BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan disinfektan Hingga saat ini semakin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk membunuh mikroorganisme, akan tetapi belum ada yang efektif dan efisien.Karena belum ada bahan kimia yang efektif dan efisien yang dapat di gunakan untuk berbagai macam keperluan, maka pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh mikroorganisme dalam waktu singkat dan tidak merusak bahan yang di infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfektan yaitu sifat mikrosidial ( membunuh mikroorganisme), Sifat mikrostatik ( menghambat pertumbuhan jasad renik), Kecepatan membunuh,
Aktivitasnya tetap dalam
waktu lama, larut dalam air dan stabil dalam larutan. ( Srikandi, 1992 ). B. Macam – macam disinfektan Desinfektan dapat dikelompokkan menjadi 8 grup sebagai berikut: 1. Grup alkohol larut, contoh: (etanol, isopropil alkohol). Konsentrasi:7090%. Keuntungan: bakterisidal cepat, tuberkulosidal. Kelemahan: tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali jika ditambahkan pereduksi (2 % Na nitit, mengeringkan kulit) 2. Grup gas sterilisasi, contoh: etilen oksida. Waktu reaksi: 4-8 jam. Keuntungan: tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan, mensterilkan bahan, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas. Kelemahan membutuhkan peralatan khusus
5
3. Grup gas desinfektan, contoh : formaldehida. Konsentrasi: larutan jenuh dalam bentuk gas. Keuntungan: membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahan yang tidak panas. Kelemahan: membutuhkan bahan yang relatif lama sebagai desinfektan, menimbulkan bau, keracunan pada membran kulit dan membran mukus. 4. Grup halogen, contoh :
khlorin,
yodium.
konsentrasi tinggi HCIO (warexin)-larutan
Konsentrasi:
hipoklorit-
1,5% yodium tinktur-
konsentrasi tertinggi. Keuntungan : Khlorin: tuberkulosidal, Yodium: pencuci dan desinfektan, tidak meninggalkan warna, meninggalkan residu anti bakteri, yodium tinktur bersifat tuberkulosidal. Kelemahan : Khlorin : memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil di dalam air sadah, larutan harus segar. Yodium: yodium tinktur menimbulkan warna dan iritasi kulit, aktifitasnya hilang di dalam air sadah, korosif terhadap logam, menyebabkan pengeringan kulit. 5. Grup fenol, contoh : kreosol, fenol semi sintetis, lisol. Konsentrasi: kreosol: 2%, Lisol : 1%. Keuntungan : aktifitasnya tidak hilang oleh bahan organik, sabun, ataupun air sadah, meninggalkan efek residu jika mengering. Kelemahan: kreosol harus digunakan dalam air lunak. 6. Grup detergen kationik (amonium quaternam). Keuntungan : tidak berbau Kelemahan : tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal terbatas, harus dilarutkan dalam destilata, aktivitas hilang oleh protein, sabun dan serat selulosa, aktivitasnya lemah sehingga harus dikombinasi dengan grup fenol.
6
7. Grup
detergen
anionik
(adiktif
sabun
atau
detergen),
contoh:
heksakhlorfen (G-11), tertrakhlorsalisilanida. Konsentrasi: heksakhlorfen – septisol 2%, phisohek 3%. Keuntungan: aktivitas anti bakteri lama, baik digunakan sebagai pencuci.Kelemahan: tidak bersifat sporosidal maupun tuberkolosidal, cara kerja lambat, beracun jika terus-menerus dan diserap di dalam tubuh. 8. Desinfektan lain-lain, Garam: komponen mercuri organik seperti merkurokhom dan tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan denganmercuri lainnya, tetapi aktivitas bakterisidalnya lemah. Alkali: larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran veterinel untuk desinfeksi kandang. Hidrogen peroksida: dalam konsentrasi 3% digunakan untuk mencuci dan desinfektan luka. Sabun: aktivitas bakterisidal lemah tetapi efektif untuk mencuci atau menghilangkan jasad renik.Komponen biguanida: misalnya kholorheksidin, bersifat bakterisidal, tetapi tidak efektif terhadap virus, spora dan mikrobakteri, biasanya dicampur dengan detergen kationik. Diadelhida : spektrum aktivitasnya paling luas, yaitu bersifat bakterisidal, virisidal, fingisidal, dan sporosidal. Tersedia dalam bentuk asam dan harus diaktivasi supaya aktivasinya maksimum. Kelemahannya adalah beracun terhadap kulit dan harganya mahal. (Srikandi , 1992) C. Hand Sanitizer Merupakan cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dengan cara pemakaian tanpa di
7
bilas dengan air. Cairan dengan berbagai kandungan yang sangat cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan. ( Benjamin, 2010) Hand sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan. Hand sanitizer mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer sering digunakan ketika dalam keadaan darurat dimana kita tidak bisa menemukan air. Kelebihan ini diutarakan menurut US FDA (Foodand Drug Administration) dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih 30 detik. ( Benjamin, 2010). 1.
Kandungan Hand sanitizer: Memiliki berbagai macam zat yang terkandung.
hand sanitizer mengandung : alkohol 60-95%,
Secara umum
benzalkonium chloride,
benzethonium chloride, chlorhexidine, gluconatee, chloroxylenolf, clofucarbang, hexachloropheneh, hexylresocarcinol, iodine. ( Benjamin, 2010). Menurut CDC (Center for Disease Control) hand sanitizer terbagi menjadi dua yaitu mengandung alkohol dan tidak mengandung alkohol. Hand sanitizer dengan kandungan alcohol antara 60- 95 % memiliki efek anti mikroba yang baik dibandingkan dengan tanpa kandungan alkohol. ( CDC, 2009) 2. Manfaat Handsanitizer : Alkohol banyak digunakan dalam hand sanitizer, hal ini dikarenakan alkohol sangat efektif dalam membunuh berbagai macam dan jenis kuman dan bakteri. Bakteri yang diketahui dapat terbunuh oleh alkohol adalah bakteri tuberculosis, bakteri penyebab influenza, dan berbagai bakteri yang sering menyebabkan demam (alcoholbasedhandsanitizer.com, 2011)
8
Hand sanitizer tanpa alkohol mengandung triclosan dan benzalkonium chloride. Kedua kandungan tersebut juga efektif dalam membunuh bakteri dan kuman yang terdapat di kulit (alcoholbasedhandsanitizer.com, 2011). Kandungan aktif yang sering ditemukan pada hand santizer dipasaran adalah 62% etil alcohol. (Liu, 2010) Kandungan tersebut bermanfaat dalam membunuh bakteri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Liu et al, menyatakan bahwa efektivitas dari suatu hand sanitizer ditentukan oleh berbagai faktor seperti, jenis antiseptic yang kita gunakan dan banyaknya, metode penelitian dan target organisme. Hand sanitizer memiliki efektivitas pada virus yang kurang baik dibandingkan dengan cuci tangan menggunakan sabun. Kandungan sodium hipoklorite dalam sabun dapat menghancurkan integritas dari capsid protein dan RNA dari virus, sedangkan hand sanitizer dengan alkohol hanya berefek pada kapsid protein virus (fukusaki, 2006; McDonnell 1999). 3. Mekanisme Kerja Hand Sanitizer Bahan kimia yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik. Bahan antimicrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi. Dalam menghambat aktivitas mikroba, alkohol 50-70% berperan sebagai pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan koagulasi protein akan merusak enzim sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitasnya terhenti. ( CDC, 2009)
9
4. Cara pemakaian hand sanitizer : 1. Menuang cairan pembersih sekitar seperempat telapak tangan. Pastikan cukup untuk membasahi seluruh telapak, jemari, hingga punggung tangan. 2. Menggosokkan ke seluruh bagian tangan selama 20-30 detik. Jangan hanya fokus pada telapak, tapi juga sela-sela jemari, kuku, dan punggung tangan. 3. Membiarkaniarkan tangan kering di udara. Saat tangan masih basah, jangan bilas
dengan
air
dan
mengelapnya
dengan
handuk
atau
tisu.
(alcoholbasedhandsanitizer.com, 2011) D. Staphylococcus aureus 1. Morfologi Staphylococcus aureus termasuk dalam familia Micrococcaceae, bersifat gram positif, berbentuk bulat (coccus), berdiameter 0,5-1,5um, tidak membentuk spora, katalase positif dan sel-selnya tersusun seperti buah anggur atau membentuk pasangan atau dalam jumlah 4sel (tetrad). (supardi,1999) Staphylococcus aureus memproduksi pigmen berwarna kuning sampai orange. Bakteri ini membutuhkan nitrogen organik (asam amino) untuk pertumbuhannya dan bersifat anaerobic fakultatif. (Srikandi,1989) 2. Sifat biakan Staphylococcus aureus tumbuh pada pembenihan bakteriologik dalam keadaan aerobic atau mikroaerobic, tumbuh paling cepat pada suhu 37 oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (20-25oC). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus dan berkilau membentuk pigmen. Sifat pertumbuhannya
dapat
meragikan
banyak
karbohidrat
dengan
lambat,
10
menghasilkan asam laktat, tetapi tidak menghasilkan gas, aktivitas proteolitik sangat bervariasi. (Jawetz, 1996) Batas koloni tegas atau jelas, permukaannya halus dan meningkat, sering membentuk pigmen warna kuning emas pada Nutrien Agar. Media selektif differensial untuk membedakan Staphylococcus aureus dengan spesies lainnya diantaranya adalah Manitol Salt Agar (MSA), koloni dikelilingi areal berwarna kuning
(Srikandi, 1989), pada media MC (Mac
Concey) dapat tumbuh tetapi tidak subur dan koloni kecil berwarna merah dadu. (Statish ,1990) 3. Toksin dan Enzim Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembangbiak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi, antara lain : Koagulase adalah enzim yang mengaktifkan faktor yang mereaksi koagulase ( Coagulase –Reacting Factor-CRF ) yang biasanya terdapat dalam plasma, yang menyebabkan plasma menggumpal karena pengubahan fibrinogen (Volk & Wheler, 1989). Lekosidin adalan zat yang dapat larut dan mematikan sel-sel darah putih dari berbagai species binatang yang berkontak dengannya. Lekosidin bersifat antigen, tetapi tidak tahan panas terhadap eksotoksin. Antibodi terhadap lekosidin dapat berperan dalam resistensi terhadap infeksi Staphylococcus berulang. (Jawet, 1986) Eksotoksin adalah suatu campuran termolabil yang dapat di saring dan mematikan bagi binatang pada penyuntikan, menyebabkan nekrosis pada kulit,
11
dan mengandung beberapa hemolisin yang dapat larut dan dapat dipisahkan dengan elektroforesa. ( Jawet, 1986) Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 3,5 X 104, yang tahan terhadap pendidihan selama 30 menit atau enzim-enzim usus dan termasuk salah satu dari 6 tipe antigen (A-F). ( E.Jawet, 1986 ) Enzim lain berupa hyaluronidase atau faktor penyebab, proteinase, lipase dan B-laktamase ( Jawet, 1996 ). Staphylococcus aureus dapat memproduksi 6 macam enterotoksin yang terdiri dari enterotoksin A (SEA), B (SEB), C1 (SEC1), C2 (SEC2), D (SED), dan E (SEE) penggolongan ditentukan berdasarkan reaksi spesifik antigen+antobodi. Staphylococcus aures tahan terhadap sesuatuyang di sebabkan oleh enzim lysosim serta memproduksi enzim fosfotase dan deoksiribonuklease. Pada keadaan anaerobik bakteri ini membutuhkan urasil, untuk pertumbuhan optimum di perlukan 11 asam amino, yaitu: valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metiosin, lisin, protelin, histidin, dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein. (Supardi, 1999) 4.Patogenitas Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan. Dapat dikeluarkan pada saat batuk dan bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksifikasi, Staphylococcus dapat menyebabkan
12
infeksi, seperti jerawat, bisul, meningitis, asteomielitis, pneumonia, serta mastitis pada manusia dan hewan. (Supardi, 1999) Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat piogenik. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphylococcus mempunyai sifat yaitu
dapat
menghemolisa
eritrosit,
memecah
manitol
menjadi
asam.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu Staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit.Manusia merupakan pembawa Staphylococcus aureus dalam hidung sebanyak 40-50%, juga bisa di temukan pada baju, sprei, dan benda-benda lainnya di lingkungan sekitar manusia. (Jawet, 1996)