BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Motivasi Motivasi merupakan seluruh dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga
penggerak atau dorongan lainnya yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi member tujuan dan arah kepada perilaku individu. (Ahmadi, 2007). Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Motivasi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya dibagi menjadi dua yaitu : a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar tetapi di dalam diri individu tersebut sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu. b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar diri individu tersebut (lingkungan). Tindakan yang didorong oleh motif-motif instrinsik lebih baik daripada yang didorong oleh motif ekstrinsik (Notoatmodjo, 2003). Fungsi Motivasi adalah sebagai berikut (Sabur, 2003) : 1.
Mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
Universitas Sumatera Utara
2.
Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
3.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang untuk mencapai tujuan dengan mengeliminasi perbuatanperbuatan yang tidak mengandung manfaat bagi tujuan tersebut. Alat untuk membentuk motivasi dibagi atas dua macam, yaitu :
1.
Materil insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan berupa uang atau barang yang mempunyai nilai atau yang bersifat ekonomis.
2.
Non-materil insentif, yaitu alat motivasi yang diberikan bukan berupa benda atau barang tetapi hanya berupa kepuasan rohani saja.
2.2.
Lingkaran Motivasi Menurut
Sabur
(2003)
berdasarkan
pendapat
Dirgagunasa
karena
dilatarbelakangi adanya motif maka tingkah laku tersebut disebut tingkah laku bermotivasi. Tingkah laku bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilator belakangi karena adanya suatu kebutuhan. Lingkaran Motivasi terdiri dari :
KEBUTUHAN
PERILAKU
TUJUAN
Universitas Sumatera Utara
Menurut Supardi (2002) berdasakan pendapat Mc. Clelland, bahwa perilaku manusia didasari oleh tiga kebutuhan yaitu, kebutuhan untuk berprestasi (nachievement), kebutuhan untuk berkuasa (n-power), dan kebutuhan untuk berafiliasi (n-affiliation). Berdasarkan pendapat Maslow, kebutuhan dibagi berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, yaitu : 1.
Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi (kebutuhan makan, minum, seks, sandang).
2.
Kebutuhan keamanan dan keselamatan, adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman, kecelakaan, dan keselamatan dalam melakukan aktivitas.
3.
Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan berteman, dicintai, dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok.
4.
Kebutuhan akan penghargaan diri, adalah pengakuan serta penghargaan dan prestise dari orang lain.
5.
Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan untuk mencapai prestise. Unsur kedua dari lingkaran motivasi adalah perilaku yang dipergunakan
sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Perilaku terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar (Sabur, 2003). Unsur ketiga dari lingkaran motivasi adalah tujuan yang berfungsi untuk memotivasi perilaku. Tujuan juga menentukan seberapa aktif individu akan berperilaku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, perilaku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif lagi
Universitas Sumatera Utara
berperilaku. Pada dasarnya perilaku manusia bersifat majemuk, karena itu tujuan dari perilaku tidak hanya satu. Selain tujuan pokok (primary goal), ada juga tujuan lain atau tujuan sekunder (secondary goal). 2.3.
Konsep Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia antara lain ; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Jadi, perilaku dapat terjadi karena adanya respon dari organisme terhadap stimulus yang datang padanya (Teori ‘S-O-R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”), yang dibedakan dengan adanya dua respon, yaitu : a.
Respondent respons atau reflexive, yakni respon terhadap suatu stimulus tertentu yang bersifat relative tetap, misalnya; ketika makan makanan yang lezat akan menyebakan ketagihan, ketika mendengar berita sedih akan menangis.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang dilakukan organisame karena adanya stimulus yang bersifat memperkuat terjadinya respon tersebut. Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
Universitas Sumatera Utara
stimulus (rangsamgam dari luar). Secara garis besar perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1.
Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat pengetahuan, jenis kelamin, perhatian, persepsi, tingkat emosional, motivasi, dan sebagainya.
2.
faktor eksternal, yakni berupa faktor lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
2.3.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata
kerja,
seperti dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthetis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
Universitas Sumatera Utara
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. 2.3.2. Sikap Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra
Universitas Sumatera Utara
terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Seperti
halnya
pengetahuan,
sikap
terdiri
dari
beberapa
tingkatan
(Notoatmodjo, 2007) yaitu :
1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah. 2. Menanggapi (responding) Menanggapi diartikan member jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) Mengahargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain. 4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu. 2.3.3. Tindakan Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis,tingkah laku dibedakan atas sikap,dimana sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (1993), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan,yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Persepsi, mengenal dan memilih suatu objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. 4. Adopsi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 2.4.
Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action) Theory of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun
1980 Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam Theory of Reasoned Action, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat menentukan seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Ajzen mengemukan bahwa niat dipengaruhi oleh dua penentu yaitu (Jogiyanto 2007) : 1.
Sikap Merupakan gabungan baik dari evaluasi positif maupun negative dari faktorfaktor perilaku dan kepercayaan tentang akibat dari perilaku.
2.
Norma subjektif
Universitas Sumatera Utara
Merupakan gabungan dari beberapa pandangan tentang tekanan/aturan dan norma sosial untuk membentuk suatu perilaku. Fisben dan Ajzen menngunakan istilah motivation to comply, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
Bagan Theory of Reason Action (TRA) Keyakinan terhadap perilaku
Sikap
Niat
Keyakinan nomatif 2.5.
Tindakan
Norma subjektif
Tingkah laku Menolong Menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (2006) , tingkah laku menolong atau
dalam psikologi social dikenal dengan tingkah laku proporsional, adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong (Meinarno, 2009). Menurut Batson (1995) dalam Meinarno (2009) dengan teori altruism mengungkapkan bahwa tingkah laku menolong dari seseorang memiliki motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Tindakan seseorang untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
bantuan pada orang lain adalah bersifat tidak mementingkan diri sendiri (selfless) bukan untuk kepentingan diri sendiri (selfish). Untuk mengetahui motivasi yang mendasari tingkah laku menolong, apakah selfless atau selfish, sampai batas tertentu memang sulit. Fiske dan Taylor (1991) dalam Meinarno (2009) menolong karena manusia tidak selalu tepat dalam menyimpulkan penyebab tingkah laku seseorang dan Durkin (1999) dalam Meinarno (2009) seseorang menolong karena manusia cenderung menampilkan diri mereka dengan cara-cara yang dapat diterima oleh sosial. Berikut adalah beberapa teori yang menjelaskan motivasi seseorang untuk menolong, sebagai berikut : 1. Teori Evolusi a. Perlindungan kerabat (kin protection) Kedekatan gen-gen secara biologis membuat manusia terprogram secara alami untuk lebih menolong orang yang masih tergolong kerabatnya. b. Timbal balik biologic (biological reciprocity) Orang menolong untuk memperoleh pertolongan kembali. Seseorang menolong karena ia mengantisipasi kelak orang yang ditolong akan menolongnya kembali sebagai balasan, dan bila ia tidak menolong maka kelak ia pun tidak akan mendapat pertolongan. 2. Teori Belajar a. Teori belajar social (social learning theory)
Universitas Sumatera Utara
Manusia cenderung belajar dari apa yang pernah dilihat atau di pelajarinya. Dengan menolong orang lain akan menghindari perasaan bersalah atau malu jika tidak menolong. b. Teori pertukaran social (social exchange theory) Menurut teori pertukaran social, interaksi social bergantung pada untung dan rugi yang terjadi. Dengan demikian seseorang menolong untuk memperoleh imbalan dari lingkungan(external self-rewards) atau menolong untuk mendapat kepuasan batin (internal self-rewards).
3. Teori Empati a. Hipotesis empati-altruisme (empathy-altruisme hypothesis) Menurut Batson (1995), motivasi seseorang untuk menolong adalah karena ada orang lain yang membutuhkan pertolongan dan rasanya menyenangkan bila dapat berbuat baik. b. Model mengurangi perasaan negative (negative-state-relief model) Orang selalu menginginkan adanyanya perasaan positif pada dirinya dan berusaha untuk mengurangi perasaan negatif. Melihat orang lain menderita dapat membuat perasaan seseorang menjadi tidak nyaman, sehingga ia berusaha untuk mengurangi perasaan tidak nyamannya dengan cara menolong orang tersebut. c. Hipotesis kesenangan empatik (empathic joy hypothesis)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Smith (1989) dalam Meinarno (2009) dikatakan bahwa seseorang akan menolong bila ia dapat merasakan kebahagiaan dari orang yang telah ditolongnya. 4. Teori Norma Sosial a. Norma timbal balik (the reciprocity norm) Teori ini mengisyaratkan adanya prinsip balas budi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, seseorang harus menolong orang lain karena kelak di masa mendatang, ia akan ditolong oleh orang lain oleh orang yang pernah ditolongnya.
b. Norma tanggungjawab social (the social responsibility norm) Norma ini mengungkapkan bahwa orang harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan tanpa mengharapkan balasan di masa datang. 2.6.
PMI Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan
nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia (Anonim, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Tugas-tugas pokok PMI sesuai dengan konvensi-konvensi Jenewa (1949) adalah : 1. Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana. 2. Pelatihan Pertolongan Pertama untuk sukarelawan. 3. Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat. 4. Pelayanan transfusi darah. 2.6.1. Unit Transfusi Darah (UTD) Unit Transfusi Darah sudah dibentuk oleh PMI pada tahun 1950 sebagai kelanjutan usaha Transfusi Darah yang diselenggarakan oleh Palng Merah Belanda, namun antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1968 sangat sedikit kemajuan yang dicapai. Di beberapa kota ada Dinas Transfusi Darah (DTD) seperti di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang , Surabaya, Ujung Pandang, Medan, dan beberapa kota lainnya yang umumnya berupa unit- unit pendaftaran donor. Namun pada masa itu koordinasi tidak berjalan dengan baik (Munandar, 2008). Program transfusi darah secara nasional di lingkungan Palang Merah Indonesia baru dimulai pada tanggal 1 Pebruari 1969, dengan didirikannya Lembaga Pusat Transfusi Darah (LPTD) yang kemudian berkembang menjadi Unit Transfusi Darah Pusat yang memiliki cabang di seluruh Indonesia. Fungsi dari Unit Transfusi Darah yakni sebagai berikut : 1.
Sebagai pelaksana teknis dalam upaya kesehatan transfusi darah di tingkat pusat.
2.
Mengawasi dan membina UTDD/UTDC PMI seluruh Indonesia.
3.
Melaksanakan produksi bahan-bahan/ alat-alat penyediaan darah dan produk darah.
Universitas Sumatera Utara
4.
Melaksanakan pegerahan dan pelestarian donor darah sukarela secara nasional.
5.
Melaksanakan penyediaan logistik bahan-bahan penyediaan darah.
6.
Membantu pengurus pusat PMI dalam menyiapkan pedoman/ketentuan.
7.
Menjalankan hubungan fungsional dengan instansi dan lembaga lain sesuai tugasnya. Pada dasarnya darah tidak boleh diperjualbelikan. Namun pelaksanaan upaya
kesehatan transfusi darah sangat memerlukan dukungan ketenagaan, peralatan, dana dan system pengelolalaannya yang pada hakikatnya kesemuannya itu memerlukan biaya. Sumber dana PMI sendiri terbatas, maka dikenakanlah biaya pengelolaan darah (service cost), semata-mata untuk mengganti biaya pengelolaan darah sejak darah diambil dari donor sampai darah ditransfusikan pada pasien. 2.7.
Darah Darah adalah materi biologis yang bersifat multi antigenik, sehingga secara
potensial dapat menimbulkan berbagai reaksi pada individu lain. Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifuddin, 1995). Darah adalah jaringan ikat berbentuk cairan yang terdiri dari 4 bagian yaitu sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), sel-sel darah pembeku atau keeping-keping darah (trombosit), dan cairan darah (plasma darah). Darah merupakan alat pengangkut utama didalam tubuh kita. Darah manusia berwarna merah, tetapi warna itu tidak tetap. Kadang-kadang darah itu berwarna merah kehitam-hitaman, hal ini terkangantung jumlah oksigen dan karbondioksida yang terkandung dalam darah (Irianto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut: a.
Sebagai zat pengangkut sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.
b.
Sel darah merah (eritrosit) membawa oksigen (O2 ) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru.
c.
Melawan infeksi bakteri melalui kerja sel darah putih.
d.
Mengatur keseimbangan asam dan basa untuk menghindari kerusakan jaringan.
e.
Mengangkut metabolism dari jaringan kea lat-alat pengeluaran.
f.
Menjaga suhu tubuh.
g.
Mengedarkan air ke seluruh tubuh.
h.
Mengedarkan hormon dan enzim-enzim ke seluruh tubuh. Volume rata-rata darah orang dewasa adalah 6-8% dari berat tubuh atau
sekitar 5– 6 liter. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma. Komponen berbentuk kurang lebih 45% yang terdiri ari sel darah merah atau disebut eritrosit, sel darah putih atau disebut lekosit dan sel pembekuan atau disebut trombosit. 55% merupakan bentuk cair yang disebut sebagai plasma. Komponen darah terdiri dari : a.
Sel darah merah atau eritrosit
b.
Keping-keping darah atau trombosit
c.
Sel darah putih atau leukosit
d.
Serum darah atau plasma
2.7.1 Transfusi Darah
Universitas Sumatera Utara
Transfusi darah adalah suatu tindakan medis dalam rangka proses pemindahan darah dari seorang donor kepada resipien untuk memulihkan kesehatan dan menyelamatkan nyawa seseorang. Dalam proses ini terkait berbagai usaha yaitu memeliharakeadaan biologis (viability) darah dan komponennya, mengamankan serta mencocokkan dengan resipien, sehingga tetap bermanfaat sebagai pengobatan bagi resipien (Ebrahim, 2004). 2.7.2. Donor Darah Menurut WHO, Depkes dan UNFPA (2001) ada 3 macam donor darah yaitu : a. Donor keluarga/donor pengganti (DP) Donor darah pengganti adalah donor yang menyumbangkan darahnya untuk mengganti darah yang telah diambil dari UTD untuk keluarga/teman mereka. Dalam sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dipenuhi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien. Biasanya keluarga pasien diminta untuk menyumbang darahnya,. Di beberapa negara setiap pasien wajib memberikan nama sejumlah donor pengganti, donor tidak dibayar oleh UTD tetapi mereka diberikan uang atau bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien. Ada dua bentuk utama system ini yaitu : 1) Keluarga pasien menyumbangkan darah dengan jumlah yang sama dengan yang diberikan kepada kerabatnya, oleh UTD darah tersebut dijadikan persediaan (stok UTD) dan donor tidak diberi tahu identitas dari penerima darahnya.
Universitas Sumatera Utara
2) Donasi khusus (directed donation) bentuk ini donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, hal ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO dan badan keamanan darah dunia (Global Blood Safety Initiative). Dalam ketentuan target minimum pelayanan transfuse darah (minimum target for blood transfusion services) menyatakan bahwa sumbangan donor darah dari keluarga atau pengganti harusla ditujukan kepada UTD dan tidak boleh khusus ditujukan kepada penerima tertentu (WHO, 2001). 1) Keuntungan donor darah keluarga/pengganti Pengembangan darah keluarga (DP) atau donor pengganti berguna dalam membantu upaya mencukupi darah apabila donor sukkarela (DS) tidak ada, manfaat yang lain kemungkinan donor pengganti mengetahui bahwa darah mereka telah menyelamatkan keluarganya, mereka mungkin bersedia menjadi donor sukarela di masa yang akan datang. 2) Kerugian donor darah keluarga/pengganti a. Dapat menambah beban dan sters pada keluaraga pasien untuk menemukan donor pengganti pada saat mereka dalamkeadaan tertekan. b. Ada tekanan keluarga pasien untukmenyumbangkan darah pada keadaan yang sebenarnya tidak cocok pada saat itu. c. Darah yang diberikan kepada pasien tidak selalu diganti dengan sepenuhnya, baik dalam tipe maupun kuantitas.
Universitas Sumatera Utara
d. Keluarga pasien tidak dapat menemukan donor yang cocok di keluarganya atau tidak mau menyumbangkan darahn ya, biasanya pihak keluarga akan mencari donor yang mau memberikan darahnya dengan imbalan. b. Donor komersial/donor bayaran Donor komersil menerima uang untuk darah yang disumbangkannya. Mereka seringkali menyumbangkan darah secara teratur bahkan rentang waktu donorpun tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.Cara lainnya mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti dengan pembayaran menurut tariff tersendiri (Roestam. M, 1978). Donor komersil biasanya termotivasi oleh apa yang akan mereka terima untuk darah mereka, bukan oleh keinginan menolong orang lain. Ada beberapa kerugian pokok dari system donor komersil / donor bayaran yaitu : 1. Donor komersil dapat merusak system sumbangan darah sukarela yang merupakan dasar dari sistem pemberian darah aman. 2. Pada umunya donor darah komersil berasal dari keluarga ekonomi lemah/
keluarga
miskin,
yang
karena
kebutuhan
ekonomi
menyebabkan mereka mau menjadi donor darah yang sebenarnya mereka tidak sehat seperti; kurang gizi yang sangat menentukan kualitas dari pada haemoglobin.
Universitas Sumatera Utara
3. Donor komersil pada umunya menyumbangkan darahnya lebih sering daripada yang semestinya. 4. Keluarga miskin mungkin tidak mampu membayar ketika mereka membutuhkan darah. c. Donor sukarela Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu mendonorkan darah kepada orang yang tidak mereka kenal dan tidak menerima sesuatu keuntungan. Bentuk penghargaan yang tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagai pengganti uang adalah : 1. Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat, yang tidak memiliki nilai komersil. 2. Penggantian biaya perjalanan yang secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka menyumbangkan darah. 3. Pemberian
makanan
ringan
sebelum,
selama,
dan
setelah
menyumbangkan darah. Keuntungan dari donor sukarela adalah : 1. Donor sukarela tidak dalam tekanan untuk menyumbangkan darah, dikarenakan donor sukarela cenderung lebih memenuhi syarat sebagai donor resiko rendah
Universitas Sumatera Utara
2. Cenderung menyumbangkan darah secara teratur untuk menjaga kecukupan dan persediaan darah serta dapat mencegah penyebaran penyakit menular melalui transfusi. 3. Donor
sukarela
lebih
tanggap
terhadap
himbauan
untuk
menyumbangkan darah pada keadaan darurat. Berdasarkan pada fakta bahwa tindakan mendonorkan darah tidak seluruhnya bermotif altruistic (demi kepentingan orang lain). Richard M. Timus (Ebrahim, 2004) mengidentifikasi delapan tipe donor yaitu : 1. Donor bayaran Motif utama donor tipe ini adalah sekedar menjual darahnya dengan harga pasaran sebagai alternative untuk mendapatkan uang. 2. Donor professional Donor tipe ini adalah orang yang terdaftar sebagai donor dan menyumbangkan darahnya secara rutin. Disamping dibayar juga menerima kompensasi berupa suplemen besi. 3. Donor yang dibayar dan dibujuk Donor tipe ini adalah donor darah yang dilakukan bukan karena dorongan pribadi melainkan karena desakan kelompok ditempat ia bekerja. 4. Donor bayar hutang Donor tipe ini adalah orang yang menerima transfusi darah dan diharuskan mengganti apa yang telah ia terima dengan darah atau uang. Dengan kata lain donor tipe ini adalah orang yang dikenai kewajiban untuk
Universitas Sumatera Utara
mendonorkan darahnya karena ia berhutang darah sewaktu sakit. Untuk setiap kantong darah yang pernah ia terima harus digantikannya. 5. Donor kredit keluarga Donor tipe ini adalah orang yang setiap tahunnya mendonorkan satu kantung darahnya untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan darah bagi diri dan keluarga di masa depan. 6. Donor wajib sukarela Donor tipe ini meliputi para tentara dan penghuni penjara. Para tentara diwajibkan untuk menyumbangkan darahnya. Sebagai imbalannya mereka diberikan cuti tambahan. Para penghuni penjara akan diberikan remisi masa hukuman dua hari setiap kali mendonorkan darahnya. 7. Donor sukarela terbatas Insentif untuk para donor tipe ini adalah kompensasi kesejahteraan (Fringe benefits) yang ditawarkan oleh pemerintah berupa gaji penuh pada hari-hari libur dan liburan gratis. 8. Donor kemasyarakatan Donor tipe ini dianggap sewbagai satu-satunya donor sejati, yang dapat menyumbangkan darah secara cuma-cuma pada setiap waktu untuk orang yang ia kenal maupun yang tidak, dan motivasinya adalah murni altruistic (demi kepentingan orang lain dan masyarakat). 2.7.3. Syarat-Syarat Untuk Donor Darah Syarat-syarat untuk menjadi pendonor adalah sebagai berikut (UTDPMI,2010) :
Universitas Sumatera Utara
1. Umur 18-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat izin tertulis dari orang tua) 2. Berat badan minimal 50 kg. 3. Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius. 4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100
mmHg. 5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 70-95 kali/ menit. 6. Hemoglobin perempuan minimal 12 gr/dl, untuk pria minimal 12,5 gr/dl. 7. Tidak sedang menderita penyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, diabetes,
kanker, penyakit kulit kronis, dan tidak menderita penyakit infeksi : malaria, hepatitis, HIV/ AIDS. 8. Tidak menerima transfusi darah/ komponen darah 6 bulan terakhir. 9. Bagi pendonor tetap, donor darah terakhir minimal 8 minggu yang lalu,
maksimal donor 5 kali dalam setahun. 10. Bagi wanita tidak sedang hamil, menyusui dan menstruasi. 11. Bukan Pecandu alkohol/ Narkoba.
2.7.4. Manfaat Donor Darah Ada manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh setelah melakukan donor darah bagi si pendonor (Anonim, 2010) : 1.
Mengetahui Golongan Darah Tanpa di Pungut Biaya
2.
Secara teratur memeriksakan kesehatan (tiap kali menjadi donor) meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, tinggi badan, berat badan, hemoglobine, penyakit dalam, penyakit hepatitis A dan C, Penyakit HIV/AIDS
Universitas Sumatera Utara
3.
Pendonor yang secara teratur mendonorkan darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan Resiko Terkena penyakit Jantung terutama pada laki-laki sebesar 30% (British Journal Heart) seperti serangan jantung koroner dan stroke karena memungkinkan terjadinya pergantian sel darah baru.
4.
Meningkatkan
produksi
sel
darah
merah
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru. 5.
Membantu
penurunan
berat
tubuh
Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 350 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping. 2.7.5. Pengambilan Darah Donor Di Indonesia pengambilan darah untuk donor sebanyak 350 ml, namun apabila dalam keadaan darurat orang yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg diizinkan untuk mendonorkan darah dengan pengambilan darah sebanyak 250 ml. Di Negara barat pengambilan darah sebanyak 450 ml, sedangkan di asia seperti Jepang
Universitas Sumatera Utara
pengambilan darah sebanyak 400 ml, Korea 300 ml, singapura 350 ml(Roestam, 1978).
2.7.6. Pengamanan Darah Pengamanan darah yang dilakukan di UTD yaitu berupa pemeriksaan darah pendonor terhadap penyakit-penyakit seperti Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV/AIDS. Hal ini dilakukan agar tidak ada terjadi penularan penyakit dari pendonor kepada pasien yang menerima menerima transfusi darah. 2.7.7. Pengolahan Darah Pengolahan darah baru dapat dilakukan di 15 Unit Transfusi Darah (UTD) di daerah dan cabang di kota besar. Jumlah darah yang diolah menjadi komponen adalah sebesar 34% dari keseluruhan darah yang dihasilkan. Jenis komponen darah yang dihasilkan adalah (Waterbury, 2001) : 1. Darah Lengkap (Whole Blood /WB) Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan darah lebih dari 25 %. 2. Darah Komponen a.
Sel Darah Merah •
Sel Darah Merah Pekat
(paked red cells) : Diberikan untuk
transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal
Universitas Sumatera Utara
•
Sel Darah Merah Pekat Cuci (washed red cells) : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah
•
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap
•
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
b.
Leukosit/ granulosit konsentrat : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
c.
Trombosit pekat (platelet concentrate) : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
d.
Plasma dan produksi plasma : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian
cairan
yang
hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku (fresh frozen plasma) : untuk penderita Hemofili. 2.7.8. Penyimpanan Darah Penyimpanan darah merupakan faktor penting bagi kestabilan viabilitas darah, di Indonesia zat pengawet yang dipakai adalah citrate-phosphate-dextrose (CPD) yang dapat mengawetkan sel darah merah sampai 21 hari dan CPD adenine dapat
Universitas Sumatera Utara
mengawetkan sel darah merah sampai 35 hari yang di simpan dalam suhu 2-80C (Wikanta, 1998). 2.8.
Pengakuan PMI Terhadap Pendonor Darah Salah satu upaya untuk menjalin hubungan baik dengan pendonor darah
sukarela pada saat ini adalah, baru sebatas dalam pemberian tanda penghargaan dan medali. Piagam diberikan kepada pendonor darah setelah melakukan penyumbangan darah ke-10, 25, 50, 75, dan 100 kali. Biasanya, piagam donor darah untuk donor ke100 diberikan oleh Presiden di Jakarta. Saat itu, anda berhak untuk bersalaman dengan beliau.Tanggal 21 Juni diperingati sebagai hari donor darah (Anonim. 2009). Dalam Asian Blood program Institute yang diselenggarakan di Manila pada tahun 1974 dengan sponsor Liga Perhimpunan Palang Merah Nasional dan Philipines National Red Cross telah diputuskan agar pentingnya donor daraha sukarela diberi pengakuan (recognition) bukan imbalan (incentive) (Roestam, 1978). 2.9.
Kerangka Konsep
Karakteristik : − Umur − Jenis kelamin − Suku − Pendidikan − Pekerjaan
Sumber Informasi : − Keluarga − Teman − Media cetak − Petugas kesehatan − Media elektronik
Pengetahuan
Kelompok referensi : − Keluarga − Teman
Sikap
Niat
Tindakan : Donor darah sukarela Setiap 3 bulan sekali
Universitas Sumatera Utara