BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank Bank didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Bank juga didefinisikan sebagai “suatu badan usaha yang kegiatan
utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta meyediakan jasajasa dalam lalu lintas pembayaran” (Latumaerissa, 2011 : 135). Menurut Kasmir ( 2004 : 11), bank dapat diartikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Pengertian bank lebih spesifik dapat diartikan sebagai lembaga intermediasi yang mempelancar sistem pembayaran dan menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
18
Berdasarkan definisi di atas memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik, tetapi juga kegiatan usahanya diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik, bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service. a. Agent of trust Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia perbankan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertian bahwa kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus didasari rasa percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing-masing bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan dananya di bank yang bersangkutan. Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah keamanan dana masyarakat yang ada di setiap bank. Sebaliknya bank dalam kedudukannya sebagai kreditur yaitu pihak yang memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat, dalam menjalankan aktivitas kredit harus merasa yakin dan percaya terhadap calon penerima kredit atau debitur. Kepercayaan tersebut meliputi konsistensi dan kejujuran nasabah untuk menggunakan kredit yang diberikan sesuai
19
dengan tujuan permintaan kredit, sehingga tujuan nasabah tercapai dan tujuan bank juga tercapai.
b. Agent of development Fungsi ini berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. Semua kegiatan ekonomi dilakukan dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, alat kesatuan hitung, dan alat pertukaran. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga keuangan tentu mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga dari aspek ini bank berfungsi untuk menjembatani semua kepentingan pelaku ekonomi dalam transaksi ekonomi yang dilakukan.
c. Agent of service Industri perbankan adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan maupun jasa nonkeuangan. Sebagai bank, disamping memberikan pelayanan jasa keuangan sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga turut serta dalam memberikan jasa pelayanan yag lain seperti jasa transfer (payment order), jasa kotak pengaman (safety box), dan jasa penagihan (collection) yang saat ini telah mengalami perubahan nama city clearing. Latumaerissa ( 2011 : 137) menyatakan penggolongan bank antara lain : a. Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, sebagai contoh : Bank Indonesia. 20
b. Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, sebagai contoh : BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BCA, Bank Mega, Bank Danamon, Bank Permata, dan Bank Panin. c. Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, sebagai contoh : Bank Jatim, Bank Maluku, Bank Sumut, dan Bank Papua. d. Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa. e. Bank Perkreditan Rakyat, adalah kantor bank di kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan.
2.1.2 Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor:14/14/PBI/2012, dalam
rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: a. Laporan Tahunan
21
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu Bank dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan dipublikasikan setiap triwulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan setiap bulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. d. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan tersebut. e. Laporan Publikasi Lain. Dari laporan keuangan diatas biasanya mencakup : a. Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal bank.
22
b. Laporan Laba Rugi,
menyajikan informasi mengenai seluruh hasil operasi
(pendapatan) dan beban yang dikeluarkan (beban usaha) dalam kegiatan selama periode tertentu dalam rangka memperoleh laba. c. Laporan Perubahan Ekuitas, memberikan informasi mengenai perubahan jumlah modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan perubahannya. d. Laporan Arus Kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama periode yang bersangkutan. e. Catatan atas Laporan Keuangan, menginformasikan kebijakan akuntansi yang memperngaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan bank.
2.1.3 Profitabilitas Menurut Harahap ( 2011 : 304), Profitabilitas adalah “ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi risiko yang ada”. Profit
yang diraih bank
merupakan cerminan kinerja sebuah bank dalam menjalankan bisnisnya. Nugroho (2012 : 17) menyatakan bahwa “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya”. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena profitabilitas merupakan tujuan setiap bank.
23
“Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan” (Kuncoro, 2002 : 548). Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan perbankan, salah satunya dengan menggunakan rasio Return on Equity (ROE). 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROE = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. “Semakin tinggi ROE semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin besar” (Harahap, 2005). Menurut Permatasari (2012 : 36), ROE merupakan titik awal yang baik dalam analisis kondisi keuangan bank karena alasan berikut : a. Jika ROE suatu bank relatif rendah dibandingkan dengan bank lain, ROE akan cenderung mengurangi akses bank dalam memperoleh modal baru yang mungkin akan digunakan dalam memperluas atau mempertahankan posisi kompetitif di pasar. b. ROE yang rendah akan membatasi pertumbuhan bank karena peraturan BI mengharuskan aset menjadi jumlah tertentu dari modal ekuitas. c. ROE dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang membantu untuk mengidentifikasi tren dalam kinerja bank. Ekuitas terdiri dari dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in capital) dan laba ditahan (retained earnings). Modal setoran terdiri dari modal saham (capital stock), tambahan modal disetor (additional paid-in capital) dan
24
komponen lain yang merefleksikan transaksi pemilik, misalnya saham treasury dan modal donasi. 2.1.4
Rasio Keuangan Bank Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan hanya menyerdahanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting, misalnya rasio ideal mengenai likuiditas untuk bank tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Rasio keuangan sangat penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 menjelaskan bahwa “penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan risiko (risk-based bank rating)”. Penilaian ini meliputi profil risiko (risk profile), good corporate governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital). Sudarini ( 2005 : 195) menyatakan “Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan pemakai dan para pemakai laporan
25
keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan, tidak terkecuali perusahaan perbankan”. a. CAR (Capital Adequacy Ratio) Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut juga Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif berisiko. “Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas” (Harahap, 2005). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2009 : 116) : 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
CAR = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 b. Komposisi Aset Perusahaan yang memiliki aset tidak berwujud dan aset lancar yang besar cenderung menerapkan corporate governance yang lebih ketat, hal ini dikarenakan 26
aset lancar dan aset tidak berwujud lebih mudah diselewengkan dibandingkan aset berwujud. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011, rasio untuk menghitung komposisi aset dari bank sebagai berikut : Komposisi aset =
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑 𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga kategori tersedia untuk dijual, dan seluruh surat berharga pemerintah. Aset likuid sekunder adalah sejumlah aset likuid dengan kualitas lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari surat berharga pemerintah kategori trading dengan kualitas baik, surat berharga pemerintah kategori HTM, dam surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS dengan nilai haircut 25%.
c. NIM (Net Interest Margin) Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata total aset produktif. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, obligasi
27
rekapitulasi pemerintah, efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, penyertaan saham, serta komitmen dan kontinjensi dengan risiko kredit. Nilai aset bersih yang digunakan adalah aset produktif bersih yaitu aset produktif dikurangi penyisihan kerugian. Semakin besar rasio ini artinya ada peningkatan pendapatan bunga atas aset produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
NIM = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 d. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) “Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan operasi” (Dendawijaya, 2009). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Mengingat bank bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya dana maka biaya operasional dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
28
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BOPO = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dijelaskan sebagai berikut : Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Octa Lydia (2010)
Judul
Analisis Camel untuk menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI periode 20062008 M. Ikhsan Analisis (2011) Pengaruh ROA, ROE, DER terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Ikhwanisita Pengaruh Rasio
Variabel Penelitian Variabel Independen : CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, LDR Variabel Dependen : Tingkat Kesehatan Bank
Hasil Penelitian Pada CAR dan LDR, bank tergolong dalam keadaan sehat. Sedangkan pada NPL,NPM,NIM,dan BOPO, bank tergolong dalam keadaan cukup sehat
Variabel Independen : ROA,ROE, DER Variabel Dependen : Return Saham
ROA, ROE, DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham
Variabel
CAR dan NPL secara 29
(2011)
2.3 Keran gka
Imam Gozali (2007)
Konse ptual
Keuangan terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari 2007Desember 2009) Pengaruh CAR, FDR, BOPO, NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri
Independen : CAR, NPL, LDR, BOPO Variabel Dependen : Profitabilitas
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan LDR dam BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Variabel Independen : CAR, FDR, BOPO, NPL. Variabel Dependen : ROE
CAR dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan FDR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROE
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menggambarkan hubungan antara suatu teori dengan faktor-faktor penting yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah CAR, KA, NIM, dan BOPO. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : CAR (𝑋1 )
KA (𝑋2 )
Profitabilitas (Y)
NIM (𝑋3 ) BOPO (𝑋4 ) 30
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank dimana Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank. Ketentuan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio yang sering disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi CAR berarti semakin kuat kemampuan bank untuk menanggung risiko dari usaha bank dan tentunya akan berkontribusi bagi profitabilitas. Komposisi Aset (KA) merupakan perbandingan antara aset likuid primer dan likuid sekunder dengan total aset. Semakin tinggi KA berarti bank telah menerapkan corporate governance dengan baik sehingga hal ini akan meningkatkan profitabilitas bagi bank. Net Interest Margin (NIM) merupakan perbandingan pendapatan bunga dengan total aset produktif. Semakin tinggi NIM berarti manajemen bank semakin mampu dalam mengelola aset produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO berarti bank semakin mampu dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Efisiensi dalam mengendalikan operasionalnya akan berdampak pada keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. Keuntungan yang semakin baik dapat meningkatkan pertumbuhan laba dari tahun sebelumnya.
31
2.4 Hipotesis Menurut Sekaran ( 2006 : 135 ), Hipotesis dapat didefinisikan sebagai “hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji”. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐻1 : CAR ( 𝑋1 ) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 𝐻2 : KA ( 𝑋2) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 𝐻3 : NIM ( 𝑋3) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 𝐻4 : BOPO ( 𝑋4) berpengaruh terhadap ROE (Y) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 𝐻5 : CAR ( 𝑋1), KA ( 𝑋2), NIM ( 𝑋3), dan BOPO ( 𝑋4) berpengaruh secara
32
bersama-sama terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
33