BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember 1983. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan peringkat obligasi, sinking fund
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield
obligasi. Selanjutnya Sengupta (1998) melakukan penelitian terhadap 114 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara tahun 1987 sampai dengan tahun 1991. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Lebih lanjut Bhojraj dan Sengupta (2003) melakukan penelitian mengenai Pengaruh corporate governance terhadap bond rating dan yield bond. Sampel yang digunakan adalah 1005 obligasi perusahaan industri yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 1991 sampai dengan tahun 1997. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peringkat obligasi berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
negatif dan signifikan terhadap yield obligasi. Selanjutnya total asset berpengaruh negatif terhadap yield obligasi dan DER berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Nurfauziah dan Setyarini (2004) melakukan penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi yield obligasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 19 perusahaan yang terdiri dari 12 perusahaan perbankan dengan 17 emisi dan 7 perusahaan finansial dengan 24 emisi dari rentang waktu tahun 19962003 yang tercatat di Bursa Efek Surabaya dan diperingkat oleh Pefindo. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, inflasi, likuiditas, peringkat, sinking fund, secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel likuiditas saja yang berpengaruh terhadap yield obligasi, sedangkan inflasi, peringkat, sinking fund, secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback tidak berpengaruh terhadap yield obligasi. Setyapurnama (2005) melakukan penelitian terhadap 26 perusahaan dengan periode waktu antara 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Immacullata dan Restuti (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan terdahap peringkat dan yield obligasi. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yang terdiri dari: rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan peringkat obligasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 115 obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Surabaya. Dalam penelitian ini digunakan dua metode analisis, yaitu analisis
regresi logistik digunakan untuk
menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi dan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap yield obligasi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap yield obligasi dan berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi. Ibrahim (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan debt to equity ratio terhadap yield to maturiry. Sampel yang digunakan dalam penelitiannya berjumlah 22 obligasi korporasi dengan periode 2004-2006. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat suku bunga dan debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan ukuran perusahaan dan peringkat obligasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Obligasi Obligasi adalah surat hutang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia). Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan (financing) bagi pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung et.al, 2009). Fabozzi (2000) mendefinisikan obligasi sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan oleh penerbit (issuer) yang juga disebut debitur atau peminjam (borrower) untuk membayar kembali kepada investor (lender) sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama tahun yang ditentukan. Obligasi berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (issuer) atau pihak yang disebut emiten.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Yield Obligasi Yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Yield obligasi merupakan ukuran pendapatan obligasi yang akan diterima oleh investor, yang cenderung bersifat tidak tetap (Tandelilin, 2007). Selanjutnya, Samsul (2006) menyatakan bahwa yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase. Menurut Tandelilin (2007) ada 5 (lima) ukuran yield obligasi yang dapat digunakan oleh investor, yaitu: 1. Nominal Yield Nominal yield adalah tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi. Misalnya ada obligasi yang memberikan kupon 18% per tahun, maka obligasi tersebut dikatakan mempunyai yield nominal sebesar 18%. Yield nominal adalah cara mudah untuk menunjukkan karakteristik kupon dari suatu obligasi. 2. Current Yield Current yield adalah rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar dari obligasi tersebut. Informasi current yield akan lebih berguna bagi investor dibanding informasi yang hanya berupa kupon obligasi biasa, karena current yield sudah memberikan gambaran perbandingan kupon obligasi terhadap harga pasar obligasi. Meskipun demikian, current yield tidak bisa dianggap sebagai return yang sesungguhnya dari obligasi karena tidak bisa menggambarkan perbedaan antara harga obligasi pada saat dibeli dengan harga obligasi pada saat dijual (capital gain/loss).
Universitas Sumatera Utara
3. Yield to Call (YTC) YTC adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali (callable). Obligasi yang callable berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut sebelum jatuh tempo. 4. Realized (horizon) yield Realized (horizon) yield adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum jatuh temponya. Di samping itu, realized (horizon) yield dapat juga digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang diperoleh investor dengan menggunakan strategi perdagangan tertentu. 5. Yield to Maturity Yield to maturity (YTM) bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. YTM merupakan ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk (compound rate of return) yang diharapkan investor, jika dua asumsi yang disyaratkan bisa terpenuhi. Jika kedua asumsi tersebut terpenuhi maka yield to maturity yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai dengan waktu jatuh tempo. Nilai yang didapat jika asumsi pertama terpenuhi sering disebut dengan yield
Universitas Sumatera Utara
to maturity (YTM). Asumsi kedua adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi pada tingkat YTM yang dihasilkan. Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity), semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah dibanding pada yield yang tinggi (Kusuma dan Asrori, 2005). Jika yield to maturity-nya lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced (undervalued) dan merupakan satu kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced (overvalued) dan merupakan kandidat untuk dijual (Sharpe et al., 2005).
2.2.3. Risiko Obligasi Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Brigham dan Houston, 2006): 1. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rates Risk) Tingkat suku bunga akan naik dan turun seiring dengan berjalannya waktu, dan adanya peningkatan pada tingkat suku bunga akan menyebabkan terjadinya penurunan pada nilai obligasi yang beredar. Risiko penurunan nilai obligasi akibat kenaikan suku bunga ini disebut risiko tingkat suku bunga (interest rates risk).
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko Tingkat Investasi Kembali (Reinvestment Rate Risk) Risiko tingkat investasi kembali adalah risiko terjadinya penurunan pendapatan akibat turunnya tingkat suku bunga. Risiko tingkat investasi kembali sudah dapat dipastikan akan lebih tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Risiko ini juga akan lebih tinggi pada obligasi dengan masa jatuh tempo yang singkat, karena semakin singkat jatuh tempo suatu obligasi, maka akan semakin sedikit jumlah tahun ketika tingkat suku bunga lama yang relatif tinggi akan diterima, dan semakin cepat dana tersebut harus diinvestasikan kembali pada tingkat suku bunga baru yang lebih rendah. 3. Risiko Gagal Bayar (Default Risk) Satu risiko penting lainnya yang dihubungkan dengan obligasi adalah risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar biasanya diukur dengan peringkat obligasi. Jika obligasi tersebut memiliki risiko gagal bayar yang tinggi, maka peringkat obligasinya rendah dan sebaliknya. Jika emiten mengalami gagal bayar, investor akan menerima jumlah yang lebih kecil daripada pengembalian obligasi yang sebelumnya dijanjikan. Oleh karena itu investor perlu menilai risiko gagal bayar terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian. Semakin besar risiko gagal bayar maka akan semakin tinggi nilai imbal hasil obligasi pada saat jatuh tempo (yield to maturity). Seandainya dua obligasi memiliki arus kas yang dijanjikan, suku bunga kupon, waktu jatuh tempo, likuiditas dan eksposur inflasi yang sama, tetapi satu obligasi memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi daripada obligasi yang lain, investor tentu akan membayar lebih murah untuk obligasi yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan gagal bayar lebih besar. Sebagai akibatnya, obligasi dengan risiko gagal bayar yang lebih tinggi akan memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Jika risiko gagal bayar berubah, hal ini akan mempengaruhi harga dari suatu obligasi dimana jika risiko gagal bayar dari suatu obligasi meningkat, harga obligasi akan turun dan yield to maturity akan naik.
2.2.4. Tingkat Suku Bunga (Interest Rates) Suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Suku bunga terbagi atas dua jenis yaitu suku bunga rill dan suku bunga nominal. Suku bunga rill adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia pinjaman. Suku bunga nominal adalah sebaliknya, merupakan jumlah unit moneter yang harus dibayar per unit yang dipinjam, dan sebenarnya suku buga pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga nominal sama dengan suku bunga rill (Fabozzi, Modigliani, dan Ferri, 1999). Investor dapat menentukan suku bunga yang dapat dijadikan patokan sebelum membeli obligasi. Suku bunga yang dapat dijadikan benchmark terdiri atas berbagai jenis, salah satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pergerakan tingkat suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap. Investasi dalam deposito atau SBI, akan menghasilkan bunga bebas risiko tanpa memikirkan pengelolaannya. Sementara investasi dalam obligasi mengandung risiko seperti kegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena
Universitas Sumatera Utara
kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost). Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat deposito atau SBI (Samsul, 2006). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) bahwa jika tingkat bunga meningkat sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan pasar juga meningkat, maka harga obligasi akan menurun. Jika tingkat bunga menurun, harga obligasi meningkat. Sehingga tingkat bunga dan harga obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan. Dari pernyataan diatas, tampak jelas bahwa keberagaman tingkat bunga dapat menyebabkan keberagaman harga obligasi.Variasi ini pada harga sekuritas yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat bunga disebut dengan risiko tingkat bunga.
2.2.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994). Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati dan Suhairi, 2006). Aktiva merupakan tolok ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005).
2.2.6. Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999). Berdasarkan teori siklus hidup perusahaan bahwa perusahaan akan mengalami evolusi. Evolusi ini melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu growth, mature dan stagnant (Anthony dan Ramesh, 1992 dalam Immacullata dan Restuti, 2005). Dalam setiap tahap hidup perusahaan ada aktivitas yang berbeda yang berpengaruh pada kegiatan pendanaan aktivitas perusahaan. Risiko obligasi pada tahap growth memperhatikan aliran kas yang terjadi di dalam perusahaan. Perusahaan banyak menggunakan dananya untuk investasi dalam mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar serta menguasai teknologi. Risiko default pada fase ini menjadi tinggi karena
Universitas Sumatera Utara
dikawatirkan perusahaan tidak bisa membayar pokok dan bunganya dengan tepat waktu karena aliran kas yang ada digunakan untuk investasi. Risiko default ini tercermin dalam peringkat obligasi. Risiko yang tinggi menyebabkan peringkat obligasi menjadi rendah sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap growth akan memberikan yield yang tinggi. Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap mature lebih rendah dibandingkan pada tahap growth karena perusahaan sudah bisa menghasilkan laba, investasi sudah mulai turun sehingga perusahaan mempunyai aliran kas yang digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar. Risiko default ditunjukkan dengan peringkat obligasi. Pada tahap ini peringkat obligasi lebih tinggi dibandingkan pada tahap growth sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap mature akan memberikan yield yang lebih rendah dibandingkan tahap growth. Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap stagnant adalah rendah karena perusahaan ada dalam kondisi memanen hasil usahanya. Investasi yang dilakukan tidak sebesar di tahap growth dan mature sehingga perusahaan mempunyai aliran kas yang digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar. Risiko default yang rendah memberikan peringkat yang tinggi pada obligasi yang diterbitkan perusahaan sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika perusahaan berada pada tahap stagnant akan memberikan yield rendah.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) rasio hutang menunujukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio hutang terdiri atas dua jenis, yaitu : 1. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005). Bertambah besarnya debt to equity ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). 2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Total Asset Ratio) Rasio total hutang terhadap total aktiva didapat dengan membagi total hutang perusahaan dengan total aktivanya. Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan debt to equity ratio. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung dengan pendaaan hutang (Van Horne dan Wachowicz, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, oleh karena leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan (Weston dan Copeland, 1999).
2.3. Kerangka Konseptual Pada saat tingkat bunga umum turun, kurs obligasi naik dan begitu sebaliknya. Besar kecilnya perubahan kurs obligasi tergantung pada besar kecilnya perubahan bunga. Semakin besar penurunan bunga, semakin tinggi kurs obligasi. Semakin besar kenaikan bunga, semakin rendah kurs obligasi. Hubungan antara tingkat bunga umum dan kurs obligasi bersifat negatif (Samsul, 2006). Ciri dasar obligasi adalah bahwa perubahan harga terjadi dengan arah yang berlawanan dari perubahan hasil yang diinginkan. Penyebabnya adalah karena harga obligasi merupakan nilai sekarang dari arus kas. Seiring dengan meningkatnya hasil yang diinginkan, nilai sekarang dari arus kas akan menurun, sehingga harga juga turun, demikian juga sebaliknya (Fabozzi, 2000). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga obligasi di pasar akan mengalami penurunan, dan apabila harga obligasi mengalami penurunan maka akan mengakibatkan yield mengalami kenaikan, atau dengan kata lain apabila tingkat suku bunga mengalami
Universitas Sumatera Utara
kenaikan maka tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor atau yield obligasi juga akan mengalami kenaikan (Ibrahim, 2008). Hasil Penelitian Thompson dan Vaz (1990) serta Nurfauziah dan Setyarini (2004) menunujukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005) dan Ibrahim (2008) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity. Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar. Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan akan mempunyai peringkat obligasi yang lebih tinggi karena risiko gagal bayarnya rendah sehingga akan menurunkan yield. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson dan Vaz (1990), Bhojraj dan Sengupta (2003), serta Ibrahim (2008) menunjukkan hasil bahwa total asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sengupta (1998) menunjukkan bahwa total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi dan hasil penelitian Setyapurnama (2005) yang menemukan bahwa total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan diduga mempunyai pengaruh terhadap yield obligasi karena berdasarkan teori siklus hidup perusahaan, aktivitas pendanaan akan berbeda dalam setiap tahapan hidup perusahaan. Perbedaan aktivitas pendanaan dalam siklus hidup perusahaan ini akan mempengaruhi risiko perusahaan yang akan mempengaruhi peringkat dan yield obligasi. Perusahaan yang bertumbuh akan menggunakan aliran kasnya untuk investasi, penguasaan teknologi dan mengembangkan produk sehingga ada kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar bunga dan pokok obligasi sehingga risikonya tinggi yang berakibat pada rendahnya peringkat obligasi sehingga perusahaan akan membayarkan yield yang tinggi. Sedangkan perusahaan pada tahap mature investasi sudah berkurang dan mempunyai aliran kas yang lancar sehingga bisa membayar bunga dan pokok dengan lancar sehingga risikonya rendah yang menyebabkan peringkat obligasi menjadi tinggi dan obligasi ditawarkan dengan yield yang rendah (Immacullata dan Restuti, 2005). Rasio hutang yang terlalu tinggi menunjukkan hutang yang berlebihan, dan menandakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak akan mampu menciptakan laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya (Bodie, et.al., 2006). Debt to equity ratio yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang (Indra, 2006). Semakin besar tingkat risiko maka semakin besar keuntungan yang diisyaratkan (Sartono, 2001). Dengan demikian semakin besar hutang (DER), maka yield yang diisyaratkan juga semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) serta Ibrahim (2008) menemukan hal yang sama bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
Universitas Sumatera Utara
DER terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005) menemukan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat suku bunga Ukuran Perusahaan
Yield to maturity
Pertumbuhan Perusahaan Rasio hutang
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010.
Universitas Sumatera Utara