18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Hery (2009:1) definisi akuntansi adalah ; “ Akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan di antara berbagai alternatif yang ada).” Secara umum akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan, mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasinya. Proses akuntansi menghasilkan informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan berdasarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang dicatat dan diolah sedemikian rupa, laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Tranksaksi yang tidak dicatat dengan nilai uang, tidak akan terlihat dalam bentuk laporan
19
keuangan. Karena itu hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi, tidak tercatat dalam laporan keuangan. Dengan demikian laporan keuangan merupakan informasi historis, tetapi guna melengkapi analisis untuk proyeksi masa depan perusahaan (Hindiantoro, 2013:7). 2.1.1.1 Pengertian Laporan keuangan Secara
umum
laporan
keuangan
meliputi
ikhtisar-ikhtisar
yang
menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu tertentu. Adapun pendapatan para ahli tentang laporan keuangan, antara lain : Menurut Munawir (2014:2) pengertian laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2015:2) laporan keuangan adalah : “ Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. “
20
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai suatu penyajian yang terstruktur tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Kartikahadi,dkk (2012:118), tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan
ekonomi.
pertanggungjawaban
Laporan manajemen
keuangan atas
juga
penggunaan
merupakan sumber
daya
wujud yang
dipercayakan kepada mereka dalam mengelola suatu entitas. Dengan demikian laporan keuangan tidak dimaksudkan untuk tujuan khusus, misalnya dalam rangka likuidasi entitas atau menentukan nilai wajar entitas untuk tujuan merger dan akuisisi. Juga tidak disusun khusus untuk memenuhi kepentingan suatu pihak tertentu saja misalnya pemilik mayoritas. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas. Para pemakai laporan keuangan selanjutnya dapat menggunakan informasi tersebut sebagai dasar dalam memilih alternatif penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas. Namun, sejalan dengan perkembangan kepentingan kelompok pemakai informasi maka pelaporan keuangan diperluas dengan tujuan sebagai berikut : (Samryn, 2011:32) 1. Membuat keputusan investasi dan kredit. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
21
membuat keputusan investasi atau keputusan kredit tanpa harus membuat lebih dari satu laporan keuangan untuk satu periode akuntansi. 2. Menilai prospek arus kas. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai potensi arus kas dimasa yang akan datang. 3. Melaporkan sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya tersebut, dan perubahan-perubahan di dalamnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat menjelaskan kekayaan perusahaan, kepemilikan dan atau pihak-pihak yang masih berhak atas sumber daya tersebut. Informasi yang disajikan juga dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi atas sumber daya tersebut selama satu periode akuntansi yang dilaporkan. 4. Melaporkan sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas para pemilik. 5. Melaporkan kinerja dan laba perusahaan. Laporan keuangan digunakan untuk mengukur prestasi manajemen dengan selisih antara pendapatan dan beban dalam periode akuntansi yang sama. 6. Menilai likuiditas, solvabilitas, dan arus dana. Laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek, jangka panjang, dan arus kas. 7. Menilai pengelolaan dan kinerja manajemen 8. Menjelaskan dan menafsirkan informasi keuangan.
22
2.1.1.3 Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan atau disebut juga dengan business stakeholder yaitu meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : (Standar Akuntansi Keuangan, 2015: 2-3) a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.
Pemegang
saham
juga
tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
23
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada entitas. f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanaman modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu
kecenderungan
masyarakat
(trend)
dan
dengan
menyediakan
perkembangan
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
terakhir
informasi kemakmuran
24
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain. 2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan harus mengacu pada Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) adalah kebiasaan atau aturan yang baik untuk melaporkan laporan keuangan. PABU ini berfungsi juga sebagai aturan minimum yang harus dipatuhi ketika membuat laporan keuangan. Laporan Keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK 1 (2009 : 2), meliputi : 1. Neraca 2. Laporan laba rugi 3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas 5. Catatan atas laporan keuangan Penjelasan mengenai komponen laporan keuangan sebagai berikut :
25
1.
Neraca (Statement of Financial Position) Pada dasarnya neraca berisikan tentang harta, kewajiban, dan juga modal
perusahaan yang berbeda pada suatu periode. Menurut Jumingan (2009:13) pengertian neraca adalah : “Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets) utang (liabilities), dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.” Neraca terdiri dari beberapa komponen, yaitu ; a. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009 : 9), aktiva adalah ; “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” Aktiva pada umumnya terdiri atas : 1) Aktiva lancar, yaitu aktiva paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas. Aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau dijual, atau dikomsumsi selama jangka waktu yang normal (satu tahun). 2) Aktiva tetap, merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatife permanen, digunakan dalam operasi reguler lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali.
26
3) Aktiva lain-lain, yaitu investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak bisa dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. b. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009 : 9), kewajiban dan ekuitas adalah ; “Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat, sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah di kurangi kewajiban.”
Kewajiban terdiri atas : 1) Kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban kepada pihak kreditor yang akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Komponen kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang lainlain. 2) Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun. Komponen kewajiban jangka pendek ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel, hutang surat-surat berharga lain. Ekuitas terdiri atas : 1) Modal saham, meliputi saham preferen, saham biasa, dan perkiraan tambahan modal disetor.
27
2) Agio saham, yaitu kelebihan selisih antar nilai jual saham dengan nilai nominal saham. 3) Saldo laba ini untuk mencatat dan melaporkan akumulasi laba rugi selama masa operasi. 2.
Laporan Laba Rugi (Statement of Income)
Menurut Kieso et al. (2007:140), pengertian laba rugi adalah : “Laporan keungan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu.” Menurut Kieso et al. (2007:143-144), Laporan laba-rugi mempunyai beberapa unsur utama, yaitu: a. Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode, yang di timbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi sentral perusahaan. b. Beban (expense), yang diartikan arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau operasi sentral perusahaan. c. Keuntungan (gains) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik.
28
d. Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. 3.
Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity) Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 1 (2009:66) menyatakan bahwa : a. Rugi atau laba bersih periode yang bersangkutan. b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang bersangkutan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam SAK terkait. d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya. f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis model saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4.
Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) Arus kas merupakan jiwa bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah
29
perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar kewajibannya. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Sehubungan dengan pengertian tersebut, menurut Kieso et al. (2007:213) penerimaan dan pembayaran kas selama suatu periode dapat diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas, diantaranya sebagai berikut : a. Aktivitas operasi (Operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. b. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan, dan c. Aktivitas pembiayaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasi, serta peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya. 5.
Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Position) Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 1 (2009:69), catatan atas laporan keuangan mengungkapkan sebagai berikut : a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kabajikan akuntansi yang terpilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
30
b. Informasi yang diwajibkan dalam SAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, dan c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. 2.1.1.5 Sifat Laporan Keuangan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut Munawir (2014:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah di catat (recorded fact) Sifat ini menunjukan bahwa data dalam laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi atas peristiwa-peristiwa atau transaksi yang telah terjadi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation and postulate) Sifat ini berarti bahwa data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (general accepted accounting principles), hal ini
31
dilakukan
dengan
tujuan
memudahkan
pencatatan
atau
untuk
keseragaman. 3. Pendapatan pribadi (personal judgement) Sifat ini dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konveksi-konveksi atau dalil-dalil yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konveksikonveksi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan bersangkutan. 2.1.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi secara umum dari suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan tidak terlepas dari keterbatasan. Menurut Darsono dan Anshari (2005:25-26) keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali. 2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya
tergantung pada ketertiban
administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi. 3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian.
32
4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis. 5. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mungkin terjadi perubahan aturan setiap tahun.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan Pada satu sisi, laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Pada sisi lain ternyata bahwa karena karakteristiknya, laporan keuangan memiliki keterbatasan-keterbatasan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksikan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengelola laporan keuangan tersebut lebih lanjut melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisis tren akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Disinilah arti penting suatu analisis terhadap laporan keuangan. Hasil
analisis
laporan
keuangan
akan
mampu
membantu
menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa datang.
33
2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa pengertian analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Bernstein dalam Darminto dan Suryo (2003:40) menyatakan bahwa : “Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.”
Sedangkan menurut Harahap (2004:190) menjelaskan bahwa : “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos dalam laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi.
34
2.1.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (Harahap : 195-196) 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain : 1) Dapat menilai prestasi perusahaan
35
2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan 3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : a. Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal) b. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya) c. Likuiditas d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas atau Profitabilitas g. Indikator Pasar Modal 4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan
36
satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. 2.1.2.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu,
atau
diperbandingkan
dengan
alat-alat
pembanding
lainnya
(Hindiantoro, 2013:22). Menurut Santoso (2009:482) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua : 1. Analisis Horizontal (Analisis Dinamis) Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis ini disebut juga sebagai analisis trend. 2. Analisis Vertikal (Analisis Statis) Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut pada suatu periode tertentu. Dari hasil analisis ini, hanya diketahui kesimpulan mengenai keadaan keuangan dan hasil operasi pada saat itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
37
Menurut Munawir (2014:36-37), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Laporan ini menunjukan : a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam presentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio. e. Presentase dari total. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentase (trend presentase analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan presentase perkomponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
38
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysisi), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisa manapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisa laporan keuangan, dan setiap metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan (Munawir, 2014:37).
39
2.1.3
Rasio Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Rasio Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Rasio sendiri menurut Joel G.Siegel dan Jae K.Shim merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya. Dimana Agnes Sawir menambahkan perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. 2.1.3.2
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan dalam penggunaannya dari suatu perusahaan
membantu memprediksi nilai perusahaan yang akan datang dengan menghitung dari laporan keuangan diperiode sebelumnya. Ada beberapa pengertian rasio keuangan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya : Menurut Van Horne dan James (2002:350) mengatakan bahwa: “Financial ratios help us size up a company as to trends and relative to others.” Artinya bahwa rasio keuangan dapat membantu dalam pengembangan sebuah perusahaan seperti kecenderungan dan hubungannya dengan lain.
40
Sedangkan menurut Harahap (2004:297) adalah ; “Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Dengan demikian analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua variabel yang terdapat dari laporan keuangan, baik dari laporan seperti laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi komprehensif untuk dapat dimanfaatkan dan diperkirakan oleh pemakai laporan keuangan mengenai bagaimana hasil-hasil usaha suatu perusahaan diperoleh dalam periode tertentu baik dimasa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. 2.1.3.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasiorasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan angka-angka yang ada dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba/rugi komprehensif. Penggunaan rasio tergantung kebutuhan penganalisa. Menurut Syahril (2011) secara umum analisis rasio keuangan terbagi kedalam 4 kategori pengukuran, yaitu : a. Rasio Likuiditas Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio Aktivitas
41
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur pendapatan dan output yang dapat dihasilkan dari penggunaan asset perusahaan. c. Rasio Leverage Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. d. Rasio Profitabilitas Rasio-rasio yang mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan investasi. Sedangkan menurut Van Horne & Wachowicz (2012:167) jenis-jenis rasio terdiri dari : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan liabilitas jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi liabilitas tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa didapatkan mengenai kompetensi keuangan perusahaan saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah. a. Rasio Lancar (Current Rasio) Current rasio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Current rasio yang rendah menunjukkan terjadinya masalah likuiditas. Sebaliknya, Current rasio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi
42
kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendeknya. Current Ratio (CR)=
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuidasinya. Quick Ratio (QR)=
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio solvabilitas menurut Martono dan Harjito (2003:53-61) sebagai berikut : a. Debt Ratio
43
Debt ratio merupakan perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat persentasenya, cenderung semakin besar rasio keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham. Debt Ratio (DR) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
b. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan modal (equity) dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi semua kewajibannya. Semakin kecil rasio ini semakin baik, maksimal debt to equity ratio adalah 1 (satu). Total Debt to Equity Ratio (DER) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
3. Rasio Cakupan Rasio cakupan (coverage ratio) cakupan didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya. Salah satu dari rasio cakupan yang paling tradisional adalah rasio cakupan bunga (interest coverage ratio), atau kelipatan bunga dihasilkan. Rasio ini hanyalah rasio laba sebelum bunga dan pajak untuk periode pelaporan tertentu dengan jumlah beban bunga untuk periode tersebut seperti berikut ini. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 − 𝐸𝐵𝐼𝑇) 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
44
4. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas (activity ratio), juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai asetnya. Aktivitas Piutang. Rasio perputaran piutang (receivable turnover-RT) memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Rasio ini dihitung dengan membagi piutang ke dalam penjualan kredit tahunan. 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡𝑜 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 Rasio ini memberi tahu kita berapa kali piutang usaha telah berputar (menjadi kas) selama tahun tersebut. Semakin tinggi perputaran, semakin pendek waktu antara penjualan kredit dengan penagihan tunainya. Agar dapat menganggap bahwa semua piutang likuid, padahal sebagian besar telah lama jatuh tempo, terlebih likuiditas perusahaan yang dianalisis. Piutang bersifat likuid hanya selama piutang dapat ditagih dalam periode waktu yang wajar. Dalam usaha untuk menentukan apakah terdapat penyebab masalah, analis dapat merumuskan kembali rasio perputaran piutang untuk menghasilkan perputaranpiutang dalam hari (receivable turnover in days-RTD), atau rata-rata waktu penagihan, yang dihitung sebagai berikut. 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 Atau sama dengan
45
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 Aktivitas Utang. Ada kemungkinan perusahaan ingin mempelajari ketaatannya sendiri dalam membayar para pemasok atau calon potensial pelanggan untuk penjualan secara kredit. Metode analisis ini, jika digabungkan dengan rasio perputaran utang (payable turnover-PT ratio) yang biasanya kurang dapat memberi gambaran, memungkinkan kita untuk menganalisis utang dengan cara yang hampir sama dengan cara kita menganilisis piutang. Selain itu, kita dapat menghitung perputaran utang dalam hari (payable turnover in days-PTD) atau rata-rata periode utang sebagai berikut. 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 Atau sama dengan 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 Aktivitas Persediaan. Agar dapat membantu menentukan seberapa efektifnya perusahaan dalam mengelola persediaan (dan juga untuk mendapatkan indikasi likuiditas persediaan), kita menghitung rasio perputaran persediaan (inventory turnover – IT ratio) : 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
46
Perputaran Total Aset (atau Modal ). Hubungan antara penjualan neto dengan aset total disebut sebagai perputaran total aset, atau rasio perputaran 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio-rasio profitabilitas umumnya sebagai berikut : a. Net Profit Margin Rasio ini merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Net Profit Margin ( NPM )=
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡𝑜−𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑡𝑜
b. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan pemanfaatan aset-aset yang dimiliki
47
sehingga memiliki nilai prediktif dalam menghasilkan laba. Semakin besar semakin baik. Rumus ROA yang dikutip dari Dhita (2009) sebagai berikut : Return on Assets (ROA) =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝑥 100%
c. Return on Equity (ROE) Rasio ini memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas modal sendiri. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rumus ROE yang dikutip dari Dhita (2009) sebagai berikut : Return on Equity ( ROE ) =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑥 100%
Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri dari sebagai beriku : 1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis-jenis dari rasio likuiditas antara lain : a. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saaat ditagih secara keseluruhan. b. Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
48
hutang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai perusahaan. c. Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. d. Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. e. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio lancar atau current ratio (CR). Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. 2.
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain : a. Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. b. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. c. Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
49
d. Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. e. Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Dalam rasio solvabilitas (laverage ratio) ini, yang menjadi fokus penelitian ini adalah Debt to Assets Ratio ( Debt Ratio) dan Debt to Equity Ratio (DER). 3.
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Jenis – jenis rasio profitabilitas antara lain : a. Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. b. Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan. c. Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. d. Laba per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Dalam rasio profitabilitas ini yang menjadi fokus dalam peneltian ini adalah Profit Margin Ratio, Return on Equity.
50
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan 2.1.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2002:52) bahwa : “Suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsurunsurnya, untuk menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.” Sedangkan Gitman (2012), pengertian analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut : “Ratio analysis involves method of calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s performance. The basic inputs to ratio analysis are the firm’s income statement and balance sheet”. Secara garis besar analisis rasio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas). 2.1.4.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Manfaat dari analisis keuangan, menurut Irawati (2006:24) dapat ditinjau dari dua sudut, antara lain : 1. Pihak Intern (Manajemen) Dalam sudut pandang pihak intern perusahaan atau manajemen analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk : a. Mengantisipasi keadaan di masa mendatang, dan
51
b. Sebagai
titik
tolak
bagi
tindakan
perencanaan
yang
akan
mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak Ekstern (Investor) Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan yaitu untuk meramalkan masa depan dengan perusahaan, atau dengan kata lain dari sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti dapat melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan
tersebut
gulung
tikar,
sehingga
akan
mempengaruhi
keberadaan pihak ekstern di dalam perusahaan tersebut.
2.1.4.3 Keunggulan Analisis Rasio Menurut Harahap (2004:289-299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik lainnya. Keunggulan tersebut adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain; 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score); 5. Menstandarisasi size perusahaan;
52
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”; 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 2.1.4.4 Keterbatasan Analisis Rasio Menurut Sawir (2003:44) keterbatasan analisis rasio antara lain : 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha; 2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi; 3. Perbedaaan metode akuntansi dan menghasilkan perhitungan berbeda, misal perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan; 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
2.1.5 Laba 2.1.5.1 Pengertian Laba Laba (Profit) merupakan salah satu indikator kesuksesan suatu badan usaha karena laba dapat dijadikan ukuran efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Semakin tingginya laba merupakan salah satu cerminan keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya. Oleh karena itu, laba
53
merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan (Hidiantoro, 2013:31). Pengertian laba menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), PSAK no. 25 (2007:7) menyatakan bahwa : “Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya.”
Menurut Hendriksen (2008), laba dapat didefinisikan sebagai peningkatan dalam kesejahteraan. Dalam hal suatu perusahaan, ini dapat dioperasionalkan sebagai arus kas satuan usaha ditambah perubahan dalam nilai perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Juliana dan Sulardi (2003), laba didefinisikan sebagai berikut : “Laba (penghasilan bersih) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunanan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan laba adalah suatu ukuran kepengurusan manajemen atas sumber daya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha perusahaan. Walaupun tidak semua organisasi menjadikan laba sebagai tujuan utama, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada organisasi non profit pun laba diperlukan untuk bertahan hidup. Untuk perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalkan
54
laba, laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dari dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk memberikan dividen yang memuaskan kepada para pemegang sahamnya (Hindiantoro, 2013:31). 2.1.5.2 Pengertian Pertumbuhan Laba Menurut Simorangkir (1993) dalam Victorson (2012), pertumbuhan laba adalah perubahan kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun, maka perusahaan tersebut mempunyai kondisi keuangan yang baik sehingga hal ini berakibat pada meningkatnya nilai perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2008), pertumbuhan laba adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun lalu. 2.1.5.3 Tujuan Pelaporan Laba Menurut Hendriksen el al. (2000:331) tentang tujuan utama pelaporan laba yaitu memberikan informasi
yang berguna
bagi
mereka
yang paling
berkepentingan dalam laporan keuangan. Sedangkan salah satu tujuan dasar yang di asumsikan paling penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan, laba antar saham dan arus kas sebagai bagian dari proses deskriptif dan akuntansi. Tujuan yang lebih spesifik mencakup (Hendriksen et al.2008): a. Laba sebagai suatu pengukuran efisiensi
55
Operasi efisiensi dari sebuah perusahaan mempengaruhi baik aliran dividen saat ini maupun penggunaan modal yang diinvestasikan untuk memberikan aliran dividen masa depan. Karena itu, semua pemegang ekuitas, tetapi terutama pemegang saham biasa berkepentingan dengan efisiensi manajemen. Dalam kasus manapun, pengukuran efisiensi perusahaan memberikan dasar untuk keputusan-keputusan. Tujuan mengukur efisiensi suatu perusahaan dicerminkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) 1 yang menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang kinerja keuangan selama suatu periode. b. Laba sebagai alat peramal SFAC 1 menyatakan bahwa investor, kreditor, dan pihak lain yang berkepentingan dengan menetapkan prospek arus kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya menghasilkan laba, meramal laba masa depan, atau menetapkan resiko investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jadi ada hubungan yang diasumsikan antara laba yang dilaporkan dan arus kas, termasuk kas yang dibagikan kepada pemilik. Oleh karena itu, harapan laba masa depan dipandang harus digunakan oleh banyak investor sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi dividen masa depan. c. Pengambilan keputusan manajerial Sama halnya seperti investor yang berkepentingan terutama pada arus dividen masa depan. Sejauh laba digunakan oleh manajemen untuk tujuan keputusan dan pengendalian, harus berhati-hati untuk memastikan bahwa sifat arbiter dari
56
lokasi dan penandingan diminimalisasikan atau dinetralkan. Neutralitas dicapai hanya jika keputusan-keputusan itu tidak dipengaruhi prosedur alokasi dan penandingan yang diterapkan dalam pengukuran laba. Jika ini tidak dapat dihindarkan, laba tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk keputusan manajerial. 2.1.5.4 Konsep Laba Konsep laba akrual sebagai pengukuran yang fundamental terus-menerus menghadapi tantangan, akan tetapi dari sudut presfektif informasi, konsep laba jelas menggambarkan kegiatan akuntansi. Konsep laba merupakan jumlah yang dapat dikembalikan oleh entitas kepada investornya sambil tetap memperhatikan tingkat kesejahteraan entitas yang bersangkutan (Hindiantoro, 2013:32). Laba pada sebuah pusat laba atau unit usaha, menjadikan laba sebagai tujuan utamanya karena merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi dari pimpinan atau manajemennya, atau dengan kata lain efektivitas atau efisiensi dari suatu unit usaha secara garis besar dapat dilihat pada laba yang diraihnya (Hindiantoro, 2013:32). Menurut Hendriksen et al. (2000:332-342), menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan dalam konsep laba, yaitu : 1. Tingkat Sintaksis Dalam tingkatan ini, laba didasarkan pada konveksi (kebiasaan) dan aturan-aturan
yang
seharusnya
logis
dan
konsisten
dengan
mendasarkannya pada premis dan konsep laba yang telah berkembang dari
57
praktek yang ada. Pengukuran laba berdasarkan tingkatan ini diukur dengan menggunakan : a. Pendekatan Transaksi Laba dalam pendekatan ini dianggap timbul karena adanya transaksi atau hasil dari suatu transaksi yang menyebabkan perubahan nilai aktiva atau hutang lancar. b. Pendekatan Aktivitas Menurut pendekatan ini, laba timbul karena adanya aktivitas atau peristiwa tertentu yang telah terjadi dan bukan atas suatu transaksi dengan berorientasi konsepsi dunia nyata. 2. Tingkat Semantik Konsep laba menurut tingkatan ini menyangkut dua hal, yaitu : a. Menyangkut perubahan dalam peningkatan kemakmuran yang harus ditunjukkan
langsung
pada
keberhasilan
perusahaan
dalam
mempergunakan dananya dari suatu aktivitas perusahaan untuk menghasilkan kas maksimum melebihi kas yang dikeluarkan. b. Memaksimalkan laba berdasarkan kondisi khusus dari struktur pasar, pemintaan produk dan biaya masukan didalam pengukuran efisiensi laba komprehensif. Efisiensi mengandung arti interpretatif dalam pengertian ekonomi yaitu pemanfaatan optimum sumber daya yang terbatas. 3. Tingkat Pragmatik
58
Tujuan dari konsep ini adalah mengevaluasi laba berdasarkan pada dimensi
perilaku.
Salah
satu
ciri
perilaku
adalah
kemampuan
memprediksi. Laba bersih selama beberapa periode digunakan untuk memprediksi operasi perusahaan di masa yang akan datang, jika faktorfaktor relevan lainnya ikut dipertimbangkan. Asumsi lainnya bahwa laba harus berkaitan erat dengan arus kas atau arus dana. Ciri-ciri prilaku lainnya meliputi pengambilan keputusan manjerial, hubungan perubahan laba dengan harga pasar dan permintaan angka-angka laba oleh para investor tanpa memperhatikan kurangnya makna interpretatifnya. 2.1.5.5 Prediksi Laba Laba dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan. Prediksi laba sering digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. (Husnan, 1997). 2.1.5.6 Pengukuran Pertumbuhan Laba Menurut Harahap (2008) pertumbuhan laba merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih dibandingkan
59
tahun lalu. Adapun rumus pertumbuhan laba Menurut Warsidi dan Pramuka (2000) “Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya, dengan rumus adalah sebagai berikut :
∆ Yit =
(𝑌𝑖𝑡−𝑌𝑖𝑡 −1 ) 𝑌𝑖𝑡₋₁
Dimana : ∆Yit
= Pertumbuhan laba pada periode tertentu
Yit
= Laba bersih perusahaan i pada periode t (tahun ini)
Yit₋₁ = Laba bersih perusahaan i pada periode t-1 (tahun lalu) Stice et al. (2009:202) mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya pengukuran laba sebagai berikut : 1. Informasi mengenai laba dapat digunakan untuk memprediksi laba dan arus kas di masa yang akan datang. Informasinya tidak hanya bermanfaat bagi pemakai tertentu, namun memberikan nilai ekonomi. 2. Laba digunakan dalam perhitungan pajak.
2.1.5.7
Pengakuan Laba Menurut GAAP dalam Hendriksen, et al. (2000:385), laba harus diakui
dalam laporan akuntansi apabila kriteria berikut terpenuhi :
60
1. Nilai ekonomi harus ditambahkan oleh perusahaan pada produknya. 2. Jumlah pendapatan harus dapat diukur. 3. Pengukuran harus dapat diuji secara relative bebas dari bias 4. Harus mungkin untuk mengestimasi beban yang berhubungan dengan tingkat akurasi yang wajar. Pendapat umumnya diakui apabila : 1. Pendapatan tersebut telah dihasilkan 2. Pendapatan tersebut telah direalisasi atau dapat di realisasi. Karena pendapatan merupakan bagian dari laba, peraturan untuk pengakuan laba. Karena itu, menentukan kapan laba harus diakui adalah penentuan kapan ia telah dihasilkan dan direalisasi. Agar pendapatan dan laba direalisasikan, persediaan atau aktiva lain harus dipertukarkan dengan kas atau klaim terhadap kas.
2.2
Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk
mencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan (Hindiantoro, 2013). Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan
61
manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mangenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada giliran
selanjutnya
akan
mempengaruhi
nilai
perusahaan
(Hanafi
dan
Halim,2003). Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut dibandingkan untuk satu tahun atau dua tahun atau lebih, sehingga dapat diperoleh data yang mendukung untuk pengambilan keputusan (Hindiantoro, 2013). Salah satu cara untuk melihat kinerja manajemen adalah melalui laporan keuangan yang telah disusun pada periode yang bersangkutan. Ukuran apakah manajemen berhasil atau tidak dalam meningkatkan kinerja, maka terlebih dahulu laporan keuangan tersebut haruslah dianalisis yang disebut analisis laporan keuangan (Kasmir, 2010). Semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam suatu periode akan terlihat dari laporan keuangannya. Aktivitas yang sudah dilakukan tersebut akan dituangkan dalam bentuk angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing. Agar angka-angka ini lebih berarti, maka cara yang harus dilakukan adalah dengan membandingkan angkaangka yang ada dalam laporan keuangan maupun antar laporan keuangan. Perbandingan inilah yang dikenal dengan rasio keuangan. Hasil dari perhitungan rasio keuangan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah tercapai target yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba.
62
Dalam kerangka dasar penyusunan laporan keuangan PSAK paragrap 69 dinyatakan mengenai kegunaan laba sebagai alat pengkuran kinerja. “69. Penghasilan bersih (laba) sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti imbalan investasi (Return On Investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang berkaiatan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya.”
Kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien sangatlah penting dalam menghasilkan laba yang maksimal. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan,
maka
semakin
tinggi
laba
yang
dicapai
perusahaan,
mengidentifikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik (Muthya, 2013:26). Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukan semakin baik pula kinerja perusahaan yang dicapai, hal ini menandakan bahwa
63
perusahaan telah menggunakan aktiva secara maksimal sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan dan akhirnya dapat meningkatkan laba. Hasil penelitian Oktavia (2009) yang menyatakan bahwa current ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total ekuitas. Menurut Riyanto (2008:333) Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Debt to Equity Ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak tertagihnya suatu utang oleh para investor. Semakin besar nilai Debt to Equity Ratio, berarti semakin besar jumlah aktiva yang dibiayai oleh pemilik perusahaan dan semakin kecil niali Debt to Equity Ratio, berarti semakin kecil jumlah aktiva yang dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2010:124), besar kecilnya rasio Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi tingkat pencapaian laba (Return On Equity) perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Menurut Weston dan Copeland (1989) dalam Wibowo dan Diyah (2011), para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, semakin rendah rasio ini akan ada semacam perisai sehingga kerugian
64
yang diderita semakin kecil saat dilikuidasi, sebaliknya pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, karena leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi perusahaan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memprediksi laba di masa depan dengan melihat resiko dari keputusan yang di ambil. Berkaitan dengan debt ratio, terdapat penelitian Andriyani (2008) yang menunjukan bahwa debt ratio secara signifikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Gros Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur marjin laba atas penjualan dan menunjukan laba yang relatif terhadap perusahaan, yaitu dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Makin besar rasio ini menunjukkan perusahaan mampu menghasilkan laba kotor yang tinggi, sehingga perusahaan mampu menutup biaya-biaya yang ditanggung, dengan demikian kegiatan operasional akan berjalan lancar sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi besar dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut akan meningkat. Ini berarti kinerja perusahaan dinilai baik dan ini dapat meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga pendapatan yang diperoleh perusahaan akan meningkat (Muthya, 2013:28). Return On Equity digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Kemampuan perusahaan
65
dalam menentukan jenis investasi yang tepat juga dapat berpengaruh pada besarnya laba yang diperoleh (Wibowo dan Diyah, 2011). Penelitian
terdahulu
mengenai
pengaruh
rasio
keuangan
terhadap
pertumbuhan laba antara lain pernah dilakukan oleh : Mahaputra (2012) berjudul “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur” menunjukan hasil bahwa Current ratio, Debt to Equity, Total Assets Turnover, dan Profit Margin memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Gunawan dan Wahyuni (2013) meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perdagangan Di Indonesia” menunjukan hasil bahwa Assets Turnover (TATO), Fixed Assers Turnover (FATO), Inventory Turnover (ITO), Current Ratio (CR), Debt to Assets Ratio (DAR), Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Oktanto dan Nuryatno (2014) meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI periode 2008-2011” menunjukan hasil bahwa Quick Ratio tidak berpengaruh terhadap perubahan laba Debt to equity ratio berpengaruh terhadap perubahan
laba Total asset turnover dan inventory turnover berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba. Ediningsih (2001) meneliti mengenai “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ” menunjukan hasil bahwa Operating Incometo Sales (OIS) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, Operating Incometo Net IncomeBefore
Taxes
(OINBT)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba, Earning Before Taxes to Sales (EBTS) berpengaruh signifikan
66
terhadap pertumbuhan laba, Quick Assets toInventory (STA) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, Current Assets to Total Assets (CATA) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Muthya (2013) meneliti mengenai “ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Di Masa Yang Akan Datang” menunjukan hasil bahwa Quick Ratio (QR) dan Inventory Turnover (ITO) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Total Assets Turnover (TATO), Debt Ratio (DR), Gross Profit Margin (GPM) dan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hindiantoro (2013) meneliti mengenai “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Industri Agriculture Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011”. Menunjukan hasil bahwa Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap prediksi pertumbuhan laba. Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti yang disusun sebagai berikut:
67
Rasio Likuiditas - Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Solvabilitas - Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity) - Rasio Liabilitas terhadap Aset (Debt Ratio)
Pertumbuhan Laba
Rasio Profitabilitas - Rasio Laba terhadap Pendapatan (Net profit margin) - Laba usaha terhadap Ekuitas (Return On Equity) - Laba usaha terhadap Aset (Return on Asset)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
68
2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diuji sebagai berikut : Ho1
: Rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ho2
: Rasio leverage tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ho3
: Rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ho4
: Rasio likuiditas, leverage, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha1
: Rasio likuiditas berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha2
: Rasio leverage berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha3
: Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha4
: Rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.