BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetika 2.1.1. Defenisi Kosmetika berasal dari kata kosmein (yunani) yang berarti “berhias”.Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat akta tentang defenisi kosmetika yang
kemudian
menjadi
acuan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
220/Menkes/per/X/76 tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa : Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. (Wasitaatmadja, 1997) 2.1.2. Penggolongan Kosmetik Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/ SK/1977
tanggal 22 januari 1977, menurut kegunaannya kosmetik dikelompokkan dalam 13 golongan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Sediaan untuk bayi; shampoo bayi, losion, baby oil, bedak, krim, dan sediaan untuk bayi lainnya. b. Sediaan untuk mandi; bath oil, tablet, salt, buble bath, bath capsule, dan sediaan untuk mandi lainnya. c. Sediaan untuk make-up mata; eye brow pencil, eye liner, eye shadow, eye make-up remover, mascara, dan sediaan make-up mata lainnya. d. Sediaan wangi-wangian; cologne dan toilet water, parfum, powder(dusting dan talcum, tidak termasuk aftershave talc), dan sediaan wangi-wangian lainnya. e. Sediaan rambut (bukan cat rambut); hair conditioner, hair spray (aerosol fixative), hair straightener, hair rinse (bukan cat), tonik rambut, hair dressing dan hair grooming aid lainnya, wave set, serta sediaan rambut lainnya. f. Sediaan pewarna rambut(cat rambut); hair dye dan colour, hair rinse(cat), shampoo rambut (cat), hair tint, hair colour spray, hair lightener with colour, hair bleach, dan sediaan pewarna rambut lainnya. g. Sediaan make-up ( bukan untuk mata); blusher, face powder, foundation, pewarna kaki dan badan, lipstick, make-up base, rouge, make-up fixative, dan sediaan make-up lainnya. h. Sediaan untuk kebersihan mulut; mouth wash, pasta gigi, breath freshener, dan sediaan untuk kebersihan mulut lainnya. i.
Sediaan kuku; basecoat dan undercoat, cuticle softener, nail cream dan lotion, nail extender, nail polish dan enamel remover, dan sediaan kuku lainnya.
j.
Sediaan untuk kebersihan badan; sabun dan deterjen mandi, deodorant (under arm), douche, feminine hygiene, deodorant, dan sediaan untuk kebersihan badan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
k. Sediaan cukur; after-shave lotion, beard softener, talcum untuk pria, pre-shave lotion, krim cukur (aerosol brushless dan lather ), sabun cukur, dan sediaan cukur lainnya. l.
Sediaan perawat kulit; pembersih (cold cream, cleansing liquid dan pad), depilatory, perawat kulit untuk muka, badan dan tangan ( tidak termasuk sediaan cukur), bedak dan spray untuk kaki, pelembab, perawat kulit yang dipakai pada malam hari, masker, skion freshener, wrinkle smoothing remover, dan sediaan kulit lainnya.
Selain itu, juga terdapat istilah kosmetika tradisional dan kosmetika semi tradisional, yaitu: 1. Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terbuat dari bahan-bahan berasal dari alam dan diolah secara tradisional. 2. Kosmetika semi-tradisional adalah kosmetika tradisional yang pengolahannya dilakukan secara modern dengan menggunakan atau mencampurkan bahanbahan kimia sintetik seperti pengemulsi, pengawet dan lain-lain. (Sartono, 1999)
2.1.3 Efek Samping Kosmetik Efek samping kosmetik menimbulkan kekhawatirkan pengguna kosmetik akan kemungkinan timbulnya efek samping kosmetik pada dirinya. Namun sejauh ini informasi tentang efek samping kosmetik masih sangat sedikit. Di satu sisi, konsumen kosmetik selalu bertambah, dan pasti akan diikuti dengan peningkatan kejadian efek samping kosmetik. Di sisi lain, informasi mengenai produk kosmetika tidak bertambah luas dari masa ke masa. Ataupun sekali ada, keterangan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Efek samping pada kulit Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan pada kulit dapat berupa; •
Dermatitis kontak alergik atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat alergik atau iritan, missal:PPDA (paraphenyl diamine) pada cat rambut, natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokuinon pada pemutih kulit.
•
Akne kosmetika, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat atau masker penipis (peeling mask), petrolatum pada minyak rambut atau mascara, asam oleat pada pelembut janggut (beard softener), alcohol laurat pada pelembab. Secara klinis tampak komedo tertutup atau papul didaerah muka.
•
Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru diperkirakan akan terjadi, misalnya : purpura akibat PPDA atau isopropyl PPDA; dermatitis folikular akibat unsure nikel, kobal, dan lainnya; erythema multiforme like eruption akibat tropical woods; urtikaria kontak akibat amil alcohol atau balsam peru; erupsi likenoid akibat PPDA; granuloma akibat garam zirconium dalam deodorant, merkuri dalam pemutih dan metal dalam tato.
Efek samping pada Rambut dan Kuku Efek samping kosmetika pada rambut atau kuku berupa kerontokan rambut, kerusakan kuku dan rambut. Pemakaian kosmetika kuku atau kosmetika rambut dapat memberikan reaksi pada kulit sekitarnya atau kulit yang letaknya jauh, misalnya leher,perut, paha, atau kaki. Zat dalam kosmetika kuku atau rambut yang sering
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan efek samping adalah : formaldehid pada cat kuku, natrium atau kalium hidroksida pada pelepas kutikula kuku (cuticle remover), dan tioglikolat pada kosmetika pengeriting rambut (permanent wave). Efek samping pada Mata Kosmetika mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau kosmetik lainnya yang pemakaiannya dekat mata, misalnya kosmetika rambut atau muka, dapat menimbulkan efek samping pada mata berupa: -
Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat yang masuk ke mata, misalnya spiritus mineral, isoparafin, alcohol, propilen glikol, atau sabun.
-
Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya partikel mascara, eye shadow, atau eye liner ke dalam mata.
Kelainan pada saluran napas Keluhan pada saluran napas dapat terjadi pada pemakaian kosmetika terutama dalam bentuk aerosol ( hair spray atau deodorant spray) yang digunakan dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk. Efek Toksik Jangka Panjang Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetika mungkin menimbulkan efek jangka panjang pada berbagai organ tubuh, missal, darah, hati, ginjal, limpa, paruparu, embrio (teratogen), alat endoktrin dan kelenjar limfa. Kelainan ini dapat terjadi akibat efek kumulatif pemakaian kosmetika yang umumnya dipakai dalam jangka waktu lama (puluhan tahun ) dan daerah pemakaian yang luas. Kemungkinan mutagenisitas kosmetika dikhawatirkan dapat terjadi, dan penilaian retrospektif dikemudian hari yang dapat membuktikan kemungkinan tersebut. (Wasitaatmadja, 1997).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Asam Salisilat 2.2.1. Sejarah Asam Salisilat Menurut sejarahnya, salisilat adalah diantara kelompok pertama yang dikenal sebagai analgesik. Laroux, pada tahun 1827, mengisolasi salisin, dan piria, pada tahun 1838 membuat asam salisilat. Setelah penemuan ini, berikutnya Cahours (1844) memperoleh asam salisilat dari minyak wintergreen (metilsalisilat); dan Kolbe dan lautermann(1860) secara sintetik membuat dari fenol. Natrium salisilat diperkenalkan pada tahun 1875 oleh Buss, diikuti dengan diperkenalkan fenil salisilat oleh Nencki pada tahun 1886. Aspirin atau asam asetilsalisilat, pertama kali dibuat oleh Gerhardt pada tahun 1853, tetapi tetap terselubung sampai Felix Hofmann menemukan aktifitas farmakologiknya pada tahun 1899. Dia diuji dan diperkenalkan dalam pengobatan oleh Dreser, yang memberi nama aspirin dengan mengambil “a” dari asetil dan menambah “spirin”, nama kuno dari salisilat atau asam spirat, diturunkan dari sumber alami tanaman spirea. Salisilat, secara umum menunjukkan aksi antipiretik pada pasien demam dengan menaikkan eliminasi panas badan melalui mobilisasi air dan berakibat pengenceran darah. Ini menghasilkan perspirasi yang menyebabkan dilatasi kulit.(Doerge,R,F, 1982) Asam O-hidroksibenzoat. Asam ini sudah dikenal lebih dari 135 tahun lalu, diketemukan pada tahun 1839. Terdapat bebas dalam alam dalam bentuk garam dan asam. Ester yang sangat dikenal umum adalah metil salisilat ( minyak wintergreen ). Asam salisilat dapat diperoleh penyabunan minyak winter-green dengan natrium hidroksid dan kemudian dinetralkan dengan asam klorid, disebut sebagai “asam salisilat alamiah” dan digunakan untuk membuat garam yang lebih disukai beberapa orang. Asam alamiah umumnya berwarna kuning atau merah jambu dan bau mirip wintergreen lemah. Pada suatu saat diyakini bahwa asam salisilat sintetik
Universitas Sumatera Utara
dikontaminasi dengan asam kresotinat [C6H3.CH2(OH)(COOH)] dan dengan demikian lebih toksik, garamnya kurang disukai. Sejak diketahui bahwa tidak hanya asam kresotinat tidak ada, tetapi asam kresotinat juga tidak toksik. Pada tahun 1859, Kolbe memperkenalkan metode pembuatan sintesis asam salisilat, dan dengan sedikit perubahan, metode ini masih digunakan. Natrium fenolat dibuat dan dijenuhkan dengan karbon dioksid di bawah tekanan, hasil produknya kemudian dilakukan pada 200o, isomer struktur para ( asam p-hidroksi benzoate) lebih banyak diperoleh. (Doerge,R,F, 1982)
2.2.2. Defenisi asam salisilat Asam salisilat memiliki struktur kimia :
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat. Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya
Universitas Sumatera Utara
bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_salisilat My World - My Rule ) Salicilyc acid atau asam salisilat adalah bahan-bahan dasar (ingredient) yang banyak digunakan untuk kosmetik sekarang ini. Biasanya zat ini ditemukan di sabun muka, krim malam, dan pada banyak obat jerawat. Zat salicilyc acid ini salah satu jenisnya yang paling banyak dipakai adalah BHA ( Beta hidroksi salicilyc acid.acid). Jadi sering dikatakan kalau BHA disebut juga. BHA atau salicilyc acid ini adalah ingredient yang merupakan turunan aspirin. Aspirin sendiri adalah Zat yang terbentuk dari kulit pohon willow dan merupakan zat aktif yang banyak digunakan sebagai bahan dasar obat sakit kepala zaman dulu. karena Sekarang fungsi aspirin sebagai obat sakit kepala sudah banyak digantikan oleh paracetamol, Walaupun aspirin masih juga dikonsumsi oleh beberapa orang-orang yang cocok dengan obat ini. (http://iniblognya saya.wordpress.com/2010/08/26/tinnitus-oh-tinnitus-salicylic-acid ) BHA juga dikenal dengan sebutan asam salisilat. Formula ini juga tersedia OTC sehingga dapat digunakan dirumah dengan konsentrasi 0,5-2%. Asam salisilat biasa digunakan dengan konsentrasi 20-30% untuk office peel. Peeling ini mengatasi kerut halus, menyamarkan pigmentasi . Fungsinya hampir sama dengan AHA. BHA memiliki sifat antiinflamasi sehingga iritasi juga lebih sedikit dibanding AHA. Karena sifat ini BHA juga dapat digunakan untuk rosasea dan acne. BHA juga memiliki efek pencerahan namun juga tetap ada resiko hiperpigmentasi. Triknya adalah gunakan peeling yang cukup kuat sehingga efektif namun jangan terlalu kuat karena dapat memicu inflamasi. (http://wijayaskincare-platinum.blogspot.com/2010/09/chemical peeling-oleh-dr-frans-x.html)
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Sifat-sifat asam salisilat Asam salisilat(C7H6O3) mengandung tidak kurang dari 99,5% , BM 138,12, pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam. Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%); mudah larut dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam larutan ammonium asetat, dinatrium hidrogenfosfat, kalium sitrat dan natrium sitrat. Khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi.(farmakope,1979). Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Sifat-sifat fisik dari asam salisilat 1
Penampakan
Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit
2
Titik lebur
1-2 0C
3
Titik didih
197 0C
4
Kerapatan
4,2
5
Tekanan uap
1 mmHg pada 33 0C
6
Daya ledak
1,146 g/cm3
7
Titik nyala
76 0C
Dari hasil penelitian ditetapkan apabila dimakan oleh tikus dengan dosis 520 mg/kg merupakan dosis yang mengakibatkan kematian 50 % (LD50), dan apabila
Universitas Sumatera Utara
terkena kulitnya dengan dosis 600 mg/kg merupakan dosis yang mengakibatkan kematian 50 % (LD50). Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut: 1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit. 2. Iritasi pada mata 3. Iritasi pada sauran pernafasan 4. Iritasi pada kulit (http://damayuda.blogspot.com/2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html) Asam salisilat biasanya berupa Kristal putih seperti
jarum atau sebagai serbuk
kristalin seperti bulu. Asam sintetik stabil diudara dan tidak berbau. Sedikit larut dalam air (1 : 460) dan larut dalam hampir semua pelarut organic. Sifat asam ini disebabkan gugus hidroksil fenolat dan pada gugus karboksil. Karena juga suatu fenol, member reaksi fenol, seperti membentuk warna violet dengan garam ferri, halogenasi dan oksidasi. Zat pengoksid membentuk senyawa
berwarna, mungkin jelas kinoid,
dan merusak molekul. Senyawa
berwarna yang terbentuk pada pendiaman dalam larutan alkalidisebabkan terbentuk kinhidron. Dengan ion logam berat terbentuk garam tidak larut, seperti perak, raksa, timbal, bismuth dan senk. Zat pereduksi memecah asam salisilat menjadi asam pimelat. Asam borat dan asam salisilat berkombinasi membentuk borosalisilat. Asam salisilat memiliki sifat antiseptic dan germisid kuat karena suatu fenol terkarboksilat. Adanya gugus karboksil kelihatan menaikkan sifat antiseptic dan menurunkan efek eskarotik, destruktif. Digunakan eksternal sebagai eskarotik dan antiseptic ringan dalam salep dan larutan. Banyak tonika rambut, dan pengobatan kutu air, katimumul, kutil menggunakan sifat keratolitik asam salisilat. (Doerge,R.F, 1982 ) Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesicantipiretik adalah senyawa turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk mengurangi
Universitas Sumatera Utara
rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan rematik. Kurang efektif untuk mengurangi sakit gigi, sakit pada waktu menstruasi dan sakit karenan kanker. Tidak efektif untuk mengurangi sakit karena kram, kolik dan migrain. (Siswandono, 1995) Asam salisilat, asam asetilsalisilat (aspirin), asetanilida, dan salisin suatu kandungan kulit kayu salix alba, menggambarkan bentuk asli kelompok obat ini. Disamping meringankan nyeri, zat ini mempunyai aktivitas antipiretik. Semuanya mempunyai aktivitas anti radang yang bermanfaat, kecuali anilida yang sederhana. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, obat-obat tersebut terbukti dapat mempengaruhi metabolism atau kerja sejumlah mediator biokimia dan sel pada proses peradangan selama kurun waktu yang sama, efek system saraf pusat primer untuk obat-obat ini dalam meringankan nyeri.(Foye, 1995 )
2.2.4.
Efek Asam Salisilat Terhadap Kesehatan Efek terhadap kesehatan dari asam salisilat bersifat iritatif sekali, sehingga hanya
digunakan sebagai obat luar. Asam salisilat untuk pemakaian luar biasanya 1-5% bentuk serbuk dan lotion. Turunan asam salisilat dapat dipakai secara sistemik adalah ester asam salisilat yang substitusinya pada gugus karboksilat dan ester salisilat dari asam organic dengan substitusi pada gugus organic. Pada pemberian peroral, asam salisilat dapat menimbulkan gangguan epigastrik, pusing, berkeringat, mual dan muntah. Karena asam salisilat mempunyai daya korosif dan merusak jaringan yang merusak jaringan yang berkontak, misalnya dengan kulit, mulut, lambung, dan daya korosif itu bergantung pada konsentrasi pemakaian secara kronis dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan perdarahan lambung. Bila pemakaian terus-menerus maka dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi, tetapi jarang terjadi pada dosis kecil. Gejala toksisitas yang serius terjadinya perubahan keseimbangan asam basa dan komposisi elektrolit, yaitu hiperventilasi, demam ketosis, respirasi alkalosis, dan asidosis metabolik. Absorpsi asam salisilat secara peroral berlangsung cepat, biasanya dilambung dan sebgaian di usus halus bagian atas. Kecepatan absorpsi tergantung beberapa factor, terutama
Universitas Sumatera Utara
kecepatan desintegrasi dan disolusi, pH pada permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat juga menimbulkan kelainan kulit berupa eritema dan pruritis radang pada kulit.(Cahyadi,W., 2006)
2.3. Kromatogarafi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 2.3.1. Sejarah KCKT Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan antara fase yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, dan fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kita biasanya menganggap Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun 1903 menguraikan karyanya mengenai pemakaian
kolom kapur
untuk
memisahkan
pigmen
dalam
daun.
Istilah
‘kromatografi’ dipakai oleh Tswett untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak kebagian bawah kolom. Perlu diketahui bahwa D.T. Day pada kira-kira saat yang sama memakai kromatografi untuk memisahkan berbagai fraksi minyak bumi tetapi Tswett-lah yang pertama kali mengenali dan menafsirkan proses tersebut. Kromatografi merana selama bertahun-tahun, biasanya dipakai dalam bentuk kromatografi cair-padat (KCP). Kemudian pada akhir tahun 1930-an pada awal tahun 1940an cara ini mulai berkembang. Dasar kromatografi lapis tipis (KLT) diletakkan oleh Izmailov dan Schraiber pada tahun 1938 dan kemudian diperhalus oleh Stahl Pada tahun 1958. Karya Martin dan Synge, yang pada tahun 1941membuahkan hadiah nobel, tidak hanya merevolusikan kromatografi cair, tetapi juga secara umum meletakkan landasan bagi perkembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952, Martin dan James mempublikasikan makalah pertamanya mengenai kromatografi gas. Antara tahun 1952 dan akhir tahun 1960an kromatografi gas berkembangn menjadi alat analisis yang canggih. Kromatografi cair kinerja tinggi
Universitas Sumatera Utara
(KCKT) atau kromatografi cair ‘bertekanan tinggi’,’ berkecepatan tinggi’ dan ‘modern’ berkembang dari usaha tersebut. Kemajuan dalam instrumentasi dan kemasan kolom terjadi begitu cepat sehingga sukar untuk mempertahankan keahlian yang sesuai dengan kemajuan mutakhir.(Johnson,E.L. dan Stevenson,R., 1991).
2.3.2. Komponen-komponen penting dari KCKT a. Pompa Fase gerak dalam KCKT sudah tentu zat cair, dan untuk menggerakkannya melalui kolom diperlukan alat. Ada dua jenis utama pompa yang digunakan tekanantetap dan pendesakan-tetap. Pompa pendesakan tetap dapat dibagi lagi menjadi pompa torak dan pompa semprit. Pompa torak menghasilkan aliran yang berdenyut, jadi memerlukan peredam denyut atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis alas detector yang stabil jika detector peka terhadap aliran. Kelebihan utamanya adalah tandonnya tidak terbatas. Pompa semprit menghasilkan aliran yang tak berdenyut, tetapi tandonnya terbatas.( Johnson,E.L dan Stevenson,R.1991) Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam.Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 ml/ menit. Untuk tujuan preparative, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 ml/ menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reproducible, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan
Universitas Sumatera Utara
aliran fase gerak yang konstan.Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.(Rohman, 2007) b.injektor Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada dua ragam utama : aliran henti dan pelarut mengalir. Ada tiga jenis dasar injector, yaitu: a) Aliran-henti: aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfer; system ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya system aliran utama tetap berada pada tekanan kerja). Cara ini dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil, jadi umumnya daya pisah tidak dipengaruhi. b) Septum: ini adalah injector langsung pada aliran, yang sama dengan injector yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai pada tekanan sampai sekitar 60-70 atmosfer. Sayang sekali, septum tidak dapat dipakai untuk semua pelarut KC. Selain itu, partikel kecil terlepas dari septum dan cendrung menyumbat. c) Katup jalan-kitar : jenis injector ini, biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum yang lebih besar dari 10 l dan sekarang dipakai dalam system yang diotomatkan.(volum yang lebih kecil dapat disuntikkan secara manual memakai adaptor khusus). Pada kedudukan mengisi, jalan-kitar cuplikan diisi pada tekanan atmosfer. Jika katup dijalankan (dibuka), cuplikan didalam jalankitar teralirkan ke dalam kolom.(Johnson,E.L dan Stevenson,R. 1991).
Universitas Sumatera Utara
c. Kolom Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok : •
Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan felikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm
•
Kolom preparatif; umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dari panjang 25-100 cm.(Johnson,E.L dan Stevenson,R. 1991)
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional, yakni: -
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10- 100 µl/ menit )
-
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
-
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.(Rohman, 2007)
d. Detektor Detektor yang merupakan tulang punggung kromatograf cair kecepatan tinggi modern (KCKT) ialah detector UV 254 nm. Detektor UV-tampak dengan panjang gelombang yang berubah-ubah sekarang menjadi popular karena dapat dipakai untuk mendeteksi senyawa dalam lingkup lebih luas.(Johnson,E.L dan Stevenson,R. 1991)
Universitas Sumatera Utara
Beberapa persyaratan detector adalah: 1. Sensitivitas yang sangat tinggi, dengan rentang sensitivitas 10-8 – 10-15 g per detik 2. Kestabilan dan reprodusibiliti yang sangat baik 3. Memberikan respon yang linier terhadap konsentrasi solute (linarut) 4. Dapat bekerja dari temperature kamar sampai 400oC 5. Tidak dipengaruhi perubahan temperature dan kecepatan pelarut pengembang 6. Mudah didapat dan mudah pemakaiannya oleh operator 7. Dapat selektif terhadap macam-macam linaurt didalam larutan pengembang 8. Tidak merusak sampel 9. Dapat menghilangkan “ zone broadening” dengan adanya pengaruh internal volume. (Mulja, 1995). e. Elusi Landaian Elusi
landaian
ialah
peningkatan
kekuatan
fase
gerak
selama
analisis
kromatografi.Hasil elusi landaian ialah perpendekan waktu tambat senyawa yang ditahan dengan kuat dalam kolom. Elusi landaian mempunyai beberapa keuntungan : •
Waktu analisis keseluruhan dapat dikurangi secara berarti
•
Daya pisah keseluruhan per satuan waktu campuran ditingkatkan;
•
Bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil);
•
Kepekaan efektif ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam.
f. Fase Gerak Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu peubah yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai dalam semua ragam
Universitas Sumatera Utara
KCKT, tetapi ada beberapa sifat yang diinginkan yan berlaku umum.Fase gerak haruslah: a. Murni, tanpa cemaran; b. Tidak bereaksi dengan kemasan; c. Sesuai dengan detector; d. Dapat melarutkan cuplikan; e. Mempunyai viskositas rendah f. Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika diperlukan; g. Harganya wajar. Pada umumnya pelarut dibuang setelah dipakai karena tata kerja pemurnian memakan waktu dan mahal.(Johnson,E.L dan Stevenson,R. 1991). Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.Untuk fase normal ( fase diam lebih polar daripada fase gerak ), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.Sementara untuk fase terbalik ( fase diam kurang polar daripada fase gerak ), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan methanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut-pelarut jenis alcohol.Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum disbanding dengan fase terbalik.(Rohman, 2007)
Universitas Sumatera Utara
g .wadah fase gerak Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing ( penghilangan gas )yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detector sehingga akan mengacaukan analisis.Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, buffer, reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT ( HPLC grade ). Adanya pengotor dalam dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikelpartikel kecil ini. (Rohman, 2007).
2.3.3. Keuntungan KCKT KCKT mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan KG tradisional, yaitu: a. Cepat; b. Daya pisahnya baik; c. Kolom dapat dipakai kembali; d. Peka; detector unik; e. Ideal untuk molekul besar dan ion; f. Mudah memperoleh kembali cuplikan;
Universitas Sumatera Utara
Waktu analisis yang kurang dari satu jam merupakan hal yang lazim. Banyak analisis dapat dilakukan dalam 15-30 menit. Memang, untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit. Daya Pisah Berbeda dengan KG, kromatografi cair mempunyai dua fase tempat terjadinya antaraksi. Pada KG, gas yang mengalir berantaraksi sedikit dengan linarut; pemisahan tercapai terutama karena antaraksi dengan fase diam saja. Kemampuan linarut berantaraksi secara selektif dengan fase diam dan fase gerak memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang dikehendaki. Kepekaan Detektor serapan UV yang biasa dipakai dalam KCKT dalam mendeteksi berbagai jenis senyawa jumlah pikogram (10-12 g). Detektor, seperti spectrometer massa, indeks bias, radiometri, semuanya telah dipakai pada KCKT. Kolom yang dapat dipakai kembali Berbeda dengan KC klasik, kolom KCKT dapat dipakai kembali. Banyak analisis dapat dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu harus diganti. Akan tetapi, kolom tersebut turun mutunya; laju penurunan mutu bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang dipakai. Molekul besar dan ion Secara khusus senyawa jenis ini tak dapat dipisahkan dengan KG karena keatsiriannya rendah. KG biasanya menggunakan senyawa turunannya untuk menganalisis ion. KCKT dalam ragam eksklusi dan pertukaran ion ideal untuk menganalisis molekul besar dan ion.
Universitas Sumatera Utara
Mudah memperoleh kembali cuplikan Sebagian besar detector yang dipakai pada KCKT tidak merusak sehingga komponen cuplikan dapat dikumpulkan dengan mudah ketika mereka melewati detector. Biasanya pelarut dihilangkan dengan mudah dengan cara penguapan, kecuali pada pertukaran
ion
yang
memerlukan
tata
kerja
khusus.(Johnson,E.L.dan
Stevenson,R.1991)
Universitas Sumatera Utara