BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Siklus Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F, hidrologi didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada permukaan dan di dalam tanah. Defenisi tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini. Daur atau siklus hidrologi gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita bayangkan karena Pertama, daur itu dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir kembali ke laut. Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Selama musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti, sedangkan dalam musim hujan berjalan kembali. Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung kepada letak geografi dan keadaan iklim suatu lokasi. Siklus ini berjalan karena sinar matahari. Posisi matahari akan berubah-ubah setiap masa menurut meridiannya (meskipun sebenarnya posisi bumi yang berubah).
Universitas Sumatera Utara
Keempat, berbagai bagian daur dapat menjdi sangat kompleks, sehingga kita hanya dapat mengamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut. Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah, sebagian kecil akan meresap (absorbsi) di dalam tanah (infiltrasi), sedang yang lainnya akan menjadi limpasan permukaan (surface run off). Air meresap ini ada yang keluar dan kembali ke permukaan melalui mata air (interflow), tapi sebagian besar akan tetap tersimpan dalam tanah (ground water). Air tanah ini umumnya membutuhkan waktu yang realtif lama untuk dapat muncul kembali ke permukaan, yang biasa disebut dengan limpasan air tanah. Semua bagian-bagian air yang disebut di atas tadi pada akhirnya akan mengalir menuju sungai, waduk, danau, ataupun laut. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
Universitas Sumatera Utara
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu: a. prespitasi b. evaporasi c. infiltrasi d. surface run off Seorang ahli hidrologi harus dapat menginterpretasikan data yang tersedia untuk studinya. Dari studinya itu harus dapat meramalkan suatu besaran ekstrim yaitu debit maksimum (banjir) atau debit minimum (debit-debit kecil).
Universitas Sumatera Utara
II.2. Hujan II.2.1. Pengertian Hujan Terjadinya hujan disebabkan penguapan air, terutama air dari permukaan laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling dan jatuh sebagian di atas laut dan sebagian ai atas daratan, sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian di tahan tumbuh-tumbuhan (intersepsi), sebagian menguap kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian menguap melalui poripori di dalam tanah (evapotranspirasi) dan demikian pula air yang ditahan tumbuh-tumbuhan sebagian menguap(transpirasi), Air hujan yang menguap, yang meresap ke dalam tanah, yang ditahan tumbuh-tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi aliran air di dalam sungai dan disebut air hilang. Para pakar hidrologi telah lama mengetahui bahwa dari seluruh jumlah prespitasi yang jatuh ke wilayah daratan, hanya seperempatnya yang kembali ke laut melalui limpasan langsung (direct runoff) atau aliran air tanah (ground water flow). Karena itu pada umumnya diyakini bahwa penguapan dari daratan merupakan sumber lengas yang utama bagi hujan di daratan. Kebanyakan gagasan untuk memperbesar hujan telah didasarkan atas anggapan (yang sekarang ternyata salah) bahwa hujan yang lebih besar dapat diperoleh dari peningkatan jumlah air di atmosfir. Sekarang disadari bahwa penguapan dari permukaan laut adalah sumber utama air hujan, dan diperkirakan tidak lebih dari sepuluh persen dari hujan di daratan berasal dari penguapan dari daratan.
Universitas Sumatera Utara
Jika kita membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus kita tinjau, yaitu: a. intensitas i, adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya mm/menit, mm/jam, mm/hari b. lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit atau jam. c. tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan dasar, dalam mm. d. frekuensi, adalah frekuensi terjadinya hujan, biasanya dinyatakan dengan waktu ulang (return period) T, misalnya sekali dalam T tahun. e. luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2. Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai berikut: I
d = ∫ idt ≈ ∑ I∆t ..................................................... (2-1) 0
Intensitas rata-rata I dirumuskan sebagai berikut: i=
d ........................................................................ (2-2) t
II.2.2. Karakteristik Hujan A. Durasi Hujan Durasi hujan adalah lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis (dalam menitan, jam-jaman ataupun harian). Dalam perencanaan drainase, durasi hujan sering diakitkan dengan waktu konsentrasi, khusunya pada drainase permukaan
Universitas Sumatera Utara
diperlukan durasi relatif pendek, mengingat akan toleransi lamanya genangan.
B. Intensitas Curah Hujan Jika kita diminta untuk menyiapkan perencanaan teknik bangunan air, pertama-tama yang harus kita tentukan adalah berapa debit yang harus diperhitungkan dimana besarnya debit rencana ditentukan oleh intensitas curah hujan. Intensiatas curah hujan adalah jumlah hujan dalam tiao satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam milimeter per jam. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda, tergantung dengan lamanya curah hujan dan frekuensi kejadian. Pada umumnya semakin besar durasi hujan t, intensitas hujannya semakin kecil. Jika tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau karena disebabkan tidak adanya alat untuk mngamati, maka dapat ditempuh cara empiris dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini: - Talbot (1881) i=
a ..................................................... (2-3) t +b
- Sherman (1905) i=
a .......................................................... (2-4) tb
- Inshiguro
Universitas Sumatera Utara
i=
a ................................................... (2-5) t +b
- Mononobe d 24 i = 24 24 t
2/3
............................................. (2-6)
dimana: i
= intensitas curah hujan (mm/jam)
t
= waktu (durasi) curah hujan, menit untuk persamaan (2-3),
(24), dan (2-5), dan jam untuk persamaan (2-6) a,b
= konstanta
d24
= tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
C. Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir saluran. Pada prinsipnyawaktu konsentrasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: -
Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju aluran drainase.
-
Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran drainase sampai ke titik kontrol yang diperlukan.
Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan rumus berikut: tc = t0 + t d ..................................................... (2-7)
Universitas Sumatera Utara
II.2.4. Analisa Data Curah Hujan Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian meramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu.
A. Menentukan Curah Hujan Areal Dengan melakukan penakaran dan pencatatan curah hujan, kita hanya mendapatkan data curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata utnuk mendapatkan nilai mcurah hujan areal. Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menetukan tinggi curah hujan pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos pencatat curah hujan atau AWLR (Automatic Water Level Recorder), antara lain: Cara Tinggi Rata-Rata (Arithmatic Mean) Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana. Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata pengukurna hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
d=
n d1 + d 2 + d 3 + .... + d n d = ∑ 1 ................ (2-8) n i =1 n
Dimana: d
= tinggi curah hujan rata-rata (mm)
d1, d2, d3,...dn = tinggi curah hujan di stasiun 1,2,3,...,n (mm) n
= banyaknya stasiun penakar hujan
Gambar 2.1. DAS dengan tinggi rata-rata Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika stasiunstasiun penakarnya ditempatkan secara merta di areal tersebut, dan hasil penakaran masing-masing penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh stasiun di seluruh areal. Cara Poligon Thiessen Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan pada masing-masing
Universitas Sumatera Utara
penakar yang mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan
garis-garis
sumbu
tegak
lurus
terhadap
garis
penghubung antara dua pos penakar. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut: d=
A1.d 1 + A2.d 2 + A3.d 3 + ..... An.dn ∑ Ai.di = .......(2-9) A A
Keterangan: A
= Luas areal (km2)
d
= Tinggi curah hujan rata-rata areal
d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n A1, A2, A3,...An= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n
Gambar 2.2. DAS dengan perhitungan curah hujan poligon Thiessen. Hasil perhitungan dengan rumus (2-9) lebih teliti dibandingkan perhitungan dengan rumus (2-8).
Universitas Sumatera Utara
Cara Isohyet Dalam hal ini kita harus menggambarkan dulu kontur dengan tinggi curah hujan yang sama (isohyet), seperti terlihat pada gambar. Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata berimbang dari nilai kontur seperti terlihat pada rumus berikut ini:
d 0 + d1A d1 + d 2 dn − 1 + dn A A + ... An 2 2 2 ...................... (2-10) d= A1 + A2 + ... An
d=
∑
di − 1 + d i Ai 2 ............................. (2-11) ∑ Ai
Dimana: A
= Luas areal (km2)
D
= Tinggi curah hujan rata-rata areal
D0, d1, d2,...dn = Tinggi curah hujan di pos 0, 1, 2,...n A1, A2, A3,...An = Luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyetisohyet yang bersangkutan
Gambar 2.3: DAS dengan perhitungan curah hujan Isohyet
Universitas Sumatera Utara
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal ratarata, tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan untuk membuat garis-garis Isohyet. Pada waktu menggambar
garis-garis Isohyet
sebaiknya
juga
memperhatikan
pengaruh bukit atau gunung terhadap distribusi hujan.
B. Distribusi Frekuensi Curah Hujan Sistem-sistem sumber daya air harus dirancang bagi hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang, yang tak dapat dipastikan kapan akan terjadi. Oleh karena itu, ahli hidrologi harus memberikan suatu pernyataan probabilitas bahwa aliran-aliran sungai akan menyamai atau melebihi suatu nilai yang telah ditentukan. Probabilitas adalah suatu basis matematis bagi peramalan, dimana rangkaian hasil lengkap yang didapat merupakan rasio hasil-hasil yang akan menghasilkan suatu kejadian tertentu terhadap jumlah total hasil yang mungkin (disalin dari: ‘Webster’s 7th New Collegiate Dictionary,’ 1971). Probabilitas-probabilitas tersebut penting artinya bagi evaluasi ekonomi dan social dari suatu perencanaan bangunan air. Perencanaan untuk mengendalikan banjir yang mempunyai probabilitas tertentu mengandung pengakuan bahwa kemampuan proyek sekali-sekali dapat dilampaui dan kerusakan harus dialami. Namun, biaya perbaikan kerusakan itu akan lebih murah setelah periode pengoperasian yang panjang jika dibandingkan dengan
pembuatan
bangunan
yang
khusus
dimaksudkan
sebagai
perlindungan terhadapa keadaan yang paling buruk. Tujuan perencanaan itu
Universitas Sumatera Utara
bukan untuk menghilangkan semua banjir tersebut, melainkan untuk mereduksi frekwensi banjirnya, yang berarti juga mengurangi kerusakan yang ditimbulkan. Curah hujan rancangan dihitung berdasarkan analisis Probabilitas Frekuensi seperti yang yang mengacu pada SK SNI M-18-1989 tentang Metode Perhitungan debit banjir. Tujuan dari analisa distribusi frekuensi curah hujan adalah untuk memperkirakan besarnya variate-variate masa ulang tertentu. Banyak macam distribusi teoritis yang kesemuanya itu dapat dibagi dua, yaitu diskrit dan kontinu. Diskrit diantaranya adalah Binominal dan Poisson, sedangkan kontinu adalah Normal, Log Normal, Gamma, Beta, Pearson dan Gumbel. Untuk menganalisis probabilitas banjir biasanya dipakai beberapa macam distribusi yaitu: a. Gumbel b. Log Pearson Type III c. Normal d. Log Normal
Distribusi Gumbel Menurut Gumbel (1941), persoalan tertua adalah berhubungan dengan nilai-nilai ekstrem datang dari persoalan banjir. Tujuan teori statistik
nilai-nilai
ekstrem
adalah
untuk
menganalisis
hasil
pengamatan nilai-nilai ekstrem tersebut untuk memperkirakan nilainilai ekstrem berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Gumbel menggunakan teori nilai ekstrem untuk menunjukkan bahwa dalam deret nilai-nilai ekstrem X1, X2, X3, ......., Xn, dengan sampel-sampel yang sama besar, dan X merupakan variabel berdistribusi eksponensial, maka probabilitas kumulatifnya P, pada sebarang nilai di antara n buah nilai Xn akan lebih kecil dari nilai X tertentu (dengan waktu balik Tr), mendekati
P( X ) = e − e
− a ( x −b )
........................... (2-12)
Jika diambil Y = a(X-b), maka dapat menjadi −Y
P( X ) = e − e ............................................(2-13)
Dengan e = bilangan alam = 2,7182818... Y = reduced variate Jika diambil nilai logaritmanya dua kali berurutan dengan bilangan dasar e terhadap rumus (2-1) didapat X =
1 [ab − ln{− ln P( X )}] a
............................ (2-14)
Waktu balik merupakan nilai rat-rat banyaknya tahun (karena Xn merupakan data debit maksimum dalam tahun), dengan suatu variate disamai atau dialmpaui oleh suatu nilai, sebanyak satu kali. Jika interval antara 2 buah pengamatan konstan, maka waktu baliknya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tr ( X ) =
1 1 − P( X )
........................................ (2-15)
Universitas Sumatera Utara
Ahli-ahli teknik sangat berkepentingan dengan persoalan-persoalan pengendalian banjir sehingga lebih mementingkan waktu balik Tr(X) dari pada probabilitas P(X), untuk itu rumus (2-3) diubah menjadi : X r = br −
1 T ( X ) − 1 ln − ln r a Tr ( X )
.................... (2-16)
Atau T ( X ) − 1 Yr = − ln − ln r Tr ( X )
.................................. (2-17)
Chow menyarankan agar variate X yang menggambarkan deret hidrologi acak dapat dinyatakan dengan rumus berikut ini
X = µ + σ .K Dengan
.................................... (2-18)
µ = Nilai tengah (mean) populasi
σ = Standard deviasi populasi K = Factor frekwensi Rumus (2-7) dapat diketai dengan
X = X + sK
…………………..…. (2-19)
Dengan X = nilai tengah sampel s = Standard deviasi sampel Faktor frekwensi K untuk nilai-nilai ekstrim Gumbel ditulis dengan humus berikut ini :
K=
YT − Ys Sn
………………………..….…. (2-20)
YT = − ln[− ln{(Tr − 1) / Tr }]
……………………… (2-21)
Dengan YT = Reduced variate
Universitas Sumatera Utara
Y n = Reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel n Sn = Reduced Standard deviation yang tergantung dari besarnya sampel n Dari humus (2-19) dan (2-20)
XT = X +
= X−
Jika dimasukkan
YT − Yn s Sn Yn .s YT .s + Sn Sn
Sn Y .s = a dan X − n = b , maka s s
1 X T = b + YT ……………………………… (2-21) a
Dengan XT = debit banjir waktu balik T tahun YT = Reduced variate
Distribusi Log Pearson Type III Parameter-parameter statistic yang diperlukan oleh distribusi Pearson Type III adalah: -
Nilai tengah
-
Standard deviasi
-
Koefisien skewness Untuk menghitung banjir perencanaan dalam praktek, the
Hydrology Committee of the Water Resources Council, USA, menganjurkan, pertama kali mentransformasikan data ke nilai-nilai logaritma kemudian menghitung parameter-parameter statistiknya.
Universitas Sumatera Utara
Karena transformasi tersebut, maka cara ini disebut log Pearson type III. Dalam pemakaian Log Pearson Type III, kita harus mengkonversi rangkaian datanya menjadi logaritma. Rumus untuk metode Log Pearson :
n
∑ LogX Log Xr =
i =1
n
1
........................................ (2-22)
Dengan: Xr
=
nilai rerata curah hujan
Xi
=
curah hujan ke-I (mm)
n
=
banyaknya data pengamatan
n
∑ ( LogX 1 − LogXr ) Sx =
i =1
n −1
2
................. (2-23)
dengan: Sx
=
standard deviasi
Nilai XT bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan yang telah dimodifikasikan : Log XT = log Xr + K. log Sx .......................... (2-24) dengan : XT = besarnya curah hujan rancangan untuk periode ulang pada
Universitas Sumatera Utara
T tahun.
K = faktor freluensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi frekuensi.
Distribusi Normal Distribusi ini mempunyai ‘ probability density function’ sebagai berikut: e
P’(X) =
…………………………. (2-25)
Dengan σ = varian µ = rata-rata Sifat khas lain yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hamper sama dengan nol dan dengan kurtosis 3. Selain itu, kemungkinan: P( P( ) P(
) = 15,87% = 50% ) = 84,14%
Dengan demikian kemungkinan variant berada pada daerah (
) dan (
berada antara (
) adalah 68,27%. Sejalan dengan itu maka yang ) dan (
) adalah 95,44%.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi Log-Normal Probability density function’ distribusi ini adalah: 2
eksp
P’ x =
), (µ > 0)…… (2-26)
Dengan =
ln (
)………………………………….... (2-27)
= ln (
)……….............................................. (2-28)
Besarnya asimetri adalah γ=
……………………………………….. (2-29)
dengan 0,5
kurtosis
………………........................... (2-30)
k=
……. (2-31)
Dengan persamaan (2-29), dapat didekati dengan nilai asimetri 3 dan selalu bertanda positif. Atau nilai ‘skewness’ Cs kira-kira sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi Cv.
Metode Haspers Untuk metode ini, besar curah hujan rencana periode ulang T tahun diperoleh dengan persamaan: X T = X r + ( µ .Sd ) ...................................................... (2-32) dengan:
Xr =
∑X N
.................................................................. (2-33)
Universitas Sumatera Utara
Sd =
1 X max 1 − Xr X max 2 − Xr + ............. (2-34) 2 µ1 µ2
T=
N +1 ................................................................... (2-35) m
dengan: XT
= Besar curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
Xr
= Besar curah hujan rata-rata (mm)
Sd
= Standard deviasi
N
= Jumlah tahun pengamatan
µ
= Standard variate
m
= Nomor urut data
Xmax1 = Data curah hujan maksimum pertama (mm) Xmax2 = Data curah hujan maksimum kedua (mm)
II.3.
Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet”. Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa “A watershed is a geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and
Universitas Sumatera Utara
subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose actions may affect each other’s interests”. Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun. Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Universitas Sumatera Utara
II.3.1. Definisi DAS Berdasarkan Fungsi Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang, dalam pengelolaan DAS
Universitas Sumatera Utara
diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.
II.3.2. Tanggapan Daerah Aliran Sungai-Daur Hidrologi Sejak tahun 1970-an degradasi DAS berupa lahan gundul tanah kritis, erosi pada lereng-lereng curam baik yang digunakan untuk pertanian maupun untuk penggunaan lain seperti permukiman dan pertambangan, sebenarnya telah memperoleh perhatian pemerintah Indonesia. Namun proses degradasi tersebut terus berlanjut, karena tidak adanya keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan dari sektor atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan DAS. Pendekatan menyeluruh pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat. Awalnya
perencanaan
pengelolaan
DAS
lebih
banyak
dengan
pendekatan pada faktor fisik dan bersifat sektoral. Namun sejak sepuluh tahun yang lalu telah dimulai dengan pendekatan holistik, yaitu dengan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu, antara lain dimulai di 12 DAS prioritas (Brantas, Solo, Jratunseluna, Serayu, Citanduy, Cimanuk, Citarum, Ciliwung, Asahan, Batanghari, Billa Walanae, dan Sadang). Namun urutan prioritas tersebut dikaji ulang, dengan pertimbangan seperti : (1) urutan DAS prioritas perlu disesuaikan dengan pertimbangan teknik yang lebih maju dan pertimbangan kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
berkembang pada saat ini; (2) pengelolaan DAS juga memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan pengelolaan DAS; dan (3) perubahan arah pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan buruk seperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan
pendekatan
pengelolaan
DAS
secara
terpadu,
diperlukan
perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Daur ini dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut untuk sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh dan pada akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai,
Universitas Sumatera Utara
sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah dan akhirnya mengalir ke laut. Namun sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan sebelum sampai ke laut. Uraian mengenai daur hidrologi ini merupakan uraian yang benar-benar disederhanakan. Sebagai contoh, air dari sebagian aliran permukaan mungkin berperkolasi menjadi air tanah sedangkan pada kejadian lain, air tanah merupakan sumber aliran sungai (stream flow). Daur hidrologi merupakan peraga yang baik untuk menggambarkan lingkup hidrologi, yang memisahkan antara presipitasi pada daratan dan kembalinya air ke atmosfer atau laut. Daur tersebut juga memperlihatkan empat fase yaitu presipitasi, evaporasi, aliran permukaan dan air tanah. Pembahasan mengenai daur hidrologi tidak perlu memberikan kesan tentang adanya mekanisme yang kontinu, dimana dari awal sampai akhir air bergerak secara tunak dengan kecepatan konstan. Pergerakan air melalui daur tersebut tidak menentu, baik mengenai waktu maupun daerahnya. Kadang-kadang alam memberikan hujan yang amat deras, yang menyebabkan kapasitas saluran di permukaan tanah menjadi penuh. Pada kesempatan lain mungkin terkihat bahwa mekanisme daur itu berhenti sama sekali, dengan demikian presipitasi dan aliran sungai pun ikut terhenti.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Perhitungan Propil Aliran Perhitungan propil aliran berubah lambat laun pada dasarnya meliputi penyelesaian persamaan dinamis dari aliran berubah lambat laun. Sasaran utama dari perhitungan ini telah menentukan bentuk propil aliran. Bila digolongkan secara umum, ada tiga metode perhitungan, yaitu metode integrasi grafis, metode integrasi langsung dan metode tahapan stándar. II.4.1. Metode Integrasi Grafis Dasar metode ini ialah mengintegrasikan persamaan dinamis dari aliran berubah lambat laun secara grafis. Dipilih dua penampang saluran dengan jarak berturutturut x1 dan x2 terhadap suatu titik awal dan dengan kedalaman berturut-turut y1 dan y2. Jarak dalam arah dasar saluran adalah: x2
y2
x1
y1
z = z 2 − z1 = ∫ dx =
dx
∫ dy dy
Ambil beberapa nilai y dan hitung nilai dx/dy yang berkebalikan dengan suku kanan persamaan aliran berubah lambat laun, Dari persamaan kemudian buatlah lengkung y terhadap dy/dx . Jelas bahwa nilai x sama dengan luas daerah yang diarsir yang terbentuk oleh lengkung, sumbu y dan ordinat dy/dx sesuai dengan y1 dan y2. Luas ini dapat dihitung dan ditentukan pula nilai x nya. Metode ini sangat luas pemakaiannya. Dapat dipakai untuk aliran dalam saluran prismatik maupun tak prismatik dengan berbagai bentuk dan kemiringan. Prosedurnya tidak berbelit-belit dan mudah diikuti namun, dapt juga menjadi berlarut-larut bila diterangkan untuk persoalan yang sesungguhnya.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2. Metode Tahapan Langsung Secara umum metode tahapan dinyatakan dengan membagi saluran menjadi bagian-bagian saluran yang pendek, lalu menghitung secara bertahap dari satu ujung ke ujung saluran lainnya. Ada berbagai jenis metode tahapan ini. Beberapa metode tampaknya lebih baik dari pada yang lainnya ditinjau dari segi tertentu, tetapi belum ada satu metode yang dianggap paling baik untuk dipakai dalam setiap masalah. Metode tahapan langsung merupakan metode sederhana yang dapat dipakai untuk saluran prismatik. S 0 ∆x + y1 + α1
= y2 + α 2
2
v1 2.g
2
v2 + Sf∆x 2g
cari ∆x
∆x =
E2 − E1 ∆E = S0 − S f S0 − S f
Dengan E, energi spesifik, atau anggap
α1 = α 2 = α E = y + α.
v2 2g
Pada persmanaan di atas, y adalah kedalaman aliran; v kecepatan rata-rata;
α koefisien energi; S0 kemiringan dasar dan Sf kemiringan gesek. Nilai rata-rata Sf diberi tanda Sf. Bila dipakai rumus Manning, kemiringan gesek dinyatakan sebagai berikut:
Sf =
n 2v 2 2,22 R
4
3
Universitas Sumatera Utara
Perhatikan bahwa baik metode tahapan langsung maupun tahapan standar yang akan diuraikan, langkah-langkah perhitungan dilakukan ke arah hulu biala alirannya subkritis dan ke arah hilir bila alirannya superkritis. Langakah perhitungan yang arahnya salah cenderung menghasilkan data yang berbeda dengan profil aliran sesungguhnya.
II.4.3. Metode Tahapan Standar Metode ini juga dapat dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran tak prismatik, unsur hidrolik tergantung pada jarak di sepanjang saluran. Pada saluran alam, biasanya perlu dilakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk setiap penampang yang perlu dihitung. Perhitungan dihitung dengan tahap demi tahap dari suatu pos pengamat ke pos berikutnya yang sifat-sifat hidroliknya telah ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap pos diketahui dan dilakukan penetuan kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya dibuat berdasarkan perhitungan coba-coba. Untuk menjelasakan cara ini dianggap bahwa permukaan air terletak pada suatu ketinggian dari bidang mendatar. Z1 = S0 ∆x + y1 + z2 Z2 = y2 + z2 Kehilangan tekanan akibat gesekan adalah hf = S f ∆x = 1 ( S1 + S 2 )∆x 2 Dengan kemiringan gesekan Sf diambil sebagai kemiringan rata-rata pada kedua ujung penampang atau S f . Masukkan besaran di atas, maka dapt ditulis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Z1 + α 1
2
2
v1 v = Z 2 + α 2 2 + h f + he 2g 2g
dengan he ditambahkan untuk kehilangan tekanan akibat pusaran, yang cukup besar pada saluran tak prismatik. Sampai kini belum ada metode rasional untuk menghitung kehilangan tekanan akibat pusaran. Kehilangan ini terutama tergantung pada perubahan tinggi kecepatan dan dapt dinyatakan sebagai bagaian dari padanya, atau k (∆α .V 2 / 2 g ) dengan k suatu koefisien. Untuk bagian saluran yang lambat laun melebar atau menyempit, berturut-turut k = 0 sampai 0,1 dan 0,2. Untuk pelebaran atau penyempitan tiba-tiba, nilai k sekitar 0,5. Untuk saluran prismatik yang umum kehilangan tekanan akibat pusaran praktis tidak ada, atau k = 0. Untuk mempermudah perhitungan kadang-kadang he dianggap sebagai bagian dari kehilangan tekanan akibat gesekan dan nilai n Manning akan meningkat pula dalam menghitung hf. Lalu dalam perhitungan he diambil nol. Maka, H2 = H1 + hf + he Inilah persamaan dasar yang merupakan dasar urutan metode tahapan standar. Metode tahapan standar akan memberikan hasil yang terbaik bila dipakai menghitung saluran alam.
II.5. Bangunan Pengendali Banjir Sebuah banjir merupakan hasil dari limpasan yang berasal dari curah hujan atau cairnya salju dalam jumlah yang terlalu besar untuk dapat ditampung dan dialirkan melalui sungai atau saluran. Manusia hanya dapat berbuat sedikit saja untuk mencegah banjir besar, tetapi mungkin dapat mengecilkan kerugian
Universitas Sumatera Utara
terhadap tanaman dan hak milik di dalam dataran banjir sungai yang bersangkutan. Tindakan-tindakan yang biasa diterima utnuk mengurangi kerugian banjir adalah: 1. Pengurangan puncak banjir dengan waduk 2. pengurangan aliran banjir di dalam statu alur yang ditetapkan dengan tanggul, tembok banjir, atau statu saluran tertutup. 3. Penurunan permukaan puncak banjir dengan mempertinggi kecepatan aliran dengan cara perbaikan alur. 4. Pengalihan air banjir melalui saluran banjir (floodways) ke dalam alur sungai lain atau bahkan DAS lain. 5. Usaha membuat kebal banir (floodproofing) bagi harta milik tertentu. 6. Pengurangan limpasan banjir dengan pengolahan lahan 7. Pengungsian sementara dari daerah-daerah ancaman banjir berdasarkan peringatan banjir. 8. Pengolahan dataran banjir. Proyek-proyek pengurangan banjir seringkali mempergunakan satu gabungan dari tindakan-tindakan ini. Dalam mendesain bangunan pengendalian banjir harus disesuiakan dengan rekomendasi periode ulang minimum banjir rencana untuk bangunan pengendali banjir dan banguna-bangunan pelengkapnya. Tabel 2.1. menyajikan rekomendasi periode ulang minimum banjir rencana.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Rekomendasi Periode Ulang Minimum Banjir Rencana (tahun) Untuk Desain
Bangunan-bangunan
Pengendali
Banjir
dan
Bangunan
Pelengkapnya di Sungai
II.5.1. Waduk Banjir Fungsi dari suatu waduk banjir adalah untuk menampung sebagian aliran banjir untuk memperkecil puncak banjirnya pada titik yang harus dilindungi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus yang ideal, waduk tersebut diletakkan tepat di hulu daerah yang dilindungi dan dioperasikan untuk memotong puncak banjir. Hal ini dilaksanakan dengan mengalirkan semua aliran masuk ke waduk hingga aliran ke luarnya mencapai kapasitas yang aman bagi alur sungai di hilirnya. Suatu waduk banjir mempunyai potensi tertinggi untuk pengurangan banjir pada waktu kosong. Setelah suatu banjir terjadi, sebagian dari tampungan diisi oleh air banjir yang terkumpul dan tidak dapat dipergunakan lagi sebelum air ini dilepaskan. Banjir kedua mungkin terjadi sebelum waduk dikosongkan. Berhubung dengan itu, seringkali perlu mencadangkan sebagian dari kapasitas tampungan sebagai pengamanan terhadap banjir yang kedua, dengan demikian maka kapasitas penuh dari waduk tidak dapt dianggap tersedia untuk banjir tunggal yang manapun. Bila banjir kedua terjadi pada waktu waduk masih penuh, maka pengaruh dari waduk adalah membuat banjir ini lebih bururk. Kedua pengaruh ini – ketidakpastiaan tentang aliran masuk yang akan datang selama terjadinya banjir serta kebutuhan untuk mencadangkan tampungan bagi kemungkinan banjir kedua – berarti bahwa waduk banjir tidak dapat sepenuhnya efektif. Suatu masalah operasional ketiga akan timbul bila aliran yang lebih besar daripada aliran alamiah dilepaskan dari suatu waduk dan pada suatu titik di hilir bertemu selaras dengan aliran banjir dari suatu anak sungai. Aliran yang dihasilkan di hilir anak sungai ini mungkin lebih besar daripada aliran banjir yang seharusnya. Kejadian terjadi berkali-kali dan merupakan salah satu bencana dalam operasi pengurangan banjir, terutama pada sungai-sungai besar. Hal ini dapat diperkecil hanya dengan cara ramalan cuaca beberapa hari atau bahkan bebebrapa
Universitas Sumatera Utara
minggu sebelumnya. Pelepasan air dari waduk-waduk di hulu sungai Ohio atau Missouri membutuhkan waktu 2 hingga 4 minggu untuk mencapai Missisipi hilir.
II.5.2. Tanggul dan Tembok Banjir Salah satu cara yang paling tua dan dipakai secara luas untuk melindungi lahan dari air banjir adalah pendirian suatu penghalang untuk mencegah luapan atau biasa disebut tanggul banjir. Pada dasarnya tanggul adalah bendungan memanjang yang didirikan kira-kira sejajar sungai dan tidak melintang pada alurnya. A. Perencanaan Struktural Tanggul Tanggul paling sering dipergunakan untuk pengurangan banjir karena dapat dibangun dengan biaya yang relatif murah dan bahan-bahannya tersedia di tempat yang bersangkutan. Tanggul biasanya dibangun dengan bahan-bahan yang digali dari lubang asal (borrow pit) yang sejajar dengan garis tanggul. Bahan-bahan tersebut haruslah diletakkan berlapis-lapis dan diapadatkan, dengan bahan yang paling kedap air terletak di bagian tanggul yang dekat sungai. Biasanya tidak terdapat bahan yang cocok untuk inti, sehingga kebanyakan tanggul merupakan timbunan yang homogen. Penampang melintang tanggul haruslah disesuaikan dengan letak dan bahan timbunan yang tersedia. Perincian dari tanggul pada umunya disajikan pada gambar 2-4. Bahan tanggul digali dari suatu lubang asal yang sejajar dengan tanggul yang bersangkutan dan haruslah disisakan di antara kaki tanggul dan lubang itu untuk menghindari runtuhnya tebing lubang. Lebar mercu tanggul biasanya ditetapkan berdasarkan rencana penggunaannya,
Universitas Sumatera Utara
dengan lebar minimum kira-kira 10 ft (3 m) untuk memungkinkan pemindahan alat-alat pemeliharaan. Lereng tebing biasanya sangat datar karena bahan bangunan yang relatif jelek. Lereng-lereng ini haruslah dilindungi terhadap erosi dengan cara penanaman rumput, semak-semak dan pohon-pohon atau dengan menggunakan riprap (hamparan kerakal). Demi keindahan, tanggul dapat juga dibuat lebih datar daripada yang diperlukan untuk kestabilan. Hal ini akan membuat kurang menyoloknya bentuk tanggul dan bila berdekatan dengan suatu taman akan mempermudah orang untuk menyeberangi tanggul tersebut untuk menuju ke tepi sungai. Walaupun suatu tanggul tidak jebol selama terjadinya suatu banjir, tinggi air berkepanjangan dapat menaikkan garis kejenuhan hingga titik dimana rembesan yang menembus tanggul mengakibatkan genangan dangkal yang luas di daerah yang dilindungi. Bila rembesan mengancam meningkat menjadi masalah yang berat, suatu sayatan pancang pelat baja dapat dipergunakan. Karena datarnya lereng-lereng tanggul, maka tanggul yang cukup tinggi akan membutuhkan tapak yang lebar. Harga pembebasan lahan untuk tanggul mungkin wajar di daerah pedesaan, tetapi di kota-kota besar seringkali sulit untuk mendapatkan lahan yang cukup untuk tanggul tanah. Dalam hal ini maka tembok banjir beton dapat merupakan pemecahan yang dapat dipilih. Tembok banjir haruslah direncanakan untuk dapat menahan tekanan hidrostatis (termasuk gaya angkat ke atas) yang dibebankan oleh air pada tingkat banjir rencana. Bila tembok tersebut bertumpu pada timbunan tanah, maka harus pula bertindak sebagai tembok penahan terhadap tekanan tanah pada waktu permukaan air rendah.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah kota atau daerah pertanian dapat dilindungi dengan suatu tanggul cincin yang sepenuhnya melingkar daerah tersebut. Alternatif untuk tanggul cincin adalah penerusan garis tanggul ke belakang sehingga dapat diakhiri pada tanah yang tinggi.
B. Pemeliharaan Tanggul dan Penanggulangan Banjir Keadaan pondasi dan bahan bangunan untuk tanggul jarang sepenuhnya memuaskan, bahkan dengan teknik konstruksi yang terbaikpun akan selalu ada bahaya kegagalan. Tergerusnya tebing sungai dapat mengakibatkan putusnya kaki tanggul pada sisi sungai. Rembesan melalui bahan pondasi pada waktu air di sungai sedang tinggi dapat menyebabkan terjadinya pusaran pasir, sehingga pemindahan bahan-bahan pondasi dengan cara piping melalui pusaran tersebut dapat membentuk sebuah alur yang akan runtuh karena berat tanggul. Penanggulangan banjir (flood fighting) adalah istilah yang dikenakan pada usaha-usaha yang diperlukan selama terjadinya banjir untuk memelihara tetap efektifnya suatu tanggul. Pusaran pasir sebenarnya adalah suatu sumber artesis dalam akifer di bawah tanggul, dengan kecepatan yang cukup untuk menggerakkan bahan-bahan pondasi. Pusaran pasir diatasi dengan sebuah cincin dari kantong-kantong pasir untuk membuat sebauh kolam yang akan mengibatkan tekanan balik yang cukup untuk mengurangi tinggi energi bersih hingga suatu besaran dimana kecepatan aliran menjadi terlalu keciluntuk dapat menggerakkan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Penggerusan tebing dapat berlangsung terus menerus tanpa diketahui di bawah air banjir, tetapi dapat diketahui, dapat dikendalikam dengan menceburkan batu-batu, kantong pasir, cerucuk kayu atau bahan-bahan lainnya ke dalam daerah gerusan. Bila air sungai naik, tempat-tempat yang rendah pada tanggul akan menjadi daerah yang terancam, maka daerah yang rendah ini harus dipertinggi. Suatu tanggul dapat dinaikkan (0,3 hingga 0,6 m) dengan karung0karung yang diisi tanah. Bila peninggian lebih lanjut masih diperlukan, maka sebuah dinding kayu yang ditunjang oleh tanah atau kantong-kantong pasir
C. Pengaruh Tanggul Terhadap Duga Muka Air Sungai Tanggul membatasi lebar alur dengan mencegah terjadinya aliran pada dataran banjir dan hal ini mengakibatkan naiknya duga muka air pada penggal sungai yang ditanggul. Perbaikan alur sungai yang biasanya menyertai pembangunan
tanggul,
akan
menaikkan
kecepatan
sehingga
dapat
mengimbangi sebagian atau seluruh kenaikan duga muka air tersebut. Di hilir daerah yang bertanggul, aliran puncak akan meningkat karena berkurangnya tampungan alur akibat naiknya kecepatan aliran. Kenaikkan duga muka air akibat pembangunan tanggul kadang-kadang memberikan akibat-akibat yang tidak menguntungkan. Suatu daerah yang diamankan oleh tanggul dapat berada dalam bahaya dan mungkin tergenang karena tanggul-tanggul baru yang dibangun di dekatnya. Pelanggaran terhadap batas dataran banjir yang berlebihan akan menimbulkan daur duga muka air yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
kegagalan tanggul serta penanggulangan banjir yang meluas yang dapat menghapuskan keuntungan ekonomis dari perlindungan terhadap lahandataran banjir yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara