BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Reksa dana Menurut Veithzal, et al. (2013: 108) reksa dana (mutual fund) adalah
sertifikat yang menyatakan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Menurut Cahyono (2000: 15) reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut. Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Pemodal adalah dari berbagai pihak baik
Universitas Sumatera Utara
perseorangan maupun institusi yang menginvestasikan sejumlah dana yang mereka miliki kedalam reksadana. Dana yang telah dikumpulkan dari pemodal akan diinvestasikan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti surat utang jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi, dan sebagainya. Reksa dana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti T/D, SBI, obligasi, dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksa dana. Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksa dana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Pratomo, 2007:39).
2.1.2
Bentuk Reksa dana Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18,
ayat 1, bentuk hukum reksadana di Indonesia ada dua, yaitu: 1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (PT. Reksa Dana) Reksa dana berbentuk perseroan (PT. Reksa dana) adalah reksa dana berbentuk suatu perusahaan (perseroan terbatas) yang mempunyai kegiatan usaha mengelola portofolio efek, yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah
reksa dana yang
dibentuk berdasarkan suatu Kontrak Investasi Kolektif (KIK) antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.
2.1.3
Sifat Reksa dana Dilihat dari segi sifatnya atau cara penerbitan dan perdagangan sahamnya
menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, reksa dana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Reksa Dana Tertutup (Close-End Funds) Reksa dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor namun tidak memilki kewajiban untuk membeli saham/unit penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investaasinya dengan cara menjual atau mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat. 2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Funds) Reksa dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit penyertaan yang telah dijualnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Jenis Reksa dana Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 18,
berikut ini adalah macam-macam jenis atau produk reksa dana: 1. Reksa Dana Konvensional a. Reksa Dana Saham Reksa dana saham atau equity fund adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk saham (equity) dengan jumlah sekurang–kurangnya 80% dari total aset investasi. Secara teoritis pergerakan harga atau NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif atau lebih berisiko dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, namun reksa dana saham juga berpotensi memberikan pertumbuhan NAB yang lebih besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya. b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Reksa Dana Fixed Income) Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk surat utang dengan jumlah sekurang–kurangnya 80% dari total aset investasi. Reksa dana ini mengkhususkan pada efek yang memberikan pendapatan secara tetap. Umumnya, reksa dana pendapatan tetap di Indonesia memanfaatkan instrumen obligasi sebagai bagian terbesar dari investasinya. Komposisi demikian pada umunya sangat menarik bagi investor yang konservatif terhadap risiko karena secara teoritis transaksi perdagangan instrumen obligasi relatif jauh lebih stabil daripada saham. Reksa dana ini
Universitas Sumatera Utara
mengandalkan penghasilan berupa suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. c. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market) Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen yang bersifat utang jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada jenis–jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) dan lainnya. Reksa dana ini bersifat likuid serta mempunyai tingkat risiko lebih rendah dibandingkan dengan jenis instrumen investasi lainnya. Serta tingkat keuntungannya juga relatif rendah dari jenis reksa dana lainnya. d. Reksa Dana Campuran (Balance Fund) Reksa dana campuran adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari saham, surat utang, pasar uang dengan komposisi yang lebih fleksibel tidak mengacu pada komposisi sekurang–kurangnya 80% untuk saham, surat utang dan pasar uang pada masing–masing reksa dana. Tujuan produk reksa dana campuran dimaksudkan agar para manajer investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap portofolio efek reksa dana.
Universitas Sumatera Utara
2. Reksa Dana Terstruktur Reksa dana terstruktur adalah reksa dana yang hanya dapat dibeli atau dijual kembali oleh investor pada saat tertentu saja yang ditentukan oleh manajer investasi. Jenis-jenis reksa dana terstruktur adalah sebagai berikut: a. Exchange Traded Fund (ETF) Exchange Traded Fund (ETF) adalah sebuah reksa dana yang merupakan suatu inovasi dalam dunia industri reksa dana yang sifatnya mirip dengan suatu
perusahaan
terbuka
dimana
unit
penyertaannya
dapat
diperdagangkan di bursa. ETF ini adalah merupakan kombinasi dari reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka, dan ETF ini biasanya adalah merupakan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham. ETF lebih efisien daripada reksa dana konvensional, karena unit penyertaannya diperdagangkan langsung di bursa setiap hari menyerupai reksa dana tertutup (dimana tidak dapat dijual kembali kepada manajer investasi). b. Reksa Dana Terproteksi (Protected Fund) Reksa dana terproteksi (protected fund) tergolong masih baru di Indonesia. Reksa dana ini diinvestasikan pada instrument surat hutang, biasanya pada obligasi yang hampir jatuh tempo. Khusus pada reksa dana ini usianya biasanya pendek sesuai dengan jatuh tempo surat hutang yang dibelinya. 3. Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah mengandung pengertian sebagai reksa dana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syari'at Islam. Reksa dana syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi
Universitas Sumatera Utara
dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan persenjataan serta bisnis hiburan yang berbau maksiat. 4. Reksa Dana Indeks (Index Fund) Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri dari atas efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya. Sekurang-kurangya 80% dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. Pembobotan masing-masing efek antara 20% sampai 80% dari pembobotan atas masing-masing efek dalam indeks yang menjadi acuan dan tingkat penyimpangan dari kinerja reksa dana indeks terhadap kinerja indeks yang menjadi acuan.
2.1.5
Return Reksa Dana Menurut Jones, et al. (2009: 10) return merupakan tingkat keuntungan
yang diinginkan oleh investor dari sumber daya yang mereka investasikan. Return portofolio adalah keuntungan investasi dalam berbagai instrumen keuangan selama suatu periode tertentu. Return portofolio dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Return Realisasi Portofolio (Portfolio Realized Return) Return realisasi portofolio (portfolio realized return) adalah rata-rata tertimbang dari return-return realisasi tunggal di dalam portofolio tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Return Ekspektasi Portofolio (Portfolio Expected Return) Return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) adalah rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return portofolio reksa dana dapat dihitung dengan yang dilakukan untuk menghitung return aktiva tunggal, yaitu (Hartono, 2014: 705):
dimana:
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷�𝑅𝑅𝑝𝑝 � =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑡𝑡 −1 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑡𝑡−1
NABt = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t) NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1) Menurut Jordan dan Miller (2009: 99) Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit adalah nilai total aset reksa dana dikurangi dengan kewajiban dan dibagi dengan jumlah unit penyertaan reksa dana yang beredar atau saham reksa dana yang beredar. Setiap investor yang membeli reksa dana akan mendapatkan bukti satuan kepemilikan reksa dana yang dinamakan dengan unit penyertaan atau saham.
2.1.6
Return Pasar Menurut Rodoni dan Ali (2010: 183) indeks pasar merupakan alat ukur
kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa–bursa dunia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digunakan untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif.
Universitas Sumatera Utara
Return pasar merupakan perubahan indeks pasar yang dinyatakan dalam persentase, yaitu indeks pasar sekarang dibandingkan dengan indeks pasar kemarin, atau indeks pasar bulan ini dibandingkan dengan indeks pasar bulan lalu dan perubahannya dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat ditulis (Samsul, 2006: 373): 𝑅𝑅𝑚𝑚 =
dimana:
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑡𝑡 − 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑡𝑡−1 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑡𝑡−1
Rm
= Returnmarket (return pasar)
IHSGt
= IHSG bulan ini (t)
IHSGt-1 = IHSG bulan lalu (t-1)
2.1.7
Risk Free Rate Menurut Jordan dan Miller (2009: 16) risk free rate merupakan tingkat
pengembalian atau tingkat keutungan dari investasi tanpa risiko. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga pasar uang yang menonjol karna berfungsi sebagai aset patokan. Meskipun dalam arti murni tidak ada aset keuangan bebas risiko, secara praktis Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah aset bebas risiko (Jones, et al. 2009: 28). Rata-rata risk free rate dapat dihitung sebagai berikut:
dimana:
��� 𝑅𝑅𝑓𝑓 =
∑ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑛𝑛
��� 𝑅𝑅𝑓𝑓 = Rata-rata risk free rate n = Jumlah bulan
Universitas Sumatera Utara
2.1.8
Risiko Portofolio Menurut Horne dan Machowicz (2009: 105) terdapat dua jenis risiko
investasi, yaitu: 1. Risiko Sistematis (Systematic Risk) Risiko sitematis mengacu pada faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti perubahan kondisi ekonomi, politik, perubahan situasi energi bumi. Risiko ini mempengaruhi semua sekuritas dan konsekuensinya tidak
dapat
didiversifikasikan.
Dengan
kata
lain,
investor
yang
mempertahankan diversifikasi portofolio yang baik pun akan terpapar oleh risiko sistematis ini. Oleh karena itu, risiko sistematis sering disebut sebagai risiko pasar. 2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk) Risiko tidak sitematis sering disebut risiko spesifik atau unik adalah risiko untuk perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan faktor independen (spesifik) ekonomi, politik dan lainnya yang mempengaruhi sekuritas. Dengan demikian, risiko ini dapat didiversifikasikan, dapat dikurangi atau dikontrol. Menurut Tandelilin (2001:55) untuk menghitung besarnya risiko total yang dikaitkan dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, bisa dilakukan dengan menghitung varians dan standar deviasi return investasi bersangkutan. Secara matematis, rumus untuk menghitung varians dan standar deviasi bisa dituliskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉(𝑅𝑅𝑅𝑅) = 𝜎𝜎 2 = [𝑅𝑅𝑖𝑖 − 𝐸𝐸(𝑅𝑅)]2 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑖𝑖 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝜎𝜎 = (𝜎𝜎 2 )1/2
dimana:
Var (Rp) =σ2 = Varians returnportofolio σ
= Standar deviasi
E(R)
= Return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri
= Return ke-i yang mungkin terjadi
Pri
= Probabilitas kejadian ke-i
2.1.9 Kinerja Reksa Dana Investor yang ingin membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar dalam keadaan ramai (bullish market) urutan pilihan jatuh pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap, namun dalam kondisi pasar lesu (bearish market) pilihan jatuh pada reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Manajer investasi dapat mengubah-ubah kebijakan komposisi investasinya disesuaikan dengan keadaan pasar, baik dalam situasi pasar bullish atau bearish untuk mendapatkan sutu keuntungan yang optimal. Dalam tahun 60-an beberapa alat ukur indeks tunggal digunakan untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer uang. Tiga alat ukur atau indeks tersebut adalah indeks Treynor (1965), indeks Sharpe (1966), indeks Jensen (1968). Ketiga indeks ini mengasumsikan adanya hubungan linier antara pengembalian portofolio dengan pengembalian dari beberapa indeks pasar dengan dasar luas (Fabozzi, 2005:798).
Universitas Sumatera Utara
1. Indeks Treynor Indeks Treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko. Kelebihan ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama. Alat ukur risiko dalam indeks Treynor merupakan risiko sistematis relatif sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio. Treynor menyatakan bahwa indeks Treynor merukapan alat ukur risiko yang tepat karena dalam portofolio terdiversifikasi penuh, risiko tidak sistematis boleh dikatakan tidak ada. Dalam bentuk persamaan, indeks Treynor adalah: 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
2. Indeks Sharpe
Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/risiko (reward/ratio risk). Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. Maka indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total perbedaan portofolio. Persamaan indeks Sharpe adalah: 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
3. Indeks Jensen
Indeks Jensen menggunakan model penetapan harga aktiva modal untuk menentukan apakah manajer uang telah menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks pasar. Analogi empiris dari CAPM adalah: 𝐸𝐸�𝑅𝑅𝑝𝑝 � − 𝑅𝑅𝑓𝑓 = 𝛽𝛽𝑝𝑝 �𝐸𝐸�𝑅𝑅𝑀𝑀 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 �� + 𝑒𝑒
Universitas Sumatera Utara
dimana: E(Rp)
= pengembalian diharapkan dari portofolio
Rf
= suku bunga bebas risiko
βp
= beta portofolio
E(RM) = pengembalian diharapkan pada pasar e
= istilah bagi kesalahan acak Kinerja reksa dana mencerminkan return atau tingkat pengembalian yang
diberikan oleh suatu reksa dana untuk para investornya. Kinerja reksa dana ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari manajer investasinya untuk memilih saham-saham yang nilainya dibawah pasar serta pandai dalam mengelola market timing portofolionya. Dalam penelitian ini kinerja reksa dana diukur menggunakan Sharpe’s Perfomance Indeks (SPI). Penelitian Sharpe berkaitan dengan prediksi kinerja masa datang yang menggunakan data masa lalu untuk menguji modelnya. Model ini dipilih karena model Sharpedapat digunakan untuk semua jenis reksa dana dan pengukuran ini memenuhi standar pengukuran kinerja secara internasional. Menurut William F. Sharpe (1995) sebagai ahli portofolio, model Sharpetidak memerlukan benchmark dalam pengukuran risikonya. Pengukuran Sharpediformulasikan sebagai rasio risk premium terhadap standar deviasinya. Hal inilah yang membedakan pengukuran Sharpedengan model yang lain. Standar deviasi adalah risiko total yang merupakan hasil dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Jika portofolio sangat terdiversifikasi maka total risiko hampir sama dengan risiko sistematik, karena risiko tidak sitematik mendekati nol. Dengan demikian metode Sharpemerupakan model yang akan memberikan informasi lebih baik karena memperhitungkan risiko sitematik dan tidak sistematik (Winingrum, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.1.10 Stock Selection Skills dan Market Timing Ability Menurut Jensen (1968) dan Fama (1972) konsep kinerja portofolio dibagi menjadi dua dimensi, yaitu (1) kemampuan manajer portofolio atau analisis sekuritas untuk meningkatkan return portofolio melalui prediksi yang tepat tentang harga sekuritas di masa yang akan datang dan (2) kemampuan manajer portofolio untuk meminimalkan risiko (melalui diversifikasi yang efisien) yang muncul dari kepemilikan portofolio. Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is selection of spesific securities within a particular class. Sedangkan market timing is an investment style that atemps to buy into the stock market before bull market move and sell before a bear market move (Hirschey, 2008: 141). Kemudian menurut Menurut Corrado (2002: 55) market timing is an investment decision you must make is wheather you will try to buy and sell in anticipation of the future of overall market. Untuk menghitung stock selection skillsdan market timing ability digunakan dua model, yaitu: 1. Model Treynor-Mazuy Menurut Treynor dan Mazuy (1966) ketika nilai α atau alpha positif berarti menunjukan adanya kemampuan selectivity dan ketika nilai γ atau market timing positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka hal ini mengindikasikan bahwa manajer investasi menghasilkan excess return portfolio reksa dana yang lebih besar dibandingkan dengan excess return
Universitas Sumatera Utara
market. Model regresi kuadratik adalah sebuah pengukuran yang valid dari pengukuran
kinerja
market
timing
dan
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi kualitas dari timing information dan mendeteksi keberadaan dari selectivity information. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini adalah dengan formula sebagai berikut:
dimana:
𝑅𝑅𝑝𝑝 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 = 𝛼𝛼 + 𝛽𝛽�𝑅𝑅𝑚𝑚 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 � + 𝛾𝛾(𝑅𝑅𝑚𝑚 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 )2 + 𝜀𝜀𝑝𝑝
Rp = Return reksa dana pada periode t Rf = Return bebas risiko pada periode t Rm = Return pasar pada periode t α = Intercept yang merupakan indikasi stock selection dari manajer investasi β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun (bearish) γ
= Koefisien regresi yang merupakan indikasi kemampuan market timing
dari manajer investasi εp = Merupakan random error 2. Model Henriksson-Merton Melalui model regresi yang dikembangkan oleh Henrikson dan Merton (1981) bisa diukur kemampuan market timing dan tingkat keberhasilan stock selection skillsdari portofolio yang dikelola secara aktif, yang masing-masing memberikan kontribusi secara terpisah pada kinerja portofolio secara keseluruhan yang dilakukan oleh para manajer investasi sebagai pengelola reksadana. Untuk mengukur kemampuan microforecasting (stock selection) manajer investasi, hal ini dapat dilihat memalui besaran α. Jika manajer investasi memiliki (α > 0) berarti manajer investasi memiliki kemampuan
Universitas Sumatera Utara
stock selection yang baik, dan sebaliknya jika (α < 0) artinya kemampuan stock selection-nya tidak baik. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini adalah dengan formula sebagai berikut:
dimana:
𝑅𝑅𝑝𝑝 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 = 𝛼𝛼 + 𝛽𝛽�𝑅𝑅𝑚𝑚 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 � + 𝛾𝛾�𝑅𝑅𝑚𝑚 − 𝑅𝑅𝑓𝑓 �𝐷𝐷 + 𝜀𝜀𝑝𝑝
Rp = Return reksa dana pada periode t Rf = Return bebas risiko pada periode t Rm = Return pasar pada periode t β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun (bearish) γ
= Koefisien regresi yang merupakan indikasi market timing abilitydari
manajer investasi D = Dummy untuk melakukan peramalan market timing dengan ketentuan: D=1, Jika (Rm - Rf) > 0 Up market (bullish) dan D=0, Jika (Rm-Rf) < 0 Down market (bearish) εp = Merupakan random error 2.1.11 Fund Size (Ukuran Reksa Dana) Menurut
Gruber
(1995)
aktiva
sebuah
perusahaan
mempresentasikanbesaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets (TNA) yang dimiliki. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya
Universitas Sumatera Utara
manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada investor (Chan et al., 2009). Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chen et al (2004) dan Gallagher(2005) juga menggunakan logaritma natural dari TNA (Total Net Asset) atau log dari total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebagai proksi ukuran reksa dana. Kemudian penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) mengenai kinerja reksa dana saham Swedia dengan menggunakan berbagai karakteristik reksa dana yang berbeda, juga menunjukkan bahwa jumlah dana kelolaan reksa dana mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.
2.1.12 Fund Longevity (Usia Reksa Dana) Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal reksa dana tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana mencerminkan pengalaman dari manajer investasinya di dalam mengelola reksa dana tersebut. Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin berpengalaman di dalam mengelola portofolio bila dibandingkan dengan reksa dana yang berumur lebih muda.Banyak investor yang lebih menyukai reksa dana yang berumur lebih lama. Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya (Rao, 2000).
Universitas Sumatera Utara
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Waelan (2008) menunjukkan bahwa
manajer investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills tapi market timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Alexandri (2015) menunjukkan bahwa stock selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana dan market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana. Penelitian yang dilakukan oleh Kaur (2013) menunjukkan bahwa stock selection skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana dan market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anita (2013) menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham syariah di Indonesia outperform daripada kinerja pasarnya. Manajer investasi reksadana yang mengelola portofolio saham syariah memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik (stock selection ability). Akan tetapi nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana. Penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) menunjukan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik. Penelitian oleh Otten (2002) menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara signifikan positif.Akan tetapi sejumlah penelitian menyatakan bahwa fund size memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Seperti
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2004) menunjukkan sebagian besar reksa dana Amerika pada tahun 1962-1999 memiliki hubungan negatif antara fund size dan kinerja reksa dana. Hasil penelitianyang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) menyatakan bahwa fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana. Namun demikian, terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa reksa dana dengan usia yang lebih muda menunjukkan kinerja yang lebih aktif. Hal ini didukung oleh Blake dan Timmermann (1998) yang mengungkapkan bahwa reksa dana cenderung untuk melakukan yang terbaik selama tahun pertama kemunculan mereka. Selain itu penelitian yang dilakukan Chen et al. (2004) dan Otten (2002) menunjukkan bahwafund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
2.
Nama Peneliti/ Tahun Alexandri (2015)
Anita (2013)
Judul Penelitian
Metode Analisis
Variabel Penelitian
Mutual Fund Performance : Stock Selection or Market Timing?
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability
Pengukuran Pemilihan Saham dan Penetapan Waktu Menggunaka n Model TreynorMazuy pada Reksa dana Syariah di
Multiple regression danAutoregr essiveConditi onal Heterosceda sticity (ARCH)
-Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability
Hasil Analisis -Stock selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. -Market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana. -Manajer investasi memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik (stock selection ability). -Nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Nama Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Metode Analisis
Variabel Penelitian
Hasil Analisis
Indonesia
3.
4.
Kaur (2013)
Waelan (2008)
5.
Karlsson dan Persson (2005)
6.
Chen et al. (2004)
Performance , Timing and Selectivity Skills of Indian Equity Mutual Funds: An Empirical Approach Kemampuan Memilih Saham dan Market Timing Manajer Investasi Reksa Dana Saham diBursa Efek Indonesia Mutual fund performance: Explaining the performance of Swedish domestic equity mutual funds using different fund characteristic Does Fund Size Erode Mutual Fund Performance ? The Role of Liquidity and Organization
manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana. -Stock selection skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. -Market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. -Manajer Investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills. -Market timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan.
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Fund size -Expense ratio -Fund longevity -Management tenure
Fund size, expense ratio, fund longevity, dan management tenure berpengaruh terhadap kinerja reksa dana.
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Risk ratio -Fund size -Expense ratio -Fund longevity
-Risk ratio signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. -Fund size berpengaruh negatif akan tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. -Expense ratio signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 No
Nama Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Metode Analisis
Variabel Penelitian
Hasil Analisis berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. -Fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.
7.
Otten (2002)
European Mutual Fund Performance
Analisis regresi linier berganda
-Kinerja reksa dana -Fund size -Expense ratio -Fund longevity
-Fund size berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. -Expense ratio dan fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.
2.3
Kerangka Konseptual
2.3.1
Pengaruh Stock Selection Skills terhadap Kinerja Reksa Dana Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock
market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is selection of spesific securities within a particular class. Stock selection skills dianggap memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja reksa dana karena setiap instrumen yang dimasukkan ke dalam portofolio akan dipilih dan dianalisa secara spesifik yang kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelas aset tertentu. Jadi stock selection skills merupakan kemampuan manajer investasi dalam memilih saham yang tepat untuk dimasukan kedalam portofolio serta berpotensi mendapatkan return yang diharapkan oleh investor. Ketika stock selection skills dari manajer investasi baik maka portofolio yang dibentuk adalah saham-saham yang memiliki tingkat return yang baik pula, hal tersebut akan meningkatkan kinerja reksadana yang dapat dilihat dari nilai aktiva bersihnya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Pengaruh Market Timing Ability terhadap Kinerja Reksa Dana Market timing is an investment style that atemps to buy into the stock
market before bull market move and sell before a bear market move (Hirschey, 2008: 141). Market timing ability dinilai berkontribusi positif karena Manajer Investasi akan mampu memprediksikan kapan waktu yang tepat untuk menyesuaikan portofolio sahamnya sebagai antisipasi terhadap perubahan harga pasar. Selain itu, Manajer Investasi bertujuan untuk membeli sekuritas sebelum pergerakan pasar bullish dan menjual sekuritas sebelum pergerakan pasar bearish. Jadi kinerja reksadana akan lebih baik ketika market timing atas pembaruan portofolio saham yang dilakukan manajer investasi baik pula.
2.3.3
Pengaruh Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana Menurut Gruber (1995) aktiva sebuah perusahaan mempresentasikan
besaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Jadi, kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets (TNA) atau total Nilai Aktiva Bersih yang (NAB)yang dimiliki.Dengan dana kelolaan yang besar, perusahaan dapat melakukan transaksi dengan volume yang lebih besar dan terjadi penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada investor (Chan et al., 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pemikiran-pemikiran di atas mengindikasikan bahwa ukuran reksa dana berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Hal ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) serta Otten (2002) yang menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.
2.3.4
Pengaruh Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Menurut Rao (2000), reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama
akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya. Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal reksa dana tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana mencerminkan pengalaman dari manajer investasinya dalam mengelola reksa dana tersebut. Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin berpengalaman dalam mengelola portofolio.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memudahkan suatu penelitian, maka perlu dibuat suatu kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 2.1 berikut :
Stock Selection Skills
Market Timing Ability Kinerja Reksa Dana Fund Size
Fund Longevity Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian
dantinjauan
pustaka
serta
penelitian
terdahulu
yang
telah
diuraikan
sebelumnyadapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut: 1. Stock selection skillsberpengaruh terhadapkinerja reksa dana saham. 2. Market timing ability berpengaruh terhadapkinerja reksadana saham. 3. Fund sizeberpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. 4. Fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. 5. Stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity berpengaruh secara simultan terhadap kinerja reksa dana saham.
Universitas Sumatera Utara