ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rokok 2.1.1. Definisi Rokok Menurut PP RI No. 109 tahun 2012 rokok merupakan salah satu produk tembakau yang dihasilkan untuk dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nikotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintetis yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok berbentuk silinder yang terbuat dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang di dalamnya terdapat daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok biasanya dijual dalam keadaan terbungkus yang berbentuk kotak atau kemasan kertas sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam kantong. Pada bungkusan rokok umumnya disertai dengan pesan kesehatan yang memperingatkan orang yang merokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat dari merokok, seperti kanker paru-paru atau serangan jantung (Rahmadini, 2009). Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan pada bahan pembungkus pada rokok, bahan baku atau isi dari rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok (Rahmadini, 2009).
11 TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya : 1. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari daun jagung. 2. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari daun aren. 3. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berbentuk kertas. 4. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berbentuk daun tembakau. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi : 1. Rokok Putih : rokok putih merupakan rokok yang bahan baku atau isinya hanya berasal dari daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 2. Rokok Kretek : rokok kretek yang bahan baku atau isinya berasal dari daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berasal dari daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok berdasarkan proses pembuatannya : 1. Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok sigaret kretek tangan dimana proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan bantuan tangan atau alat bantu sederhana. 2. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok sigaret kretek mesin dimana proses pembuatannya menggunakan mesin, dimana material dari rokok dimasukkan ke
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
dalam mesin pembuat rokok. Hasil yang dikeluarkan oleh mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Rokok berdasarkan penggunaan filter. 1. Rokok Filter (RF) : merupakan rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. 2. Rokok Non Filter (RNF) : merupakan rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. Rokok ditinjau dari segi bahan mempunyai beberapa sebutan atau istilah seperti rokok atau sigaret yang terbuat dari daun tembakau, pada dasarnya bahan baku dari rokok hanya berasal dari tembakau yang dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia ada rokok yang dibuat dengan campuran tembakau dan cengkeh yang disebut dengan rokok kretek (Rochadi, 2005). Rokok
Lintingan
merupakan
rokok
yang
digulung sendiri
dengan
menggunakan kertas pembalut atau daun nipah. Umumnya rokok lintingan lebih banyak dikonsumsi masyarakat di pedesaan, sedangkan masyarakat di perkotaan lebih suka dengan jenis rokok filter, rokok kretek sendiri di wilayah perkotaan jarang dikonsumsi (Rahmadini, 2009). 2.1.2. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok telah menyebar dari satu benua ke benua lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, bahkan kebiasaan merokok ini juga telah merambah antar kelompok masyarakat yang berbeda dalam satu negara. Kebiasaan merokok menjadi suatu kegiatan yang dapat dinikmati oleh siapa saja bahkan bisa dinikmati
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
kapan saja. Hal ini didukung oleh industri rokok yang dalam pemasarannya selalu memperlihatkan bahwa orang yang merokok itu terlihat lebih jantan, tampan, sehingga kebiasaan merokok ini dengan cepat melanda dunia (Widodo et al, 2007). Kebiasaan merokok merupakan kegiatan yang dapat dilakukan berulang-ulang dan secara terus menerus. Kebiasaan merokok dapat dilakukan secara sadar dan setiap orang yang merokok mempunyai alasan yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat perokok itu sendiri. Kebiasaan merokok sangat susah untuk dihindari bagi perokok aktif. Merokok banyak dilakukan oleh orang dewasa, namun akhir-akhir ini merokok banyak pula dilakukan oleh anak-anak (Zlamzani, 2008). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler telah banyak diteliti atau dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, resiko penyakit yang ditimbulkan dari rokok juga tergantung dari jumlah rokok yang dihisap perharinya. Seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari satu pak rokok sehari memiliki resiko 2 kali lebih rentan dari pada orang yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun yang terkandung di dalam rokok seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui proses pembakaran rokok atau merokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri (Widodo et al, 2007). Asap rokok yang dihisap oleh perokok (orang yang merokok) disebut asap utama (mainstream smoke) sedangkan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar dan dihirup oleh orang yang berada disekitar perokok (orang yang tidak merokok) disebut asap sampingan (sidestream smoke) (Marianti, 2009).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.1.3. Kategori Perokok 1. Perokok Aktif Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri (perokok) maupun lingkungan yang ada di sekitar. Perokok aktif secara teratur menghisap rokok 1 batang atau lebih dalam setiap harinya. Kegiatan merokok biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan psikologi seperti untuk menunjukkan kedewasaan, kejantanan, kebanggaan dan untuk menghilangkan kecemasan serta sebagai alternatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Ryan, dkk. 2012). 2. Perokok Pasif Perokok pasif (Pasive Smoker) adalah orang yang bukan perokok tetapi berada di sekitar lingkungan orang yang merokok dan ikut serta menghirup asap yang dihembuskan dari rokok beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya. Kondisi seperti ini bisa terjadi di ruangan umum yang tertutup seperti gedung bioskop, ruangan kantor, dan tempat disekitar lingkungan perokok (Marianti, 2009). Environmental Tobacco Smoker (ETS) atau sering disebut sebagai perokok pasif akan menghisap asap rokok yang berasal dari rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif dari kegiatan merokok. Asap dari rokok yang dihirup oleh perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif, karena asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif yang terhirup oleh perokok pasif lima kali lebih banyak
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Marianti, 2009). Orang-orang yang termasuk dalam kategori perokok pasif adalah janin yang berada di dalam kandungan ibu perokok, anak-anak dari orang tua perokok, dan orang dewasa yang bukan perokok tetapi berada disekitar lingkungan orang yang merokok (Marianti, 2009). 2.1.4. Rokok Kretek Rokok kretek merupakan salah satu jenis rokok khas Indonesia dimana bahan utamanya selain tembakau juga terdapat cengkeh dan bahan lain yang ditambahkan pada waktu proses pembuatan rokok kretek. Tembakau merupakan bahan utama dari pembuatan rokok kretek yang memiliki kadar nikotin lebih dari 1,5 mg dan tar lebih dari 20 mg, dibandingkan dengan rokok biasa yang kandungan nikotin dan tar tidak melebihi 1,5 mg dan 20 mg (Subono, 2007). Di Indonesia rokok kretek termasuk kategori popular atau digemari, karena rokok kretek mengandung tar dan nikotin yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan rokok jenis lainnya, dimana kandungan tar dan nikotin yang ada di rokok kretek mencapai 60 mg dan 40 mg (Widodo et al, 2007).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
2.1.5. Asap Rokok Asap rokok terdiri dari 2 fase yaitu fase gas dan fase tar atau padat. Dalam asap rokok banyak mengandung radikal bebas. Fase tar dalam asap rokok mengandung radikal bebas yang stabil adalah quinine-hidroquinone kompleks dan fase gas memiliki lebih dari 600 µg nitrid oxid. Radikal bebas yang terdapat di dalam tar rokok atau disebut sistem radikal tar (quinine, hydroquinone, semiquinone) dapat menyebabkan siklus redoks yang menghasilkan anion superokside dan mengarah kepada pembentukan hydrogen peroksida dan radikal hidroksil (Tirtrosastro dan Murdiyati, 2010). Dalam asap rokok selain mengandung radikal bebas juga memiliki subtansi yang dapat memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh, dimana subtansi itu antara lain naftilamin, pyrene, benzio (a) pyrene, urethane, dibenzacridine, cadmium dan dimethynitrosamine (Halliwel dan Gutter, 2007). Partikel dari asap rokok berdiameter 0,5 mikron yang memiliki warna kuning kecoklatan karena mengandung tar dari tembakau. Dalam asap rokok terdapat gas carbon moksida (CO), carbon dioksida (CO2), gas metan (CH4), asam sulfat (H2SO4), asam sianida (HCN), amoniak (NH3), asam aldehid dan formal dehid. Dalam asap rokok terkandung tar yang berkisar antara 3 sampai 40 mg. Nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping (sidestream) 4 – 6 kali lebih besar dari asap rokok arus utama (mainstream) (Mukono, 2005).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Tabel. 2.1. Kandungan asap rokok Bahan Bahan Partikel : Tar Nikotin Logam (cadmium, timbal, nikel, besi, krom, arsenic) Phenol (semiquinones / quinines) Carcinogenic Hydrocarbons (Benzopyrene, benzathracene, chrysene) Bahan Gas : Karbon monoksida Asam hidrosianik NO•, NO2• Volatile aldehydes (etabal, formaldehyde, acroletin) Ammonia Benzene vapour Aceton Vinilklorida Unsaturated hydrocarbon (butadiene, isoprene) Karbon dioksida
Efek Karsinogen Stimulator, depressor ganglionik Karsinogen dan iritan Karsinogen dan iritan Karsinogen Gangguan transport dan penggunaan O2 Siliotoksin dan iritasi Karsinogen Siliotoksin dan iritasi Siliotoksin dan iritasi Siliotoksin dan iritasi Siliotoksin dan iritasi Karsinogen Karsinogen
Sumber: Halliwell, 2007. Nitrogen dioksida yang terdapat dalam asap rokok merupakan radikal bebas yang mengawali autooksidasi PUFA membran sel yang memicu terbentuknya peroksil lipid. Di dalam asap rokok terkandung bahan-bahan kimia yang merupakan campuran antara gas, partikel dan cairan serta oksidan. Bahan kimia dari rokok bersifat iritatif terhadap membran di mulut, trachea dan faring (Revianti, 2005). Oksidan yang terkandung di dalam asap rokok memiliki jumlah yang cukup untuk menyebabkan terjadinya kerusakan pada saluran napas. Oksidan yang terkandung di dalam asap tembakau dapat menyebabkan habisnya antioksidan intraseluler yang terdapat di dalam sel paru (in vivo) melalui sebuah mekanisme yang berhubungan dengan tekanan oksidan. Dalam setiap hisapan rokok diperkirakan mengandung bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, seperti aldehida,
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang kemungkinan berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain yang terkadung di dalam asap rokok seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon yang terdapat dalam fase gas. Dalam asap rokok juga terkandung radikal lain yang relatif stabil yang terdapat dalam fase tar. Radikal yang terdapat dalam fase tar antara lain semiquinone moieties yang dihasilkan dari bermacam-macam quinone dan hydroquinone (Astutik, 2013). 2.1.5.1. Nikotin Menurut PP RI No. 19 tahun 2003 nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin memiliki sifat pro-oksidan yang dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid yang disertai dengan terganggunya antioksidan lokal secara enzimatik maupun non enzimatik (Tirtrosastro dan Murdiyati, 2010). Nikotin yang ada didalam asap rokok diserap dengan cepat ketika asap rokok masuk ke dalam saluran pernafasan, sehingga menyebabkan konsentrasi nikotin di dalam darah akan meningkat dengan cepat. Sekitar 1 mg nikotin (rata-rata 0,3 – 2 mg) akan diserap secara sistemik selama kegiatan merokok berlangsung. Pada perokok aktif nikotin yang diserap sebanyak 80 – 90%, sedangkan pada perokok pasif nikotin yang diabsobsi dari lingkungan yang terisap bisa mencapai 60 – 80% (Hukkanen dkk, 2006).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
2.1.5.2. Tar Menurut PP RI No. 109 tahun 2012 tar adalah kondesat asap yang merupakan total residu yang dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang bersifat karsinogenik. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau, maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan produksi rokok dalam industri, serta bahan pembuat rokok lainnya. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang mempunyai sifat lengket dan menempel pada paru-paru dan bersifat karsinogen. Ketika rokok dihisap, senyawa tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan yang berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengedapan yang terjadi bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. (kusuma, 2012). 2.1.5.3. Gas Komponen gas yang ada di dalam asap rokok terdiri dari karbonmonoksida, hydrogen sianida, amoniak, asam hidrosianat, oksida dari nitrogen, formaldehid dan senyawa hidrokarbon (Kusuma, 2012).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2.2. Radikal Bebas 2.2.1. Definisi Radikal Bebas Radikal bebas adalah suatu molekul, atom atau beberapa grup atom yang mempunyai satu atau lebih electron tidak berpasangan pada orbital terluarnya, molekul atau atom tersebut sangat labil dan mudah membentuk senyawa baru (Muchtadi, 2013). Radikal bebas merupakan atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya. Elektron yang tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas tidak stabil dan sangat reaktif, selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah beraksi dengan zat lain (protein, lemak, maupun DNA) di dalam tubuh. Radikal bebas bukan hanya dari luar saja seperti asap rokok, radiasi, asap kendaraan dan lain-lain tetapi juga dihasilkan di dalam tubuh dari berbagai proses metabolisme zat gizi. Radikal bebas dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk memerangi virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Apabila radikal bebas dalam jumlah berlebihan di dalam tubuh akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada zat gizi yang mendorong timbulnya berbagai penyakit (Winarti, 2010). Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada bagian terluar orbitnya, sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan menjadi sangat reaktif. Elektron yang tidak berpasangan ini, akan berusaha menarik elektron dari molekul lainnya untuk mendapatkan kembali konfigurasi pasangan elektron, oleh karena itu radikal bebas sangat reaktif. Sebuah radikal bebas yang berhasil mengambil elektron dari suatu
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
molekul lain yang stabil, akan menyebabkan molekul tersebut kehilangan satu elektron dan akibatnya akan berubah menjadi radikal bebas baru. Proses rantai ini dapat menyebabkan perubahan struktur pada molekul lainnya (Pham-Huy dkk.,2008).
Gambar 2.1. Radikal bebas dari luar dan dari dalam tubuh dapat merusak DNA Radikal bebas dan oksidan mempunyai sifat-sifat yang mirip dan hasil dari aktivitas radikal bebas dan oksidan sering menghasilkan yang sama, akan tetapi melalui proses yang berbeda, sehingga dalam pengertiannya sering dibaurkan. Oksidan diartikan sebagai senyawa penerima elektron (electron acceptor). Radikal bebas merupakan oksidan, tetapi tidak semua oksidan adalah radikal bebas (Astuti, 2008).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Radikal bebas diperoduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap ransangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedangkan pembentukan melalui ransangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifikasi. Pada kondisi normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Dalam keadaan yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan (Astutik, 2013). 2.2.2. Jenis-jenis Radikal Bebas Radikal bebas yang terdapat dalam tubuh dapat dikategorikan jadi 2 yaitu: 1. Radikal bebas dari dalam tubuh (endogen) Secara endogen, radikal bebas terbentuk sebagai respon normal dari rantai reaksi respirasi (pernafasan) di dalam tubuh. Sumber terbentuknya radikal bebas dalam bahan biologis yaitu enzim-enzim superoksida dismutase (SOD), sitokrom P450, santin oksidase, lipoksigenase, siklo-oksigenase, enzim-enzim pentranspor electron dan kuinon.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
Radikal bebas secara endogen dapat muncul melalui beberapa macam mekanisme seperti oto-oksidasi, aktivitas oksidasi (misalnya siklo-oksigenase, lipoksigenase, dehidrogenase dan peroksidase), dan sistem transport elektron. Radikal bebas dihasilkan di dalam sel oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, peroksinom, endoplasmic, reticulum, dan inti sel (Muchtadi, 2013). Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh (endogen) selain karena akibat dari proses enzimatik ada juga karena akibat dari proses non enzimatik di dalam tubuh, yang merupakan akibat dari reaksi oksigen dengan senyawa organik dengan cara ionisasi dan radiasi seperti proses inflamasi dan iskemia (Pham-Huy dkk, 2008). 2. Radikal bebas dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas secara eksogen didapat dari bermacam-macam sumber antara lain polutan, makanan dan minuman, radiasi, radiasi sinar matahari, polusi udara akibat asap kendaraan atau limbah industri, radiasi elektromagnetik, ozon, pestisida (residu pestisida), asap rokok (Muchtadi, 2013). Peningkatan radikal bebas dari luar tubuh juga dapat dipicu oleh stres atau olah raga yang berlebihan (Pham-Huy dkk, 2008). 2.2.3. Sifat Radikal Bebas Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu : 1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungannya menarik elektron. 2. Merubah suatu molekul menjadi suatu radikal akibat hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Setiap radikal bebas merupakan oksidan, tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya jika dibanding dengan oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas seperti reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal bebas yang baru jika menjumpai molekul lain, sehingga terbentuk reaksi rantai (chain reaction) (Halliwell dan Gutteridge, 2007). Perusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas reaktif didahului dengan kerusakan membran sel, dengan terjadinya rangkaian proses sebagai berikut (Halliwell dan Gutteridge, 2007): 1. Terbentuknya ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-komponen membran (komponen karbohidrat membran plasma, enzim-enzim membran), sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor. 2. Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu. 3. Reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang memiliki asam lemak tidak jenuh majemuk (PUFA = poly unsaturated fatty acid). Kerusakan pada membran sel, diantaranya dengan mengubah fluiditas, struktur dan fungsi membran dalam keadaan yang lebih ekstrim akhirnya akan menyebabkan kematian sel, hal ini merupakan hasil dari peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas. Efek biologik peroksidasi lipid membran bergantung antara lain pada populasi sel yang bersangkutan dan profil asam lemak pada membran fosfolipid. Contoh membran mitokondria dan mikrosom sensitif terhadap peroksidasi lipid karena
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
kandungan PUFA pada fosfolipid membran cukup tinggi. Pada umumnya reaksi peroksidasi lipid dalam derajat yang berbeda-beda peka terhadap membran. Pengaturan metabolisme dipengaruhi secara langsung oleh kerusakan struktur subseluler. Contohnya yaitu disrupsi membran lisosom menyebabkan pelepasan enzim-enzim hidrolitik lisosom yang selanjutnya mampu mengakibatkan perusakan intraseluler, dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi kerusakan sel (Halliwell dan Gutteridge, 2007). 2.2.4. Tipe Radikal Bebas Radikal bebas dapat digolongkan kedalam kelompok spesies oksigen reaktif, spesies nitrogen reaktif dan peroksinitrit yang merupakan hasil dari reaksi antara spesies oksigen reaktif dan spesies nitrogen reaktif. Tabel berikut ini merupakan radikal biologi yang secara umum penting bagi tubuh : Tabel 2.2. Contoh radikal agen radikal yang penting Tipe Radikal Bebas
Non Radikal
Reactive Oxygen Species Superoksida → O2¯ (ROS)
Hidrogen Peroksida H2O2
Hidroksil → OH¯
Asam
Peroksil → RO2
HOCI
Hidroklorous
→
Hidroksiperoksil → HO2¯ Reactive Species (RNS)
Nitrogen Nitrit Oksida → NO Nitrogen
Dioksida
Peroksinitrit OONO¯ → Nitrous Oksida HNO2
NO2¯ Sumber : Lee, Koo dan Min (2004) dalam Astutik (2013).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
2.2.5. Penyakit Yang Ditimbulkan Akibat Radikal Bebas Apabila radikal bebas sudah berikatan dengan sel jaringan tubuh, akan terjadi gangguan kesehatan (Winarti, 2010), antara lain: 1. Bila yang diserang mata akan terjadi penurunan daya penglihatan, apabila yang diserang retina mata maka dapat menimbulkan kebutaan. 2. Bila yang terkena sel ginjal, akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang akan memerlukan cuci darah pada tahap akhirnya. 3. Bila yang diserang sehingga menyebabkan kerusakan terjadi pada pembuluh darah sekitar urat syaraf, akan terjadi gangguan syaraf peraba, contohnya rasa kesemutan yang berkepanjangan. 4. Bila yang diserang sistem pertahanan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan, akan terjadi penurunan daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terkena infeksi, terutama infeksi pada kulit, saluran kencing, paru-paru, dan lain-lain. 5. Jika yang terkena organ tubuh jantung atau otak, resiko untuk mendapatkan penyakit stroke maupun jantung koroner dapat meningkat. 6. Jika yang terkena sel pankreas, akan menyebabkan produksi insulin berkurang sehingga terjadinya penyakit diabetes mellitus. Akibat dari radikal bebas yang ada di dalam tubuh dapat dicegah dan diatasi dengan antioksidan, yang umumnya terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, E, beta karoten, likopen, flavonoid, dan lain-lain (Winarti, 2010).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
2.3. Malondialdehid (MDA) Malondialdehid (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid (lipid peroxidation), pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi) dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara berantai, akibat akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk hydrogen peroksida. Hidrogen peroksida tersebut dapat menyebabkan dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan berbeda panjang rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid utama yang terbentuk dan biasanya digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai stres oksidatif (Marwan dkk, 2005). Pada proses peroksidasi lipid, selain malondialdehid (MDA) terbentuk juga radikal bebas yang lain, tetapi radikal bebas tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga sulit diperiksa dalam laboratorium (Cherubini et al., 2005). Mekanisme dari pembentukan MDA melalui peroksidasi lipid yang diawali dengan penghilangan atom hidrogen (H) dari PUFA oleh guggus radikal hidroksil (OH), sehingga menyebabkan lipid bersifat radikal. Proses selanjutnya radikal lipid bereaksi dengan atom oksigen (O2) membentuk radikal peroksil (OO), yang selanjutnya menghasilkan MDA (Yustika dkk, 2013).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Gambar 2.1. Mekanisme Pembentukan MDA Mekanisme dari peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel, terutama asam lemak tidak jenuh yang merupakan bagian komponen penting dalam penyusun membran sel. Tingkat peroksidasi lipid dapat diukur dengan mengukur produk akhirnya, yaitu malondialdehid (MDA) yang merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh dan bersifat toksik terhadap sel. Malondialdehid (MDA) dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti asam nukleat, protein dan amino fosfolipid secara kovalen (Winarsi, 2007). Produk dari peroksidasi lipid yaitu malondialdehid (MDA) dapat diukur dengan menggunakan Test Thiobarbituric Acidreactive Subtance (TBARS) yang berdasar pada pemeriksaan reaksi spektrofotometrik
(Kuirnia dkk, 2011).
Malondialdehid (MDA) dapat bereaksi dengan Thiobarbituric Acid (TBA) sehingga akan membentuk kromogen berwarna merah. Absorbsi dari hasil reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 532 nm, dan dari dari hasil absorbsi tersebut dapat ditentukan kadar malondialdehid
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
(MDA) secara kuantitatif dalam sampel tertentu, seperti yang terdapat pada jaringan, dan plasma. Peningkatan kadar malondialdehid (MDA) menunjukkan secara tidak langsung terjadi peningkatan stres oksidasi (Powers and Jackson, 2008). 2.4. Histopatologis Paru Kelainan paru yang diakibatkan oleh radikal bebas yang berasal dari asap rokok yang akan menyebabkan kelainan pada saluran pernafasan mulai dari trakea, bronkus dan bronkiolus sampai alveoli paru. Kelainan paru akibat radikal bebas pada pemaparan asap rokok berupa rusaknya silia pada permukaan epitel bronkus dan bronkiolus, adanya metaplasi epitel, hiperplasi kelenjar dan terjadi peningkatan selsel radang. Perubahan yang terjadi pada dinding alveolus paru tikus jantan yang yang terpapar asap rokok berupa emfisema dan radang. Emfisema adalah dimana keadaan paru mempunyai kenaikan ukuran lebih dari normal pada rongga udara bagian distal sampai bronkhiolus terminal, juga adanya delatasi dan destruksi pada dinding alveoli. Hal ini disebabkan oleh asap rokok dapat menghambat asetil kolinesterase. Penghambatan ini menyebabkan akumulasi asetilkolin pada reseptor muskarinik yang terdapat pada paru (Nurliani, dkk. 2012; Elzass, dkk. 2012). Radikal yang berasal dari oksigen dapat dikeluarkan ke ruang ekstrasel dari leukosit setelah sel ini terpajan oleh mikroba, kemokin, komplek imun atau setelah ransangan fagositik. Produksi radikal-radikal ini tergantung pada oksidase. Anion superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil (OH) merupakan spesies-spesies utama yang dihasilkan di dalam sel, dan metabolik-metabolik ini dapat berikatan dengan NO untuk membentuk zat-zat antara nitrogen reaktif lainnya.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Pelepasan ekstrasel berbagai mediator poten berkadar rendah dapat meningkatkan ekspresi kemokin (IL-8), sitokin, dan molekul perekat leukosit endotel, dan memperkuat kaskade yang memicu respon peradangan (Kumar et al, 2005).
Asap rokok, polusi udara, dan infeksi berulang pada saluran napas dan zat inhalan lain akan memperkuat peradangan sehingga dapat mengaktivasi makrofag alveolus dan melepaskan mediator peradangan yang merangsang faktor pertumbuhan seperti tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1 (IL-1), granulocyte monocyte colony stimulating factor (GM-CSF), granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), dan monocyte colony stimulating factor (M-CSF) yang merangsang sel progenitor granulositik dan monositik di sumsum tulang untuk memproduksi sel leukosit dan masuk ke dalam aliran darah sebelum mencapai daerah peradangan sehingga dapat mempengaruhi sel leukosit pada darah tepi. Peadangan yang terjadi pada paru melibatkan sel dan mediator peradangan yang berinteraksi dengan sel struktural dalam saluran udara dan parenkim paru (Martantya dkk, 2014). Makrofag dapat diaktifkan oleh berbagai ransangan, termasuk sitokin (IFN-γ) yang dikeluarkan oleh limfosit T dan sel NK, endotoksin bakteri, dan mediator kimia lainnya. Aktivasi makrofag dapat menyebabkan ukuran sel bertambah, kadar enzim lisosim meningkat, keaktifan matbolik meningkat, dan pertambahan kemampuan sel dalam memfagosit dan mematikan mikroba yang ditelan. Limfosit dan makrofag berinteraksi dalam dua arah, dan interaksi ini berperan penting pada peradangan kronik. Makrofag menyajikan antigen ke limfosit T, dan menghasilkan molekul
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
membran (kostimulator) dan sitokin (terutama IL-12) yang merangsang respon sel T. Limfosit T aktif menghasilkan sitokin, dan salah satunya IFN-γ, adalah suatu aktivator utama makrofag (Kumar et al, 2005). Ragam mediator yang luar biasa ini menyebabkan makrofag menjadi sekutu yang kuat bagi pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing yang tidak diinginkan. Namun, persenjataan yang sama juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang bermakna jika makrofag mengalami aktivasi yang tidak terkendali (Kumar et al, 2005). 2.5. Antioksidan 2.5.1. Definisi Antioksidan Secara terus menerus terbentuk radikal bebas di dalam tubuh melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan zat gizi, dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok dan lain-lain. Oleh karena itu tubuh memerlukan suatu substansi yang sangat penting yaitu antioksidan yang dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh dari serangan radikal bebas (Winarti, 2010). Antioksidan adalah pemberi elektron (electron donor). Antioksidan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat, mencegah atau memperlambat proses oksidasi. Oksidasi merupakan jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen, pelepasan hidrogen atau pelepasan elektron. Proses oksidasi yaitu peristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana,
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
tidak terkecuali di dalam tubuh kita (Halliwell dan Gutteridge, 2007; Dai and Mumper, 2010). Dalam pengertian kimia, antioksidan adalah senyawa-senyawa pemberi elektron, tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam (Pangkahila, 2007). Antioksidan merupakan suatu senyawa yang meskipun terdapat dalam konsentrasi yang kecil tetapi dapat menghambat atau mencegah proses oksidasi dari bahan-bahan yang dapat teroksidasi secara signifikan. antioksidan bereaksi dengan oksigen sehingga dapat mengurangi kapasitas oksidan yang dapat menimbulkan kerusakan. Sistem antioksidan tubuh dapat melindungi jaringan dari efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas (Astutik, 2013). Antioksidan bereaksi dan menetralkan radikal bebas secara efektif sehingga dapat mengurangi kerusakan yang dihasilkannya. Radikal bebas merupakan bagian dari suatu proses metabolisme sel alami, tetapi tubuh tidak bisa 100% untuk menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh terutama ketika tubuh mulai menua. Makanan yang kaya akan antioksidan seperti antioksidan yang terkandung di dalam buah naga dapat membantu tubuh untuk mengatasi radikal bebas. Sebagaimana yang tergambar di bawah ini (Pangkalan ide, 2009) :
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Gambar 2.2. Aktivitas Antioksidan Secara normal, antioksidan yang ada di dalam tubuh memiliki mekanisme perlindungan terhadap aktivitas radikal bebas dan setiap radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh dapat memulai suatu reaksi berantai yang akan terus berlanjut sampai pada akhirnya radikal bebas itu dapat dihilangkan oleh radikal bebas lain atau oleh sistem antioksidan yang ada di dalam tubuh (Astutik, 2013).
2.5.2. Jenis Antioksidan Berdasarkan dua mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, maka antioksidan digolongkan menjadi dua (Murray et al., 2000), yaitu: 1. Antioksidan pencegah (Preventive Antioxidants) Antioksidan pada dasarnya bertujuan untuk mencegah terjadinya radikal hidroksil, yaitu radikal yang paling berbahaya. Diperlukan tiga komponen untuk terbentuknya radikal hidroksil, yaitu logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan ion superoksid. Agar reaksi Fenton tidak terjadi, maka harus dicegah keberadaan ion Fe2+ atau Cu2+ bebas. Untuk itu berperan beberapa protein penting, yaitu transferin atau
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
feritin (untuk Fe) dan seruloplasmin atau albumin (untuk Cu). Penimbunan H 2O2 dapat dicegah melalui aktivitas dua enzim, yaitu katalase (mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2) dan peroksidase. Antioksidan yang berfungsi dalam sistem pertahanan preventif dapat menghambat atau merusak proses pembentukan radikal bebas. Antioksidan dalam sistem pertahanan preventif terhadap senyawa radikal dalam tubuh meliputi sistem pengkelat logam dan sistem pertahanan enzim. Sistem pengkelat logam dapat mengkelat logam-logam yang dapat mengkatalisis terbentuknya radikal bebas, sistem ini berfungsi dalam cairan ekstraseluler. Sedangkan sistem pertahanan enzim befungsi dalam cairan intraseluler (Astutik, 2013). 2. Antioksidan pemutus rantai (Chain-breaking Antioxidants) Dalam kelompok ini terdapat vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam askorbat), beta karoten, glutation dan sistein. Vitamin E dan beta karoten bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sedangkan vitamin C, glutation dan sistein bersifat hidrofilik dan berperan dalam sitosol. Menurut Winarti (2010) antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1. Antioksodan Primer Antioksidan primer ini bekerja sebagai pencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Antioksidan primer ini merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, ini terjadi sebelum radikal bebas sempat beraksi. Contoh antioksidan primer adalah enzim Super Okside Dismutase (SOD)
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
yang berperan sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan yang disebabkan oleh radikal bebas. Enzim Super Okside Dismutase (SOD) sudah ada di dalam tubuh, namun kerjanya membutuhkan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng dan tembaga. Selenium (Se) juga berfungsi sebagai antioksidan. Radikal bebas bisa menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif, penyakit ini bisa dihambat dengan antioksidan dimana mineral-mineral yang diperlukan tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. 2. Antioksidan Sekunder Antioksidan eksternal tidak diproduksi oleh tubuh tetapi berasal dari maknan. Antioksidan yang berasal dari maknaan atau diperoleh dari luar tubuh disebut juga antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder berperan sebagai menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder yang berasal dari makanan seperti Vitamin A, Vitamin C, beta karoten, Selenium, Flavonoid dan lainlain. Berdasarkan cara kerja antioksidan sekunder yang dapat menurunkan kecepatan otoksidasi dapat digolongkan sebagai berikut (Astutik, 2013) : a. Senyawa penangkap oksigen dan senyawa pereduksi contohnya asam fosfat. b. Senyawa penangkap oksigen dan senyawa pereduksi contohnya asam askorbat dan asam eritrobat (asam isoaskorbat). c. Enzim contohnya superoksida dismutase dan katalase. d. Pengikat (quencher) oksigen singlet conohnya senyawa karoten.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
e. Antioksidan metal silicon dan sterol. f. Antioksidan dengan multi fungsi contohnya fosfolipid dan produkproduk reaksi maillard. 3. Antioksidan Tersier Antioksidan tersier berfungsi untuk memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Enzim yang berfungsi memperbaiki DNA pada inti sel yaitu metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim yang berperan untuk memperbaiki DNA berguna untuk mencegah penyakit kanker. Dari berbagai hasil penelitian yang telah mendukung teori bahwa dengan mengkonsumsi antioksidan yang cukup dapat mengurangi terjadinya berbagai penyakit seperti kardiovaskuler, kanker, katarak dan penyakit degenerative lainnya. Antioksidan biologis dapat dikelompokkan berdasarkan proses enzimatik dan non enzimatik (Astutik, 2013) : 1. Antioksidan enzimatik meliputi antioksidan endogen yang terdiri atas enzimenzim yang disintesis oleh tubuh. 2. Antioksidan non enzimatik meliputi antioksidan eksogen yang berasal dari luar tubuh yang terbagi atas antioksidan larut lemak dan antioksidan larut air. 2.5.3. Antosianin Antosianidin merupakan bagian dari senyawa golongan flavonoid yang banyak dijumpai di alam terutama dalam bentuk glikosida yang biasanya disebut antosianin dan merupakan senyawa yang larut dalam air (Kristanti dkk, 2008; Mazza
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
et al, 2007). Senyawa antosianin berfungsi dalam memberikan warna-warna pink, merah, ungu, jingga dan biru pada buah-buahan, sayuran, bunga dan jaringan tanaman yang lainnya. Antosianin terdiri dari beberapa macam yang struktur kimianya tidak banyak berbeda tapi semua mempunyai kerangka dasar yang sama. Pada jaringan tanaman bergabung dengan gula dan jumlah gabungannya dan kemudian dapat menghasilkan warna yang berbeda dan sangat beragam (Lean, 2013; Horbowicz et al, 2008).
Gambar 2.3. Struktur kimia antosianin Antosianin juga dapat berfungsi untuk menarik serangga dan burung yang berperan dalam polinasi dan penyebaran biji. Antosianin menunjukkan aktivitas sebagai “sunscreen”, sel pelindung dari pada kerusakan sinar perusak yang diabsorbsi pada jaringan fotosintesis (pada daun dan batang) (Shipp and Abdel, 2010). Antosianin mempunyai sifat larut dalam air dan sangat mudah keluar dari jaringan sayuran dan buah selama proses pemasakan (pengolahan) dan tampilan warnanya sangat dipengaruhi oleh PH, tidak berbau dan tidak berasa. Perubahan warna disebabkan oleh antosianin yang peka terhadap perubahan keasaman. Dalam
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
keadaan asam (pH rendah) didominasi oleh warna merah, sedangkan perubahan pada warna kuning atau biru terjadi pada pH yang lebih tinggi. Antosianin cukup stabil dalam proses pengolahan dan dapat mempertahankan warna karena pH dijaga tetap rendah oleh asam tanaman. Sedangkan pada kondisi yang lebih buruk terjadi pada buah-buahan yang dikalengkan dan buah yang diberi warna yang diputihkan atau dapat menjadi pucat (Lean, 2013). Telah ditemukan sekitar 400 jenis antosianin, ada 6 jenis antosianin diantaranya yang biasa ditemukan dalam jaringan tanaman dan yang dibedakan berdasarkan nomor dan posisi gugus hidroksil dan metoksil adalah pelargonidin, cyanidin, delphinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin (Mazza, 2007). Jumlah dan posisi gugus hidroksil dan metoksil pada kerangka dasar antosianidin, identitas, jumlah, posisi dimana gula melekat, tingkat asilasi gula, dan identitas dari acylating agent inilah yang menyebabkan keragaman dari antosianin (Prior and Wu, 2006). Jumlah gugus hidoksil dan metoksil juga mempengaruhi jenis warna antosianin dan intensitasnya. Jika warna yang dibentuk cenderung kebiruan maka gugus hidroksil lebih dominan, sedangkan warna yang dibentuk cenderung lebih kemerahan maka gugus metoksil lebih dominan (Horbowicz et al, 2008). Antosianin banyak mempunyai aktivitas biologis yaitu anti-inflammatory, antioksidan, anti-karsinogenik, neuroprotective, antimikroba, mengurangi resiko penyakit jantung koroner (Coronary Heart) dan meningkatkan penglihatan. Qin menyatakan bahwa dengan mengkonsumsi antosianin selama 12 minggu sebanyak 320 mg per hari dapat menurunkan kolesterol LDL (Nugerahani, 2011).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Antosianin dapat berguna sebagai antioksidan yang efektif untuk pencegahan radikal bebas agar tidak merusak dan juga memiliki kemampuan untuk membantu proses stimulasi sistem imun pada tubuh, antosianin juga dapat berfungsi sebagai anti penuaan (anti aging) yang bisa digunakan untuk kesehatan dan kecantikan, selain itu antosianin juga dapat berfungsi untuk menghambat kepikunan dan melindungi atau penurunan fungsi sel-sel otak. Karakter dari antosianin berbeda-beda antara satu tanaman dengan tanaman yang lainnya, perbedaan ini tergantung pada jalur biosintesis antioksidan dan kontrol modifikasi genetik pada tanaman (Kotama, 2009). Aktivitas antioksidan dari antosianin : 1. Menurunkan konsentrasi oksigen lokal. 2. Antosianin dapat memangsa ROS/RNS (anion superoksida, hidrogen peroksida, hidrogen peroksida, radikal hidroksil, peroksilnitrit) sehingga mencegah terjadinya chain initation. 3. Mencegah menghasilkan spesies seperti HO°, ferry1 atau Fe2+ / Fe3+ / O2 dengan cara mengikat ion logam atau menghasilkan radikal peroksil dan alkoksil dengan cara mengurai peroksida lipid. 4. Peroksida diurai dengan cara merubah menjadi produk non radikal seperti alkohol. 5. Memangsa radikal-radikal intermediate seperti radikal peroksil dan alkoksil untuk mencegah kelanjutan dari abstraksi hidrogen yang disebut chain breaking (Dai and Mumper, 2010; Miguel et al, 2010).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Pemeriksaan antosianin yang berada di dalam makanan dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi peroksidasi lipid dan mengukur kemampuan memangsa radikal bebas. Pengukuran kemampuan antosianin dalam memangsa radikal bebas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan menggunakan metode pengukuran berdasarkan transfer elektron dan pengukuran berdasarkan transfer hidrogen. Selain itu dapat juga dilakukan tes untuk mengevaluasi efektifitas peredaman terhadap ROS/RNS (Apac et al, 2007; Miguel et al, 2010). 2.6. Buah Naga (Hylocereus Undatus) 2.6.1. Sejarah Buah Naga (Hylocereus Undatus) Buah naga yang memiliki nama latin Hylocereus Undatus atau sinonimnya Cereus Triangularis tumbuhan ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada tahun 1870 tumbuhan buah naga dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam yang digunakan sebagai tanaman hias karena bentuknya yang unik dan mempunyai bunga yang indah. Buah naga dianggap membawa berkah oleh orang Vietnam dan China dan buah naga selalu ada di setiap acara perjamuan. Oleh karena itu, buah naga selalu ditempatkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau dan buah naga terlihat sangat mencolok di antara warna naga-naga hijau (Budiman, 2013). Dari kebiasaan inilah buah naga dikalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh oleh budaya China yang dikenal sebagai Thang Loy (buah naga). Istilah
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Thang Loy kemudian diterjemahkan di benua Eropa dan negara lain yang berbahasa inggris sebagai Dragon Fruit (buah naga) (Emayanti, 2012), orang-orang suku Indian dan penduduk Meksiko menyebut buah naga dengan Pitaya Roja atau Pitaya merah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Buah naga dihasilkan oleh tanaman sejenis kaktus dengan sulur batang yang menjalar. Batangnya berwarna hijau dengan bentuk segi tiga, mirip tubuh naga. Bunganya besar, berwarna putih dan mekar dimalam hari. Setelah bunga layu akan terbentuk bakal buah yang menggelantung di setiap batangnya. Bakal buah inilah yang akan menjadi buah naga (Jaya, 2010). Buah naga mempunyai sisik seperti seekor naga. Daging buahnya ada yang berwarna kuning, merah atau ungu, putih dengan taburan biji hitam. Tekstur buah naga mirip seperti selasih dengan cita rasa yang mirip seperti buah kiwi (Sasongkowati, 2013). Buah naga umumnya dikenal sebagai Dragon Fruit atau Dragon Pearl Fruit. Bahkan setiap negara mempunyai sebutan yang berbeda-beda terhadap buah ini (Pangkalan Ide, 2009), seperti:
TESIS
Feuy long Kwa (Cina), Long Guo (Mandarin)
Thanh Long atau Clever Dragon (Vietnam)
Kaew Mangkorn (Thailand)
Shien Mie Kuo (Taiwan)
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pitahaya (Mexico)
Buah Naga, Kaktus Manis, Kaktus Madu (Indonesia)
Dan lain sebagainya.
43
Dalam ilmu klasifikasi tanaman atau toksonomi, buah naga dikelompokkan sebagai berikut (Putra, 2013): Kigdom
: Plantae
Sukingdom
: Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta Kelas
: Megnoliospsida
Subkelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Cactaeae
Genus
: Hylocereus
Spesies
: Hylocereus Undatus
Buah naga belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia. Tanaman dengan buah berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan di daerah tropis seperti di Indonesia. Setelah cukup berkembangnya informasi mengenai khasiat buah naga, pemasaran buah ini menjadi tidak terhambat bahkan bila dilihat dari produksi dan penjualan di supermarket sering terjadi kekosongan supply buah
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
naga. Penyebabnya ialah luas areal penanaman yang tergolong masih sedikit (Purwanto, 2011). Buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Hal ini menyebabkan mulai berkembangnya kebun-kebun buah naga di wilayah Indonesia. Perkembangan ini perlu diikuti dengan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu buah naga di Indonesia agar dapat bersaing dengan buah naga yang berasal dari negara tropis lainnya (Istianingsih, 2010). Di Indonesia yang banyak dikembangkan adalah buah naga berdaging merah dan buah naga berdaging putih (Umayah, 2007). Umumnya tanaman buah naga ditanam di sebuah lahan yang luas atau perkebunan, namun sekarang ini tanaman buah naga dapat ditanam di pekarangan atau dalam pot sehingga pemilik rumah dapat menikmati buah naga dari pekarangan sendiri (Sobir dan Mega, 2013). 2.6.2. Morfologi Buah Naga (Hylocereus Undatus) Tanaman buah naga secara morfologi tergolong kedalam tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Tanaman buah naga mempunyai sifat fisiologi long day plant, yang berarti bahwa tanaman buah naga memerlukan cahaya matahari yang lama pada waktu siang hari dan genus Hylocereus ini dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi ekologi yang berbeda (Wardi, 2008).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Tanaman buah naga sensitif terhadap suhu yang sangat ekstrim, suhu yang terlalu tinggi di atas 45˚C akan menyebabkan tanaman buah naga menjadi rusak dan mati, sebaliknya jika pada suhu -2˚C akan mengalami kerusakan dan pada suhu -4˚C akan mengalami kematian. Kerusakan tanaman tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada batang, berair, warna kekuningan. Suhu yang mencapai 45˚C juga dapat menyebabkan menurunnya proses pertumbuhan bunga (Jaya, 2010) Morfologi tanaman buah naga (Hylocereus Undatus) terdiri dari akar, batang, duri, bunga dan buah. Akar buah naga hanyalah akar serabut yang berkembang di dalam tanah di batang atas sebagai akar gantung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). 1. Akar Perakaran buah naga bersifat epifit atau menempel dan merambat pada tanaman lain. Di habitat aslinya perakaran ini menempel pada inang berupa tanaman keras di wilayah gurun. Buah naga tergolong tanaman berakar serabut. Akar tersebut tahan terhadap kekeringan, tetapi tidak tahan terhadap genangan air yang terlalu lama. Walaupun akar tercabut dari tanah, tanaman masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan air menggunakan akar udara yang tumbuh di batang. Akar ini tumbuh di sepanjang batang yang berfungsi untuk menempel pada tanaman inang. Sementara itu, akar utama terdapat dipangkal batang. Di dalam tanah, pertumbuhan akar tersebut tergolong dangkal. Saat menjelang produksi akar ini hanya
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
mencapai kedalaman 50-60 cm. panjang akar tesebut mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang tumbuh di dalam tanah (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari dalam tanah, tanaman buah naga ini masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena akar gantung atau udara yang dimiliki tanaman buah naga berfungsi untuk menyerap air dan mineral yang terdapat pada tumbuhan lain (Kristanto, 2009). Supaya pertumbuhan akar bisa bagus dan normal memerlukan derajat keasaman pada kondisi ideal yaitu PH 7. Apabila PH tanah dibawah 5, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi kerdil dan lambat. Dalam pembudidayaan tanaman PH tanah harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman ditanam, karena perakaran merupakan faktor penting untuk menyerap hara yang ada di dalam tanah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat dan menempel pada batang tanaman lain. Namun, dalam pembudidayaanya, media untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat digantikan dengan tiang penopang atau kawat. Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup lama (Kristanto, 2009).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
2. Batang dan Cabang Tanaman buah naga termasuk dalam keluarga kaktus, meski dari keluarga kaktus, batang buah naga mempunyai duri pendek dan tidak mencolok atau tajam sehingga ada yang menyebutnya “kaktus tak berduri” (Pangkalan Ide, 2009). Pada batang kaktus terdapat duri-duri yang dianggap sebagai daun yang telah berubah bentuk. Bentuk batang bersegitiga, panjang ruas batang bergantung pada keseburan pokok yang mana ruas batang pokok yang subur akan lebih panjang. Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Dari batang ini tumbuh cabang yang warna dan bentuknya sama dengan batang dan berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada cabang dan batang tanaman buah naga ini tumbuh duri-duri pendek dan keras. Letak duri pada tepi siku-siku cabang maupun batang dan terdiri 4 – 5 buah duri disetiap titik tumbuh (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Batang tanaman buah naga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Pada tanaman buah naga ada yang disebut cabang pokok, cabang produksi, dan cabang produktif. Cabang pokok merupakan cabang yang mengarah ke atas melalui pertumbuhan tunas tanaman buah naga. Cabang pokok berukuran 120-150 cm dari permukaan tanah (Kristanto, 2009).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
3. Bunga Bunga buah naga berbentuk seperti terompet putih bersih, dalam bunga ini terdiri atas putik dan sejumlah benang sari berwarna kuning. Tanaman buah naga digolongkan dalam kelompok hermaprodit (berkelamin dua) (Idawati). Bunga tanaman buah naga mekarnya mulai senja, kalau kuncup bunga sudah sepanjang 30 cm. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem mekar kira-kira pada pukul sembilan, lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih, meliputi sejumlah benang sari yang mekar. Bunga buah naga yang seperti corong akhirnya terbuka penuh pada tengah malam. Itulah sebabnya ia tersebar keseluruh dunia yang dikenal sebagai Night Blooming Cereus. Sambil mekar penuh ini, bunga tanaman buah naga menyebarkan bau yang harum, ternyata aroma ini disebar keseluruh penjuru angin malam, untuk menarik binatang malam yaitu Kelelawar agar datang bertandang untuk membantu menyerbuki bunga buah naga. Bunga pokok buah naga mengeluarkan bau wangi yang menarik perhatian Serangga dan Kelelawar, yang bertindak sebagai agen pendebungaan. Bunga biasanya kembang hanya untuk satu malam dan selepas subuh bunganya mulai kuncup (Pangkalan Ide, 2009).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
4. Buah Bunga buah naga yang telah mekar dan telah layu akan disusul bertambah besarnya buah, kemudian terjadi perubahan karena kulit buah dari warna hijau menjadi merah tua. Buah yang masih muda mempunyai sirip atau jumbai yang panjang dan lama kelamaan memendek. Buah naga berbentuk bulat sedikit memanjang dan cabang atau batang dapat tumbuh lebih dari satu bakal buah dan terkadang berdekatan dan pembentukan buah terjadi selama 30 – 50 hari sejak dari mulai berbunga (Emil, 2011). Jika pada satu batang atau cabang ditumbuhi bakal buah lebih dari dua dan jaraknya sangat berdekatan, sebaiknya dilakukan pemotongan bakal buah sehingga pertumbuhan buah optimal. Buah naga atau Hylocereus Undatus mempunyai kulit dengan ketebalan sekitar 0,8 – 1,5 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai yang berukuran sekitar 1 – 2 cm (Emil, 2011). Perubahan struktural dan biokimia terjadi selama proses pematangan buah, yang meliputi peningkatan rasa manis daging buah, perubahan warna kulit dan penurunan asam organik. Pematangan buah naga ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi merah yang berlangsung lambat selama 25-27 hari, selanjutnya setelah 30-33 hari perubahan warna kulit sudah optimum (Bellec dkk, 2006).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
5. Biji Pada buah naga terdapat biji yang berada di dalam daging buah, biji berukuran kecil berbentuk bulat berwarna hitam dan keras. Biji buah naga dapat digunakan sebagai perbanyakan tanaman secara generatife, tetapi perbanyakan tanaman dengan cara ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang sangat lama sampai berproduksi sehingga tidak efektif dibandingkan dengan cara stek menggunakan batang yang telah tua sebagai bibit perkembangbiakan (Emil, 2011). Namun, para ahli atau peneliti biasanya memanfaatkan biji buah naga untuk menciptakan varietas baru, tapi hasil buah dari biji yang diciptakan varietas baru belum tentu sesuai dengan yang diharapkan karena sifat dari keturunannya merupakan gabungan dari kedua induknya (Hardjadinata, 2010). Setiap buah naga mengandung lebih dari 1.000 biji (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). 2.6.3. Jenis-jenis Buah Naga (Hylocereus Undatus) Ada empat jenis buah naga dan dua diantara jenis tersebut paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Adapun jenis buah naga yaitu : 1. Buah Naga Berdaging Putih (Hylocereus Undatus) Buah naga berdaging putih memiliki ciri berupa kulit buah berwarna merah mengilap dengan daging buah putih. Warna batang tanaman bervariasi dari hijau keputihan hingga hijau tua, dengan permukaan batang lebih kasar daripada jenis lainnya. Namun, ukuran tersebut tidak diimbangi dengan cita rasanya. Buah naga ini
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
memiliki rasa yang kurang manis dan aroma yang kurang sedap. Tak heran jika harganya relatife lebih murah jika dibandingkan dengan tiga jenis buah naga lainnya (Andoko dan Nurrasyid 2012).
Gambar 2.4 Buah naga berdaging putih Di Indonesia buah naga daging putih dapat tumbuh subur pada ketinggian kurang dari 500 m dpl (diatas permuaan laut) dengan produksi buah mencapai 15 – 40 ton per hektar per tahun. Buah naga daging putih memiliki produksi paling tinggi dibandingkan dengan buah naga daging merah, super merah maupun buah naga kuning. Buah naga daging putih mempunyai ukuran buah rata-rata lebih besar jika dibandingkan dengan buah naga lainnya, namun derajat kemanisannya paling rendah. Proses penyerbukan pada tanaman buah naga dapat terjadi secara alami yang dilakukan oleh kelelawar, burung, serangga seperti lebah, atau angin (Emil, 2011).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Buah naga daging putih merupakan buah naga yang pertama kali masuk di Indonesia dan masyarakat lebih mengenal buah daga berdaging putih dibandingkan dengan jenis buah naga lainnya (Budiana, 2013). 2. Buah Naga Berdaging Merah (Hylocereus Polyrhizus) Sosok tanaman buah naga berdaging merah lebih kekar. Ciri fisik yang paling menonjol adalah jarak antar duri lebih rapat di bagian batang dan cabang. Selain itu, kelopak bunganya bersemburat warna merah di bagian pinggir, cukup kontras dengan bagian lain yang berwarna hijau muda. Jika buah naga berdaging putih memiliki kulit berwarna merah, buah naga berdaging merah justru memiliki kulit buah berwarna merah muda, tetapi daging buahnya berwarna merah. Jenis hylocereus polyrhizus ini paling banyak diminati dan ditanam secara besar-besaran di Indonesia. Selain karena rasanya lebih manis dan lebih berair, dari segi pembudidayaan juga tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan jenis buah naga lainnya (Andoko dan Nurrasyid 2012).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Gambar 2.5 Buah naga daging merah Kadar kemanisan yang dimiliki red pitaya (buah naga merah) lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah naga daging putih, buah naga kuning yaitu mencapai 1315°Brix dan buah naga merah ini memiliki kadar kemanisan yang sama dengan buah naga super red, namun buah naga merah memiliki keunggulan tersendiri karena bunga buah naga merah selalu muncul setiap saat sehingga produksi buah ini setiap musimnya selalu melimpah dibandingkan buah naga jenis lainnya (Farikha dkk, 2013). 3. Buah Naga Berdaging Super Merah atau Super Red (Hylocereus Costaricensis) Sepintas, buah naga jenis hylocereus costaricensis mirip dengan buah naga berdaging merah. Namun, warna daging buahnya lebih merah sehingga sering disebut
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
buah naga super merah atau super red. Ukuran buah naga jenis hylocereus costaricensis relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan buah naga berdaging merah. Batangnya lebih besar daripada jenis buah naga lainnya, dan akan berwarna loreng ketika tua (Andoko dan Nurrasyid 2012).
Gambar 2.6 Buah naga daging super merah 4. Buah Naga Berdaging Kuning (Selenicereus Megalanthus) Secara umum, penampilan tanaman buah naga berdaging kuning hampir sama dengan jenis lainnya, tetapi sosoknya lebih ramping dan pendek. Ukuran buahnya juga lebih kecil dari buah naga lain. Buah naga kuning terdiri atas dua jenis, yaitu buah naga kuning biasa dan buah naga kuning berduri. Jenis yang terakhir ini
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
buahnya memiliki duri-duri kecil panjang dan menggerombol di beberapa titik. Keberadaan duri-duri ini membuat performa buah kurang menarik (Andoko dan Nurrasyid 2012). Buah naga kuning dan buah naga lainnya tergolong family kaktus dan masih satu genus. Akan tetapi, batang tanaman buah naga kuning cenderung lebih kecil dibandingkan batang tanaman buah naga lainnya. Tekstur akar juga terbilang lembut dan tipis sehingga mudah putus. Perakaran buah naga kuning sedikit dan lemah, jumlahnya hanya 80 % dari perakaran buah naga merah. Dengan kondisi seperti ini, tanaman buah naga kuning perlu mendapatkan perlakuan khusus agar akar tumbuhan lebih kuat (Sobir dan Mega, 2013). Tingkat kemanisan buah naga kuning lebih tinggi dari pada buah naga putih atau merah, yakni mencapai 18-20 briks. Daging buahnya lebih berair (juicy), sehingga terasa lebih segar di mulut setelah menyantapnya. Jika buah naga jenis lain tidak bisa beradaptasi di dataran tinggi, buah naga kuning justru bisa berproduksi optimal di dataran tinggi, dengan bobot buah mencapai 200-250 gram. Sebaliknya jika ditanam di dataran rendah, bobot buah hanya berkisar 125-150 gram (Andoko dan Nurrasyid 2012).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Gambar 2.7 Buah naga kuning Daging buah naga kuning berwarna putih dengan taburan biji berwarna hitam sama dengan buah naga putih. Namun, kulitnya berwarna kuning terang dengan sisik berukuran besar yang pada ujungnya terdapat gradasi warna hijau. Selain kulit bersisik, buah naga kuning juga memiliki varian kulit lain yaitu buah dengan permukaan kulit berduri (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tanaman sebangsa kaktus dengan daging buahnya berwarna hitam dan bersisik merah merupakan pendatang baru yang belum lama dikenal, dibudidayakan dan diusahakan di Indonesia. Black dragon fruit atau buah naga hitam merupakan hasil
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
pembaharuan dari buah naga berdaging super merah, yang perawatannya menggunakan pupuk hitam atau black natural. Secara morfologi buah naga berdaging hitam sama saja dengan buah naga jenis lainnya. Perbedaan utama buah naga berdaging hitam dengan buah naga jenis lainnya hanya terletak pada warna daging buahnya saja yang sebenarnya tidak hitam melainkan warna merah yang sangat pekat mendekati hitam. Sementara itu, sistem budidaya buah naga berdaging hitam sama dengan sistem budidaya buah naga jenis lainnya. Hanya saja, budidaya buah naga berdaging hitam menggunakan pupuk hitam yang merupakan poin utama dalam perbedaan dengan budidaya buah naga jenis lainnya (Idawati). Warna yang pekat pada buah naga berdaging hitam kaya akan betakaroten yang merupakan senyawa organik yang tergolong sebagai terpenoid yaitu pigmen merahorange yang hanya terdapat pada tumbuhan dan buah. Betakaroten berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Betakaroten juga mempunyai kemampuan untuk memproduksi sel dari mutan sangat luar biasa. Karena itu, dengan mengkonsumsi buah naga berdaging hitam secara rutin akan membantu menangkal kanker dan tumor. Selain itu, betakaroten juga dapat memproteksi jantung sehingga potensi terkena serangan jantung dapat direduksi (Idawati).
2.6.4. Komposisi Buah Naga (Hylocereus Undatus) Dalam QS Abasa (80) 27 – 32, isi ayat ini yang menganjurkan manusia agar makan buah-buahan, yang artinya “lalu kami tumbuhkan biji-bijian padanya, anggur dan sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun yang lebat. Buah-buah dan rumput,
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
untuk kepentingan kamu dan binatang ternakmu. Dalam ayat tersebut dicontohkan beberapa jenis buah-buahan, tapi masih ada jenis buah lainnya seperti pisang, apel, pepaya, buah naga dan yang lainnya yang sangat bermanfaat bagi tubuh dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatan manusia (Widuri dan Dedi, 2013). Tabel 2.3. Kandungan zat gizi buah naga per 100 gram Komposisi Zat Gizi Air Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kalsium Fosfor Magnesium Natrium Kalium Besi Tembaga Thiamin Riboflavin Niasin Piridoksin Kobalamin Vitamin C Vitamin A Vitamin E Likopen
Jumlah 87,3 gram 89,43 kcal 0,16 gram 0,23 gram 1,48 gram 10,1 gram 5,7 mg 23 mg 28,3 µg 50,15 mg 56,96 mg 3,4 mg 0,03 mg 48,9 µg 40,75 µg 513,78 µg 20,579 µg 15,61 µg 525,32 µg 129,13 µg 105,67 µg 14,35 µg
Sumber: Mohd. Azim R dan Norhayati A H (2006) dalam Puspaningtyas (2013). Hasil pengujian yang dilakukan Puspita (2011) bahwa identifikasi buah naga putih maupun buah naga merah dengan GC-MS menunjukkan hasil yang didominasi oleh senyawa golongan alkohol, asam karboksilat, alkana, keton, aldehida, terpenoid, alkena, dan ester.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
2.6.5. Manfaat Buah Naga (Hylocereus Undatus) Untuk Kesehatan Buah naga sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar atau campuran pada es buah. Dari hasil penelitian dalam pengolahan bahan makanan dengan panas 95˚C selama 30 menit dapat menyebabkan perubahan kandungan serat, antioksidan pada buah naga (Omidizadeh, 2011). Kandungan serat pada buah naga sangat tinggi, mencapai 0,7 – 0,9 g per 100 g. di dalam tubuh serat dibutuhkan untuk menurunkan kadar kolesterol. Di saluran cerna serat akan berfungsi mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dengan tinja. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya mengkonsumsi serat maka akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjadinata, 2010). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dr. John Potter dari Fred Hutchinson Cancer Research Center, dari studi peranan serat terhadap kanker kolesterol, didapat hasil yang relatif konsisten, bahwa ada penurunan risiko dengan konsumsi serat lebih tinggi dan menurut Dr. Maria Soller dari Instituto di Ricerche Farmacologiche Mario Negri di Milan asupan serat berperan penting untuk pencegahan kanker mulut, kerongkongan dan esofagus (Pangkalan Ide, 2009). Jenis karbohidrat yang terkandung di dalam buah naga adalah fruktosa, oligosakarida dan glukosa. Oligosakarida dapat berfungsi sebagai senyawa prebiotik yang dapat merangsang pertumbuhan bakteri baik di dalam usus besar, seperti Lactobacillus Sp. dan Bifidus sp (Puspaningtyas, 2013).
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Betakaroten juga terdapat di dalam buah naga, betakaroten merupakan provitamin A yang sangat berguna dalam proses reproduksi, metabolisme dan proses penglihatan. Betakaroten merupakan jenis antioksidan yang sangat berperan penting dalam mengurangi radikal peroksil dan betakaroten dikenal juga sebagai pencegah kanker kulit dan kanker paru-paru (Hardjadinata, 2010; Damayanti, 2013). Betakaroten juga mempunyai kemampuan bekerja sebagai antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas berinti karbon yang terdapat di dalam tubuh manusia. Betakaroten efektif pada saat konsentrasi rendah oksigen dan dapat melengkapi sifat antioksidan tinggi oksigen (Damayanti, 2013). Buah naga juga mengandung zat besi, kalium, protein. Kalium berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Zat-zat ini dapat meningkatkan daya penglihatan, menetralkan racun dalam darah dan mencegah hipertensi (Damayanti, 2013). Hasil penelitian Lim dkk (2006) menyatakan bahwa buah naga mempunyai kandungan fenol dan asam askorbat yang lebih rendah dibandingkan jeruk, namun buah naga juga memiliki sedikit kemampuan menangkap logam (Chelating Power). Kemampuan ini sangat berguna untuk menangkap ion besi yang dapat menimbulkan reaksi fenton penyebab timbulnya banyak penyakit. Berdasarkan hasil studi preklinis selama enam minggu yang dilakukan oleh Yusof (2008) dengan mengkonsumsi 300 gr, 500 gr dan 700 gr buah naga setiap hari
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
dapat menurunkan kadar LDL, kolesterol total, dan trigliserida, bahkan kadar HDL meningkat secara signifikan. Vitamin C merupakan kandungan tertinggi di dalam buah naga yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa membantu menyembuhkan memar atau luka. Selain vitamin C ada juga vitamin B2 dan B1 yang berperan untuk meningkatkan metabolisme dan memulihkan nafsu makan (Hardjadinata, 2010). Bukan hanya daging buah naga yang bermanfaat untuk kesehatan tetapi bijibiji buah naga mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang tinggi. Biji buah naga juga dapat menyingkirkan racun logam berat dari tubuh, membantu menurunkan tekanan darah tinggi, kesehatan jantung, sangat baik untuk system peredaran darah, mengurangi tekanan emosi, menetralkan racun dalam darah dan menstabilkan kadar gula darah yang bisa menyebabkan kolesterol (Sasongkowati, 2013; Damayanti, 2013). 2.6.6. Kulit Buah Naga Berdaging Super Merah (Hylocereus Costaricensis) Kulit buah-buahan sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antioksidan, dimana antioksidan di dalam kulit buah-buahan dapat mengobati luka dan melindungi sel tubuh dari proses oksidasi (Nagumo, 2014). Kulit buah naga super merah (Hylocereus Costaricensis) mengandung pigmen antosianin yang merupakan salah satu sumber pewarna alami makanan yang menghasilkan warna merah dan antosianin juga dapat berperan sebagai antioksidan.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata bukan hanya daging buah naga yang memiliki sejuta khasiat, namun kulitnya yang cerah dan memiliki sisik juga diketahui mengandung senyawa aktif seperti pentacyclic triyepene taraxast 20ene 3aol dan juga taraxast 12,20(30)dien 3aol. Dimana kedua senyawa ini terbukti sangat ampuh menjaga serta melindungi kelenturan pembuluh darah. Bahkan keampuhan ini menyamai obat Troxerutin yang dikenal sebagai obat berbahan kimia yang digunakan untuk melindungi pembuluh darah mikro. Obat ini banyak beredar di pasaran dan populer digunakan untuk mereduksi potensi pembuluh darah pecah. Kulit buah naga dapat menjadi alternatif alami untuk mencegah pecahnya pembuluh darah (Indah dan Bagus, 2013). Selain memelihara fleksibilitas pembuluh darah, ternyata kulit buah naga juga berperan untuk menghambat pertumbuhan tumor sel tumor B16F10 pada dosis tertentu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hasil penelitian Li Chen Wu secara in vitro dari Departement of Applied Chemistry National Chinan University (Pangkalan Ide, 2009).
Menurut Sasina (2012) kandungan total fenol dalam daging dan kulit buah naga merah yaitu sebesar 1.049,18 mgGAE/100g dan 561,76 mgGAE/100g sedangkan total flavonoid sebesar 1310,10 mg CE/100g dan 220,28 mg CE/100g. Total fenol berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan pada kulit dan daging buah naga. Sedangkan hasil pengujian DPPH (diphenyl-1-piccrylhydrazyl) menunjukkan
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
kemampuan untuk mengikat radikal bebas pada kulit buah naga lebih tinggi daripada daging buahnya.
Lebih jauh lagi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaniar Citramukti (2008), menyatakan bahwa kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis) mengandung pigmen sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida dan kadar antosianin 1,1 mg/100 ml. Pigmen betalain dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Hasil penelitian Kusuma dkk (2013), dari hasil analisa mikrobiologi ekstrak kulit buah naga menunjukkan dapat bekerja secara efektif pada sampel yang disimpan pada suhu 4°C. Jumlah koloni mikroba pada susu kedelai dengan ekstrak kulit buah naga lebih rendah jika dibandingan dengan susu kedelai dengan ekstrak kulit terong. Hasil evaluasi sensori membuktikan bahwa susu kedelai dengan ekstrak kulit buah naga lebih disukai daripada susu kedelai dengan ekstrak kulit terong. Hasil penelitian Sopandi dan Wardah (2010) bahwa ekstrak dari kulit buah naga dapat menghambat aktivitas oksidasi pada sosis daging sapi. Warna dan rasa sosis daging sapi dan susu pasteurisasi yang diberi warna pigmen dari ekstrak kulit buah naga disukai panelis denga takaran optimum 1-2%.
TESIS
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ....
ADE SAPUTRA NASUTION