BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. TINJAUAN UMUM II.1.1. Definisi Bangunan Beragam Fungsi, Mal, dan Apartemen Definisi Bangunan beragam fungsi
Bangunan beragam fungsi adalah sebuah bangunan dimana didalamnya terdapat lebih dari satu fungsi bangunan, misalnya kombinasi dari hunian, komersial, industrial, kantor, dan sebagainya. (http://wikipedia.org) Bangunan beragam fungsi adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat. (Dikembangkan dari Meyer, 1983)
Maka, definisi bangunan beragam fungsi adalah sebuah bangunan yang didalamnya terdapat lebih dari satu fungsi bangunan misalnya hunian, komersial, perkantoran, dan sebagainya, dimana semua kegunaan dan fasilitas tersebuut saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat.
Definisi Mal Suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki, berbentuk pedestrian dengan kombinasi plasa dan ruangruang interaksional. (Rubenstein, 1978) Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan
8
operasi berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe, toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko. (Shopping Center Development Handbook, Urban Land Institute) Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada diantara antar toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai. (www.id.wikipedia.org)
Mal adalah suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang atau jasa serta tempat rekreasi yang merupakan bangunan yang memiliki pergerakan linier sebagai jalur untuk jalan pengunjung diantara toko-toko yang saling berhadapan.
Definisi Apartemen Apartemen adalah suatu kompleks tempat tinggal berupa unit ruangan bertingkat bersifat mewah, sehingga biasanya untuk kalangan menengah ke atas atau warga negara asing yang bekerja sebagai expatriate. (Studi Tentang Trend dan Peluang Investasi Pendirian Apartemen dan Kondominium di DKI Jakarta, CIC Consulting Group, 1999) Apartemen adalah suatu kawasan bangunan yang memuat beberapa grup hunian yang berupa rumah flat atau rumah petak bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga terjangkau di perkotaan. (Panduan Perancangan Bangunan Komersil, Endy Marlina, 2007) Apartemen adalah satu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari struktur hunian yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga. Normalnya berfungsi sebagai perumahan sewa dan tidak dimiliki olehpenghuninya dan dikelola oleh pemilik atau pengelola properti. (Dictionary of Real Estate, Wiley, 1996)
9
Maka, definisi apartemen adalah sebuah bangunan terdiri dari unit-unit hunian yang disusun secara vertikal yang diwujudkan untuk mengatasi masalah keterbatasan penduduk dan keterbatasan lahan.
II.1.2 Sejarah Perkembangan Bangunan Beragam Fungsi, Mal, dan Apartemen Sejarah Perkembangan Bangunan Beragam Fungsi Bangunan beragam fungsi sudah mulai ada sejak sebelum jaman revolusi industry. Greek Agora dan Roman Baths merupakan contoh terkenal bangunan beragam fungsi jaman dahulu. Awal tahun 1800an, orang Paris membangun blok apartemen di atas suatu tempat hiburan yang kemudian menjadi contoh yang terkenal. Lantai dasar bangunan tersebut terdiri dari toko-toko, restoran, kafe, dan teater, kemudian di atasnya terdapat 4 – 5 lantai apartemen. Di Indonesia, proyek bangunan beragam fungsi mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Kawasan bangunan beragam fungsi yang pertama dibangun adalah Sudirman Central Bussiness District (SCBD) di Jalan Jendral Sudirman. Kemudian disusul dengan pembangunan kawasan bangunan beragam fungsi lainnya di Mega Kuningan. Dalam perkembangannya SCBD dan Mega Kuningan menjadi kawasan bangunan beragam fungsi yang elit di Jakarta.
10
Sejarah Perkembangan Mal Di Timur Tengah, Grand Bazaar Isfahan adalah suatu lokasi pusat perdagangan yang terdiri dari beberapa toko independent yang bernaung dibawah satu struktur, berdiri sejak abad ke 10. Di Eropa contohnya adalah The Burlington Arcade di London yang resmi dibuka tahun 1819. Konsep pembangunan mal ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1828 dengan dibangunnya The Arcade di daerah Providence, Rhode Island. Pembangunan pusat perbelanjaan atau mal pun akhirnya diikuti oleh kota-kota besar lainnya di berbagai mancanegara pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20.
Gambar 1. Grand Bazaar Isfahan
Gambar 2. The Burlington Arcade tahun
11
Gambar 3. The Burlington Arcade saat ini
Di Indonesia, khususnya di Jakarta yang merupakan pusat kota, pada era 1970an pusat perbelanjaan seperti Aldiron Plaza, pusat pertokoan senen dan pasar-pasar yang dikelola PD pasar jaya memanfaatkan seluruh lantai untuk penjualan, tanpa ada sesuatu yang lebih untuk dinikmati oleh pengunjung kecuali gang secukupnya.
Gambar 4. Aldiron Plaza
Pada pertengahan 1980an, ternyata muncul gagasan baru dengan arsitek asing yang mulai masuk bersama modal dari luar negeri. Istilah plaza mulai dipakai dan memperkenalkan konsep atrium yang menghasilkan suasana berbeda. Pada akhir 1980an dan awal 1990an mulai bermunculan mal dengan konsep atrium yang lebih besar yang memungkinkan pengunjung memperluas jangkauan pandangan ke seluruh lantai bangunan.
Sejarah Perkembangan Apartemen Awal sejarah apartemen di dunia dimulai di Roma, sebelum abad pertengahan. Di Roma terdapat The Insulae yang merupakan bangunan-
12
bangunan apartemen besar dimana masyarakat Roma kelas bawah dan kelas menengah tinggal. Lantai dasar bangunan apartemen tersebut digunakan untuk tabernas, pertokoan, dan kegiatan bisnis, sedangkan hunian di lantai atasnya. Bangunan-bangunan apartemen ini biasanya terdiri dari 6-7 lantai dan ada juga yang mencapai 9 lantai. Di Indonesia, khususnya Jakarta, kehadiran apartemen berawal pada tiga dasawarsa yang lalu. Sekitar tahun 1974 berdiri sebuah apartemen Ratu Plaza di jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan dengan jumlah unit hunian 54 unit. Ratu plaza adalah mixed use building antara hunian dan pusat perbelanjaan. Pada tahun 1980-an berdiri sebuah apartemen di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Taman Rasuna Said, yaitu apartemen Taman Rasuna. Apartemen ini banyak dihuni oleh kalangan expatriate, karena di kawasan kuningan banyak terdapat gedung perkantoran berskala internasional. Apartemen Taman Rasuna pun menjadi pelopor pembangunan apartemen lainnya di Jakarta.
II.1.3. Teori Pendukung Bangunan Beragam Fungsi, Mal, dan Apartemen Bangunan Beragam Fungsi Bangunan beragam fungsi merupakan salah satu upaya pendekatan perancangan yang menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi dalam suatu kota.
13
Upaya tersebut dimaksudkan untuk lebih efektif dan efisien dalam menggunakan lahan serta pelayanan kebutuhan yang lebih mudah. Berdasarkan latar belakang ini, dapat dirumuskan ciri dari bangunan beragam fungsi adalah: - Mewadahi lebih dari satu fungsi urban. - Terjadi integrasi dan sinergi fungsional. - Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut. Mal (Pusat Perbelanjaan) Berdasarkan skala pelayanan, mal atau pusat perbelanjaan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: - Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center) Jangkauan pelayanan: 5.000 – 40.000 penduduk (skala lingkungan) Luas bangunan: 2.787 – 9.290 m2 Unit penjualan terbesar : supermarket. - Pusat perbelanjaan distrik (community center) Jangkauan pelayanan: 40.000 – 150.000 penduduk (skala wilayah)
14
Luas bangunan: 9.290 – 27.870 m2 Unit penjualan: junior departemen store, supermarket dan pertokoan. - Pusat perbelanjaan regional (main center) Jangkauan pelayanan: 150.000 – 400.000 penduduk Luas bangunan: 27.870 – 92.990 m2 Unit penjualan: 1-4 buah departemen store, 50-100 retail. Bentuk serta pola mal merupakan unsur yang menunjang keberhasilan suatu mal. Menurut Maithland (1987) terdapat 3 bentuk umum mal dengan keuntungan dan kerugian tersendiri, yaitu: - Mal terbuka (open mall), adalah mal tanpa pelingkup. Keuntungan: Terkesan lebih luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah. Kerugian: Kendala climatic control, yang berpengaruh terhadap kenyamanan, dan kesan pewadahan yang kurang. - Mal tertutup (enclosed mall), adalah mal dengan pelingkup. Keuntungan: Kenyamanan climatic control. Kerugian: Biaya mahal dan terkesan kurang luas.
15
- Mal terpadu (integrated mall), adalah penggabungan mal terbuka dan tertutup. Mal ini merupakan bentuk antisipasi terhadap keborosan energy untuk climatic control serta mahalnya pembuatan dan perawatan mal tertutup. Pola mal umumnya berprinsip linier. Tatanan mal yang banyak dijumpai saat ini adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar koridor standar antara 8-16 m. Pada proyek mal kali ini akan menggunakan system mal tertutup, karena tapak berada di sekitar jalan raya yang tingkat kebisingan tinggi dan polusi pun tinggi sehingga dengan mal tertutup pengunjung akan merasa nyaman tanpa gangguan polusi suara dan udara.
Apartemen Penataan ruang-ruang hunian pada apartemen dapat dirancang dengan berbagai pertimbangan, terutama yang terkait dengan dimensi dan potensi site. Penataan ruang-ruang tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu: - Center Corridor Plan
Gambar 5. Center corridor plan
16
Koridor diapit oleh hunian yang terdapat pada kedua sisinya. Tipe seperti
ini
dimungkinkan
untuk
lokasi
dengan
bentukan
memanjang, dan view dikedua sisi bangunan yang baik. - Open Corridor Plan
Gambar 6. Open corridor plan
Koridor hanya ada di satu sisi dan melayani satu deret hunian. Penataan tipe ini dimungkinkan untuk bentuk site yang memanjang tetapi sempit, atau karena view yang baik hanya berada di salah satu sisi bangunan. Keuntungan tipe ini adalah memungkinkannya terjadi cross ventilation. - Tower Plan
Gambar 7. Tower plan
17
Denah terdiri dari satu core pusat dengan unit-unit hunian mengelilinginya. Tipe ini biasanya dipakai untuk apartemen yang dibangun di lokasi yang sempit dengan bentuk bangunan tinggi. - Cross Plan
Gambar 8. Cross plan
Tipe
ini
memiliki
empat
sayap
utama
yang
merupakan
perkembangan keluar dari satu core. Biasanya tipe ini dibangun di area pusat kota dengan luasan site cukup luas dan memiliki view ke segala arah yang baik.
Pada proyek kali ini apartemen akan menggunakan system Center Corridor Plan. Mengingat luas lahan yang tidak terlalu luas, sehingga dengan system ini penggunaan lahan dapat maksimal dan jumlah unit pun mencukupi.
18
II.2. TINJAUAN KHUSUS II.2.1. Tinjauan Tapak Data Tapak
TAPAK
Gambar 9. Lokasi tapak
Lokasi
: Jl. Letjen. S. Parman Kav 17-18, Jakarta Barat
Ukuran Lahan
: 6500 m2
KDB
: 60 %
KLB
:4
GSB
:15 m dari Jl. Letjen S. Parman, 8 m dari Jl. Anggrek Nelimurni
Ketinggian Maksimum : 24 lantai
19
Tapak berada di daerah Jakarta Barat, kecamatan Pal Merah, dan kelurahan Slipi. Kelurahan Slipi sendiri memiliki luas wilayah sekitar 0,97 km2, dengan jumlah penduduk sekitar 18.235 jiwa. Keadaan iklim di Slipi, Jakarta Barat relatif panas. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, curah hujan selama tahun 2006 berkapasitas 813,9 mm, dengan jumlah hari hujan pada tahun yang sama adalah 61 hari, sehingga ratarata curah hujan harian 2,2 m/hari. Lokasi tapak berada di sudut, yang berbatasan dengan jalan Letjen S. Parman, jalan Anggrek Nelimurni serta perumahan warga kelas menengah ke bawah.
II.2.2. Peraturan Bangunan Peraturan dan ketentuan bangunan gedung yang lebih rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 7 Tahun 1991 tentang Bangunan Dalam Wilayah Khusus Ibukota Jakarta, akan dilampirkan dalam tulisan ini.
20
II.2.3. Arsitektur Nusantara Definisi Arsitektur Nusantara Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. (www.id.wikipedia.org) Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno, terdiri dari kata ‘nusa’ yang berarti pulau dan ‘antara’ yang berarti lain. Dalam konsep kenegaraan Jawa, istilah nusantara berarti di luar pengaruh budaya Jawa. Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi daerah kepulauan Asia Tenggara atau wilayah Austronesia. Disisi lain, istilah geografis nusantara saat ini sering diartikan sebagai Indonesia, yang merupakan negara kepulauan. (Sejarah Perkembangan Arsitektur Nusantara, http://e-course.usu.ac.id)
Jadi arsitektur nusantara dapat diartikan sebagai seni dan ilmu merancang bangunan yang mengacu pada potensi-potensi tradisi dan kebudayaan serta kondisi iklim Indonesia sebagai suatu negara kepulauan.
Letak Geografis dan Iklim Indonesia
Gambar 10. Peta Indonesia
21
Secara geografis, nusantara beriklim tropis sesuai dengan letaknya yang melintang di sepanjang garis khatulistiwa. Dataran Indonesia memiliki luasan sekitar 1.902.000 km2, terletak antara 6o garis lintang utara dan 11o garis lintang selatan serta 95o dan 140o garis bujur timur. Dataran ini terbagi menjadi 4 satuan geografis, yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi), kepulauan Sunda Kecil (Lombok, Sumba, Sumbawa, Komodo, Flores, Alor, Sayu, dan Lembata), kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram, dan Ambon), dan Irian Jaya beserta kepulauan Aru. Indonesia termasuk dalam Negara beriklim tropis lembab dengan ciriciri sebagai berikut: - Suhu udara rata-rata cukup tinggi (18-35oC) - Variasi iklim kecil, perbedaan suhu maksimum dan minimum kecil - Radiasi matahari cukup tinggi, langit cenderung berawan - Kelembaban Tinggi (di atas 60%) - Kecepatan angin relatif rendah, sebagai contoh kecepatan angin di Jakarta dalam satu hari berkisar antara 1 m/s – 4 m/s. - Curah hujan tinggi (1500-5000 mm/thn) - Habitat yang baik untuk perkembangbiakan flora dan fauna (banyak serangga)
22
Negara beriklim tropis lembab memiliki beberapa masalah yang umumnya terjadi pada bangunan antara lain: - Panas yang tidak menyenangkan dan hujan yang cukup lebat. - Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat. - Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan disekitar lautan perlu perlindungan terhadap angin keras. Dari masalah-masalah di atas, maka hal-hal yang perlu diperhatikan pada bangunan di Negara beriklim tropis lembab adalah: - Bangunan sebaiknya terbuka, dengan jarak yang cukup antara masingmasing bangunan untuk menjamin sirkulasi udara yang baik. - Orientasi utara-selatan, untuk mencegah pemanasan fasad yang lebih lebar. - Ruang sekitar bangunan diberi peneduh, tanpa mengganggu sirkulasi udara. - Persiapan penyaluran air hujan dari atap dan halaman. - Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah. - Teritisan yang lebar pada bangunan guna melindungi penghuni bangunan dari hujan yang berlangsung sepanjang tahun dan juga dari terik matahari yang menyengat. Iklim secara tidak langsung dapat membentuk kebiasaan hidup masyarakatnya. Dalam iklim tropis, manusia akan merasa nyaman, baik ketika
23
berada di luar maupun di dalam bangunan. Berbeda dengan negara-negara beriklim
dingin.
Sehingga
masyarakat
Indonesia
senang
menikmati
berbincang dengan rekan-rekannya di luar bangunan. Pengaruh iklim tersebut akan mempengaruhi parancangan ruang dalam dan ruang luar bangunan. Sebagai contoh, pada rumah tradisional Indonesia umumnya memiliki serambi depan yang terbuka, hal ini menjawab perilaku masyarakat Indonesia akan kesenangannya dengan ruang terbuka.
Keragaman Arsitektur Tradisional Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 18.018 buah pulau tersebar di sekitar
khatulistiwa. Diantara puluhan ribu pulau
tersebut terdapat 5 pulau besar, yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat, dimana sekitar 65% populasi Indonesia hidup di pulau ini. Banyaknya jumlah pulau Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki keberagaman etnis, dimana masing-masing etnis memiliki keunikan adat istiadat dan kebudayaan yang direfleksikan dalam keunikan arsitektur lokal. Keberagaman arsitektur lokal merupakan kekayaan yang tiada tara bagi Indonesia.
24
Setiap propinsi memiliki ciri khas tersendiri dari rumah adatnya. Ciri tersebut tercermin dalam pola perkampungan, rumah dan tatanan ruang, serta teknologi bangunan (sistem sturktur dan bahan bangunan). a. Pola perkampungan Tipikal
perkampungan
di
Indonesia
pada
dasarnya
menggambarkan respon terhadap kondisi alam, tatanan sosial, system bercocok tanam, dan kosmologi masyarakat yang mendiaminya. Di Indonesia terdapat dua tipe tatanan permukiman dan rumah dari perkampungan tradisional Indonesia, yaitu linear dan konsentris. Kampung-kampung dengan tatanan linear umumnya terdapat di pesisir pantai Indonesia dan juga di pedalaman Sumatera, Nias, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan beberapa wilayah di Jawa. Di Sumatera contohnya adalah pola perkampungan masyarakat Batak yang berjejer lurus menghadap jalan desa, di Jawa contohnya adalah pola perkampungan masyarakat Betawi yang rumah-rumahnya berjejer menghadap sungai. Di Nias, bangunan-bangunan pada kampungnya berjejer lurus saling berhadapan, dimana diantara barisan bangunan tersebut terdapat ruang bersama untuk berkumpul, kegiatan ritual keagamaan atau acara kesenian. Kampung dengan pola linear menggambarkan demokrasi dari distribusi kekuasaan dengan strata sosial lebih sederhana.
25
Perkampungan dengan pola kosentris terdapat di Flores, Sumba dan Jawa Tengah. Tatanan perkampungan seperti ini memiliki bagian tengah yang dianggap sacral dan penting, misalnya ruang terbuka tempat berkumpul, batu megalith, tugu atau kuburan para nenek moyang. Orientasi dari barisan rumah menghadap ke titik tersebut yang terdiri dari beberapa layer berdasarkan hirarki atau status sosial masyarakat.
Kampung
dengan
pola
kosentris
menyimbolkan
penerapan sistem pemerintahan pada kekuatan tunggal yang memusat. Terdapat strata sosial agak kompleks dengan kekuatan terpusat pada satu orang, grup atau kelompok. b. Rumah dan tatanan ruang Konsep tatanan ruang rumah tradisonal Indonesia di bagi menjadi tatanan horizontal dan vertikal. Untuk tatanan horizontal, rumah tradisional Indonesian umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan (publik), tengah (private), dan belakang (servis). Bagian depan yang merupakan bagian publik umumnya diwadahi oleh serambi depan, bagian tengah terdapat kamar-kamar, dan bagian belakang terdapat dapur.
26
Gambar 11. Denah rumah Betawi
Gambar 13. Denah rumah Lampung
Gambar 12. Denah rumah Aceh
Gambar 14. Denah rumah Sulawesi
Secara vertikal, pembagian ruang terdiri dari bagian atas, tengah, bawah. Ruang atas merupakan ruang paling sakral dan private yang biasa digunakan untuk menyimpan benda-benda berharga dan keramat, bagian tengah merupakan bagian untuk kehidupan manusia, dan bagian bawah untuk binatang ternak atau gudang. Dari segi bentuk dan morfologi ruang, umumnya rumah tradisional Indonesia umumnya berbentuk persegi panjang dan bujur
27
sangkar, seperti rumah di Aceh, Melayu, Batak, Nias Selatan, Mentawai, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Sumba. Namun ada juga yang menggunakan bentuk lingkaran dan elips, seperti rumah di Nias Utara, Lombok, dan Papua. Bentuk dan organisasi ruang bergantung pada kebiasaan dan adat istiadat setempat. Beberapa rumah tradisional Indonesia merupakan tipe rumah komunal artinya terdapat beberapa generasi yang berbeda, tinggal dalam satu rumah besar seperti rumah Batak Toba, Karo, Minangkabau, Mentawai, Kalimantan, Lio, Sumba. c. Teknologi bangunan Salah satu ciri arsitektur tradisional Indonesia adalah menggunakan bahan yang alami dan teknik konstruksi yang sederhana dengan penyusunan tiang dan balok atau biasa disebut dengan struktur rangka. Rumah tradisionalnya umumnya berbentuk panggung, dengan jarak dari tanah ke lantai bangunan bervariasi, sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah. Rumah-rumah tradisional Indonesia dibangun oleh masyarakat setempat dengan kemampuan akan konstruksi dan bahan yang dipelajari secara turun temurun dan didapat dari lokasi setempat. Hasil karya ‘rakyat’ ini merefleksikan sebuah masyarakat yang akrab dengan alamnya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.
28
Bentuk, proporsi, dan dekorasinya merupakan simbol-simbol yang berarti. Mereka tidak meletakkan tujuan untuk suatu keindahan tetapi menciptakan ruang dengan prinsip-prinsip kehidupan menghadirkan bentuk struktur yang telah teruji oleh alam. Bahan bangunan yang digunakan pada rumah tradisional Indonesia umumnya menggunakan bahan lokal seperti bambu, kayu, alang-alang untuk atap, nipa, anyaman rotan, dll.
Ciri Arsitektur Nusantara Berdasarkan Pengaruh Iklim dan Arsitektur Tradisional Indonesia Dari keberagaman tipe arsitektur tradisional Indonesia, jika ditelusuri terdapat beberapa persamaan yang dapat dijadikan ciri dari arsitektur Indonesia, antara lain: - Sebagian besar rumah tradisional Indonesia menggunakan sistem rumah panggung, sebagai adaptasi terhadap iklim dan geografis.
Iklim dan geografi
- Beranda atau teras yang terdapat pada mayoritas rumah tradisional Indonesia merupakan ruang perantara antara ruang dalam dan ruang luar, cocok untuk diterapkan di Indonesia yang beriklim tropis lembab dan juga pas untuk mewadahi perilaku masyarakatnya yang senang berkumpul dan bercengkrama.
Gambar 15. Rumah berbentuk panggung
29
- Tatanan massa bangunan di perkampungan Indonesia mayoritas menggunakan pola linear, yang kini mulai dikombinasikan dengan pola lainnya.
Pola perkampungan
Gambar 16. Pola perkampungan linear
- Mayoritas rumah tradisional Indonesia, terutama di daerah Jawa, tatanan ruang horizontal pada rumah terbagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian kepala (publik), bagian badan (privat) dan bagian kaki (servis). Servis (kaki)
Tatanan ruang Private (badan)
Publik (kepala)
Gambar 17. Tatanan ruang rumah tradisional Indonesia
Material
- Material yang digunakan pada rumah tradisional Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu dan bambu.
Kesimpulan Mengenai Arsitektur Nusantara Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia serta terpisah-pisahnya rakyat Indonesia dalam beribu-ribu kepulauan, disatukan dalam satu kesamaan, yaitu iklim iklim tropis yang cenderung panas dan lembab. Iklim tropis akan berpengaruh pada perilaku masyarakat dan bentuk bangunannya,
30
dimana dari sekian banyak rumah tradisional Indonesia, semuanya menanggapi iklim tropis lembab Indonesia. Arsitektur nusantara dapat disimpulkan sebagai arsitektur yang tanggap akan iklim tropis lembab nusantara, dan budaya masyarakatnya, sehingga dengan memadukan lokalitas bangsa Indonesia dan arsitektur masa kini, akan muncul suatu konsep arsitektur yang beridentitaskan Indonesia.
II.3. STUDI BANDING Poins Square Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Foto 1. Poins Square, Lebak Bulus
Lokasi
: Jl. R.A. Kartini no.1 Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Konsep bangunan
: Mixed-use complex bulding, apartemen dan pusat perbelanjaan.
31
: Pusat perbelanjaan Æ 6 lantai
Jumlah lantai
Apartemen Æ 15 lantai Penzoningan lantai pada pusat perbelanjaan Poins Square adalah: - Lantai LG
Æ untuk supermarket, apotik, furniture, fashion dan
accessories. - Lantai UG dan lantai 1Æ fashion dan restoran - Lantai 2 Æ Elektronik (komputer dan aksesorisnya) - Lantai 3 Æ Electronic Solution - Lantai 3a Æ food court - Lantai 5 Æ karaoke Apartemen Poins Square memiliki dua tower, dimana setiap tower memiliki sebuah lobi. Lobi dapat diakses dari luar gedung dan juga dari dalam mal. Tidak sembarang orang dapat masuk, karena untuk masuk ke dalam lobi harus memakai kartu khusus. Dari basement 1-3 juga terdapat pintu masuk apartemen yang diakses menggunakan kartu khusus.
32
Gambar 18. Pintu masuk lobi apartemen dari tempat parkir
Gambar 19. Denah unit ruangan apartemen tower 1 dan 2
33
Apartemen Poin Square memiliki 3 tipe kamar, yaitu: - Tipe 1 bedroom (60 m2), jumlah unit 23 unit (7 %) - Tipe 2 bedrooms (81 m2), jumlah unit 114 unit (34 %) - Tipe 3 bedrooms (123 m2), jumlah unit 195 unit (59 %)
Private
Servis
Semi Publik
Gambar 20. Denah ruang hunian 2 bedrooms
Private Servis Semi Publik
Gambar 21. Denah ruang hunian 3 bedrooms
34
Jumlah unit hunian per lantainya adalah sekitar 14 unit hunian. Hal ini menandakan bahwa apartemen Poins Square merupakan apartemen kelas menengah. Fasilitas yang terdapat di apartemen Poins Square antara lain fully furnished, swimming pool, children playground, fitness center, laundry, sauna, jogging track, dan keamanan 24 jam dengan fasilitas CCTV. Fasilitas parkir Poins Square ada parkir luar dan ada parkir basement. Parkir luar terdiri dari 150 mobil. Parkir basement ada 3 lantai, basement 1 dan 2 khusus mal dengan jumlah sekitar 500 parkir mobil, walaupun ada sekitar 7 parkir mobil untuk apartemen yang terletak di depan pintu masuk apartemen dari basement, basement 3 khusus penghuni apartemen ada 275 mobil.
Royal Mediterania Garden Residence, Jakarta Barat Lokasi
: Jl. Letjen S. Parman Kav 28, Jakarta Barat
Jumlah tower
: 2 tower (Lavender dan Marigold)
Jumlah lantai
: 35 lantai
Developer
: PT. Tiara Metropolitan Jaya
Gambar 22. Royal mediterania Garden
35
Gambar 23. Atas: Tower Lavender, Bawah: Tower Marigold
Pada apartemen Royal Mediterania Garden, dalam satu lantai tiap towernya terdapat sekitar 16 kamar. Hal ini menunjukkan bahwa target market apartemen ini adalah masyarakat menengah.
Tipe unit pada Royal Mediterania Garden Residence, antara lain: - Tipe 1 bedroom (33 m2), jumlah unit 54 unit (13 %)
36
Private
Semi Publik
Servis Gambar 24. Denah 1 bedroom
Pada tipe satu kamar ini, dari pintu masuk utama langsung bertemu dengan area servis, yaitu dapur, kemudian baru menuju area semi public, yaitu ruang tamu. Area servis tidak diletakkan di belakang dengan pertimbangan bagian belakang mendapat view yang baik ke luar, sehingga area private lebih baik ditempatkan di belakang, karena area private lebih membutuhkan view dibandingkan area servis. - Tipe 2 bedrooms (56 m2), jumlah unit 234 unit (60 %)
Private
Semi Publik Servis
Gambar 25. Denah 2 bedrooms
37
Sama seperti tipe satu kamar, pada tipe dua kamar ini juga area servis diletakkan di bagian depan, tetapi lebih tersembunyi daripada tipe satu kamar. Pada tipe ini pintu masuk unit langsung menuju ke area semipublic. - Tipe 3 bedrooms (100 m2), jumlah unit 108 unit (27 %)
Servis
Private
Semi Publik
Private
Gambar 26. Denah 3 bedrooms
Pada tipe tiga kamar ini, unit huniannya lebih private, karena memiliki akses lift tersendiri. Pintu masuknya pun terbagi menjadi dua, yaitu pintu masuk utama yang langsung menuju area semipublic, dan pintu masuk samping yang lebih ditujukan untuk servis, karena langsung menuju area servis.
38
Fasilitas yang terdapat di Royal Mediterania Garden Residence antara lain kolam renang, indoor squash, ATM, fitness center, mini market, café dan restoran, laundry, beauty salon, keamanan 24 jam dan CCTV, finger print ID.
Apartemen Thamrin tower Alamanda
Gambar 27. Apartemen Thamrin
Lokasi
: Jalan Kebon Kacang, Waduk Melati, Jakarta Pusat
Luas lahan
: 2,37 ha
Developer
: Agung Podomoro Group
Jumlah lantai : 28 lantai Jumlah unit
: 336 unit
39
Gambar 28. Site Plan Apartemen Thamrin
Gambar 29. Denah tipikal lantai tower Alamanda
Pada Apartemen Thamrin tower Alamanda, dalam satu lantainya terdapat sekitar 12 unit. Banyaknya jumlah unit per lantainya yang hanya belasan unit menunjukkan bahwa target market dari apartemen ini adalah masyarakat menengah ke atas.
40
Tipe unit
: - 1 bedrooms
Gambar 30. Denah 1 kamar
Pengaturan ruangan dalam unit satu kamar ini cukup efektif dan efisien. Tidak banyak ruang terbuang, serta jalur sirkulasinya pun efektif. Kekurangan dari unit ini adalah cahaya dan view dari luar hanya dinikmati oleh ruang kamar saja, sedangkan ruang keluarga dan makan tidak mendapat cahaya dan view. - 2 bedrooms
Gambar 31. Denah 2 kamar
41
Pengaturan ruangan dalam unit dua kamar ini juga cukup efektif dan efisien, sehingga tidak banyak ruang terbuang yang tidak dimanfaaatkan. Pada unit ini baik kamar maupun ruang keluarga dan ruang makan mendapat cahaya dan view dari luar. - 3 bedrooms
Gambar 32. Denah 2 kamar
Pengaturan ruangan dalam unit tiga kamar ini juga cukup efektif dan efisien, sehingga tidak banyak ruang terbuang yang tidak dimanfaaatkan. Pada unit ini baik kamar maupun ruang keluarga dan ruang makan mendapat cahaya dan view dari luar, karena letak tiga kar berada di sudut sehingga ada dua sisi yang mendapat pandangan ke luar. Fasilitas yang tersedia di Apartemen Thamrin antara lain, fitness center, kolam renang, jogging track, sports club, water garden, beauty
42
salon,children playground, child care, barbeque area, mini market, restoran dan café, sauna dan spa, serta keamanan 24 jam.
Apartemen Centro City
Gambar 33. Apartemen Centro City
Lokasi
: Jl. Macan Kav. 4-5 Duri Kepa Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Luas lahan
: 5200 m2
Jumlah unit
: 348 unit
Tipe unit
: - Studio (27 m2) Æ 192 unit (55 %) - 1 bedrooms (34,25 m2) Æ 72 unit (21%) - 2 bedrooms (52,8 m2) Æ 84 unit (24 %)
43
Gambar 34. Site plan Apartemen Centro City
Dilihat dari siteplan, dalam satu lantai terdapak banyak jumlah kamar, yaitu lebih dari belasan kamar, sehingga dapat disimpulkan bahwa apartemen ini merupakan apartemen untuk kelas menengah ke bawah.
Gambar 35. Denah unit studio dan 1 kamar
Unit studio dan satu kamar dirancang sefektif dan seefisien mungkin karena apartemen ini ditargetkan untuk kelas menengah ke bawah.
44
Gambar 36. Denah unit 2 kamar
Unit dua kamar juga dirancang sefektif dan seefisien mungkin karena apartemen ini ditargetkan untuk kelas menengah ke bawah. Fasilitas yang tersedia di Apartemen Centro City antara lain kolam renang, jogging track, keamanan 24 jam.
Apartemen Margonda
Gambar 37. Apartemen Margonda
45
Lokasi
: Jl. Margonda Raya Depok, Jakarta Selatan.
Jumlah unit
: 678 unit
Tipe unit
: - studio Æ 450 unit (66 %) - 1 bedrooms Æ 202 unit (30 %) - 2 bedrooms Æ 26 unit (4 %)
Gambar 38. Denah unit studio apartemen Margonda
Denah tipe studio dengan luas 20 m2 sangat efektif dan efisien, ruangan tidak bersekat-sekat kecuali kamar mandi sehingga tidak terkesan sempit. Fasilitas yang tersedia di Apartemen Margonda antara lain, fitness center, kolam renang, jogging track, kantin.
46
Mal Ciputra, Jakarta
Gambar 39. Mal Ciputra Jakarta
Lokasi
: Jl. Letjen S. Parman, Jakarta Barat
Luas lahan
: ± 5 ha
Luas mal
: ± 80.000 m2
Jumlah lantai mal: 9 lantai Konsep mal
: Mixed-use complex, penggabungan antara mal dan hotel.
Void di dalam mal, sehingga memungkinkan para pengunjung mal memperluas pandangan ke seluruh lantai mal.
Gambar 34. Denah tipikal Mal Ciputra
47
Dari segi desain, Mal Ciputra tidak melupakan faktor penting, yaitu kemudahan dan kenyamanan pengunjung. Untuk kemudahan pengunjung, dibuat koridor utama dengan sistem ramp sepanjang interior bangunan sebagai sirkulasi horizontal. Untuk kenyamanan pengunjung, dibuat rungruang publik dengan ukuran besar antara lain atrium dan centercourt tempat berbagai acara seperti pameran. Mal ini menerapkan konsep single-corridor. Penyusunan retail tenant berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang-barang bermerek dari mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal. Anchor tenant diletakkan di ujung-ujung mal untuk menarik pengunjung agar mengelilingi semua sudut mal. Sedangkan untuk retailretail kecil disusun bercampur agar secara psikologis pengunjung tidal cepat merasa bosan dan lelah.
48