BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Konsep Masa nifas 2.1.1
Pengertian Nifas Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40
hari. Menurut Bobak, et. al., (2004), periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2002: N-23). Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Obstetri William). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil . lama masa nifas 6-8 minggu (Sinopsis Obstetri). Periode pospartum (masa nifas) periode ini meliputi waktu pemulihan plasenta dan membran ke keadaan sistem reproduksi wanita pada kondisi sebelum hamil (Smith, 2000).
9
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 Konsep Kemandirian. 2.1.2.1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) , kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Rahmawati (2005) dikutip dari Lie dan Prasasti (2004) menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegitan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. Kemandirian mempunyai lima komponen utama yaitu (1). Bebas, artinya bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain (2). Progresif dan ulet, artinya berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana dalam mewujudkan harapannya (3). Inisiatif, yaitu mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif, terkendali dari dalam dimana individu mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi lingkungan dan atas usahanya sendiri (5). Kemantapan diri (harga diri dan percaya diri ) termasuk dalam hal ini mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya (Masrun dalam Irianti Pergola, 1997) . Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa kemandirian adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengontrol
perilakunya
dan
menyelesaikan masalahnya secara bebas, bertanggung jawab, percaya diri dan penuh inisiatif serta dapat memperkecil ketergantungannya pada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.3 Tahapan Masa Nifas Masa nifas seperti di jelaskan di atas merupakan rangakaian setelah proses persalinan dilalui seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas, yaitu: 1.
Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolekan berdiri dan berjalan.
2.
Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau persalinan memiliki komplikasi. (Rukiah, dkk, 2011).
2.1.4 Adaptasi Psikologi Ibu Nifas Kesejahteraan emosional ibu selama priode nifas pasca natal dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kelehan, pemberian makanan yang sukses, puas dengan peranan sebgai ibu, cemas dengan kesehtannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu. (Rukiyah, 2011). Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meski demikian ada juga ibu yang tidak mengalami hal ini, agar perubahan psikologis yang di alami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal- hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu, baberapa penulis berpendapat dalam minggu I setelah melahirkan, banyak wanita menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
12
gejala-gejala psiatrik, terutama depresi
ringan sampai berat serta gejala-
gejala neurosis traumatic. Biasanya penderita dapat sembuh kembali tampa atau dengan pengobatan. dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu (Ambawati, 2009). Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu. 1.
Taking on: pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnnya. Pengalaman yang berhubungan dangan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan datang.
2.
Taking in: priode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya, peningkatan nutrisis ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu mungkin bertambah
3.
Taking Hold: priode ini berlangsung pada hari 2-4 hari post partum ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya, Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut.
4.
Letting go: periode terjadi setiap ibu pulang ke rumah. Pada ibu yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya. Dan depresi postpartum terjadi pada priode ini (Rukiyah, 2011).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2 Perawatan Nifas 2.2.1 Perawatan Diri Ibu Nifas Selama Masa Nifas Pasca persalinan biasanya seorang wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik perubahan fisik maupun psikologis. Karena hal tersebut, pada masa ini pemulihan kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi wanita. Wanita diharapkan mampu melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan (Rukiyah, 2011). Tujuan perawatan masa nifas 1.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayinya selalu terjaga.
2.
Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh).
3.
Untuk mendateksi masalah-masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4.
Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada bayinya.
5.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat; memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2006). Kebersihan diri ibu sehabis bersalin sangat penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi masa nifas disebabkan di beberapa bagian tubuh
Universitas Sumatera Utara
14
terdapat luka seperti:bekas inplantasi plasenta, luka jalan lahir, proses pengembalian fungsi tubuh kesebelum hamil sehingga memerlukan asuhan seperti: 1.
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2.
Mengajarkan ibu bagaimana membersikan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitas vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil.
3.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah di cuci dengan baik, dan keringkan dibawah matahari atau di setrika.
4.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum atau sesudah membersihkan daerah kelamin.
5.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari atau menyentuh daerah luka (Rukiyah, 2011).
2.2.2 Perawatan Vulva atau Perineum pada Post Partum Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spritual) dalam rentang sakit sampai sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post partum adalah selang waktu kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perineum adalah periode pemulihan
Universitas Sumatera Utara
15
dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, perineum (masa nifas) atau priode pasca persalinan umumnya berlangsung selama 6-12 minggu (Hutahean, 2009). Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta samapi dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. (Rukiyah, dkk, 2011). Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Sedangkan menurut Moorhouse, et. al., (2001). Adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi. Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk mencegah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri padaperalatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001). Menurut Hamilton (2002), lingkup keperawatan perineum adalah: mencagah kontaminasi dari rektum; menangani denga lembut pada jarungan yang terkena trauma; bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri atau bau.
Universitas Sumatera Utara
16
Waktu perawatan menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah 1.
Saat mandi yakni: pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2.
Setelah buang air kecil: pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3.
Setelah buang air besar: diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran di sekitas anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknnya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan. Langkah-langkah penatalalsanaan, antara lain:
1.
Persiapan Ibu post partum: perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar
mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah botol, baskom, dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang di gunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
Universitas Sumatera Utara
17
Penatalaksanaan
2.
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi
rasa
kidaknyamanan
kebersihan,
mecegah
infeksi,
dan
meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksaan menurut Hamilton (2002), adalah sebagai berikut: a.
Mencuci tangannya.
b.
Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat.
c.
Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung plastik.
d.
Berkemih dan BAB ke toilet.
e.
Semprotkan keseluruh perineum dengan air hangat.
f.
Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
3.
g.
Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h.
Cuci tangan kembali.
Evaluasi Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah,
perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat ibu merasa nyaman. 2.2.3 Mobilisasi Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencagah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua
Universitas Sumatera Utara
18
diperbolahkan duduk, hari ke 3 berjalan-jalan kecil (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005). Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan (Hamilton, 1995). 2.2.4
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur seseorang. Kehamilan, menyusui dan perubahan status kesehatan seperti pembedahan juga meningkatkan kebutuhan istirahat (Poter dan Ferry, 2005). Kelelahan dan kurang tidur merupakan tantangan besar bagi pemulihan fisik dan emosi (Simkin, Whalley, & Keppler, 2008). Istirahat dan tidur Ibu postpartum sering terganggu karena harus memenuhi kebutuhan bayi pada malam hari sehingga sering terbangun, waktu tidur lebih sedikit, pola tidur tidak teratur (Hung, 2005). Ibu primipara, sering cemas atau tidak nyaman karena rutinitas di lingkungannya dan juga kemampuan merawat bayi yang masih kurang Sehingga ibu mengalami sulit tidur (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur.
Universitas Sumatera Utara
19
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan defresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Eny dan Diah, 2009). 2.2.5 Diet Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena habis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi,semua itu akan meningkat dari kebutuhan biasanya (Ambawati & Wulandari, 2009). Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh dan produksi ASI, menu makanan seimbang yang harus di konsumsi adalah dalam porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna, disamping itu harus mengandung sumber energi, protein, mineral vitamin dan air (Ambawati & Wulandari, 2009). Menurut Prawirohardjo (2005), diet yang di berikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan dikarenakan mengalami hemokonsentrasi, bagi ibu masa nifas yang menysui dalam hal nutrisi harus: 1.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
Universitas Sumatera Utara
20
2.
Makan dan diet berimbang untuk medapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3.
Minum sedikinya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali menyusui).
4.
Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2.2.6 Eliminasi 1.
Miksi Miksi di sebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4
jam, ibu diusahakan dapat membuang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan sebagai berikut: a.
Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
b.
Mengkompres air hangat di atas simpisis Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi.
Karena prosedur kateterisasi membuat klien tindak nyaman dan beresiko infeksi saluran kencing tinggi untuk ketetrisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum, douwer keteter diganti setelah 48 jam (Ambawati & Wulandari, 2009). 2.
Defekasi Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar, jika klien
pada hari ke tiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan
Universitas Sumatera Utara
21
supositoria dan munim air hangat. Agar dapat buang air besar secara teraturdapat dilakukan denga diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makan yang cukup serat dan olah raga. Setelah kelahiran akan rentan terhadap infeksi oleh karena itu penting sekali agar daerah-daerah tersebut dijaga agar tetap kering dan bersih, untuk membersihkannya dan mencucinyanya dari arah depan ke belakang nasihatkan kepada ibu untuk memberihkan vulva setelah BAK/BAB (Rukiyah, dkk 2011). 2.2.7 Perawatan Payudara Anatomi dan fisiologi payudara, secara vertikal payudara terletak diantara kosta ke II dan IV, secara hirizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringa sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400600 gram dan pada masa lakstasi sekisar 600-800 gram (Ambawati & Wulandari, 2009). Menurut Rukiyah, dkk (2011), payudara terdiri dari beberapa bagian, yakni: 1.
Kalang payudara: letaknya menelilingi puting susu, warna kegelapan, mengandung kelenjar-kelenjar Montgomery yang menghasilkan kelenjar sebun yang bertindak sebagai pelumas selama kehamilan dan sepanjang masa post partum.
Universitas Sumatera Utara
22
2.
Putting susu: terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang-lubang kecil merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat syaraf, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang memiliki kerja seperti spincter dalam mengendalikan aliran susu.
3.
Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus, masing-masing lobus terdiri dari 20-40 mlobus, tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli.
4.
Alveoli mengandung sel-sel acini yang menghasilkan susu serta dikelilingi oleh sel-sel miopitel yang berkontraksi mendorong susu ke luardari alveoli.
5.
Laktiferus sinus/ampula: bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu, payudara mendapat pasokan dari arteri mammary internal dan ekternal serta bercabang dari arteri-arteri intercostalis, venanya diatur dalam bentuk bundar disekekliling puting susu. Cairan limfa mengalir bebas keluar diantaranya payudara dan terus ke node-node limfa didalam axial dan mediastinum. JKPKKR (2007), Ibu dapat melakukan perawatan payudara selama
menyusui dengan cara sebagi berikut. 1.
Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan.
2.
Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakean. Lecet dan retak pada puting susu tidak berbahaya
3.
Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.
Universitas Sumatera Utara
23
4.
Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu di antaranya adalah bintik/bengkak pada payudara, demam (>380C). Kedua mamae harus sudah di rawat selama kehamilan. Areola mamae
dan puting susu di cuci dengan menggunakan sabun dan diberikan minyak atau cream, agar tetap lemas jagan sampai menjadi lecet atau pecah-pecah. Sebelum menyusui mamae harus dalam keadaan lemas (massase) dan juga bersih (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005). Menurut Hamilton (1995), bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada matitis. Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui, untuk melancarkan sirkulasi darah dan mecegah tersumbatnya saluran susu, sehingga mempelancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara teratur, perawatan paudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah, dkk 2011) Selama kehamilan puting susu akan berubah menjadi lebih gelap dan lebih besar dalam persiapan penyusuan. Puting ibu mungkinakan membesar/ membengkak bila payudara ibu membesar/membengkak. Dalam hal tersebut puting tersebut akan menjadi mengkilap dan keras sama seperti pada pembesaran, hal ini terjadi antara dua dan keempat setelah melahirkan dan biasanya akan berlangsung hanya selama 24 jam hingga 48 jam.
Universitas Sumatera Utara
24
2.3 Perawatan Bayi Baru Lahir 2.3.1 Memandikan bayi Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008). Cara memandikan bayi menurut Hayati (2014), yaitu: 1.
Siapkan alat dan bahan lalu letakkan ditempat yang mudah di jangkau saat memandikan bayi.
2.
Pastikan suhu ruangan normal 20-250C.
3.
Tuangkan air hangat kedalam bak madi bayi dan cek terperaturnya.
4.
Cuci tangan dan keringkan.
5.
Lepaskan pakean bayi, buka satu persatu dan tutup kembali dengan handuk agar bayi tidak kedingan kecuali kepala.
6.
Bersihkan kemaluan atau genetalia bayi, dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi terlebih dahulu, buka kain penutup. Bila perempuan, bersihkan daerah pubis, labia mayora dan minora serta anus, dan jika laki-lak, tarik prepusium ke belakang kemudian bersihkan, lalu bagian buah zakar (skrotum) dan anus bersihkan area tersebuat dari arah depan ke belakang. Ganti kapas setelah sekali pakai, dianjurkan memakai sarung tangan pada saat kontak dengan sekret bayi.
Universitas Sumatera Utara
25
7.
Bersihkan muka dan keramasi kepala bayi. Bersihkan muka dengan waslap basah dan gosokkan sampo ketangan, lalu usapkan ke kepala bayi.
8.
Basahi badan dan sabuni seluruh tubuh. Menggunakan waslap I, lap leher, dada, perut, ketiak, tangan, punggung (miringkan badan dan kepala terlebih dahulu), paha. Kaki dibersihkan dengan menggunakan waslap dengan terlebih dahulu membuka handuk yang menutupi tubuh lalu bila selesai tutup kembali, sabuni dengan cara yang sama dengan waslap ke II.
9.
Pindahkan bayi ke dalam bak mandi bayi. Pegang bayi dengan tangan kiri secara aman, yaitu dengan jari-jari kiri di bawah ketiak bayi dan ibu jari di sekeliling bahu, tangan yang lain menahan bokong dan tungkai kaki.
10. Bersihkan kepala dan badan bagian depan bayi. Sampo dibersihkan dengan mengusapkan air ke kepala secara hati-hati, jangan terkena mata dan masuk telinga, lalu basuh tubuh bagian depan berturut-turut leher, dada, ketiak, lengan, perut, kemaluan, paha dan kaki dengan usapan lembut sampai bersih. 11. Balikkan badan dan bersihkan punggung bayi. Posisi lengan diubah, posisi lengan kanan petugas berada di depan dada bayi dan jari-jari tangan kanan memegang ketiak kiri bayi, lalu baru punggung, bokong, dan anus bayi secara lembut sampai bersih. 12. Angkat bayi sama dengan memindahkan bayi.
Universitas Sumatera Utara
26
13. Keringkan bayi dan rapika bayi. Letakkan di atas handuk mandi yang sudah di siapkan lalu segera keringkan tubuh bayi sampai benar-benar kering 14. Bersihkan alat-alat 15. Cuci tangan dan keringkan 2.3.2 Merawat Tali Pusat Tali pusat adalah tali kehidupan bayi sewaktu berada dalam kandungan ibu. Tali pusat ini menghubungkan janin dengan aliran darah ibu melalui plasenta. Tali pusat memberikan oksigen, gizi dan antibodi dan hormon, sehingga janin benar-benar bergantung pada suplai dari tali pusat ini (Williams, 2002). Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayat, 2008). Putusnya tali pusat segera di beri obat anti bakteri atau di perban oleh dokter di ruang bersalin. Biasanya putusnya tali pusat ini akan lepas dalam waktu seminggu jika dibiarkan tidak basah saat mandi atau di tarik supaya lepas. Jika pada saat mengering, daerah pusar ini terlihat agak merah, oleskan dengan krim bayi setiap hari. Kadang-kadang ada nanah atau cairan yang keluar dari pusar. Atau anda meraba adanya gumpalan seukuran kacang pada bayi yang berusia 2 smapai 3 minggu yang di sebut polyp atau granulasi, anda harus mencari pendapat dokter tentang situasi seperti ini, ingat, pusar yang septik bisa menyababkan infeksi ke seluruh tubuh (Gupte, 2004).
Universitas Sumatera Utara
27
Menurut Hayati (2014), cara merawat tali pusat, sebagi berikut: 1.
Siapkan alat-alat dan bahan, alat di susun secra ergonomis.
2.
Cuci tangan dan keringkan dengan handuk. Mencuci tangan sesuai dengan standar pencegahan infeksi (enam langkah).
3.
Ambil kapas dan bersihkan tali pusat.
4.
Ambil kassa kemudian bungkus sisa tali pusat. Usahakan tali pusat di bungkus dengan baik.
5.
Ikat sisa tali pusat dengan kassa. Pastikan tali pusat di ikat dengan hatihati tidak terlalu ketat.
6.
Kenakan pada pakean bayi lalu rapikan, usahakan bayi merasa nyaman dan rapi.
7.
Bersihkan alat-alat.
8.
Cuci tangan dan keringkan sesuai dengan standart pencegahan infeksi.
2.3.3 Perawatan Mata, Hidung dan Telinga Bayi Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Merawat dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke lubang telinga termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak. Bagian hidungpun mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luar saja. Gunakan catton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari pastikan jari
Universitas Sumatera Utara
28
ibu benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Gupte, 2004). Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003). 2.3.4 Perawatan Kulit dan Kuku Perlunya mandi setiap hari untuk mencegah iritasi pada kulit bayi, setelah mandi jangan menggosok-gosok kulit bayi dengan handuk tetapi menepuk-nepuk kulinya dengan lembut menggunakan handuk yang lembut dan kering dan jangan tinggalkan bayi dalam waktu yang lama, tidak mengganti popok yang kotor dan bash akan menyebabkan ruam pada kulit atau yang di sebut nappy rash. Juga jangan menggosok kotoran bayi dari pantat bayi saat mengganti popoknya tapi gunakan kapas yang dibasahi dengan minyak zaitun atau cuci dengan air hangat. Boleh saja memijat bayi secara perlahan menggunakan minyak zaitun, minyak kelapa atau minya untuk bayi lainnya sebelum dimandikan, karena akan menjaga agar kulit sehat dan lembut. Merawat kuku bayi sama seperti merawat kuku kita sendiri. Jaga agar tetap pendek, kuku perlu di gunting setiap 3 atau 4 hari kerena kalau tidak bisa menagkibatkan luka pada mulu atau lecet pada kulit bayi (Gupte, 2004).
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.5 Mengganti Popok Menggunakan popok kain atau popok sekali pakai untuk dikenakan pada bayi, Popok kain alami dan sangat lembut untuk kulit bayi dan untuk mengganti popok pada bayi yang harus diperhatikan popok bersih, bola kapas dengan ember berisi air hangat dan lab handuk yang bersih, dan gunakan air hangat untuk membersihkan badan bayi tersebut. Tujuan untuk mengganti popok dan menjaga popok selalu bersih mencegah untuk terjadinya ruam popok pada bayi atau iritasi pada bayi. Untuk mengurangi terkena ruam popok lakukalah tahap-tahap berikut: 1.
Gantilah popok dengan segera setelah bayi buang air besar bersihkan area popok dengan kain lembut dan air setelah buang air besar.
2.
Sering mengganti popok yang basah untuk mengurangi paparan kulit terhadapkelembapan (Shelov, 2005).
2.3.6 Menggendong dan mengatur posisi bayi Bayi digendong dengan aman dengan menopang kepala bayi karena bayi baru lahir tidak mampu mempertahankan posisi kepalanya tetap tegak selama beberapa detik. Hindari memberi stimulasi yang berlebih setelah bayi diberi makan dan sebelum bayi tidur. Setelah makan posisikan bayi miring kanan untuk mempercepat pengosongan lambung ke usus kecil. Selimut yang dilipat atau di gulung yang mengganjal punggung akan mencegah bayi mengubah posisi menjadi supin dan membuat perasaan bayi lebih tenang. Harus dilakukan pencegahan agar bayi tidak menggelinding pada permukaan yang tidak datar, apabila ditinggal di atas
Universitas Sumatera Utara
30
tempat tidur harus di but penyangga dengan bantal (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). 2.3.7 Memberikan Makan dan Minum Kebutuhan gizi bayi selama priode pertumbuhan yang cepat dari masa bayi adalah lebih besar dari pada priode waktu lainnya dalam hidup. Memberikan makan bayi berarti menyediakan lebih dari sekedar gizi yang baik, sebelum bayi lahir kita harus memutuskan apakah akan menyususi sendiri atau memberikan susu formula. Susu ibu adalah makanan yang paling ideal untuk bayi, ASI juga berisi faktor-faktor yang menyediakan kekebalan tambahan terhadap infeksi, dan kecil sekali menyebabkan reaksi alergi. membrikan air susu ibu membuat jauh lebih mudah untuk kembali ke bentuk semula setelah melahirkan, karena menyusui menghabiskan kira-kira 500 kalori sehari.
2.4 Konsep Kemandirian 2.4.1
Pengertian Menurut Orem perawatan mandiri adalah suatu aktivitas yang dimulai
secara individu dan dilakukan atas kemampuan dan kepentingan mereka sendiri dalam memelihara hidupnya, mencapai fungsi yang menyeluruh dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Dalam teori ini Orem mengemukakan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, perawat dapat memberikan bantuan berdasarkan tingkat kemandirian pasien. Orem membaginya dalam tiga bentuk yaitu, sistem bantuan secara penuh,
Universitas Sumatera Utara
31
sistem bantuan sebagian serta sistem suportif dan edukatif (Orem, 2001 dalam Potter & Perry, 2009). Sistem bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja (Potter & Perry, 2005). Jadi tujuan dari teori Orem adalah membantu klien melakukan perawtan diri sendiri. Menurtut Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien
tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan,
biologis,
psikologis,
perkembangan, dan sosial. Perawat menilai mengapa klien tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, apa yang harus di lakukan meningkatkan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhannya dan menilai seberapa jauh klien memenuhi kebutuhannya sendiri (potter & perry 2005). Menurut orem perawatan diri sediri (self care) terdiri dari tiga bagian, meliputi pertama, self care itu sendiri yang merupakan aktivitas dan inisiatif sendiri dari individu serta di laksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan, serta kesejahteraan, kedua, self care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan keperawatan diri sendiri yang dapat di pengaruhi oleh usia, perkembangan, sosio kultural, kesehtan dan lain-lainnya; ketiga adanya
Universitas Sumatera Utara
32
tuntutan atau pemerintahan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang di lakukan dalam waktu tertentu untuk perlawanan diri sendiri dengan menggunakan metode
dan alat-alat dalam tindakan yang
tepat; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang di tujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubung dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktifitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar manusia sifat dari self care selanjutnya adalah untuk perkembangan kepercayaan diri serta di tujukan pada penyimpangan kesehata yang memiliki ciri perawatan yang di berikan dalam kondisi sakit atau dalam proses penyembuhan (Hidayat, 2008). 2.4.2. Tingkat Kemandirian. Menurut teori sistem keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang di sadari pada Orem yang mengemukakan tentang kebutuhan-kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan sendiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan indentifikasi dalam sistem keperawtan di antaranya: 1. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System) Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien di karnakan ketidakmampuan pasien memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan
Universitas Sumatera Utara
33
dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas. 2. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System) Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan di tujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperi pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, menggosok gigi, cuci muka, akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka. 3.
Sistem Suportif dan Edukatif Merupakan sistem bantuan yang di berikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini di lakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah di lakukan pembelajaran. Pemebrian sistem ini dapat di lakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran. Dalam pandangan tentang teori dan konsep keperawatan, Orem mempeunyai pandangan bahwa teori dan konsep dilakukan untuk merefleksikan antara individu dengan lingkuang berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya sesuai dengan diri dan lingkuangan.
Universitas Sumatera Utara
34
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Mandiri Ibu Nifas Tingkat kemandirian terbagi atas mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya selama early post partum, yaitu: 2.5.1 Umur Umur saat ibu memiliki anak pertama kali mempengaruhui kondisi bayi dan kesehatan ibu. Hal ini terjadi karena ibu yang berusia remaja dan berusia lebih dari 35 tahun dianggap beresiko tinggi dalam hal kesehatan saat hamil dan melahirkan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Umur yang paling ideal untuk kehamilan denga resiko rendah adalah 20-34 tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2005). 2.5.2 Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005). Banyak wanita tidak memiliki kesempatan untuk belajar cara merawat bayinya oleh karena itu, salah satu konsep utama yang harus ditekankan ialah bahwa menjadi orang tua merupakan peran yang harus dipelajari. Seperti peran lain yang dapat dipelajari, peran ini memerlukan waktu supaya dapat diketahui dan akan semakin baik dengan bertambahnya pengalaman serta pengetahuan, yang kemudian akan berubah secara bertahap seiring perubahan
Universitas Sumatera Utara
35
kebutuhan baik kebutuhan ibu maupun bayi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). 2.5.3 Pengalaman Melalui pengalaman ibu di masa yang lalu seseorang dapat belajar cara merawat diri pada priode nifas. Pengalaman ibu dimana ibu yang multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya, apabila ibu sudang mengenal mamfaat perawtan diri atau teknik yang akan dilakukan maka ibu akan lebih mudah melakukan perawatan diri pasca persalinan. Contohnya jika ibu mengetahui atau pernah melakukan perawatan payudara sebelumnya, maka akan mempengaruhi perilaku perawatan diri pasca persalinan dan ibu lebih mudah melakukan perawatan tersebut. Dukungan dimana ibu yang mendapat dukungan dapat memperkaya kemampuan menjadi orang tua dan mengasuh anak (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Depresi postpartum sering terjadi pada ibu nifas primipara karena melahirkan bagi ibu post partum primipara merupakan peristiwa pertama yang dialami dan juga bagi ibu multipara mungkin terjadi karena riwayat depresi postpartum sebelumnya (Anik, 2009). Depresi dan gangguan mood sering terjadi bagi beberapa ibu primipara pada masa nifas karena ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, setiap malam merasa sering terganggu dan sering merasakan adanya ketidakmampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Hutahaean, 2009).
Universitas Sumatera Utara
36
2.5.4 Kondisi Sosio Ekonomi Kondisi sosio ekonomi menentukan pemenuhan kebutuhan suatu keluarga termasuk kebutuhan untuk melakukan perawatan diri. Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan mengalami peningkatan stress ketika anak lahir karena kebutuhan mereka akan bertambah. Stress dapat mempengaruhi perilaku orang tua dalam melakukan peran barunya termasuk kemampuan ibu untuk melakukan perawatan diri paska melahirkan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Penelitian Hung (2004), menyebutkan bahwa wanita dengan pendapatan yang tinggi memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dan skor dukungan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendapatan rendah (Hung, 2004). Daftar upah minimum kota (UMK) Sumatra Utara tahun 2015, yang telah ditetapkan Gubernur Sumatra Utara yang paling tertinggi dari yang lainnya, yakni mencapai Rp. 2.037.000, sedangkan untuk tingkat UMK yang paling rendah berada di daerah Kab, Tapanuli Utara dengan nilai nominal Rp. 1.653.00,-. 2.5.5 Motivasi Motivasi adalah suatu kekuatan yang bereaksi pada atau di dalam diri seseorang (ide, emosi, atau kebutuhan fisik) yang menyebabkan dia berprilaku tertentu (Redman, 2007). Motivasi terkadang berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik, motif sosial adalah kebutuhan akan sesuatu hubungan, persetujuan sosial, atau kepercayaan diri. Manusia umumnya mencari perbandingan opini, kemampuan, dan emosi dengan orang lain
Universitas Sumatera Utara
37
sebagai contoh, pasangan yang baru menjadi orang tua akan mencari validasi ide dan teknik menjadi orang tua dari pihak lain yang mereka anggap contoh, lingkungan sosial atau pekerjaan layanan kesehatan yang telah menjalin hubungan dengan mereka (Potter & Perry, 2009). 2.5.6 Jenis Persalinan Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam melalui jalan lahir (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang dapat hidup melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 1998). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002). Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan yaitu: persalinan normal (spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan (Mochtar, 1998). Jenis-jenis persalinan tersebut akan mempengaruhi cara perawatan diri pada ibu post partum meskipun kebutuhan perawatan pasca partum antara ibu yang
Universitas Sumatera Utara
38
melahirkan pervaginam dan seksio sesaria tetap sama (McKinney, Ashwill, Murray, James, Gorrie, & Droske, 2000). 2.5.7 Budaya Menurut Purnel dan Paulanka (2003), budaya merupakan penyebaran secara sosial dan pengetahuan, untuk tingkah laku dan nilai-nilai kepercayaan, norma dan gaya hidup dari sekelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dan cara pengambilan keputusan (Potter & Perry, 2009). Setiap budaya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga variasi budaya yang diturunkanpun berbeda-beda pula pada generasi berikutnya. Kebanyakan perilaku ibu selama periode pasca partum sangat dipengaruhi
oleh
latar
belakang
budaya
tersebut,
semua
budaya
mengembangkan metode pengamanan dan pencapaian kepuasan sendiri dalam perawatan ibu dan bayi (Bobak, 2004). Perilaku ibu dalam melakukan perawtan diri dan bayinya biasanya disadari oleh keyakinan budaya, hal ini akan membantu proses pemulihan selama tidak membahayakan ibu dan bayinya. Tetapi terkadang masih banyak ibu muda yang merupakan generasi pertama atau generasi kedua dan keluarga yang mengikuti tradisi budaya mereka hanya jika ada anggota keluarga yang lebih tua (Bobak, 2004).
Universitas Sumatera Utara