BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. TINJAUAN UMUM II.1.1. Pengertian Gedung Serbaguna Pengertian serbaguna adalah penggunaan campuran berbagai tata guna (lahan) atau fungsi (bangunan). Dari pengertian di atas gedung serbaguna disimpulkan sebagai bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan yang berbeda-beda, yang mana masing-masing kegiatan memiliki kaitan yang erat dan saling melengkapi satu sama lain serta memenuhi kriteria yang ada dalam konteks tertentu (berkaitan dengan fungsi utama bangunan tersebut). Merencanakan gedung serbaguna bukan hanya menggabungkan beberapa kegiatan yang berbeda dalam suatu bangunan yang fleksibel, tetapi bagaimana membangun suatu lingkungan yang memiliki integrasi fisik maupun fungsi dari komponen-komponen yang ada, sehingga saling melengakapi dan menunjang, serta menciptakan lingkungan baru yang harmonis. Adapun karakteristik dari bangunan serbaguna adalah sebagai berikut : 1. terdiri dari tiga atau lebih, aktifitas-aktifitas yang saling menunjang. 2. komponen-komponen yang saling terintegrasi dengan baik, termasuk penggunaan pedestrian.
9
3. perkembangan yang saling melengkapi karena terdiri dari para pelaku aktifitas yang berbeda (terhadap pasar). 4. mempunyai orientasi yang kuat ke dalam tapak. Dalam perencanaan bangunan serbaguna ini, ada berbagai aktifitas dan kegiatan yang akan saling menunjang didalamnya, antara lain konvensi, eksebisi dan retail.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perancangan bangunan serbaguna : 1. membentuk urban space yang baik. 2. berhubungan dan membuat urban activity. 3. menjadi suatu mata rantai dalam urban space. 4. Beragam fungsi harus berhubungan dengan baik. 5. pemakaian segi teknologi yang maksimum.
II.1.2. Pengertian Bangunan Pada proyek ini “Gedung Serbaguna” sebenarnya merupakan bangunan serbaguna yang terdiri dari beberapa fasilitas yang dipadu menjadi satu kesatuan yang masing-masing fungsi bangunan memiliki pengertian sendiri yaitu konvensi, eksibisi, retail dan restoran. •
KONVENSI Konvensi adalah kegiatan pertemuan mengenai masalah umum, untuk bertukar pikiran, pandangan pada suatu kecendrungan yang terjadi.
10
Konvensi biasanya merupakan pertemuan berkala, lengkap dan mempunyai pokok permasalahan tertentu. (Fred Lawson, Conference, Convention and Exhibition Facilities).
Seiring diadakan kegiatan pemeran sebagai penunjang kegiatan pokok. Dalam Bahasa Indonesia gedung konvensi dikenal dengan istilah Balai Sidang yang berarti bangunan besar tempat bersidang. Menurut asal katanya, kata konferensi/conference berasal dari bahasa latin : con/co yang berarti berkumpul dan terre yang berarti masalah. Jadi conference berarti kegiatan berkumpul untuk membicarakan suatu masalah. Selain istilah konvensi, dalam kegiatan pertemuan untuk membicarakan masalah terdapat istilah-istilah lain. Adapun ketentuan dari sebuah konferensi adalah : -
pertemuan berlangsung pada tempt yang telah ditentukan
-
belangsung paling sedikit 6 jam
-
diikuti antara 25 hingga 3000 lebih peserta.
-
Memiliki agenda dan program acara.
Fungsi dan kegiatan yang dapat ditampung oleh sebuah gedung konvensi: -
berbagai jenis kegiatan persidangan dan pertemuan
-
upacara-upacara
kenegaraan
:
peringatan
hari
raya
keagamaan, hari nasional -
wisuda, upacara penghargaan lainnya
11
-
pertunjukan musik
-
perkawinan, ulang tahun (perorangan maupun golongan)
-
pameran : perumahan, komputer, interior, pendidikan dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan yang terjadi pada gedung konvensi : 1. Kegiatan konferensi, kegiatan pertemuan beberapa orang dalam melakukan musyawarah dan rapat baik dalam bidang ekonomi, teknologi, maupun bidang lainnya. Kegiatan ini membutuhkan suatu ruangan tertentu yang kedap suara. 2. Kegiatan seminar, kegiatan memberikan suatu pengarahan topik tertentu, dimana di dalam kegiatan ini juga dilakukan kegiatan diskusi tanya jawab antar pembicara dengan pendengar. Kegiatan ini memburtuhkan suatu ruang khusus yang menyediakan sound system, alat photo slide dan proyektor. 3. Kegiatan istirahat, makan, minum adalah kegiatan penunjang kegiatan konvensi. Yang mana menyediakan tempat bagi para pengunjung yang telah berkeliling melihat pameran kemudian ingin beristirahat makan dan minum.
Tipe pertemuan lainnya : -
Seminar
-
Workshop
12
-
Simposium
-
Forum
-
Panel
-
Kuliah/Lecture
-
Institute
-
Colloquium
Sejarah Perkembangan Konvensi Berasal dari bahasa latin yaitu Con /Co yang berarti berkumpul, serta ferre yang berarti masalah. Conference mengandung arti berkumpul untuk membicarakan masalah. Pada jaman dahulu, konvensi mengandung arti yang sangat luas. Dengan arti kata ”berkumpul”, konvensi bukan hanya seperti yang sekarang kita ketahui, namun berkumpul dalam skala yang kecil sekalipun dapat disebut konvensi. Dapat diselenggarakan dalam berbagai tingkatan seperti desa, wilayah kota, kota, negara bagian maupun satu negara. Di Amerika, konvensi bermula pada sekitar abad XVIII. Penggunaan Konvensi menjadi populer untuk bermacm-macam tujuan, beberapa tahun setelah kekuasaan federal konstitusional mengadakan konvensi di Philadelphia pada tahun 1787. Pada mulanya konvensi ini diadakan untuk memilih calon-calon wakil rakyat yang akan duduk
13
dijalur legislatif, kemudian berkembang sampai digunakan sebagai ajang pemilihan presidensial. Kemudian lebih berkembang lagi pada abad XIX yaitu pada sekitar Perang Dunia Kedua, dimana perundingan-perundingan antara negara sering diadakan demi perdamaian dunia. Disini terlihat kecendrungan bahwa pengertian konvensi itu berubah karena awam melihat bahwa yang disebut konvensi itu adalah yang melibatkan berbagai negara. Di Indonesia sendiri perkembangan konvensi bukan merupakan hal baru lagi. Pada tahun 1955 diadakan konferensi Asia Afrika di Bandung. Tahun 1963 dan 1974 konferensi PATA. Pada tahun 1978 terbentuk Komisi Konvensi Indonesia, seluruh wadah non steruktural yang dapat menghimpun semua instansi pemerintah serta organisasi profesi yang ada kaitannya dengan wisata konvensi. Setelah mengenal sejarah konvensi, maka dapat disimpulkan bahwa konvensi itu telah ada sejak ratusan tahun yang lalu hanya bentuk dan ruang lingkupnya saja yang mengalami pergeseran dari sejak terjadinya. Keinginan berkumpul untuk menyelesaikan masalah telah menjadi kebudayaan manusia. Karena dalam kehidupan manusia, tidak lepas dari masyarakat dan bersosialisasi. Dalam bermasyarakat dan bersosialisasi itulah banyak tejadi masalah. Berkumpul untuk menyelesaikan masalah inilah yang menjadi inti dari kegiatan dan konvensi. Ada masalah, ada pokok bahasan, ada
14
tujuan, serta yang pasti terlibat dalam masalah tersebut. Wujud berkumpul untuk menyelesaikan masalah inilah yang kemudian menciptakan pola kegiatan serta program ruang dari konvensi tersebut. Dimulai dari cara berkumpul, cara berbicara, cara menyampaikan pendapat sampai dengan cara pengakraban diri masing-masing peserta.
Perkembangan Fasilitas Bangunan Konvensi Seiring dengan perkembangan dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik serta kuatnya persaingan yang ada. Maka dirasakan perlunya suatu media komunikasi bagi berbagai pihak untuk : •
Memperolah informasi perkembangan yang terbaru.
•
Saling bertukar pikiran untuk memecahkan masalah atau untuk memperoleh ide-ide baru.
Dalam adab 20 ini, meski teknologi telekomunikasi sudah sedemikian maju dan efektif. Namun pertemuan secara langsung dalam suatu wadah tetap dirasakan perlu, sebab hal utama dari suatu pertemuan/konvensi bukan terlatak hanya pada topik pembicaraan, tetapi lebih terarah pada suasana yang tercipta serta urutan-urutan kejadian yang menghasilkan suatu keputusan.
15
•
EKSIBISI Exhibition (kata latin : exhibition) : suatu pameran, pertunjukan atau kehadiran untuk memperlihatkan ; suatu pertunjukan, pameran umum seperti karya-karya seni produk-produk pabrik atau prestasi atletik. Eksibisi dikenal seagai tempat pamer umum/gedung peragaan tentang produk-produk industri, komersil atau benda-benda seni. Meskipun kontrak dan syarat-syaratnya dapat berganti-gantian, pada dasarnya penggunaan eksibisi dapat bertaraf regional, nasional, internasional dan dapat hanya memamerkan produk-produk dari hasil industeri tertentu, seperti mebel, barang-barang kulit, dan segala hasil kerja keras manusia. Hall : aula atau ruang yang besar, umumnya satu lantai, di desain menurut modul dan memakai system struktur standard an prefabrikasi. Jadi yang dimaksud dengan gedung pameran adalah suatu bangunan dengan ruangan besar yang bersifat public yang didirikan untuk maksud menggelar pameran dan mengenalkan kepada calon konsumen produkproduk industri, komersil ataupun seni dalam batasan jangka waktu tertentu dalam lingkup regional, nasional ataupun internasional.
Kegiatan-kegiatan yang terjadi pada gedung pameran : 1. Kegiatan tawar menawar dan jual beli, adalah kegiatan setelah calon konsumen melihat pameran produk. Kegiatan ini dapat dilakukan langsung di tempat pameran atau di tempat yang telah ditentukan.
16
2. Kegiatan demo/peragaan, adalah kegiatan pameran cara kerja atau cara menggunakan produk suatu industri yang tengah dipamerkan, kegiatan dapat pada suatu sudut tertentu dalam ruang pamer atau di suatu ruangan tertentu. 3. Kegiatan bongkar, muatan, simpan adalah kegiatan yang berurusan dengan produk-produk pameran setelah atau sebelum produk akan dipamerkan.
Jenis-jenis pameran: -
Pameran Konvensi Merupakan
suatu
bentuk
penyelenggaraan
pameran
dimana
penyelenggaranya dikaitkan dengan suatu konvensi, kongres atau konferensi, sehingga tempat dan waktu pelaksanaannya sama atau berurutan dengan tempat dan waktu konvensi, konferensi dan kongres tersebut diadakan. Dengan demikian maka kegiatan utamanya adalah konvensi, kongres atau konferensi sedangkan pamerannya hanya sebagai kegiatan penunjang. -
Pameran umum Merupakan suatu pameran yang dapat diselenggarakan oleh perorangan, badan usaha, produsen, instansi pemerintah, atau oleh perusahaan
penyelenggara
pameran
dengan
tujuan
untuk
memperagakan barang-barang produksi dari segala macam bentuk produksi. Pada pameran ini maka kegiatan pameran bersifat sebagai
17
“main event” sedangkan seminar atau pertemuan yang diadakan bersamaan pameran tersebut bersifat perlengkapan atau penyerta. -
Pameran Khusus Pameran yang memperagaan barang-barang yang termasuk dalam suatu kategori.
-
Pameran Tunggal Pameran yang diselenggarakan oleh satu badan penyelenggara.
•
RETAIL dan HIBURAN Pengertian retail -
Suatu tempt untuk berbelanja, yang pada umumnya membentuk garis lurus dengan pohon-pohon peneduh dan diperuntukan khusus pejalankaki. (Harvey M. Rubenstein, Central City Malls, New York : a Wiley Interscience Publication, 1986)
-
Suatu daerah berbentuk lintasan (lined) yang dinaungi pepohonan untuk berjalan-jalan bagi umum yang dilengkapi dengan took-toko eceran dan menghubungkan magnet-magnet kegiatan. (Nadine Bedington, MBE, FSIAD., Design for Shopping Centre, London ; Butterworth Scientific, 1982).
-
Suatu jalan atau plaza yang mengutamakan jalur pedestrian. (Oxford Advance Learners Dictionary, London : Oxford Univercity Press, 1989).
Sebagai pendukung untuk menghidupkan kegiatan di kawasan itu dengan batasan maksimal dalam 24 jam sehari.
18
II.1.3. Tinjauan Terhadap Universitas Bina Nusantara Data-data yang berhubungan dengan kegiatan Unuversitas Bina Nusantara yang bersangkutan dengan kegiatan yang berkaitan dengan penggunan gedung serbaguna. Beberapa data kegiatan ruti yang dilakukan Universitas Bina Nusantara yang berkaitan dengan penyewaan gedung serbaguna: •
Inagurasi mahasiswa tahun angkatan baru
•
Graduasi
•
Seminar formal dari tiap jurusan
•
Pameran
•
Perayaan Aniversary
Beberapa data kegiatan diatas dapat memberikan perkiraan kapasitas dari pengguna gedung konvensi dalam kegiatan Universitas Bina Nusantara. Data jumlah mahasiswa yang mendaftar tahun ajaran 2000-2006 Universitas Bina Nusatara. 16000 14000 12000 10000
14692 13906 12468 11633 12468 9320
9270 7934
8000
14692 13906 11633
6000
9320 4000
7934
2000
9270
0 Th 2000 s/d 2006 Tahun Masuk
Tabel 1: Grafik pendaftar UbiNus tahun 2000-2006
19
Data jumlah mahasiswa yang mendaftar ulang tahun ajaran 2000-2006 Universitas Bina Nusatara.
7000
5980
6395
6680 5964
6000
5681
5294 4740
5000
5980 6395
4000
6680
3000
5964
2000
5294 4740
1000
5681
0 Jumlah Mahasiswa Daftar Ulang Tahun 2000 s/d 2006
Tabel 2: Grafik daftar ulang UbiNus tahun 2000-2006
Dari data grafik mulai dari pendaftaran hingga proses daftar ulang jumlah jumlah calon mahasiswa yang mendaftar mendaftar ulang masuk biasanya berkurang hingga 35 % dari jumlah pendaftar perkiraan mahasiswa yang mendaftar hingga masuk biasanya mengalami pengurangan. Data jumlah mahasiswa yang wisuda dalam periode tahun 2000-2006. 2943
3000
1500
2875
2840
2492
2121
2006
2006 1447
2492
2500 2000
2929
1907
2107 1901
1700 1447
1700 2943 1907 2929
1000
2121 2875
500
1901 2840
0 Jumlah Wisuda Semester Ganjil-Genap
2107
Tabel 3: Grafik jumlah wisudawan UbiNus tahun 2000-2006
20
Dari data jumlah wisuda yang yang dilakukan selama 2 kali dalam 1 tahun, dalam periode semester ganjil mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada semester genap, sehingga perlu dikondisikan bagaimana siklus yang harus diperhatikan dalam perolehan ruang dalam bangunan yang dirancang. Data beberapa gedung konvesi yang digunakan Universitas Bina Nusantara dalam mengadakan kegiatan: •
JHCC
•
Hotel Peninsula, dll. Data penggunaan kegiatan Universitas Bina Nusantara tahun 2006 di
dalam Universitas BinaNusantara maupun kegiatan yang diadakan diluar Universitas Bina Nusantara. Ruang
Planary hall JHCC
Assembly JWC R. M2ABC, r.kelas BINUS
Kegiatan
Peserta
inagurasi Graduasi Anivesary total
3000-4000 2000-3000 2000-2500
Theater Theater Theater
Seminar Seminar Meeting
20-150 20-200 10-20
ampitheater Classroom Round table, classroom classroom
Sidang tugas akhir total exhibition Plaza,selasar , parkiran BINUS Exhibition JHCC
Pameran Nge-Band
Tipe set-up
Lama acara + setup & breakdown 1 hari 2 hari 1 hari
Banyak acara
Total
1 x acr 2 x acr 1x acr
1hr 4 hr 1 hr 6 hr
1-2 hari 1 hari 1 hari
5 x acr 60 x acr 40 x acr
25 hr 60 hr 40 hr
1-2 hari
40 x acr
50 hr
175 hr
ampitheater
Pameran
Total Tabel 4: Kegiatan UbiNus dalam kegiatan pemkaian gedung
5-13 hari 3 hari
6 x acr 4 x acr
54 hr 12 hr
1 hari
3 x acr
3 hr 69 hr
21
II.1.4. Kebutuhan Ruang dan Lingkup Kegiatan Kebutuhan ruang untuk kegitan pertemuan dalam proyek ini setelah melihat kegiatan yang mampu diadakan adalah : •
Ruang sidang utama yang memiliki multiguna
•
Ruang –ruang sidang ukuran sedang
•
Ruang-ruang sidang ukuran kecil
•
Ruang pameran dan gallery
•
Committee room
•
Meeting room, dll.
Lingkup kegiatan yang terjadi dalam konvensi meliputi 2 kegiatan utama : 1. Kegiatan persidangan •
Conference
•
Congress
•
Convention
•
Workshop
•
Seminar
•
Forum
•
Simposium
Kegiatan diatas umumnya terdiri dari 3 tahap yaitu, pre meeting gathering.
2. Kegiatan peragaan •
Pertunjukan / pagelaran
22
•
Pameran / promosi
Dalam kenyataannya, bangunan konvesi ini juga menampung kegiatan pertemuan lainnya, seperti kegiatan : •
Pernikahan
•
Silaturahmi
•
Graduasi
•
Aniversary
•
HUT, dll.
II.2. TINJAUAN KHUSUS II.2.1. Latar Belakang Tapak Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah: -
Lokasi tapak yang berdekatan dengan Kampus Anggrek dan Kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara.
-
Lokasi yang strategis sehingga memudahkan pencapaian dari luar wilayah kampus baik dengan kendaraan umum maupun pribadi.
-
Tanah merupakan milik Universitas Bina Nusantara yang memang dapat digunakan untuk keperluan pembangunan fasilitas kampus.
23
Foto 1: Foto udara lokasi tapak
Foto 2: Foto situasi tapak 1
Foto 3: Foto situasi tapak 2
Foto 4: Foto situasi tapak 3
Foto 5: Foto situasi tapak 4
24
Foto 6: Foto situasi tapak 5
Foto 7: Foto situasi tapak 6
Foto 8: Foto situasi tapak 7
Foto 9: Foto situasi tapak 8
II.2.2. Keterangan dan Ketetapan Proyek Jenis Proyek
: Komersial
Judul Proyek
: Gedung Serbaguna Bina Nusantara
Alamat Proyek
: Jl. Rawa Belong, Jakarta Barat
Instansi
: Swasta
KDB
: 60 %
KLB
:3
Luas Lahan
: 14.000 m²
GSB Jalan Utara
:4m
GSB Jalan Selatan
:4m
25
GSB Jalan Timur
:9m
GSB Jalan Barat
:3m
Batas utara tapak
: kios, kost, rumah tinggal, jalan
Batas selatan tapak
: kios, kost, rumah tinggal, jalan
Batas timur tapak
: kios, kost, rumah tinggal
Batas barat tapak
: kost, Jl. Raya Kebon Jeruk
• Luas Total Bangunan Yang Diijinkan Perkiraan Luas Bangunan adalah sebagai berikut: Luas Max. = Luas Lahan x Koefisien KLB Luas Max. = 14.000 m² x 3 = 42.000 m² Luas yang diijinkan untuk membangun adalah 42.000 m². • Luas Bangunan Pada Lahan Luas KDB yang harus dipenuhi adalah 60 %, maka luas max. : Luas max. = Luas Lahan x Porsentase KDB Luas max. = 14.000 m² x 60 % = 8.400 m² • Penjelasan Penggunaan Luas Ijin Membangun Bangunan Gedung Serbaguna Bina Nusantara dapat dilkasifikasikann sebagai bangunan medium rise, sesuai dengan kebutuhan fungsi yang dibutuhkan. Setelah dipilih luas lahan yang digunakan yaitu 14.000 m², maka luas yang harus dipenuhi 42.000 m². Dengan penggunaan KDB 60 % maka luas bangunan pada lantai dasar diupayakan mencapai ± 8.400 m².
26
Gambar 1: Foto udara lokasi tapak
Gambar 2 : Lokasi tapak
27
II.2.3. Gambar Kegiatan dan Kondisi Lingkungan di Sekitar Tapak
Gambar 3 : Kondisi lingkungan di lokasi sekitar tapak
Foto 10: Foto situasi tapak 9
Foto 11: Foto situasi tapak 10
(keberadaan toko elektronik, fasilitas bank, dan warung makanan dengan ketinggian 1-5 lantai)
Foto 12: Foto situasi tapak 11
Foto 13: Foto situasi tapak 12
(situasi bangunan yang berada di sekeliling bangunan daerah hunian dan memiliki ketinggian 2-3 lantai)
28
Foto 14: Foto situasi tapak 13
Foto 15: Foto situasi tapak 14
(jalan pedestrian yang kecil dan tidak terurus, tanda jalan dan fasilitas jalan yang tidak teratur)
II.3. TINJAUAN TOPIK TEMA II.3.1. Pengertian Urban Desain ”Urban” berasal dari kata urbs (kota), yang berarti berhubungan dengan perkotaan. Sedangkan ”desain” adalah kata Latin dari designare yang artinya menggambar. Secara umum berarti sketsa atau rencana suatu karya seni, gedung, atau mesin yang akan dibuat. Desain juga dapat dikatakan sebagai kombinasi detail dan bentuk suatu gambar, bangunan atau jembatan; pola suatu karya artistik; pola benda yang direncanakan secara artistik. Desain dalam sekolah Arsitektur disebut sebagai seni merancang. Dalam bidang Arsitektur, desain menunjukan suatu penyelesaian rencana proyek atau program yang dituliskan secara nyata melalui gambar, angka dan kata-kata. (Ensiklopedia Nasioal Indonesia, PT. Delta Pemungkas, Jakarta 1997. Hal. 89&309).
29
Urban Desain adalah proses membentuk phisik menentukan seumur hidup di dalam sebuah kota besar, desa/kampung dan kota. Urban desain adalah seni bagaimana membuat suatu tempat. Dengan melibatkan perancangan bangunan, kelompok bangunan, ruang dan lansekap, dan menetapkan suatu proses yang akan membuat pengembangan yang sukses. Urban Desain, berhubungan dengan pengaturan fungsi dan penampilan kota besar dan kota, dengan berbagai cara pengaturan dari perencanaan kota, arsitektur lansekap dan arsitektur. (Wikipedia, the free encyclopedia)
II.3.2. Sejarah Urban Desain Walaupun penggunaan secara profesional urban dedain ini pada waktu masa pertengahan adad 20an, tapi secara praktek sudah diperaktekan di seluruh sejarah kota besar manusia. Contoh pada jaman dahulu banyak contoh perancangan yang di desain dengan sangat hati-hati dan kota besar yang dirancang berada di Asia, India, Afrika, Eropa dan Ameria, dan yang terkenal di Cina Klasik, Bangsa Roma dan Yunani. Kota besar di Eropa adalah salah satu contoh yang sangat dihormati karena desain perencanaannya denga sistem perancangan dan penataan kota yang ’organik’, itu adalah contoh pasti urban desain di abad pertengahan itu. Di Eropa lah bangkitnya kembali urban desain. (David Friedman, Florentine New Towns: Urban Design in the Late Middle Ages, MIT 1988.)
30
Urban desain yang sekarang dapat dipergunakan sebagai bagian dari disiplin yang lebih luas dari Urban planing. Urban planing mulai sebagai pergerakan dan parameter dari urban desain, karena keduanya berhubungan seperti halnya Kota besar yang memiliki pergerakan yang Indah pada lingkungannya.
II.3.3. Aspek Urban Desain Menurut Urban Design Compendium, ada beberapa aspek kunci dari urba design yang harus diperhatikan dalam sebuah perancangan, yaitu: A) Places for People Sebuah tempat yang mudah untuk digunakan dan mudah untuk disukai, juga harus aman, nyaman, bervariasi dan menarik. Tempat-tempat tersebut harus dibedakan, berfariasi, dipilih dan menyenangkan. Tempat yang bersemangat dengan banyak kesempatan untuk orang-orang bertemu, bermain di jalan serta melihat perkembangan dunia. B) Enrich the Existing Pembangunan yang baru haruslah memperkaya kualitas dari tempattempat urban yang telah ada sebelumnya. Itu berarti pembangunan baru tersebut haruslah tanggap terhadapa bangunan-bangunan di sekitarnya yang lebih dulu ada. Hal tersebut harus mencakup ke semua skala, yaitu daerah, kota besar, kota kecil, lingkungan tinggal, dan jalan.
31
C) Make Connection Sebuah tempat harus mudah dicapai dan secara fisik dan visual harus terintegrasi terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana dapat mencapainya dengan berjalan kaki, sepeda, transportasi umum dan mobil. D) Work with The Landscape Sebuah tempat yang terdapat keseimbangan antara lingkungan alami dengan buatan manusia dan menggunakan beberapa potensi asli, iklim, bentuk lahan, lansekap, dan ekologi untuk memaksimalkan energi konservasi dan kepadatan. E) Mix Uses and Forms Sebuah tempat yang menarik dan menyenagkan dengan pemenuhan kebutuhan yang berfariasi serta kemungkinan cakupan yang begitu luas penggunanya, kenyamanan, dan kelompok sosial. Mereka juga berada di bangunan, fungsi, profesi, dan kepadatan yang berbeda. F) Manage the Investment Mudah dikembangkan, tidak menghabiskan biaya yang tinggi, mudah diatur dan mudah perawatannya. Ini berarti mengerti kemauan pasar dan menjadi pertimbangan pengembang, memastikan komitmen jangka panjang untuk komunitas dan warga setempat. G) Desgin for Change Pembangunan yang baru harus cukup fleksibel untuk merespon perubahan fungsi di masa depan. Ini berarti merancang untuk energi dan efisiensi
32
sumber daya alam, menciptakan fleksebilitas dalam penggunaan material, ruang umum dan infrastruktur pendukung serta memperkenalkan pendekatan baru untuk transportasi, menejemen lalu lintas dan parkir. Urban Design Compendium, Agustus 2000, hal 14.
II.3.4.
Teori Urban Desain Perancangan dengan berpedoman pada urban desain mencakup beberapa hal yaitu bangunan, pejalan kaki, kendaraan, lansekap, ramburambu dan service yang semuanya berhubungan dengan lingkungan tempat bangunan tersebut berdiri. 1) Bangunan •
Tempatkan bangunan pada ”setback” yang minimum dengan panjang maksimum bangunan di sepanjang jalan, yang bertujuan untuk: -
Menyediakan hubungan pejalan kaki yang nyaman adtara bangunan-bangunan dengan jalan setapak umum yang sering dilalui.
-
Untuk menyediakan jalan setapak yang menarik dan memberi perlingdungan terhadap pejalan kaki.
-
Mengurangi pandangan dari daerah publik terhadap daerah parkir dan service.
-
Menyediakan suatu sisi yang kontinuitas pada sepanjang jalan agar secara visual memberi sebuah ruang publik pada jalan yang
33
memberi kenyamanan pada pejalan kaki dalam proporsi dan skala. •
Berikan aksen pada sudut-sudut di persimpangan jalan dengan sebuah masa bangunan yang penting, bertujuan untuk: -
Memberikan sebuah titik orientasi bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor.
-
Menandai perpotongan jalan sebagai tempat-tempat khusus antara jalan dan ruang.
•
Desain dan lokasi bangunan untuk mempertahankan dan menambah view jalan yang khusus seprti: -
View dari bangunan-bangunan penting dan hiasan-hiasan/bendabenda/elemen natural.
•
View sepanjang jalan-jalan yang berbelok.
Perkembangan site yang baru untuk memastikan bahwa pemilik di sebelah mendapat pandangan yang privat dan sinar matahari disamping juga perlindungan terhadap pencahayaan di site yang baru berkembang, gangguan suara dan bau-bauan jika dapat diterapkan.
•
Desain bangunan-bangunan sebagai komplemen dan memberikan karakter lingkungan yang diinginkan seperti; bentuk, style, garisgaris bangunan, warna dan material.
34
•
Desain lansekap dan bangunan-bangunan berdekatan yang sifatnya komplementer
dengan
bangunan
bersejarah
dan
ornamen-
ornamennya. •
Desain dan bangunan-bangunan di dalam site menutupi elemenelemen site seperti daerah bongkar/muat, tempat tumpukan salju, gardu-gardu listrik dan meteran listrik dari view daerah publik.
•
Desain atap bangunan menutupi peralatan-peralatan mekanikal dari view daerah publik dan memberikan ”streetscape” yang menaraik.
2) Pejalan Kaki •
”Streetscape” publik antara bangunan di muka jalan dan pembatas tepi-tepi jalan dibentuk sebagai daerah pejalan kaki yang aman dan nyaman
dengan
”ammenities”
yang
menarik
seperti;
perkerasan/paving, tata lampu/penyinaran, tempat duduk, tempat berteduh, lansekap. •
Penyelesaian akhir/finishing daerah pejalan kaki/pedestrian dengan bahan-bahan yang cocok dengan bangunan bersebelahan berdekatan dalam hal; tata warna, pola, tekstur dan skala.
•
Desain dan bangunan-bangunan di dalam site memberikan kenyamanan pada tepi-tepi jalan.
35
•
Tempatkan amenities seperti; tata lampu, tempat duduk, tempat teduh dan lansekap dalam kelompok-kelompok yang menarik, memberikan rasa aman dan tidak mengganggu arus pejalan kaki.
•
Pintu masuk publik pada bangunan dihubungkan ke jalan-jalan setapak dan daerah parkir dengan sistem jalur-jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman.
•
Bedakan jalur-jalur pejalan kaki yang memotong jalur-jalur kendaraan dengan perubahan bahan pengerasan atau elemen-elemen yang khusus dibangun seperti kanopi dan bentuk-bentuk lengkung.
•
Jalur-jalur pejalan kaki yang langsung disediakan di sekitar site yang mana penggunaan yang berdekatan memacu pergerakan antar pejalan kaki.
•
Jalur-jalur pejalan kaki yang menerus disediakan antara pintu-pintu masuk di toko-toko eceran atau bangunan industri yang terdiri atas beberapa penyewa.
•
Lebar minimum untuk jalur pejalan kaki adalah 1,5 meter, ukuran tersebut meningkat apabila: -
Aktifitas pejalan kaki meningkat (seperti ujung jalan, pintu masuk bangunan, dan muka-muka toko)
-
Ada elemen-elemen bangunan menyebabkan gangguan seperti lebar bukaan pintu, tonjolan-tonjolan dari mobil ke jalur pejalan kaki.
36
•
Pembatas antara daerah kendaraan dan daerah pejalan kaki. Daerah pejalan kaki dilindungi terhadap kendaraan-kendaraan yang mungkin akan menerobos dengan lansekap dan tepi-tepi trotoar atau billboard (tiang-tiang pendek pembatas).
•
Jalan lintas publik. Jalan-jalan lintas pubik melalui bangunanbangunan disediakan pada masa bangunan yang menghalangi pencapaian dari tempat parkir ke muka jalanan.
•
•
Jalan-jalan lintas publik diberikan ciri-ciri tertentu dengan cara: -
Tata lampu/pencahayaan.
-
Pengerasan jalan setapak.
-
Pandangan menembus langsung ke jalan.
Pencapaian orang cacat. Pencapaian yang aman dan mudah bagi orang cacat disediakan pada semua pintu masuk bangunan dengan -
Perbedaan ketinggian lantai yamg minimal.
-
Perbedaan trotoar yang dipotong untuk ramp.
-
Ramp.
-
Railing/pagar untuk pegangan.
yang berinteraksi dengan semua desain daerah pejalan kaki. •
Perbedaan ketinggian yang konsisten. Diusahakan seminimal mungkin perbedaan antara jalan-jalan setapak umum/publik dengan zone pejalan kaki yang berdekatan pada bangunan-bangunan.
37
3) Kendaraan •
Jalur pencapaian. Diusahakan seminimal mungkin jumlah titik pencapaian ke site di sepanjang jalan-jalan kota dengan cara: -
Menggabungkan jalur masuk kendaraan dan daerah parkir yang saling berhubungan dengan pemilik bersebelahan.
Titik pencapaian masuk pada sudut site ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangna jalan. •
Identifikasi Jalur. Di dalam daerah parkir disediakan tempat pengidentifikasian jalur-jalur kendaraan yang aman. Disediakan jalur-jalur berkendaraan yang memungkinkan sirkulasi dua arah dan diperlebar pada tempat-tempat pemberhentian.
•
Service dan pengiriman barang. Sediakan ruang-ruang yang cukup pada site untuk kendaraan service dan pengiriman barang/bongkar muat.
•
Tepat berputar. Sediakan tempat berputar agar dapat menghindarkan jalan parkir yang buntu dan kendaraan dapat kembali ke jalan umum.
•
Daerah parkir. -
Agar area parkir tidak menjadi elemen visual yang dominan di dalam ”streetscape”, tutupi daerah parkir yang luas dengan bangunan-bangunan, tanaman penghalang yang menarik atau dengan dinding yang rendah.
38
-
Pencapaian ke daerah parkir harus tampak jelas bagi pengendara kendaraan bermotor yang datang.
-
Parkir diatur agar kendaraan-kendaraan tidak ditempatkan lebih dekat ke jalan daripada ke muka jalan dari bangunan.
-
Beberapa tempat parkir haruslah terlihat dari jalan atau daerah publik yang lain agar terasa aman setelah jam kantor atau dapat diawasi oleh umum/publik.
•
Peragaan mobil. Mobil dan benda lain yang besar diperagakan diantara struktur bangunan atau daerah tertentu yang tidak mengganggu arus pejalan kaki atau merusak desain jalan.
•
Kenyamanan parkir. -
Sediakan parkir yang cukup dan nyaman untuk semua tipe pengendara seperti karyawa, pengunjung/tamu dan publik/umum.
-
Identifikasi parkir tamu/pengunjung dengan jelas.
-
Hindarkan agar parkir umum/publik tidak konflik dengan daerah utilitas. Hindarkan kemiringan yang berlebihan, tidak lebih dari 5% kemirinagn pada parkir daerah publik.
•
Parkir orang cacat. Sediakan dengan tempat parkir orang cacat yang sedekat mungkin ke pintu masuk bangunan.
•
Sepeda. Pada pengendara sepeda disediakan rak-rak sepeda yang masih dalam jangkauan pandangan publik tetapi tidak jauh dari arus pergerakan pejalan kaki.
39
•
Sudut kemiringan kendaraan. Tempat berhenti disediakan pada akhir sudut kemiringan dari bangunan parkir agar pengendara dengan aman dapat mengawasi sejenak kendaraan arus lalu lintas dan pejalan kaki sebelum memasuki jalan.
•
Pencahayaan
pada
daerah
parkir.
Daerah
parkir
sebaiknya
mempunyai pencahayaan:
•
-
Yang tidak menyilaukan daerah bersebelahan.
-
Yang berhubungan dengan desain daerah parkira dan sirkulasi.
-
Yang cocok dengan skala bangunan bersebelahan.
Standart tata kota. Disesuaikan dengan standart tata kota yang berhubungan dengan ukuran jalur, lokasi, geometri, dan kemiringan ramp. Konsultasikan dengan syara-syarat dari Dinas Pemadam Kebakaran dan perusahaan negara dalam bidang utilitas kota pada masalah pencapaian dan perbaikan kembali.
4) Lansekap •
Preservasi pohon-pohon. Preservasi/lindungi semaksimal mungkin jumlah pohon-pohon yang ada/eksisting, apabila mengembangkan site.
•
Penggunaan lansekap. Lansekap disediakan untuk: -
Menambah daya tarik visual pada ruang-ruang terbuka dan tampak-tampak yang kosong.
40
-
Melunakkan masa bangunan yang dominan pada skala pejalan kaki.
-
Memberikan perbedaan antara jalur-jalur pejalan kaki dengan ruang-ruang terbuka.
-
Memberikan kesan visual yang konsisten antara bangunanbangunan pada site yang berdekatan sepanjang ”streetscape”.
-
Menutupi daerah-daerah yag tidak ingin terlihat.
-
Memberikan perlindungan dari sinar matahari dan angin yang berlebihan.
•
Lansekap Streetscape. -
Pemerintah kota mengembangkan lansekap dari jalan-jalan utama dalam rangka mengintegrasikan pembangunan swasta dengan desain jalan-jalan dan dengan bangunan-bangunan yang merupakan suatu ligkungan.
-
Memberikan tepi-tepi trotoar yang sesuai, pelindung pohon dan rangka-rangka
pembentuk
pohon
untuk
memastikan
kelangsungan hidup tanam-tanaman pada daerah pejalan kaki. -
Pengarahan
untuk
lansekap
jalan
umum/publik
yang
diperbolehkan dan yang ada dari departemen perencanaan. •
Pemilihan tanaman. Pilihlah jenis tanaman/tumbuh-tumbuhan untuk: -
penampilan dala setahun.
-
Pemeliharaan dan anggaran yang dibutuhkan.
41
•
-
Keselarasan dengan pemilik-pemilik site bersebelahan.
-
Lokasi.
Ukuran dan kwantitas tanaman. Menyediakan tanaman-tanaman dalam ukuran dan kwantitas yang cocok untuk: -
Mendapatkan tanaman-tanaman yang sehat.
-
Melengkapi
pengembangan
dan
streetscape
dari
waktu
penggunaan awal. Pada umumnya standart-standart berikut yang sering dipakai:
•
-
Tanaman yang sering berganti daun., diameter 75 mm.
-
Tanaman cemara dengan tinggi 1,8 m.
Pagar-pagar dan dinding. Desain pagar-pagar dan dinding penahan tanah konsisten dalam material dan kwalitas bangunan dengan bangunan berdekatan.
5) Rambu-rambu (signs) •
Integrasi. Desain, lokasi, ukuran dan proporsi untuk signs sebaiknya serasi
dengan
desain
bangunan
dan
penempatannya
tidak
mengganggu pejalan kaki atau arus kendaraan. (Lihat peraturanperaturan Pemda setempat). •
Karakter. Signs/rambu-rambu harus berkarakter konsisten dengan kesan lingkungan yang diinginkan.
•
Identifikasi bangunan.
42
-
Nama bangunan dan alamat jalan dipasang dengan jelas agar terlihat oleh pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor terutama pada ujung-ujung jalan.
-
Hindarkan pemasangan rambu-rambu/signs dengan banyak papan
nama
pemilik-penyewa.
Identifikasi
dengan
tiap
pemilik/penyewa pada bangunan. •
Rambu-rambu/signs yang berpencahayaan. Desain dan tempatkan rambu-rambu/signs
agar
penyinarannya
diarahkan
jauh
dari
tetangga-tetangga berdekatan. 6) Service •
Servce eksisting pada site. Pertimbangkan service yang sudah ada pada site dan utilitas dalam tahap perencanaan permulaan dan konsultasikan
dengan
departeman
dan
badan-badan
yang
berhubungan. •
Desain service site. Integrasikan desain service pada site dari daerah privat dan daerah publik dengan hati-hati.
(Lawrence Kavanagh & Charles Schwenger,Urban Desain Guidelines, The Design Division of The Planning Department, 1987).
•
Kevin Lynch,”Image of The City and The View From The Road” Ia meletakkan konsep bahwa elemen-elemen kota yang sudah ada harus diterima apa adanya dan mengganggap para desainer bertanggung jawab untuk menghubungkan element-element kota dengan cara yang baik.
43
•
Elemen-elemen urban desain: Ruang antara sekitar bangunan Dalam dunia arsitektur desain ruang dalam dan luar bangunan saling berhubungan, yaitu terciptanya suatu hubungan positif antara ruang luar
tersebut
dengan
bangunan
yang
ada
didekatnya
dan
menghubungkan ruang tersebut dengan pola kota yang lebih besar. Ruang diluar bangunan dapat dimanipulasi dengan cara yang sama dengan ruang dalam bangunan.
Bentuk positif dan negatif Penempatan suatu bangunan dalam lingkungan secara langsung akan membentuk suatu hubungan dengan ruang disekitarnya. Penambahan bangunan-bangunan lain akan menyebabkan hubungan ruang menjadi lebih kompleks. Contoh lingkungan kompleks: kota Roma. Kesan lingkungannya terlihat dengan jelas hubungan antara ruang negatif yang belum terisi dengan ruang positif yang sudah terisi. Konsep ini dapat diterapkan pada lingkungan yang belum terbangun. Konsep terebut merupakan alat bergunan dalam menjalin semua ruang (dalam dan luar atau positif dan negatif) dalam satu kesatuan. Hal ini memperlihatkan potensi arsitektur dalam bentuk ruang ataupun ruang luar.
44
II.3.4.
Contoh Penerapan Urban Desain Para pengembang sekarang lebih memahami nilai tata kota dan perananya dalam mendukung perkembangan kota besar. Mereka harus menyadari tanggung jawab mereka di dalam membentuk negaranya dan menyediakan kerangka pengatur untuk memungkinkan pengembangan kembali dan pengembangan yang bertanggung jawab. Tantangan yang utama di dalam mendesain suatu kota dengan menjaga keseimbangan kebutuhan dari suatu individu dan juga yang mencangkup lingkup masyarakat. Memberika fasilitas yang memudahkan dalam perencanaan dan merancang bangunan sehingga dapat menghubungkan dengan daerah nya , masyarakat, dan ligkungan sekitarnya. Dalam perencanaan kota ini memiliki sirkulasi yang mudah dicapai dan secara fisik dan visual terintegrasi terhadap lingkungan di sekitarnya.
Dengan penggabungan make conection dan
work
with
landscape,
untuk
memaksimalkan energi konservasi dan kepadatan.
45
Pembangunan yang fleksibel untuk merespon perubahan fungsi di masa depan.
Rem Koolhaas Cordoba Congress Center Spagna, Córdoba Program: Congress Center: 21,187m2, Hotel: 18,394m2, Comercio: 4,925m2, Promenade: 6,766m2, Parking: 9,766m2
desain congress center ini menanggapi dua bangunan yang penting yang berada di kota tersebut.
46
II.4. Studi Banding Jakarta Convention Center
Penampilan bangunan -
masif pada seluruh tampak, karena mementingkan fungsi
-
keindahannya hanya terlihat dari interiornya
Massa -
massa tunggal
-
Memiliki pelataran parker yang sangat luas, karena dapat memakai perkir timur sanayan
Denah -
perluasan bangunan Balai Sidang Senayan
-
Sirkulasi kegiatan utama sangat baik, di jembatani oleh mail lobby untuk 3500 orang.
-
Pola sirkulasi servis terlihat rumit karena sifat sirkulasi yang terbentuk sebagai akibat pengembangan bangunan tambahan.
-
Memiliki terowongan bawah tanah sebagai penghububg JCC dengan Hotel Sultan
47
Zoning Horizontal
Sirkulasi
Potongan -
pada bangian basement terlihat ruang meeting dengan kapasitas 900 orang serta beberapa ruang sidang kecil
-
kegiatan servis diletakkan pada lantai basement (dapur, gudang, kantor administrasi)
48
-
sedangkan untuk ruang mesin dan utilitas terdapat pada lantai mezzanine dan tepat diatasnya terdapat ruang eksebisi
Zoning Vertikal
Struktur -
Planery hall merupakan struktur cangkang.
-
Struktur bangunan baru tidak terlihat tapi kemungkinan menggunakan rangka baja
Sasana Budaya Ganesa
49
R. Meeting room
Eksebisi
Auditorium Besar
Ruang dan fasilitas yang terdapat di dalamnya • Auditorium besar, kapasitas 30004000 org. • Hall ( 7 ruang) • Eksebisi in & out door Bengkel pameran • R.kontrol • R.kegiatan mahasiswa • Restoran
• Penampilan struktur yang menopang auditorium dan ruang di bawah yang dipergunakan sebagai ruang eksibisi luar • bangunan Sabuga menggunakan struktur cangkang kubah.
50
Makuhari Messe Convention
Zoning Horizontal
Zoning Vertikal
Sirkulasi
• • • •
Entrance untuk servis dan publik sama begitu juga dengan exitnya Pedestrian mencapai bangunan melalui elevated deck Kegiatan servis di belakang Type set up untuk multiy purpose adalah arena type dan proscenium.
51
Nara Convention Center Ruang dan fasilitas • Auditorium, kapasitas 2000 org • Assembly • Meeting room • Eksebisi • R.kontrol • parkir
Zoning Horisontal •
Memperlihatkan 3 fungsi utama yaitu auditorium besar, auditorium sedang dan serbaguna Memiliki foyer besar yang berfungsi juga sebagai ruang eksebisi
•
Zoning Vertikal
Sirkulasi
• •
• • •
Perletakan sirkulasiservis terpisah Penggunaan type set up proscenium.
Struktur menggunakan precast dan rangka ruang Atap mengunakan dak Sekalanya yang giganticnya diredam dengan pola ruang luarnya yang dipadati pohon 52