BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut undang – undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2003:23). Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah giro, tabungan, deposito. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada penyimpan, yakni berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lain. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.
xxvii
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.
2.1.2 Jenis – Jenis Bank Jenis – jenis bank antara lain : A. Dilihat dari segi fungsinya Undang – undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan undang – undang RI no 10 tahun 1998 tentang perbankan, maka jenis perbankan terdiri dari : a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). Contoh : Bank Pemerintah, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Bank Campuran.
xxviii
Universitas Sumatera Utara
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. B. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya a. Bank Milik Pemerintah b. Bank Milik Swasta Nasional c. Bank Milik Koperasi d. Bank milik Asing e. Bank Milik Campuran C. Dilihat Dari Segi Status a. Bank Devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers chque dan transaksi lainnya. b. Bank Non Devisa Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
xxix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kegiatan – Kegiatan Bank Adapun kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah : A. Kegiatan – kegiatan Bank Umum a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk : 1. Simpanan Giro (Demand Deposit) 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) 3. Simpanan Deposito (Time Deposit) b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk : 1. Kredit Investasi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Perdagangan c. Memberikan jasa – jasa bank lainnya (services) seperti : 1. Transfer (pengiriman uang) 2. Inkaso (collection) 3. Kliring (clearing) 4. Safe Deposit Box 5.
Bank Card
6. Bank Notes (Valas) 7. Cek Wisata (Travellers Cheque) 8. Jual beli surat – surat berharga 9. Menerima setoran – setoran seperti : pembayaran pajak, pembayaran telepon, pembayaran air, pembayaran uang kuliah. 10. Melayani
pembayaran
–
pembayaran
seperti
:
gaji/pensiun/honorarium, pembayaran deviden, bonus, kupon.
xxx
Universitas Sumatera Utara
B. Kegiatan – Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Menghimpun dana dalam bentuk : 1. Simpanan Tabungan 2. Simpanan Deposito b. Menyalurkan dana dalam bentuk : 1. Kredit Investasi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Perdagangan
2.1.4 Pengertian Kredit Bank Perkataan Kredit berasal dari bahasa latin “Credere” yang berarti “Percaya”. Maksud dari percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Menurut Undang – Undang Perbankan No 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2001:92). Realisasi kredit sendiri diberikan setelah penandatanganan surat – surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
xxxi
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Fungsi Kredit Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya dalam merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari – hari. Suatu kredit mencapai fungsinya baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat apabila secara sosial ekonomi membawa pengaruh yang lebih baik. Kredit dalam perekonomian sekarang dan juga dalam perdagangan mempunyai fungsi : •
Meningkatkan daya guna uang
•
Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
•
Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
•
Meningkatkan kegairahan berusaha
•
Meningkatkan pemerataan pendapatan
•
Meningkatkan hubungan internasional
2.1.6 Kriteria Pemberian Kredit Kriteria yang biasa digunakan dalam rangka penyaluran kredit adalah 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition) yaitu : a. Karakter (character), mencakup keinginan calon debitur untuk memenuhi janji atau melunasi kewajiban sesuai jadwal dalam kondisi baik dan buruk. Ini mencakup kemampuan membayar (abilitiy to pay) dan keinginan membayar (willingness to pay) b. Kapasitas (capacity), berkaitan dengan kemampuan calon debitur untuk meluanasi kredit sesuai dengan jadwal.
xxxii
Universitas Sumatera Utara
c. Modal (capital), makin besar modal yang dimiliki dapat merupakan indikasi
makin
besarnya
kemampuan
dan
komitmen
dalam
menjalankan modal usaha. Modal yang dinilai adalah modal netto, yaitu total aset atau modal yang dimiliki dan dikurangi dengan total kerugian. d. Jaminan (collateral), jaminan amat dibutuhkan oleh bank untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian bila terjadi hal – hal yang buruk dari usaha yang dikelola nasabah. e. Kondisi (condition), kondisi yang paling banyak dipertimbangkan adalah kondisi ekonomi makro, baik domestik maupun global.
2.1.7 Kredit Konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk tujuan konsumtif atau non-produktif. Biasanya kredit jenis ini digunakan untuk membeli barang – barang kebutuhan rumah tangga yang sifatnya durable (tahan lama) seperti perabot rumah tangga, kendaraan pribadi dan rumah. Jumlah pinjaman yang diberikan pun tidak besar mengingat segmen yang meminta jenis kredit ini adalah rumah tangga bukan perusahaan besar untuk investasi ataupun modal kerja. Pengertian barang durable (tahan lama) adalah barang yang dapat dinikmati lebih dari satu tahun. Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti lemari es, meja, mobil, motor dan sebagainya, tidak akan membelinya lagi dalam waktu dekat, sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang – barang tersebut cenderung mengecil pada tahun yang akan datang
xxxiii
Universitas Sumatera Utara
sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang tahan lama dapat berfluktuasi sepanjang waktu dan ini menyebabkan terjadinya fluktuasi pengeluran konsumsi pada suatu waktu tertentu. Aktivitas pemasaran kredit konsumtif merupakan hal yang sudah biasa dalam kegiatan ekonomi pada saat ini. Apalagi dengan kebutuhan yang mendesak namun tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kredit konsumtif menjadi pilihan bagi individu sebagai sumber dana. Pada dasarnya setiap orang yang melakukan pembayaran dengan cara kredit telah mempergunakan pendapatan masa yang akan datang (income rational expectation) untuk pengeluaran saat ini (today expenditure). Dengan bantuan kredit konsumsi permintaan akan barang – barang durable
akan
tetap
tinggi.
Selain
membantu
konsumen
untuk
tetap
mempertahankan konsumsinya, kredit ini juga membantu para pengusaha untuk memudahkan pembiayaan dalam penjualan produk – produk mereka. Melalui kerjasama dengan pihak perbankan dalam fasilitas pembiayaan, pengusaha dapat menjual produknya secara kredit kepada masyarakat yang nantinya angsuran dibayarkan oleh pembeli kepada bank sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. Sekilas mengenai kredit konsumsi dimana kredit ini terdiri dari 4 jenis yaitu kredit perumahan (KPR), kredit kendaraan bermotor, kredit multiguna dan kartu kredit. Kredit perumahan merupakan fasilitas pembiyaan kredit untuk pembelian rumah, kredit kendaraan bermotor adalah fasilitas pembiayaan kredit untuk pembeliaan kendaraan bermotor, kredit multiguna adalah kredit yang digunakan untuk pembelian barang – barang rumah tangga (perabotan) yang
xxxiv
Universitas Sumatera Utara
biasanya kredit ini tidak disertai agunan oleh debitur, dan terakhir kartu kredit yaitu sistem pemberian kredit dimana nasabah diberikan kartu yang dipergunakan dalam transaksi kreditnya. Nilai uang dalam kartu tersebut diberi limit (batasan) oleh bank dan biasanya hanya sebesar 5 juta. Ketika jatuh tempo pembayaran maka nasabah akan ditagih untuk membayar kreditnya baik dengan cara memotong lansung dari tabungan nasabah jika nasabah tersebut memiliki rekening di bank pemberi kartu kredit ataupun ditagih langsung dihadapan nasabah.
2.2 Konsumsi Kegiatan konsumsi secara makro ekonomi dilakukan oleh dua sektor utama yaitu sektor pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah biasanya dalam bentuk belanja pegawai, penyediaan sarana publik dan subsidi. Sedangkan konsumsi rumah tangga dalam berbagai bentuk kebutuhan akan barang dan jasa mulai dari barang – barang kebutuhan pokok hingga barang yang tergolong mewah. Pada sektor pemerintah, pengaturan konsumsi dapat dilakukan dengan mudah dan terukur karena pengendali konsumsi terletak pada pemerintah itu sendiri, sedangkan pada sektor rumah tangga yang begitu besar, konsumsi tidak mudah untuk diukur dan dikendalikan. Karena komposisi masyarakat serta berbagai macam kebutuhan yang menyebabkan sektor konsumsi rumah tangga sangatlah kompleks.
xxxv
Universitas Sumatera Utara
Secara umum konsumsi dipengaruhi oleh : 1. Tingkat Pendapatan dan Kekayaan 2. Tingkat Suku Bunga dan Spekulasi 3. Sikap Berhemat 4. Budaya, Gaya Hidup (Pamer, Gengsi dan Ikut Arus) dan Demonstration Effect 5. Keadaan Perekonomian
2.2.1 Teori Pendapatan Absolut Teori ini berasal dari Keynes yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalaupun ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut keynes kesemuanya itu tidak berarti apa – apa dan sangat tidak menentukan. Teori konsumsi keynes didasarkan pada tiga dasar pemikiran yaitu : 1. Menurut
Keynes,
konsumsi akan
meningkat
apabila pendapatan
meningkat, akan meningkat akan tetapi besarnya peninkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal, MPC = ∆C (marginal propensity to consume) adalah antara nol ∆Υ
dan satu, dan besarnya konsumsi selalu di atas lima puluh persen dar besarnya perubahan pendapatan. Artinya perubahan konsumsi diatas lima puluh persen akan tetapi tetap tidak sampai seratus persen (0,5 > MPC > 1).
xxxvi
Universitas Sumatera Utara
2. Rata – rata kecenderungan mengkonsumsi = APC =
C (average Υ
propensity to consume) akan turun apabila pendapatan naik, alasannya karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar dari peningkatan konsumsi, sehingga setiap tabungan naik, pendapatan akan memperbesar tabungan. Dengan demikan muncul pemikiran bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata – rata kecenderungan menabung akan semakin tinggi. 3. Bahwa pendapatan adalah faktor penentu utama dari konsumsi. Faktor lainnya dianggap tidak berarti. Namun teori Keynes dikritik oleh ekonom lain bernama, Simon Kuznets, yang melakukan penelitian dengan menggunakan data time series Amerika Serikat periode 1869 – 1938. Kuznets mendapatkan hasil bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata –rata (APC) ternyata tidak turun dan kecenderungan menabung rata – rata (APS) juga tidak naik ketika pendapatan naik. Dalam penelitian Kuznets APC stabil dan konstan begitu juga dengan MPC, sehingga Kuznet mengambil kesimpulan APC sama dengan MPC.
2.2.2 Teori Pendapatan Relatif Teori ini dikemukakan oleh James S. Dusenbery dalam bukunya berjudul Income, Saving, and The Theory of Consumer Behavior yang dikenal dengan teori pendapatan relatif. Teori ini mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi dari individu atau rumah tangga tidak bergantung pada pendapatan sekarang (current income) dari individu, tetapi pada tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai (previous highest income level) seseorang sebelumnya.
xxxvii
Universitas Sumatera Utara
Duesenbery menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat bersifat relatif di dalam pembagian pendapatan di dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Dimana di dalam masyarakat terdapat karakteristik saling ketergantungan (interdependent) dan tidak dapat berubah (irreversibility) sepanjang waktu. Saling ketergantungan artinya bahwa rumah tangga yang berpendapatan rendah yang tinggal di suatu lingkungan yang rata – rata penduduknya berpendapatan tinggi maka rata mengkonsumsi rumah tangga berpendapatan rendah tersebut lebih tinggi daripada rumah tangga berpendapatan tinggi atau kecenderungan mengkonsumsi masyarakat berpendapatan rendah sama dengan
kecenderungan
mengkonsumsi
masyarakat
berpendapatan
tinggi
disekitarnya. Masyarakat berpendapatan rendah ikut terpengaruh pola konsumsi lingkungan
sekitarnya.
Menurut
duesenbery,
fenomena
ini
dinamakan
demonstrative effect. Adanya sifat tidak dapat berubah (irreversibility) dari perilaku konsumsi menyebabkan timbulnya pola ratchet effect dalam masyarakat. Pola ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat mudah menaikkan konsumsinya jika terjadi kenaikan pendapatan dan sebaliknya ketika pendapatan turun masyarakat sulit untuk menurunkan pola konsumsi sebelumnya. Dengan kata lain, masyarakat berusaha mempertahankan standar hidup atau pola konsumsinya meskipun pendapatan turun, bahkan dengan jalan mengurangi tabungan.
xxxviii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Rachet Effect Hal ini dapat dilihat pada gambar.2.1 ketika pendapatan naik dari Y0 ke Y1 maka konsumsi langsung naik dari titik B ke titik D. Namun ketika pendapatan turun dari Y1 ke Y0, konsumsi masyarakat tidak langsung turun kembali ke titik B. Konsumsi masih berada pada garis FD. Begitu juga ketika pendapatan turun dari Y0 ke Y2, konsumsi tidak serta – merta turun ke titik E melainkan masih berada pada titik AB. Hal ini menggambarkan konsumsi masyarakat walaupun pendapatan telah turun, namun konsumsi belum ikut turun. Perilaku masyarakat masih terbiasa dengan pola hidup sebelumnya yang lebih banyak mengkonsumsi ketika pendapatan tinggi.
2.2.3 Teori Siklus Hidup Teori ini berasal dari Albert Ando, Franco Modigliani, dan Richard Brumberg yang dikenal dengan teori siklus kehidupan tentang konsumsi (Life cycle theory of consumption). Teori ini menekankan pada perilaku maksimalisasi utilitas individu dan pertimbangan kekayaan didalam keputusan untuk mengkonsumsi.
xxxix
Universitas Sumatera Utara
Menurut pencetus teori, tingkat konsumsi rumah tangga tidak hanya bergantung pada pendapatan sekarang (current income) tetapi pendapatan yang diharapkan diterima dalam jangka panjang menjadi pertimbangan konsumsi. Individu diasumsikan merencanakan suatu pola pengeluaran konsumsi semasa hidup (lifetime) yang didasarkan pada expected earnings selama hidup mereka. Menurut teori ini, faktor sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi. Teori ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi tiga bagian yaitu : 1. Seseorang yang belum menghasilkan pendapatan namun ia tetap memiliki konsumsi, maka ia akan mengalami tabungan negatif (dissaving) 2. Seseorang bekerja dan dapat menghasilkan pendapata. Pada saat ini, orang tersebut memiliki tabungan (saving). 3. Saat dimana seseorang pada usia tua dan tidak mampu lagi untuk menghasilkan pendapatan. Pada saat ini orang tersebut kembali mengalami dissaving.
Gambar 2.2 Teori Siklus Hidup Seseorang yang masih belum bekerja atau dapat dikatakan masih anak – anak bereda pada daerah arsiran pertama. Pada arsiran pertama ini
xl
Universitas Sumatera Utara
seseorang belum bekerja dan mempunyai pendapatan, namun memiliki konsumsi. Ketika beranjak dewasa (to – t1), ia memiliki pendapatan tetapi belum bisa menabung karena lebih tinggi konsumsinya. Beberapa waktu kemudian pada bagian t1
–
t2 ia dapat menabung karena lebih besar
pendapannya daripada konsumsi, pada bagian ketiga ia tidak memiliki pendapatan lagi karena ia sudah tidak bekerja dan memasuki masa tua dan dissaving kembali terjadi.
2.2.4 Teori Pendapatan Permanen Teori konsumsi yang dikembangan oleh Milton Friedman mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi sekarang (current consumption) bergantung pada pendapatan sekarang (current income) dan pendapatan yang diperkirakan di masa yang akan datang (anticipated future income). Friedmen merumuskan konsumsi rumah tangga sebagai berikut :
Cp = k . Yp Dimana Cp adalah konsumsi permanent, k adalah factor proporsionalitas (k>0) dan Yp adalah pendapatan permanen, yang merupakan pendapatan rata – rata yang diharapkan diterima seseorang selama masa hidup seseorang. Proporsi dari Yp yang dikonsumsi menurut friedman tergantung pada faktor – faktor berikut :
Tingkat suku bunga (interest rate)
Rasio antara asset fisik (human wealth) dan pendapatan tenga kerja (nonhuman wealth)
xli
Universitas Sumatera Utara
Preferensi rumah tangga untuk konsumsi langsung dihubungkan dengan keinginan untuk menambah stok kekayaan atau aset. Dalam teorinya Friedmen membagi pendapatan menjadi dua yaitu
pendapatan permanen dan pendapatan transitory. Pendapatan transitori adalah pendapatan tiba – tiba atau tidak diharapkan. Seperti jika seseorang mendapatkan sejumlah uang ketika ia bermain judi atau ketika seseorang mendapatkan bonus atas hasil kerjanya. Pendapatan transitori lebih besar pada masyarakat berpendapatan besar sebab mereka lebih berpeluang mendapatkan pendapatan tiba – tiba akibat pola kehidupan mereka serta status mereka di dalam masyarakat disbanding masyarakat yang berpendapatan kecil.
Gambar 2.3 Teori Pendapatan Permanen Dari gambar diatas dapat dilihat pendapatan orang kaya (Y1) meningkat dari Yp1 ke Y1. Peningkatan ini besar dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan transitori (tiba – tiba) yang ada pada orang kaya. Sedangkan pada orang miskin walaupun pendapatannya naik, tetapi tidak banyak bahkan hanya pendapatan permanent yang naik bukan pendapatan transitory yang tentu saja tidak banyak jumlahnya. Jika diasumsikan jumlah konsumsi permanent maupun transitory tetap
xlii
Universitas Sumatera Utara
(CP,CT) maka dapat diambil kesimpulan APC orang kaya lebih rendah daripada APC orang miskin, Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : Pendapatan (Y) orang miskin = 2
4
Konsumsi (C) orang miskin =
4
4
Pada jika dihitung APC orang miskin : C/Y = 4/4 = 1 Pendapatan (Y) orang kaya =
4
12
Konsumsi (C) orang kaya =
8
8
Pada jika dihitung APC orang kaya : C/Y = 8/12 = 2/3 Dari contoh ini dapat dilihat APCkaya < APCmiskin (2/3 < 1).
2.3 Permintaan Dalam Ilmu Ekonomi 2.3.1 Pengertian Permintaan Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas, jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsikan barang / jasa yang ia butuhkan. Sementara itu yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa. Hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Oleh karena itu permintaan berhubungan dengan jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu waktu, yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang
xliii
Universitas Sumatera Utara
diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut relatif terbatas seperti halnya sumber – sumber ekonomi lainnya. Pengertian permintaan dapat juga diartikan berbagai jumlah (kuantitas) suatu barang dimana konsumen bersedia membayar pada berbagai alternatif harga barang (Samuelson 2003:97)
2.3.2 Faktor Faktor yang mempengaruhi Permintaan. Permintaan terhadap suatu barang dapat dilihat dari dua sudut yaitu permintaan yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang dalam pasar. Oleh karena itu dalam analisis perlu dibedakan antara permintaan perseorangan dengan permintaan pasar. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain sebagai berikut 1. Harga Barang Itu Sendiri 2. Harga Barang Substitusi 3. Tingkat Pendapatan 4. Selera Konsumen 5. Jumlah Penduduk 6. Distribusi Pendapatan 7. Ekspektasi
2.3.3 Fungsi Permintaan Hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan tempat titik –
xliv
Universitas Sumatera Utara
titik yang menggambarkan pembelian pada harga tertentu dengan anggapan cateris paribus (hal – hal lain dianggap tetap). Hal ini dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.4 : Kurva Permintaan Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kurva permintaan berbentuk garis yang miring dari kiri atas ke kanan bawah. Miringnya kurva permintaan tersebut menunjukkan adanya hukum permintaan, dan kurva permintaan menunjukkan adanya anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta hanyalah tingkat harga, sedangkan hal – hal lain dianggap tetap (cateris paribus). Sebenarnya permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen, harga barang lain, selera dan lain sebagainya. Secara matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut : Dx = f(Px,Y,Py,T,U) Dimana : Dx
= Jumlah barang yang diminta
Px
= Harga barang itu sendiri
Y
= Pendapatan konsumen
Py
= Harga barang lain
xlv
Universitas Sumatera Utara
T
= Selera
u
= Faktor – faktor lain
Apabila terjadi perubahan faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga maka akan terjadi perubahan permintaan.
2.3.4 Hukum Permintaan Hukum permintaan adalah makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sifat hubungan jumlah permintaan dan tingkat harga seperti itu disebabkan karena : pertama, adanya kenaikan harga yang menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Kedua, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga. (Sukirno, 2005:76)
2.3.5 Perubahan Jumlah yang diminta dan Pergeseran Permintaan Perubahan Jumlah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permintaan suatu barang bukan hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut, melainkan juga dipengaruhi
xlvi
Universitas Sumatera Utara
oleh pendapatan konsumen, selera, harga barang lain, harapan akan harga dimasa yang akan datang, dan masih banyak faktor lainnya yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan. Hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Adanya asumsi cateris paribus, yaitu faktor lain selain harga dianggap tetap, maka sepanjang fungsi permintaan individu akan dapat dijumpai adanya perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Dengan kata lain, dalam suatu kurva yang sama akan terdapat gerakan dari suatu tempat / titik ke titik lainnya, apabila suatu harga barang mengalami perubahan. Hal ini dikenal dengan perubahan jumlah yang diminta. Hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.5 Pergeseran Kombinasi Permintaan Gambar 2.3.2 menunjukkan pergeseran permintaan konsumen sepanjang garis permintaan tersebut. Panah yang menunjukkan pergeseran permintaan baik dari titik R ke titik S ataupun dari titik R ke titik T. Hal ini disebabkan faktor harga barang yang menyebabkan konsumen menyesuaikan permintaannya.
xlvii
Universitas Sumatera Utara
Pergeseran Permintaan Apabila faktor lain, selain harga, mengalami perubahan maka fungsi permintaan akan ikut berubah pula. Misalkan selera konsumen meningkat terhadap suatu barang maka fungsi permintaan akan bergeser ke kanan (atas), begitu pula sebaliknya bila selera konsumen berkurang maka fungsi permintaan bergeser ke kiri (bawah). Selain disebabkan oleh selera, pendapatan juga dapat mempengaruhi perubahan permintaan. Apabila pendapatan konsumen meningkat maka fungsi permintaan akan bergeser ke kanan dan sebaliknya, bila pendapatan berkurang maka fungsi permintaan akan bergeser ke kiri. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.6 Pergeseran Kurva Permintaan Dengan demikian perubahan permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian : 1. Perubahan Jumlah Barang Gerakan sepanjang kurva permintaan yaitu perubahan permintaan barang disebabkan oleh perubahan harga. Pada saat harga barang turun jumlah barang yang diminta meningkat. Pada gambar 2.3.2 terlihat
xlviii
Universitas Sumatera Utara
adanya perubahan turun atau naik dari titik R ke titik S ataupun dari Titik R ke titik T. 2. Pergeseran Kurva Permintaan Kurva permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan karena disebabkan perubahan oleh faktor lain yang mempengaruhi permintaan selain harga, misalnya pendapatan atau selera dan sebagainya. Pada gambar 2.3.3 terlihat kurva permintaan berpindah dari D ke D2 atau dari D ke D1. Hal ini terjadi karena perubahan faktor lain selain harga yang menyebabkan pergeseran permintaan sehingga pergeseran jumlah yang diminta pun akan ikut berubah.
2.3.6 Elastisitas permintaan Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun dalam praktek sehari – hari, sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh karena itu perlu dikembangakan pengukuran kuantitatif untuk mengukur sejauh mana pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan. Umumnya faktor – faktor yang sering dianalisis sebagai faktor yang mempengaruhi jumlah yang diminta harga barang itu sendiri, pendapatan konsumen, dan harga barang lain. Qx = f(Px, I, Py) Berkaitan dengan uraian diatas, maka elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan (harga), elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang.
xlix
Universitas Sumatera Utara
1. Elastisitas Harga (Price elasticity) Menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Rumusnya sebagai berikut :
EP =
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan harga barang yang diminta
elastisitas harga ini mempunyai nilai negative. Hal ini menjelaskan kenaikan harga akan menciptakan penurunan jumlah yang diminta, sebaliknya penurunan harga akan menyebabkan kenaikan jumlah yang diminta. 2. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity) Menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan atau dengan kata lain mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen.
EP =
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan
3. Elastisitas Harga Silang (Cross Elasticity Of Demand) Perubahan jumlah suatu barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga barang lain.
EP =
Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Persentase perubahan harga barang Y
l
Universitas Sumatera Utara
2.4 Suku bunga 2.4.1 Pengertian Suku Bunga Suku bunga atau bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bank dapat juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (kasmir, 2003:133). Suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) atas pemakaian sumber daya selama interval waktu. Dengan kata lain, bunga merupakan imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa yang dimaksud adalah suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut sebagai principal atau pokok hutang, sedangkan harga yang dibayarkan dikatakan sebagai persentase dari principal per unit waktu tertentu (umumnya setahun). Dalam kegiatan perbankan konvensional, terdapat dua jenis bunga yang diberikan kepada nasabah perbankan yaitu : a. Bunga Simpanan Bunga simpanan adalah harga beli yang harus dibayarkan kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Contoh : jasa giro, tabungan dan deposito. b. Bunga Pinjaman
li
Universitas Sumatera Utara
Bunga pinjaman adalah bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual. Contoh harga jual adalah bunga kredit. Kedua jenis bunga diatas adalah komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima oleh nasabah penabung. Baik bunga tabungan maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila bunga simpanan meningkat, maka secara otomatis bunga pinjaman juga akan terpengaruh untuk meningkat. Hal ini disebabkan oleh dana yang disalurkan bank sebagai pinjaman atau kreditur kepada nasabah tersebut berasal dari tabungan yang dihimpun oleh pihak bank. Oleh sebab itu apabila bunga tabungan meningkat berarti kewajiban untuk membayar bunga akan meningkat sehingga untuk menutupinya maka ia harus mengenakan bunga yang lebih tinggi pula atas kredit.
2.4.2 Jenis – Jenis Suku Bunga Dalam kehidupan sehari – hari banyak terdapat jenis suku bunga yaitu : 1. Suku Bunga Dasar Suku bunga dasar adalah tingkat bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat bunga yang telah ditetapkan bank sentral untuk mendiskontokan surat – surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan suku bunga ini
lii
Universitas Sumatera Utara
juga dipakai oleh bank komersil untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan pada nasabahnya. 2. Suku Bunga Efektif Suku bunga efektif adalah suku bunga yang dibayar atas dasar harga beli suatu obligasi (bond). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan sebaliknya. Jadi hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya. 3. Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal (nominal rate) adalah suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi. Sebagai contoh : misalkan bahwa suku bunga riil adalah delapan persen per tahun dan laju inflasi sebesar tujuh persen per tahun, maka dapat dihitung suku bunga nominal yaitu delapan persen ditambah tujuh persen sama dengan lima belas persen per tahun. Selama periode inflasi, suku bunga riillah yang dipergunakan, bukan suku bunga nominal atau uang untuk menghitung hasil investasi dalam bentuk barang yang diperolehnya per tahun dari barang yang diinvestasikan. 4. Suku Bunga Riil Suku bunga riil adalah suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. Suku bunga riil dibedakan menjadi dua yaitu : Ex Ante dan Ex Post. Dua konsep terhadap suku bunga riil yang harus diperhatikan adalah :
Tingkat bunga riil yang diharapkan pemberi pinjaman dan peminjam ketika kesepakatan dibuat atau disebut sebagai tingkat bunga riil ex ante.
liii
Universitas Sumatera Utara
Tingkat bunga riil yang direalisasikan secara nyata disebut sebagai tingkat bunga riil ex post.
5. Suku Bunga Padanan Suku bunga padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberi pengahasilan bunga dalam jumlah yang sama.
2.4.3 Komponen – Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada debitur terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Komponen – komponen ini ada yang dapat diminimalkan dan ada pula yang tidak sama sekali. Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit adalah : 1. Total Biaya Dana Total biaya dana adalah total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan bank dalam bentuk simpanan giro, maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya.
liv
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya Operasi Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya – biaya lainnya. 3. Cadangan Resiko Kredit Macet Cadangan resiko kredit macet adalah cadangan terhadap kredit macet yang diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik sengaja maupun tidak sengaja. 4. Laba Yang Diinginkan Dalam kegiatannya, bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi nasabah apakah nasabah prima atau bukan dan juga melihat sektor – sektor yang dibiayai. 5. Pajak Pajak merupakan potongan dari laba yang dihasilkan oleh bank dan diberikan kepada pemerintah yang merupakan kewajiban bank kepada pemerintah dalam mendukung pembangunan negara.
2.4.4 Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit Pembebanan jenis suku bunga oleh bank adalah dengan memperhatikan jenis kredit yang dibiayai, kemudian juga yang menjadi pertimbangan bank dalam menentukan pembebanan suku bunga adalah tingkat resiko dari masing – masing jenis kredit.
lv
Universitas Sumatera Utara
Dewasa ini terdapat tiga jenis model pembebanan suku bunga kredit yang sering dilakukan oleh bank. Adapun model pembebanan jenis suku bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Flat Rate Flat rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas. Perhitungan suku bunga model ini adalah dengan mengalikan persen bunga per periode dikali dengan pinjaman. 2. Sliding Rate Perhitunga suku bunga yang dilakukan dengan menglikan persentase bunga per periode dengan sisa pinjaman. Sehingga jumlah suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang dibayar pun menurun jumlahnya. 3. Floating Rate Perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan modal ini suku bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitu juga dengan jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung dari suku bunga pada bulan yang bersangkutan.
2.4.5 Teori Suku Bunga 2.4.5.1 Teori Klasik Bunga adalah harga dari penggunaan loanable funds, terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau disebut
lvi
Universitas Sumatera Utara
dana investasi sebab menurut teori klasik, bunga adalah harga – harga yang terjadi di pasar dana investasi dan pada dasarnya bunga merupakan keuntungan dari sebuah investasi. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok penabung. Bersama – sama jumlah seluruh tabungan mereka membentuk penawan akan loanable funds. Dilain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin mereka ingin mengkonsumsi lebih dari pendapatan yang diterima selama periode tertentu. Dengan kata lain, mereka digolongkan pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor. Jumlah dari kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable funds selanjutnya para penabung dan para investor akan bertemu dipasar loanable funds, dan dari proses tawar menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan kesepakatan.
2.4.5.2 Teori Fisher Fisher menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam perekonomian dengan mengkaji alasan orang menabung uangnya dan alasan orang lain meminjam uang. Diasumsikan bahwa perekonomian berada pada tingkat perekonomian sederhana dimana perekonomian hanya digerakkan oleh pelaku ekonomi terdiri dari masyarakat yang melakukan konsumsi dan menabungkan penghasilan berjalan mereka sebagai sisa dari konsumsi yang mereka lakukan, perusahan – perusahan yang meminjam pengahasilan yang tidak dikonsumsi tersebut dan melakukan investasi, pasar tempat para penabung memberikan
lvii
Universitas Sumatera Utara
sumber daya kepada para peminjam dan proyek – proyek tempat perusahaan menyalurk pinjaman yang dilakukannya untuk berinvestasi. Ada beberapa yang akan mendorong seseorang untuk menabung atau meminjam dana yaitu :
Time Preference (Pilihan Waktu)
Penghasilan Yang Diperoleh
Tingkat bunga atau balas jasa
Equilibrium Pasar Suku bunga yang equilibrium di tentukan oleh interaksi antara fungsi permintaan sebagai biaya bagi peminjam dan balas jasa bagi yang meminjamkan maka suku bunga harus mencapai titik dimana total penawaran tabunga sama dengan total permintaan investasi. Teori fisher menekankan bahwa tingkat suku bunga dan investasi jangka panjang tergantung pada kecenderungan untuk menabung dari masyarakat dan perkembangan teknologi.
2.5 Produk Domestrik Bruto 2.5.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah PDB. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Nilai akhir dari PDB akan sama dengan total nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor bersih. Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok yaitu barang tidak tahan lama, barang tahan
lviii
Universitas Sumatera Utara
lama dan jasa. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang yang habis dipakai dalam jangka waktu yang pendek, seperti makanan dan pakaian. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang – barang yang memiliki usia panjang seperti mobil dan televisi. Jasa meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan, seperti jasa potong rambut dan jasa pemeriksaan dokter. Investasi terdiri dari barang – barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensi, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi tetap residensi adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga. Sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (jika investasi gagal, maka investasi persediaan negatif). Pengeluaran pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kelompok ini meliputi peralatan militer, jalan layang, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Ini tidak termasuk pembayaran transfer kepada individu, seperti jaminan sosial dan kesejahteraan karena hanya mengalokasikan pendapatan yang ada dan tidak membuat perubahan dalam barang dan jasa. Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor bersih menunjukkan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa yang diekspor pada mereka, yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik.
lix
Universitas Sumatera Utara
Umumnya PDB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDB harga berlaku (nominal) dan PDB harga konstan (riil). PDB harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDB harga berlaku sudah diikutsertakan perhitungan inflasi kedalamnya. Sedangkan PDB harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga dasar pada tahun tertentu misalnya tahun 1983, 1993 dan tahun 2000. PDB harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan PDB atas harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun. Setelah PDB harga berlaku dan PDB harga konstan diketahui, maka dapat dihitung deflator PDB. Deflator PDB juga disebut dengan deflator harga implisit untuk PDB, didefinisikan sebagai rasio PDB atas harga berlaku terhadap PDB atas harga konstan.
DEFLATOR PDB =
PDB atas harga berlaku PDB atas harga konstan
Deflator PDB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
2.5.2 Metode Penghitungan PDB 1.
Metode Langsung a. Pendekatan Produksi (Production Approach) PDB merupakan nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan nilai tambah bruto adalah nilai
lx
Universitas Sumatera Utara
produksi bruto dari barang dan jasa tertentu dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Y = P1Q1 + P2Q2 +………+ PnQn Dimana : Y
= PDB (Produk Domestik Bruto)
P1, P2...., Pn
= Harga satuan produk pada satuan tiap sektor ekonomi
Q1, Q2,...,Qn
= Jumlah produk pada satuan masing - masing sektor ekonomi
Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari perhitungan ganda. b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh factor – factor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka nilai tambah bruto adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan (laba) ; semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDB ini termasuk pola komponen penyusutan pajak tidak langsung itu. Y = Yw + Yr + Yi + Yp Dimana : Y
= PDB (Produk Domestik Bruto)
Yw
= Pendapatan upah / gaji
Yr
= Pendapatan Sewa
lxi
Universitas Sumatera Utara
Yi
= Pendapatan Bunga
Yp
= Pendapatan laba
c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) PDB adalah jumalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestic bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih dalam suatu wilayah, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. Y = C + I + G + (X – M) Dimana : Y
= PDB (Produk Domestik Bruto)
C
= Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi
I
= Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk Investasi
G
= Pengeluaran rumah tangga pemerintah
(X-M)
= Ekspor neto atau pengeluaran rumah tangga luar
negeri Yang dihitung hanya nilai transaksi barang jadi saja, untuk menghindari penghitungan ganda. 2. Metode tidak langsung (alokasi) Menghitung
nilai
tambah
suatu
kelompok
ekonomi
dengan
mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing – masing kelompok kegiatan pada tingkat nasional. Sebagai alokator digunakan
lxii
Universitas Sumatera Utara
indicator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
2.6 Pengangguran Istilah pengangguran menurut Asfia (2006:219), selalu dikaitkan dengan angkatan kerja (labor force). Angkatan kerja adalah orang yang berusian 15 sampai dengan 65 tahun. Meskipun demikian tidak semua orang yang berusia 15 tahun sampai dengan 65 termasuk angkatan kerja, karena mereka tidak mau bekerja. Misalnya orang yang tidak memerlukan lagi pekerjaan karena sudah mempunyai kekayaan yang banyak, ibu – ibu rumah tangga, dan orang yang masih sekolah atau kuliah . Dengan demikian yang disebut angkatan kerja dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Employed, semua orang yang mempunyai pekerjaan dan bekerja apa saja sehingga dapat memperoleh penghasilan. 2. Unemployed, orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau tidak mempunyai penghasilan, tapi sedang berusaha mencari pekerjaan. Berdasarkan teori kependudukan, yang dimaksud pengangguran adalah orang – orang yang usianya berada dalam usia angkatan kerja dan sedang mencari pekerjaan. Posisi pengangguran dapat dilihat dari diagram berikut. Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilangnya output (loss of output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja (human misery), dan merupakan bentuk pemborosan sumber daya ekonomi. Disamping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran pemerintah lebih tinggi untuk keperluar kompensasi pengangguran dan kesejahteraan. Hal ini terutama terjadi di
lxiii
Universitas Sumatera Utara
negara – negara maju dimana negara atau pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan tunjangan bagi para penganggur (Nanga 2001:243).
Tingkat Pengangguran Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati malalui dua pendekatan antara lain sebagai berikut.
Pendekatan Angkatan Kerja (labor force approach) Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan kerja.
Tingkat Pengangguran =
Jumlah yang menganggur Χ 100% Jumlah angkatan kerja
Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (labor utilization approach) Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain : a. Pengangguran penuh (unemployed), yaitu sejumlah orang yang benar – benar sama sekali tidak bekerja atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Pengangguran ini disebut juga pengangguran terbuka (open unemployment) b. Setengah Menganggur (underemployed), sejumlah orang yang bekerja belum dimanfaatkan secara penuh. Jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam. Tingkat pengangguran tipe ini relatif besar. Pengangguran ini disebut juga disguise unemployment.
lxiv
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Jenis – Jenis Pengangguran Jenis pengangguran ditinjau dari teori ekonomi mikro dapat dibedakan menjadi
beberapa
unemployment)
dan
bagian,
yaitu
pengangguran
pengangguran terpaksa
sukarela
(involuntary
(involuntary
unemployment).
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena mereka tidak mau bekerja pada tingkat upah yang berlaku dan berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok. Pengangguran terpaksa adalah pengangguran yang terpaksa diterima oleh pencari kerja, walaupun pada tingkat upah yang berlaku sesungguhnya masih bersedia atau ingin bekerja. Gambar berikut memperlihatkan terbentuknya pengangguran sukarela dan pengangguran terpaksa :
Gambar 2.7 Pembentukan Pengangguran Sukarela dan Terpaksa Keterangan :
Gambar kiri menunjukkan jumlah keseluruhan angkatan kerja adalah OL*. Pada tingkat upah setinggi OW jumlah tenaga kerja yang diminta atau yang dibutuhkan dunia kerja persis sama dengan tenaga kerja yang bersedia menawarkan diri untuk bekerja yaitu sejumlah O – LE. Artinya pada tingkat
lxv
Universitas Sumatera Utara
upah OW terjadi keseimbangan di pasar tenaga kerja dan tenaga kerja yang bersedia bekerja semuanya terserap oleh lapangan kerja. Bila masih ada yang menganggur sebanyak LE – L* mereka disebut pengangguran sukarela karena tidak cocok dengan tingkat upah OW.
Gambar kanan ini menunjukkan jumlah keseluruhan angkatan kerja tetap sebesar OL*. Tetapi upah yang berlaku naik ditetapkan setinggi OW*. Hal ini dari sisi penawaran dapat menimbulkan jumlah orang yang bersedia bekerja menjadi bertambah, dari OLE menjadi OLH. Sedangkan jumlah permintaan dunia kerja terhadap tenaga kerja menjadi berkurang, dari OLE menjadi OLG. Kondisi tingkat upah sebesar OW’ menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tidak seimbang, terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja sebesar LG – LH. Kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh lapangan kerja sebesar LG – LH disebut pengangguran terpaksa. Sedangkan jumlah pengangguran sukarela semakin kecil yaitu sebesar LH – L*. Jenis pengangguaran ditinjau dari interpretasi ekonomi, antara lain dapat
berupa hal – hal berikut : 1. Pengangguran friksional (frictional unemployment), yaitu pengangguran yang disebabkan adanya keinginan pekerja untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih sesuai. Pengangguran ini disebut juga pengangguran normal dan tidak dianggap sebagai masalah yang serius. 2. Pengangguran struktural (structural unemployment), yaitu pengangguran yang disebabkan adanya perubahan atau perkembangan teknologi dalam kegiatan ekonomi. Sehingga terdapat ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan lapangan kerja.
lxvi
Universitas Sumatera Utara
3. Pengangguran siklikal (cyclical unemployment), yaitu pengangguran yang disebabkan adanya fluktuasi atau siklus dalam perkembangan bisnis atau dikarenakan oleh kemerosotan perekonomian suatu negara. Kemerosotan ekonomi bisa berasal dari dalam negeri dan bisa pula dari luar negeri, seperti konsumsi, investasi, dan ekspor. Semuanya mendorong aggregate demand lebih rendah daripada aggregate supply dan ini menimbulkan resesi. 4. Pengangguran musiman (seasonal unemployment), yaitu pengangguran yang dipengaruhi oleh perubahan musim, biasanya bersifat sementara dan terjadi dalam jangka pendek secara berulang – ulang. Contohnya di sektor pertanian, di luar musim tanam atau musim panen akan terjadi pengangguran.
2.6.3 Dampak Pengangguran Kegiatan perekonomian suatu negara selalu bertujuan agar tingkat kemakmuran masyarakatnya dapat dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (sustained economic growth). Tujuan ini tidak mungkin dapat dicapai jika tingkat pengangguran relatif tinggi. Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan berbagai dampak yang bersifat negatif, baik terhadap kestabilan ekonomi maupun terhadap kestabilan sosial dan politik. Dampak terhadap kestabilan ekonomi, pengangguran dapat menganggu stabilitas perekonomian yaitu akan menurunkan atau melemahkan aggregate demand (AD) dan aggregate supply (AS). Semakin tinggi pengangguran akan memperkecil penghasilan yang diterima masyarakat. Hal ini akan mengurangi AD karena daya beli masyarakat turun. Berkurangnya AD akan menurunkan aktifitas
lxvii
Universitas Sumatera Utara
dunia usaha, sehingga akan menekan produksi ke arah yang lebih rendah dan AS akan turun. Artinya jumlah produk nasional yang tersedia dan siap ditawarkan menjadi semakin sedikit dan bersifat langka, ini akan memicu kenaikan harga. Disamping itu rendahnya AS memperparah situasi karena bisa saja terjadi PHK (pemutusan hubunga kerja) yang lebih besar dan akan mendorong tingkat pengangguran semakin tinggi. Melemahnya AD dan AS jelas akan mengancam stabilitas perekonomian. Hal ini telah berkali – kali terbukti dalam sejarah perekonomian dunia. Misalnya depredi besar (1929 – 1933) oleh pakar ekonomi diakui disebabkan oleh melemahnya permintaan agregat, krisis ekonomi asia timur (1998), termasuk yang dialami Indonesia menurut Bank Dunia (World Bank) maupun IMF (International Monetary Fund) tahun 1998 dapat dijelaskan dalam konteks interaksi melemahnya permintaan agregat dan penawaran agregat.
2.7 Penelitian Terdahulu Hadad, (2004) dari hasil penelitiannya yang berjudul Model dan Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia memformulasikan dan mengestimasi tiga model utama untuk memperoleh gambaran tentang permintaan kredit konsumsi di tingkat rumah tangga, permintaan kredit di tingkat propinsi, dan perilaku pemberian kredit konsumsi dari sisi penawaran di tingkat propinsi selama sepuluh tahun. Model empiris yang digunakan untuk estimasi permintaan kredit konsumsi di tingkat rumah tangga adalah three equation generalized tobit. Jumlah sampel yang digunakan dalam estimasi model ini adalah 3600 rumah tangga dari 3760 rumah tangga yang
lxviii
Universitas Sumatera Utara
disurvei dalam Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) yang dilaksanakan pada tahun 2003. Hasil perhitungan menunjukkan terdapat kesenjangan atau gap sebesar 28,93 % antara nilai kredit yang diinginkan dibandingkan dengan realisasinya dari sumber pinjaman (perbankan, koperasi, pegadaian dan lainnya). Estimasi model panel penawaran kredit di tingkat propinsi menunjukkan indikasi sudah terjadinya kejenuhan pada permintaan kredit konsumsi. Data realisasi permintaan kredit konsumsi sampai triwulan kedua tahun 2004 telah mencapai 64 % terhadap nilai prediksinya untuk keseluruhan tahun 2004. Nieto (2007), yang melakukan penelitian tentang permintaan kredit konsumsi rumah tangga di negara Spanyol dengan menggunakan model Error Correction Model dalam kurun waktu 1995 – 2006 mendapatkan hasil bahwa besarnya kredit yang diminta rumah tangga dalam jangka panjang dipengaruhi oleh pengeluaran riil rumah tangga, kekayaan kotor, besarnya angsuran kredit yang sedang dijalani oleh rumah tangga dan semuanya berpengaruh positif terhadap permintaan kredit konsumsi, yang berpengaruh negatif adalah tingkat bunga kredit konsumsi dan tingkat pengangguran. Dalam jangka pendek terjadi perubahan pada pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat bunga yang pada awalnya negatif menjadi positif. Hal tersebut terjadi karena dalam obsevasi jangka pendek, meskipun tingkat suku bunga kredit konsumsi tinggi ataupun masyarakat kehilangan pekerjaan, mereka tetap meminta kredit kepada perbankan. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Duca (1995), yang meneliti tentang permintaan kredit konsumsi dan pengaruhnya terhadap barang – barang tahan lama (durabel goods) di Amerika menemukan bahwa permintaan kredit konsumsi di mayarakat
lxix
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh besarnya proporsi kredit yang dikucurkan oleh bank, tingkat suku bunga bank sentral Amerika (The FED), dan tinkat suku bunga deposito. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Vandone (2007) yang berjudul Kredit Konsumsi di Italia; Pengaruh Perbedaan Wilayah. Penelitian ini mencoba untuk menemukan apakah kredit konsumsi yang mempengaruhi konsumis seseorang sesuai dengan teori konsumsi siklus hidup (life cycle hipothesis) dan teori pendapatan permanen (permanent income). Hasil yang didapat adalah permintaan kredit banyak ditemukan pada masyarakat yang relatif muda antara umur 18 – 40 tahun yang berprofesi sebagai mahasiswa atau pekerja profesioal. Permintaan kredit yang begitu besar pada level mahasiswa disebabkan oleh ekspektasi dari mahasiswa itu sendiri bahwa ia dapat membayar kemudian cicilan kreditnya nanti setelah ia tamat dan mendapatkan pekerjaan. Para mahasiswa memprediksikan mereka akan mempunyai pendapatan yang cukup untuk membayar kredit setelah mereka kerja nanti. Begitu pula dengan para pekerja profesional yang yakin dapat membayar cicilan kredit mereka dengan ekspekstasi bahwa akan ada pendapatan lebih besar nantinya dari pekerjaan mereka, hal ini sesuai dengan teori life cycle hipothesis dimana konsumsi dipengaruhi oleh level umur. Lalu, hasil lain menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah kredit yang diminta dalam konteks wilayah. Daerah selatan italia yang mayoritas dihuni oleh penduduk miskin tidak banyak meminta kredit konsumtif pada perbankan, sebaliknya daerah utara yang mayoritas penduduk berpendapatan tinggi, banyak mendapatkan kucuran kredit dari perbankan. Hal ini sesuai dengan teori pendapatan permanen bahwa pendapatan permanen ataupun transitori yang lebih besar pada orang kaya mempengaruhi jumlah konsumsi mereka sendiri dan pada
lxx
Universitas Sumatera Utara
akhirnya mempengaruhi keputusan bank dalam memberikan kredit berdasarkan kapabilitas mereka dalam membayar kembali kredit. Hal yang sama juga ditemukan oleh Park (1998), yang meneliti tentang pengaruh pendapatan terhadap kredit konsumsi. Namun dalam penelitian ini Park menambahkan variabel Indeks Keyakinan Konsumen sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan kredit konsumen. Indeks keyakinan konsumen yang menunjukkan tentang persepsi masyarakat terhadap perekonomian ikut turut mempengaruhi besarnya kredit konsumsi.
Semakin
besarnya
keyakinan
masyarakat
terhadap
kondisi
perekonomian maka masyarakat akan semakin bersedia untuk melakukan kegiatan konsumsi maupun investasi. Tingkat kepercayaan masyarakat mempengaruhi sikap mereka dalam penentuan penggunaan pendapatan atau harta yang mereka miliki. Apakah tetap dipegang saja, dikonsumsi, diinvestasikan ataupun ditabung.
2.8 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang dapat ditarik adalah : 1. Suku bunga kredit konsumsi memiliki pengaruh negatif dalam keseimbangan jangka pendek terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus 2. Produk domestik bruto satu tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif dalam keseimbangan jangka pendek terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus
lxxi
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah pengangguran memiliki pengaruh negatif dalam keseimbangan jangka pendek terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus 4. Suku bunga kredit konsumsi memiliki pengaruh negatif dalam keseimbangan jangka panjang terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus 5. Produk domestik bruto satu tahun sebelumnya memiliki pengaruh negatif dalam keseimbangan jangka panjang terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus 6. Jumlah pengangguran memiliki pengaruh negatif dalam keseimbangan jangka panjang terhadap permintaan kredit konsumsi pada Bank Umum di Indonesia, cateris paribus
lxxii
Universitas Sumatera Utara