Adanya subjek yang berupa individu atau kelompok.
b.
Adanya kontak antara individu atau kelompok tersebut.
c.
Adanya alat komunikasi sebagai sarana interaksi.
d.
Memiliki maksud tertentu.
Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas : Warga komplek perumahan menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah keberadaannya dalam suatu tempat tinggal atau pemukiman. Dengan demikian pengertian warga komplek perumahan johor mas adalah individu yang hidup pada suatu wilayah kehidupan sosial yang berada di dalam pagar atau tembok pembatas dengan kehidupan luar perumahan johor mas. Proses coping atau perwujudan privasi yang berlebihan : bagaimana manusia bertindak untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat disekitar lingkungan mereka. Hidup dalam lingkungan perkotaan yang penuh dengan kesesakan, macet, tingkat kejahatan yang tinggi serta polusi udara dan sebagainya telah menyebabkan manusia berusaha untuk melakukan proses coping untuk mengantisipasi semua permasalahan perkotaan tersebut. Personal space : merupakan suatu batas maya yang mengelilingi manusia yang tidak boleh dilalui oleh orang lain. Fungsi dari personal space ini adalah sebagai alat komunikasi antara manusia. Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan berhubungan dengan personal space ini, beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
Universitas Sumatera Utara
beberapa penelitian-penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya adalah manusia dalam bersosialisasi dengan lingkungannya memerlukan jarak-jarak tertentu untuk mencapai hasil yang maksimal. Masyarakat sekitar kompleks
: Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2000:135). Suatu masyarakat sekitar komplek perumahan pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Mayarakat sekitar komplek perumahan yang mempunyai tepat tinggal tetap dan permanen biasanya memiliki ikatan-ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Fungsi masyarakat sekitar komplek perumahan adalah sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Masyarakat sekitar komplek perumahan berarti masyarakat yang tinggal di sekitar komplek peruamahan mencakup masyarakat yang tergabung dalam satu wilayah territorial tertentu yaitu sekitar perumahan bukit Johor Mas. Teritorialitas : suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau kelompok orang atas sebuah tempat atau lokasi geografis, pola tingkah laku ini juga mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.
Universitas Sumatera Utara