BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” 2.1.1 Pengertian Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” adalah kampanye edukasi publik tentang HIV dan AIDS yang ditujukan kepada populasi umum usia 15-24 tahun. Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” merupakan upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS yang dilakukan melalui kerjasama para pihak (Kementerian Kesehatan RI, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama serta Menteri Sosial) sehingga terlaksana lebih terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2012). Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” dilaksanakan mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 sebagai upaya mempercepat tercapainya tujuan Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu 95% penduduk usia 15-24 tahun mempunyai pengetahuan komprehensif yang benar tentang HIV dan AIDS. Dimana secara nasional baru 11.4% penduduk umur 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan AIDS (Kemenkes RI, 2012). Kesepakatan global dalam pencapaian MDGs pada tahun 2015 memiliki target yakni Getting to Zero (Zero New Infected, Zero Discrimination, and Zero HIV Related Death). Ini berarti bahwa pada tahun 2015 diharapkan tidak terdapat kasus baru infeksi HIV, tidak adanya diskriminasi terhadap penderita HIV dan 8
9
AIDS, serta tidak ada kematian yang berhubungan dengan HIV (Kemenkes RI, 2012). Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” menggunakan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang sangat berperan besar dalam upaya sosialisasi dan memberikan pengetahuan dasar. Berbeda dari kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS yang sering dilakukan, kegiatan “Aku Bangga Aku Tahu” lebih menekankan siswa untuk interaktif dan partisipatif. Dengan demikian siswa dapat berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kekuatan diri, serta mampu membuat keputusan. Metode yang digunakan adalah curah pendapat, diskusi, bermain peran, dan ceramah pendek. Kegiatan ini mencoba untuk mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan atau perilaku seseorang (Kemenkes RI, 2012). Pesan kunci dalam kampanye ini yaitu “Jiwa yang tegar NO narkoba, Hati yang murni No Seks Bebas”. Dalam kampanye ini tersedia fasilitator lintas sektor (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Kantor Wilayah Agama) dari tiap Kabupaten/Kota yang telah mengikuti kegiatan orientasi (Kemenkes RI, 2012). Fasilitator berperan untuk membimbing, membina, serta memotivasi siswa sehingga siswa dapat meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain (Notoatmodjo, 2007). 2.1.2 Lingkup Kegiatan Kampanye Kegiatan yang terdapat dalam kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” meliputi orientasi, pembinaan, edukasi, dan evaluasi (Kemenkes RI, 2012).
10
a. Kegiatan orientasi yaitu penjelasan dan cara penggunaan materi kampanye kepada fasilitator Kabupaten/Kota agar dapat melakukan pembinaan ke tempat sasaran. b. Penjelasan mengenai kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” oleh fasilitator lintas sektor kepada penanggung jawab masing-masing tempat sasaran, untuk mendapatkan persetujuan dan komitmen atas pelaksanaan “Aku Bangga Aku Tahu” c. Penyuluhan/edukasi tentang HIV/AIDS kepada kaum muda usia 15-24 di masing-masing tempat sasaran oleh fasilitator/penanggung jawab tempat sasaran d. Evaluasi hasil penyuluhan dan pembinaan, terhadap penanggung jawab tempat sasaran maupun sasaran kampanye. Evaluasi hasil pre dan post test. 2.1.3 Hasil Yang Diharapkan Setelah diberikan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu”, remaja usia 15-24 tahun akan memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif sehingga diharapkan : a. Dapat menjaga dirinya agar tidak tertular HIV. b. Tidak bersikap diskriminatif kepada penderita HIV/ AIDS. c. Individu yang telah tertular akan memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pertolongan. d. Individu yang telah tertular akan mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan sehingga tetap dapat menjalani hidupnya dengan baik bersama keluarganya, dan tetap dapat berkarya bagi keluarga dan bangsa. (Kemenkes RI, 2012)
11
2.1.4 Materi Dasar Kemenkes RI telah menyiapkan materi dasar bagi fasilitator yang diberikan pada saat Kegiatan Orientasi. Materi dasar bagi fasilitator meliputi kesehatan reproduksi, narkoba, gaya hidup, dan HIV/AIDS. Materi dasar akan menjadi acuan fasilitator dalam memberikan informasi kepada sasaran (Kemenkes RI, 2012). a. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan reproduksi remaja merupakan keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan (Marmi, 2013). Pada masa remaja terjadi proses perkembangan biologis yaitu proses pematangan fisik yang langsung dapat terlihat mata (perubahan fisik), maupun yang tidak terlihat (perubahan hormon tubuh). Perubahan biologis yang terjadi pada masa remaja berlangsung cepat, mempengaruhi fisik, kejiwaan, dan emosi. Memiliki pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi maka remaja mengetahui cara bersikap dan berperilaku sehat selama masa proses pematangan fisik. Sehingga remaja dapat bertumbuh menjadi seorang dewasa yang sehat dan memiliki kehidupan yang berkualitas.
12
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja a) Pertumbuhan dan perkembangan fisik Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan mengalami masa pubertas. Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi pada remaja terjadi dalam beberapa tahun (2-4 tahun). Pada remaja perempuan Pada masa ini terjadi peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya perubahan pada organ seksual, yaitu: rahim (uterus) mulai membesar, buah dada mulai membesar, puting susu menonjol dan terasa sakit bila disentuh, tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan, ketiak, tangan dan kaki, serta mulainya haid atau menstruasi. Pada remaja laki-laki Pada masa pubertas terjadi peningkatan produksi hormon testosteron yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan organ seksual, yaitu: penis membesar dan memanjang, buah zakar atau testis bertambah besar, terjadinya mimpi basah, mulai tumbuh rambut di sekitar kemaluan, ketiak, dan ditahap akhir di tangan kaki, dada, dan wajah (kumis dan janggut). b) Perubahan Mental dan Emosional Peningkatan hormon pada masa pertumbuhan remaja, meningkatkan ketertarikan kepada lawan jenis. Kepribadian pada masa remaja masih bertumbuh dan mencari nilai-nilai serta pengaruh teman sebaya seingga remaja berada dalam kondisi yang mudah dipengaruhi, baik untuk hal yang positif maupun negatif.
13
Terjadinya haid pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki menunjukkan bahwa organ reproduksi mereka telah mencapai kematangaan dan mulai berfungsi, sehingga kehamilan dapat terjadi pada remaja akibat hubungan seksual. Hubungan seksual yang terbaik, aman, sehat, dan sesuai norma adalah hubungan seksual yang dilakukan dalam pernikahan. Perubahan fisik dan psikologis pada remaja laki-laki dan perempuan diterangkan seperti pada flipchart gambar 2.1.
Gambar 2.1
Flipchart Perubahan Fisik dan Psikologis Laki-Laki dan Perempuan Pada Usia Pubertas
3. Kehamilan Tak Diinginkan Kehamilan bisa terjadi pada remaja karena alat reproduksi secara fisik telah siap. Tetapi hal ini tidak berarti remaja telah siap secara mental dan sosial untuk melaksanakan peran sebagai orangtua. Kehamilan pada remaja belum menikah disebut kehamilan tak diinginkan (KTD). Pada remaja perempuan usia dibawah 19 tahun pertumbuhan tulang panggul belum sempurna sehingga terjadi risiko
14
kesulitan persalinan dua sampai tiga kali lipat dari perempuan usia diatas 20 tahun. a) Risiko kehamilan usia dini Kehamilan usia dini yang terjadi pada remaja mempunyai risiko fisik/medis, psikologis dan sosial : • Risiko fisik Mudah terjadi perdarahan selama hamil karena sistem hormonal dalam tubuh belum stabil, mudah terjadi keguguran karena otot-otot rahim belum kuat, gangguan selama masa hamil seperti keracunan kehamilan dan kejang-kejang, kelahiran bayi belum waktunya (prematur), kesulitan dalam proses melahirkan, serta bayi lahir dengan berat badan rendah, tidak sehat, kurang gizi. • Risiko psikologis Perasaan
tertekan
(stress),
kecemasan/kekhawatiran
yang
tinggi
karena
menanggung beban akan menjadi ayah atau ibu, perasaan malu dan bersalah, dikucilkan orangtua, pertengkaran atau ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandung. • Risiko sosial Dikucilkan dan mendapat cemoohan dari orang lain, dikeluarkan dari sekolah, terganggu rencana masa depannya, menjadi ibu tunggal (ayah dari anak yang dikandung pergi), cap buruk bagi ibu maupun anak.
15
4. Aborsi Aborsi atau keguguran adalah keluarnya janin sebelum waktunya. Keguguran dapat terjadi karena gagalnya leher rahim menahan janin tetap di dalam rahim. Aborsi dapat terjadi secara medis yaitu dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menyelamatkan jiwa ibu yang terancam jika kehamilan dipertahankan. Pasangan muda yang belum menikah tetapi telah hamil sering berusaha menggugurkan kandungannya. Dipandang dari ajaran agama dan nilai-nilai kultural, aborsi adalah tindakan yang dilarang. Tindakan aborsi dapat membahayakan jiwa karena terjadinya perdarahan dan robekan rahim oleh alat-alat aborsi, dapat mengakibatkan kemandulan akibat infeksi, serta kematian ibu. Remaja putri yang mengalami kehamilan diluar nikah hendaknya tetap mendapat dukungan penuh dari lingkungan karena kondisi psikologis yang buruk akan membahayakan baik ibu maupun bayi yang dikandung. 5. Mengatur Dorongan Seksual Pada remaja dorongan seksual timbul karena terjadi peningkatan produksi hormon seksual (hormon estrogen dan progesteron pada perempuan, serta hormon testosterone pada laki-laki). Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya proses reproduksi yang dilakukan secara sehat dalam pernikahan yang sah sehingga lakilaki dan perempuan siap secara fisik, mental dan sosial. Karena itu dorongan seksual bukanlah hal yang kotor, dosa dan menakutkan. Dorongan seksual menjadi masalah jika disalurkan pada perilaku seksual diluar nikah. Melalui pemahaman tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan bahaya kehamilan dini, diharapkan remaja akan dapat mengatur dorongan seksual
16
menjadi hal yang positif. Membina pertemanan dan persahabatan yang sehat dan saling menghargai, berpendirian teguh, tidak melakukan hubungan seks diluar nikah, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Rahasia sukses remaja dapat dicapai dengan cara seperti pada flipchart gambar 2.2.
Gambar 2.2
Flipchart “Rahasia Sukses Remaja”
b. Narkoba Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif lainnya) adalah zat-zat kimiawi yang dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba masuk ke dalam tubuh manusia baik secara oral (mulut), dihirup melalui hidung, maupun intravena (melalui pembuluh darah, jarum suntik). Narkoba juga disebut NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif ). Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian obat-obat dan zat-zat berbahaya lainnya dengan maksud bukan untuk tujuan pengobatan atau penelitian serta
17
digunakan tanpa mengikuti aturan dosis yang benar. Penggunaan narkoba terus menerus dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan (dependensi) dan kecanduan (adiksi). Penyalahgunaan narkoba/napza dapat berakibat buruk pada tubuh, kejiwaaan, dan kehidupan sosial pemakainya, maupun keluarga dan masyarakat umum di sekitarnya. Beberapa faktor pendorong penyalahgunaan Narkoba antara lain :: a) Faktor Individu Penyalahgunaan narkoba dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik dan psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dan retardasi mental dapat memperbesar kecenderungan untuk menyalahgunakan narkoba. b) Faktor Zat Psikoaktif Pengalaman atas dosis dan pengaruh zat-zat tertentu yang memiliki efek psikoaktif dapat menjadi pemicu penyalahgunaan obat. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya suatu prasyarat psikopatologi (gangguan kejiwaan), penyalahgunaan Narkoba dapat terjadi pada pemakai pertama atau lanjutan. c) Faktor Lingkungan Hubungan keluarga Keluarga yang memiliki masalah penyalahgunaan Narkoba sering ditandai dengan adanya ibu yang dominan, over protective (terlalu melindungi), ayah yang memisahkan diri dan tidak terlibat dalam keluarga. Terdapatnya konflik antara sikap membujuk dan perlindungan yang berlebihan, pengabaian individualitas
18
anak, serta adanya paksaan orangtua terhadap sukses dapat mendorong anak melarikan diri ke narkoba/napza. Pengaruh teman Pengaruh teman sangat besar atas penyalahgunaan narkoba diantara remaja. Hukuman yang diterima dari kelompok teman sebaya (pemukulan dan terutama pengucilan) bagi mereka yang menolak atau mau berhenti, dirasakan remaja lebih berat dari bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba itu sendiri. Pengaruh lingkungan Penyalahgunaan narkoba merupakan syarat diterimanya seseorang dalam lingkungan tertentu. c. Gaya Hidup Seorang individu memiliki gaya hidup yang khas dan berbeda dengan individu lainnya. Gaya hidup dipengaruhi oleh agama, suku bangsa, kewarganegaran dan adat budaya. Dengan kemajuan teknologi dapat membuat saling mempengaruhi makanan, cara dan gaya berpakaian, berbicara, dan gaya hidup. 1. Pengertian Gaya Hidup Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan hidup. Gaya hidup adalah kebiasaan seseorang menjalani kehidupan. Gaya hidup merupakan gambaran dari kepribadian seseorang karena gaya hidup adalah kumpulan kebiasaan-kebiasaan yang dipilih seseorang yang menjadi ciri diri. Pilihan atau pengaruh yang dipilih seseorang untuk menjadi bagian dari gaya hidupnya ada positif dan negatif. Gaya hidup yang negatif adalah gaya hidup yang merugikan yang terkadang tidak disadari oleh individu tersebut. Contoh gaya hidup negatif antara lain kebiasaan
19
merokok, minum alkohol, kebiasaan melihat atau membaca pornografi, dan lainlain. Gaya hidup positif merupakan pilihan yang dapat membuat individu menjadi pribadi yang kuat, ceria serta nyaman dengan diri sendiri dan lingkungan. Contoh gaya hidup positif yaitu kebiasaan berolahraga dengan teratur, kebiasaan membuat rencana pengeluaran dan tabungan, kebiasaan bangun pagi, kebiasaan makan teratur, kebiasaan berdoa atau bersembahyang tiap hari. 2. Pornografi Kecanduan pornografi merupakan gaya hidup negatif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kecanduan pornografi menimbukan dampak pada kerusakan otak lebih besar dibandingkan narkoba. Narkoba merusak tiga bagian otak dan hampir sebagian besar organ dalam tubuh pecandunya sedangkan pornografi merusak lima bagian otak. Kecanduan pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal-hal merangsang nafsu seksual yang dipicu oleh rasa ingin tahu dikalangan remaja dan dewasa muda sehingga merusak otak dan kehidupan seseorang. Berdasarkan data KPAN Bali (2010), kasus HIV/AIDS di Bali rata-rata dialami oleh remaja dewasa yaitu 44,65% dan 71,28% melalui hubungan seksual. Hal ini tidak terlepas dari remaja yang memang mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, salah satunya perkembangan seksual remaja yang suatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksual (Suryantari, 2011). Menurut Kohai (2003), meningkatnya minat sesual remaja mendorong remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber
20
informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya, buku, film, bahkan sekarang dengan mudahnya dapat dibuka lewat situs-situs internet. Namun tidak semua informasi yang didapatkan memberikan dampak yang positif. Dr. Mark B. Kastlemaan dan Donald L. Hilton Jr. MD, menyatakan banyak orang mengabaikan dampak pornografi karena pecandu pornografi lebih sulit dideteksi daripada pecandu narkoba. Pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi). Kerusakan pada Pre Frontal Corteks akan membuat prestasi akademik menurun, tidak dapat membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, mengambil keputusan, dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Pada pecandu pornografi, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin yaitu suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa nyaman. Dalam kondisi normal, zat-zat ini bermanfaat untuk kesehatan. Dengan pornografi, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan berlebihan) sehingga otak akan bekerja sangat keras untuk menghasilkan dopamine dan mengakibatkan otak mengecil dan rusak permanen. Dengan kemajuan teknologi, pecandu pornografi dapat dengan mudah memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembinaan dan pengawasan dari seluruh kalangan khususnya untuk anak-anak, remaja dan dewasa muda dengan meratakan informasi dari dampak pornografi.
21
d. Human Immunodeficency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome 1. Pengertian Human Immunodeficency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (daya tahan tubuh). Dalam tubuh manusia terdapat selsel darah putih berfungsi untuk melawan dan membunuh kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia sehingga mencegah manusia jatuh sakit. Saat kuman atau virus masuk dalam tubuh, sel CD4 (sel T) dalam sel darah putih akan mengenali kuman/virus dan mengirimkan informasi sehingga tubuh memproduksi sel darah putih yang sesuai membunuh kuman/virus tersebut. Human Immunodeficency Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyerang sel CD4 dengan cara menghancurkan dinding sel, masuk dan berkembang/ bereplikasi di dalamnya sehingga tubuh semakin banyak kehilangan sel-sel CD4. Pada tahap awal serangan, tubuh akan melakukan perlawanan. Sel-sel CD4 yang belum terserang mengirim informasi tentang HIV sehingga tubuh membentuk selsel untuk menghancurkannya. Namun dengan semakin berkurangnya jumlah selsel CD mengakibatkan semakin sedikit sel-sel pertahanan yang terbentuk karena rusaknya sistem informasi sel darah putih. Akibatnya jumlah virus semakin banyak dalam tubuh dan semakin merusak. Saat tubuh telah banyak kehilangan sel CD4 hal ini berarti orang tersebut telah masuk dalam kondisi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah keadaan dimana kondisi tubuh seseorang yang sistem kekebalan tubuh telah sangat rusak akibat serangan HIV sehingga ditemukan berbagai gejala penyakit. Acquired Immuno Deficiency Syndrome
22
merupakan kumpulan gejala yang diakibatkan hilang atau berkurangnya kekebalan tubuh. Pada kondisi ini tubuh telah sangat parah kehilangan sistem kekebalan sehingga segala jenis kuman, virus dan penyakit dapat menyerang tubuh tanpa dapat dilawan. Bahkan untuk serangan penyakit atau virus paling umum seperti influenza. Bagi orang sehat influenza dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati namun bagi orang dalam kondisi AIDS serangan influenza akan menetap lebih lama dan terasa lebih menyakitkan. Seseorang yang telah masuk kondisi AIDS, akan dengan mudah terserang atau terinfeksi penyakit bahkan beberapa penyakit sekaligus. Keadaan ini disebut infeksi oportunistik yaitu masuknya penyakit dalam tubuh karena sangat lemahnya daya tahan tubuh. Human Immunodeficency Virus mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. Penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. 2. Cara penularan HIV Human Immunodeficency Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui aliran darah. Penularan HIV terjadi jika terdapat kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV yaitu :
23
Melalui hubungan seksual Melalui darah yaitu saat penggunaan jarum suntik yang tidak steril diantara pengguna narkoba, melalui transfusi darah yang mengandung HIV, darah ibu ke bayi yang dikandungnya dalam rahimnya, dan alat suntik atau benda tajam yang tercemar darah yang mengandung HIV (alat cukur, jarum akupuntur, alat tindik). Melalui ASI dari ibu yang mengidap HIV kepada bayinya Penularan (transmisi) HIV di Indonesia terdapat dua penyebab utama yaitu hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril diantara pengguna narkoba. Di dalam tubuh manusia, HIV terutama terdapat dalam cairan darah, cairan kelamin (cairan sperma dan cairan vagina), serta ASI (air susu ibu) seperti yang digambarkan pada flipchart gambar 2.4.
Gambar 2.4
Flipchart Cara Penularan HIV
24
Human Immunodeficency Virus di luar tubuh manusia sangat cepat mati. Human Immunodeficency Virus bertahan lebih lama di luar tubuh manusia hanya bila darah yang mengandung HIV tersebut masih dalam keadaan belum mengering. Dalam media darah kering HIV akan cepat mati. Human Immunodeficency Virus tidak terdapat dalam keringat, air liur/ludah, air seni, dan tinja sehingga HIV tidak ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti : Sentuhan Berjabat tangan Melalui bersin atau batuk Berenang bersama Menggunakan WC/toilet yang sama Tinggal serumah Menggunakan piring/alat makan yang sama Gigitan nyamuk atau serangga yang sama karena HIV tidak hidup dalam tubuh nyamuk serta nyamuk hanya mengisap darah orang yang digigitnya dan tidak memindahkan darah dari orang yang satu ke orang yang lain Persepsi yang perlu dijelaskan kepada masyarakat agar tidak menimbulkan stigma yang salah mengenai HIV/AIDS yaitu seperti pada flipchart gambar 2.5.
25
Gambar 2.5
Flipchart Hal Yang Benar dan Salah Seputar HIV
3. Proses terinfeksi HIV hingga masuk ke kondisi AIDS Seseorang yang terinfeksi HIV akan mengalami tahapan yang dibagi dalam empat stadium : a) Stadium satu : Window Period (Periode Jendela) Stadium ini dimulai sejak saat pertama terinfeksi HIV Tidak terdapat tanda-tanda khusus. Dalam beberapa hari atau beberapa minggu individu mungkin akan menjadi sakit dengan gejala-gejala mirip flu, yaitu adanya demam, rasa lemas dan lesu, sendi-sendi terasa nyeri, batuk, dan nyeri
26
tenggorokan. Gejala-gejala ini akan berlangsung beberapa hari atau minggu saja dan hilang dengan sendirinya. Hasil tes darah untuk HIV dapat negatif karena belum terdeteksi antibody HIV dalam darah. Periode ini berlangsung sejak masuknya HIV ke dalam tubuh, diikuti dengan perubahan serologis pada darah sampai tes anti-bodi terhadap HIV dinyatakan positif. Jangka waktu window period adalah 1 sampai 3 bulan, bahkan dapat sampai 6 bulan. Berbeda pada penyakit umum karena virus yaitu jika ditemukan antibodi maka karena berarti dalam tubuh ada cukup zat anti yang dapat melawan virus tersebut. Sedangkan pada HIV jika ditemukan adanya antibodi HIV dalam tubuh merupakan konfirmasi adanya HIV dalam tubuh. Meski berada dalam Periode Jendela dan hasil tes darah untuk HIV masih negatif, namun orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain b) Stadium dua : stadium HIV positif tanpa gejala/asimtomatik HIV telah berkembang biak dan hasil tes darah untuk HIV dinyatakan positif Individu masih terlihat dan merasa sehat. Pada stadium ini tidak terdapat gejala yang terlihat, individu masih tampak sama seperti orang sehat lainnya. Hal ini berlangsung selama 5-10 tahun. c) Stadium tiga : muncul gejala Sistem kekebalan tubuh menurun Mulai muncul gejala meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya, pembesaran kelenjar limfe atau kelenjar getah bening secara tetap dan merata tidak hanya muncul di satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan, serta flu terus menerus
27
d) Stadium empat : masuk kondisi AIDS Sistem kekebalan tubuh rusak parah, tubuh menjadi lemah terhadap serangan penyakit apapun. Ditandai dengan adanya bermacam-macam penyakit, meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi, serta berbagai kanker. 4. Terapi untuk penderita HIV Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menghilangkan HIV dari tubuh manusia. Obat yang ada hanya dapat menghambat perkembangbiakan virus yang disebut antiretroviral (ARV). Penggunaan ARV secara kombinasi (triple drugs) dengan dosis dan cara yang benar mampu membuat jumlah HIV menjadi sangat sedikit bahkan sampai tidak terdeteksi. Konsumsi ARV secara rutin, setelah 6 bulan jumlah viral load (jumlah virus dalam darah) tidak terdeteksi. Meski tidak terdeteksi, pemakaian ARV tidak boleh dihentikan karena jika dihentikan dalam waktu dua bulan akan kembali kekondisi sebelum diberi ARV. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup. 5. Cara pencegahan penularan HIV Pencegahan agar tidak tertular HIV yaitu dengan berperilaku bertanggung jawab baik bagi diri sendiri dan orang lain, menjauhi perilaku yang berisiko, menjauhi situasi dan kondisi yang dapat membuat tertular, berperilaku sesuai dengan norma
28
agama serta adat budaya luhur bangsa. Terdapat tiga cara pencegahan penularan HIV (ABCDE) a) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual (ABC) A : abstinence/puasa Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah. B : be faithful/setia pada pasangan Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangannya (suami atau istri). Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah. C : using condom/menggunakan kondom Pasangan suami atau istri yang telah terinfeksi HIV agar tidak menularkan kepada pasangannya. b) Pencegahan penularan melalui darah (DE) D : drugs/tidak menggunakan narkoba Saat sakaw (gejala putus obat) pengguna narkoba tidak sadar akan kesterilan jarum suntik sehingga menularkan HIV dari pecandu yang telah terinfeksi kepada pecandu lainnya. E : equipment Mewaspadai semua alat-alat tajam yang dapat melukai kulit, seperti jarum akupuntur, alat tindik, pisau cukur, agar steril dari HIV terlebih dulu sebelum digunakan. Gunakan jarum atau alat baru yang belum pernah digunakan Mewaspadai darah yang diperlukan untuk transfusi, tes bebas HIV c) Pencegahan penularan dari ibu kepada anak
29
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25-45%. Risiko ini semakin besar jika ibu telah masuk ke kondisi AIDS. Risiko dapat diturunkan jika dilakukan: Intervensi berupa pemberian obat antiretroviral (ARV) kepada ibu selama masa kehamilan (mulai usia kehamilan 36 minggu); Persalinan dilakukan secara bedah (Caesar); dan Ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI, karena ASI ibu yang mengidap HIV mengandung virus. Dalam memberikan penjelasan mengenai pencegahan HIV/AIDS, fasilitator menjelaskan melalui flipchart pada tabel 2.2
30
Tabel 2.1 Pencegahan Penularan HIV Pencegahan Penularan HIV 1
Pencegahan penularan hubungan seksual
melalui
A : abstinence/puasa Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah. B : be faithful/setia pada pasangan Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangannya (suami atau istri). Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah. C : using condom/menggunakan kondom Pasangan suami atau istri yang telah terinfeksi HIV agar tidak menularkan kepada pasangannya.
2
Pencegahan penularan melalui darah
D : drugs/tidak menggunakan narkoba Saat sakaw (gejala putus obat) pengguna narkoba tidak sadar akan kesterilan jarum suntik sehingga menularkan HIV dari pecandu yang telah terinfeksi kepada pecandu lainnya. E : equipment Mewaspadai semua alat-alat tajam yang dapat melukai kulit, seperti jarum akupuntur, alat tindik, pisau cukur, agar steril dari HIV terlebih dulu sebelum digunakan. Gunakan jarum atau alat baru yang belum pernah digunakan Mewaspadai darah yang diperlukan transfusi, pastikan telah dites bebas HIV
3
Pencegahan kepada anak
penularan
dari
ibu
untuk
Intervensi berupa pemberian obat antiretroviral (ARV) kepada ibu selama masa kehamilan (mulai usia kehamilan 36 minggu) Persalinan dilakukan secara bedah (Caesar) Ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI, karena ASI ibu yang mengidap HIV mengandung virus.
31
2.1.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan “Aku Bangga Aku Tahu” Pelaksanaan kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” untuk pelajar dimulai dengan mengidentifikasi sekolah yang akan mendapat “Aku Bangga Aku Tahu”. Pengidentifikasian sekolah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Fasilitator mendapatkan persetujuan dan komitmen Kepala Sekolah untuk jadwal pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dapat mengambil pada saat jam belajar sekolah maupun diluar jam pelajaran. Kegiatan akan dilaksanakan selama kurang lebih 120 menit dan dilaksanakan satu kali pada satu kelompok siswa. Fasilitator/penanggung jawab tempat sasaran menyiapkan ruangan dan membiarkan siswa memilih formasi duduk yang diinginkan. Hindari menggunakan formasi “lingkaran penuh” dengan fasilitator duduk di tengah-tengah lingkaran, karena akan ada murid yang berada dibelakang fasilitator. Jika formasi “lingkaran penuh” yang dipilih, sebaiknya fasilitator duduk bersama siswa dan tidak berada di tengah lingkaran (Kemenkes RI, 2012). a. Alat dan bahan yang diperlukan : 1. DVD player dan TV atau laptop 2. DVD “Aku Bangga Aku Tahu” 3. Papan tulis atau kertas plano 4. Spidol atau alat tulis 5. Leaflet dan poster “Aku Bangga Aku Tahu” 6. Empat kertas bertuliskan : Kelompok 1 : kelompok Akar Penyebab
32
Kelompok 2 : kelompok Seandainya Aku Kamu Kelompok 3 : kelompok Bagaimana Bisa Kelompok 4 : kelompok “Aku Bangga Aku Tahu” b. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan : 1. Pengantar dan mengisi lembar Pre-test (20 menit) Menjelaskan kepada siswa tujuan dan topik yang akan dibahas (wawasan dan informasi tentang HIV dan Gaya Hidup). Siswa sebelumnya diminta untuk mengisi lembar Pre-test (lampiran 5) yang diperlukan untuk masukan bagi penyempurnaan materi nantinya. 2. Pemutaran video mengenai HIV dan Gaya Hidup (80 menit) a) Putarkan DVD “Aku Bangga Aku Tahu” untuk ditonton siswa. Jika tidak tersedia DVD player, dapat dibagikan kisah “Lembar Cerita” (lampiran 7). b) Bagi siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok membahas Kelompok 1 : Kelompok Akar Penyebab Membahas apa saja menurut siswa yang menjadi akar penyebab tokoh utama terjerumus dalam gaya hidup yang akhirnya membawanya ke kematian. Kelompok 2 : Kelompok Seandainya Aku Kamu Membahas apa saja yang akan siswa lakukan seandainya siswa menjadi tokoh utama film dan mengalami apa yang dialaminya Kelompok 3 : Kelompok Bagaimana Bisa Membahas mengapa tokoh lainnya bisa memilih gaya hidup yang terlihat sama seperti tokoh utama, tetapi mendapat akhir yang berbeda. Kelompok 3 juga
33
diminta berdiskusi bagaimana sikap kelompok ini jika diantara mereka ada yang HIV positif. Kelompok 4 : Kelompok Aku Bangga Aku Tahu Fasilitator memberikan leaflet (lampiran 8) dan poster (lampiran 9) “Aku Bangga Aku Tahu” kepada Kelompok 4 sebagai materi informasi. Dengan menggunakan poster “Aku Bangga Aku Tahu”, kelompok 4 akan menjelaskan tentang HIV/AIDS, bagaimana cara penularan HIV/AIDS dan hal yang tidak menularkan HIV/AIDS. c) Wakil
dari
masing-masing
kelompok
akan
mempresentasikan
hasil
pembahasan kelompok masing-masing. Saat kelompok menyampaikan pendapat, fasilitator menuliskan butir-butir pendapat para siswa dari tiap kelompok pada kertas. Setelah semua kelompok selesai, fasilitator akan menempelkan butir-butir tersebut di papan tulis. Kecuali untuk Kelompok 4, menggunakan Poster “Aku Bangga Aku Tahu” sehingga fasilitator tidak perlu mencatat. Fasilitator dapat juga meminta tiap kelompok mewakilkan dua orang, satu orang menyampaikan presentasi dan satu orang menuliskan butir-butir presentasi pada papan tulis. d) Fasilitator menyampaikan penghargaan atas hasil diskusi murid-murid, dan kemudian menanggapi dan melengkapi pendapat tiap kelompok dengan menggunakan bahan yang terdapat pada Materi Dasar. e) Fasilitator menjelaskan secara khusus Cara Pencegahan HIV (tabel 2.1). f) Fasilitator memberikan penjelasan mengenai Gaya Hidup. g) Fasilitator menjelaskan salah satu penyebab utama penyalahgunaan Narkoba (termasuk merokok dan minum alkohol) adalah kurangnya percaya diri, tidak
34
dapat menolak pengaruh teman, dan takut dikucilkan sehingga terjerumus. Rasa kurang percaya diri banyak disebabkan oleh ketidaktahuan seseorang akan kelebihannya dan yang dilihat hanya kekurangannya. Dengan terus meningkatkan apa yang menjadi kelebihannya maka kekurangan yang ada pada diri siswa tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang. h) Fasilitator memotivasi siswa agar menggunakan kekuatan dirinya dan memanfaatkan informasi yang benar. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan kelebihan yang dimiliki dan dapat membuat pilihan dan keputusan yang tepat. i) Fasilitator dan siswa berdiskusi tentang sikap terhadap pengidap HIV dan penderita AIDS. Memotivasi siswa untuk berempati dan tidak memperlakukan secara diskriminatif serta dapat tetap bergaul karena siswa telah mengetahui bahwa perilaku normal sehari-hari tidak menularkan HIV/AIDS, dengan menggunakan poster “Aku Bangga Aku Tahu”. j) Fasilitator memotivasi siswa agar menyebarkan apa yang telah diketahuinya kepada teman-teman yang lain. Khususnya menolong teman-teman yang telah berperilaku berisiko tertular HIV sehingga akan memeriksakan diri dan mendapatkan pertolongan yang dibutuhkannya sedini mungkin. 3. Penutup dan Post-test (20 menit) a) Fasilitator menyatakan penghargaan terhadap siswa dan penanggung jawab tempat sasaran. b) Post-test Fasilitator menyampaikan kepada siswa bahwa untuk melengkapi Pre-test yang telah dilakukan diawal kegiatan, siswa diminta untuk mengisi lembar Post-test
35
(lampiran 6). Hasilnya akan menjadi informasi masukan yang akan digunakan untuk menyempurnakan materi yang ada. Dengan demikian diharapkan semua materi ini akan menjadi lebih baik lagi untuk meratakan informasi tentang HIV dan AIDS. 2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari penelitian yang telah dilakukan menyatakan perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2.2.2 Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2007) menyatakan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarai sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
36
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam antara komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
37
e. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagan dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas. 2.2.3 Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan merupakan unsur pokok bagi tiap orang untuk merubah perilaku. Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental sehingga mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha peningkatan kualitas kesehatan. Berdasarkan penelitian Rahayuwati (2005), yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Mengenai Hubungan Penggunaan Narkoba dengan Kejadian Infeksi HIV/AIDS” terlihat adanya beberapa anggapan yang salah tentang HIV/AIDS
38
dikalangan remaja. Responden menganggap HIV/AIDS adalah dua istilah yang sama, dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk, gejalanya dikatakan hampir sama dengan demam berdarah, serta responden mengatakan tidak tahu dengan jelas tentang HIV/AIDS dan gejalanya. Selain itu, terdapat anggapan bahwa pasien harus diisolasi di rumah sakit karena dikhawatirkan akan menularkan ke orang lain. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar remaja tidak mendapatkan informasi yang memadai dan tepat tentang HIV/AIDS (Suryantari, 2011). Indikator yang bisa mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS adalah pernah tidaknya mendengar hal itu dari berbagai sumber informasi. Informasi yang benar tentang HIV/AIDS dapat diperoleh dari proses belajar. Melalui pengembangan pengetahuan yang ada, diharapkan para remaja semakin mengetahui atau memahami apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki perilakunya (Notoadmodjo, 2007). 2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan (2010) dalam Suamerta (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. Faktor Internal 1. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
39
3. Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. 4. Minat Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap yang positif dalam kehidupannya. b. Faktor Eksternal 1. Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok orang. 2. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Media pendidikan kesehatan dapat berupa media cetak, media elektronik, dan media papan (Notoatmodjo, 2007).
40
2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya menurut Wawan (2010) dalam Suamerta (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikan dengan skala : a. Baik
: hasil jawaban benar 76%-100%
b. Cukup
: hasil jawaban benar 56%-75%
c. Kurang
: hasil jawaban benar <56%
2.3 Konsep Dasar Siswa SMA Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Siswa SMA umumnya berusia 16-18 tahun. Mohammad (1994) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun. Dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual. Sedangkan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Dengan demikian siswa SMA berada dalam batasan usia remaja. 2.4 Upaya Peningkatan Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS Melalui Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong siswa remaja untuk aktif secara seksual lebih dini. Persepsi bahwa siswa remaja memiliki risiko yang lebih
41
rendah terhadap perilaku seksual, semakin mendorong siswa remaja memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Terdapat juga persepsi bahwa siswa remaja tidak akan berisiko tertular penyakit karena memiliki pertahanan tubuh cukup kuat (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mustika tahun 2010 di SMAN 2 Banguntapan Bantul didapatkan hasil yaitu remaja dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang reproduksi maka perilaku seksualnya juga baik. Salah satu dampak dari perilaku seksual bebas siswa remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah penyakit menular seksual (PMS). Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS lainnya seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan HIV/AIDS (Notoadmodjo, 2007). Ketidakstabilan emosi menyebabkan siswa remaja mempunyai rasa ingin tahu sehingga melakukan perbuatan yang bersifat eksperimen dan eksploratif (Wibowo, 1994 dalam Notoatmodjo, 2007). Siswa remaja telah mengetahui dampak penyalahgunaan narkoba, tetapi masih banyak pemahaman yang keliru yang menganggap narkoba jenis tertentu tidak terlalu berisiko dibandingkan jenis narkoba yang lain (Kemenkes RI, 2012). Hubungan seks dan penggunaan narkoba menggunakan jarum suntik merupakan dua penyebab utama penyebaran/penularan HIV/AIDS. Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” merupakan kampanye edukasi publik yang berupaya mencegah dan mengendalikan HIV/AIDS. Kampanye ini berupaya memberikan pemahaman yang benar kepada remaja mengenai HIV/AIDS. Kegiatan dalam “Aku Bangga
42
Aku Tahu” lebih menekankan siswa untuk interaktif dan partisipatif sehingga siswa dapat berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kekuatan diri, serta mampu membuat keputusan. Kampanye “Aku Bangga Aku Tahu” memberikan pengalaman yang lebih nyata (konkrit) sehingga membuat pesan yang ingin disampaikan benar-benar mencapai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku terhadap siswa. Hasil yang diharapkan setelah diberikannya “Aku Bangga Aku Tahu”, yaitu siswa dapat menjaga dirinya agar tidak tertular HIV/AIDS, tidak bersikap diskriminatif terhadap penderita HIV/AIDS, dan individu yang telah tertular akan memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan (Kemenkes RI, 2012).