7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Fungsi perencanaan,
dari
Manajemen
Keuangan
mencakup
peran
mendapatkan dan memanfaatkan dana dari berbagai
sumber yang menguntungkan dimana manajemen keuangan merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola keputusankeputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan. Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajemen keuangan. Tugas pokok dari manajer keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan. Dengan demikian Manajemen Keuangan sangat berperan dalam menjalankan perusahaan, dalam hal ini manajer keuangan harus mampu beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan disekitarnya, seperti peningkatan kebutuhan dana perusahaan, peningkatan jumlah investasi dalam asset perusahaan dan sebagainya yang menyangkut masalah financial
perusahaan,
serta
manajer
keuangan
harus
mampu
mengelolanya secara ekonomis dan bijaksana. Pengertian Manajemen Keuangan menurut J. Fred Weston dan Thomas Copeland ( 1997:Tj.21) adalah Manajemen Keuangan segala
8
sesuatu yang mencakup keputusan investasi pembiayaan dan deviden suatu perusahaan.Pengertian Manajemen Keuangan menurut Keown Arthur J,. (1996:Tj.2) adalah Bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan. Berikut ini definisi Manajemen Keuangan menurut Bambang Riyanto ( 1995:6) adalah “Keseluruhan aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang menguntungkan. Beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefesien mungkin”Menurut Weston dan Brigham ( 1997, Tj:5) “Manajemen Keuangan adalah kegiatankegiatan merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan”.sedangkan menurut D. Agus Harjito (2005:4) “ segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagiamana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh” Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa pada prinsipnya Manajemen Keuangan menyangkut perangkat fungsi perusahaan yang sangat penting dan berkaitan dengan pencarian dan penggunaan dana secara maksimal untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
9
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi Manajemen Keuangan menurut Bambang Riyanto (1995:6) adalah :“Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi dan fungsi memperolehnya manajer keuangan harus mengambil keputusan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan”. Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005:4) adalah “ ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusana pengeleolaan aset “. Pada hakikatnya masalah manajemen keuangan adalah menyangkut masalah keseimbangan finansial di dalam perusahaan. Dengan
demikian
manajemen
keuangan
berarti
mengadakan
keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang dibutuhkan, beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaikbaiknya. Pemilihan susunan kualitatif dan aktiva akan menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur finansial dan struktur modal perusahaan. Sebagian besar keberhasilan perusahaan diukur didasarkan tingkat keberhasilan finansial yang dicapainya. Untuk mencapai tingkat keberhasilan finansial tersebut harus diperoleh informasi yang tepat dan dapat dipercaya guna pencatatan yang cermat atas transaksi finansial
10
yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi tersebut adalah transaksi yang mempengaruhi harta, hutang, modal, pendapatan dan biaya-biaya yang kemudian diklasifikasikan, diikhtisarkan dan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan. Oleh karena itu, peranan manajer keuangan dalam operasi perusahaan menjadi sangat penting dan berarti. Sedangkan menurut Weston dan Coopeland (1995,Tj.:6) fungsi dari manajer keuangan adalah : ”Fungsi manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai organisasi”. Definisi di atas, fungsi pertama dari manajer keuangan adalah menganalisa dan merencanakan pembelanjaan perusahaan. Fungsi ini merupakan suatu usaha menyangkut bagaimana manajer harus mengorganisir
untuk
mendapatkan dana
dan berkaitan dengan
transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat digunakan untuk memonitor keadaan keuangan. Fungsi kedua adalah manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan pembayaran, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Fungsi ketiga manajer keuangan adalah manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain dalam perusahaan agar perusahaan dapat berjalan seefisien mungkin. Dilihat dari fungsi-fungsinya, seorang manajer keuangan harus bertanggung jawab terhadap perusahaan dan harus melihat lebih jauh serta merencanakan sebelumnya tindakan-tindakan yang akan diambil
11
untuk memenuhi kebutuhan dana dan keputusaan investasi dalam menjalankan operasi perusahaan. 2.2 Pengertian Kapasitas Kapasitas adalah hasil produksi atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan atau diproduksi oleh sebuah fasiltias dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian biaya tetap. Kapasitas juga menentukan apakah permintaan dapat terpenuhi atau apakah kapasitas yang ada dapat berlebih. Jika fasilitas terlalu besar maka, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada atau pelanggan. Jika fasilitas terlalu kecil maka pelanggan dan bahkan pasar keseluruhan akan hilang.Oleh karena itu penetapan ukuran fasilitas dengan tujuan mencapai tingkat utilitas yang tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi sangat diperlukan. Perencanaan kapasitas dapat dilihat dalam tiga horizon waktu sebagai berikut : 1) Perencanaan kapasitas jangka panjang (lebih dari 1 tahun) merupakan fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memiliki lead time panjang. 2) Perencanaan kapasitas jangka menengah (3 hingga 18 bulan ) dapat ditambahkan peralatan,karyawan, dan jumlah shift, dapat dilakukan subkontrak, dan dapat juga menggunakan persediaan. 3) Perencanaan kapasitas jangka pendek merupakan (biasanya hingga 3 bulan dimana perhatian utama terletak pada penjadwalan tugas dan karyawan,
12
dan pengalokasian mesin. Adalah sulit untuk mengubah kapasitas jangka pendek sehingga biasanya digunakan kapasitas yang sudah ada. 2.3 Pengertian Kapasitas Desain dan Kapasitas Efektif 2.3.1 Pengertian Kapasitas Desain Kapasitas Desain adalah output maksimum sistem secara teoritis dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas desain biasanya dinyatakan dalam suatu tingkatan tertentu. Bagi banyak perusahaan kapasitas dapat dilakukan secara langsung. Kapasitas adalah jumlah maksimum unit yang diproduksi dalam periode waktu tertentu. Sebagian besar organisasi mengoperasikan fasilitasnya pada tingkat yang lebih rendah drai kapasitas desain. Mereka melakukannya karena merek menyadari bahwa merek dapat beroperasi secara lebi efisien
bila
sumber
daya
tidak
digunakan
hingga
batas
maksimum.Bahkan mereka berharap untuk beroperasi pada sekitar 82% dari kapasitas desain yang disebut dengan kapasitas efektif. 2.3.2 Pengertian Kapasitas Efektif Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diharapkan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang. Kapasitas efektif seringkali lebih rendah daripada kapasitas desain karena fasilitas yang ada mungkin telah didesain untuk revisi produk sebelumnya atau bauran produk yang berbeda daripada yang sekarang sedang diproduksi.
13
Dua ukuran kinerja sistem biasanya bermanfaat yaitu utilisasi dan efisiensi.
Utilisasi
adalah
persentase
kapasitas
desain
yang
sesungguhnya telah dicapai. Efisiensi adalah persentasi kapasitas yang sesungguhnya. Bagaimana fasilitas digunakan dan dikelola akan menentukan
sulit
tidaknya
mencapai
100%
efisiensi.
Kunci
peningkatan efisiensi sering terdapat dalam perbaikan permasalahan kualitas dan dalam penjadwalan, pelatihan, dan pemeliharaan yang efektif. Sehingga utilitas dan efisiensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2.4 Pengertian dan Latar Belakang Jumlah Nilai Asuransi Minimal (Retensi) Titik sentral efektifitas asuransi jiwa adalah kebijakan dalam menentukan bsesarnya retensi. Kebijkan retensi ini dapat diberlakukan setaip tahun melalui sarana adendum guna mengendalikan cash flow serta menyesuaikan retensi dengan pengalaman klaim dalam periode yang baru berlalu. Retensi berasal dari kata “to rent” yang artinya : menahan, memikul atau menanggung sendiri. Dari sudut pandang obyek reasuransi jiwa retesi mempunyai dua pengertian.
14
Jika obyek reasuransi adalah atas dasar risiko maka retensi diartikan sebagai batas risiko yang ditahan sendiri oleh reasuradur;jika obyek reasuransinya adalah atas dasar polis aslinya, maka retensi diartikan sebagai batas uang pertangungan yang ditahan sendiri oleh reasuradur. Pada dasarnya filosofi yang melatarbelakangi dibentuknya retensi adalah Law of Large number. Law of large number merupakan salah satu prinsip dasar dibentuknya asuransi. Karena “Law of Large number “ memprediksi kerugian bukanlah dari obyek risiko perorangan melainkan dari sekelompok obyek risiko, maka semakin banyak obyek risiko yang menjadi elemen dalam kelompok tersebut, semakin tepatlah prediksi perhitungan kerugian yang ditetapkan atas kelompok tersebut. Law of large number tidak memprediksi siapa yang meninggal akan tetapi memperkirakan berapa persen yang akan meninggal dalam satu kelompok risiko.
2.5 Pengertian dan Manfaat Analisa Titik Impas 2.5.1 Pengertian Analisis Titik Impas Analisa Titik Impas adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya keuntungan-volume kegiatan maka analisa tersebut sering disebut “cost-profit-volume analysis” (CPV analysis). Dalam perencanaan keuntungan,analisa titik impas merupakan “ profitplanning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara biaya
15
(cost) dan penghasilan penjualan (revenue).Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005:268) ”Analisis impas adalah teknin analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan (costprofit-volume-analysis).” Apabila perusahaan hanya memiliki biaya variabel saja, maka tidak
akan
muncul
masalah
titik
Impas
dalam
perusahaan
tersebut.Masalah titik impas baru muncul apabila suatu perusahaan disamping
memiliki
biaya
variabel
juga
mempunyai
biaya
tetap.Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Dalam mengadakan analisa titik impas, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : 1) Biaya didalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap. 2) Besarnya biaya variabel secara toralitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi/penjualan.Ini berarti bahwa biaya variabel perunitnya adalah tetap sama. 3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan.Ini berarti bahwa biaya tetap perunitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
16
4) Harga jual perunit tidak berubah selama periode yang dianalisa. 5) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.Apabila diproduksi
lebih
dari
satu
macam
produk,
perimbangan
penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “salesmix” nya adalah tetap konstan. 6) Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material (perubahan besar) dalam jangka pendek. 7) Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau tidak ada persediaan sama sekali, baik persediaan awal maupun persediaan akhir. 8) Efisiensi dan produktivias perkaryawan tidak berubah dalam jangka pendek. Dari Asumsi yang ada pada analisis titik impas tersebut diatas, Titik impas akan berubah apabila asumsi-asumsi tersebut diatas mengalami perubahan. a) Adanya perubahan harga jual Perubahan harga jual produk dapat berubah naik atau turun. Menurut hukum permintaan, apabila harga jual naik maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan menurun, Hal ini dapat berakibat perubahan jumlah penghasilan totalnya (TR). Demikian pula jika harga jual turun, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan naik sehingga total penghasilannya akan naik. Jika harga jual naik, dengan asumsi jumlah barang yang diminta tetap,
17
maka titik pulang pokok akan turun. Hal ini karena titik pulang pokok akan diperoleh dengan penjualan barang yang lebih sedikit. Sebaliknya jika harga jual turun, maka titik pulang pokok akan naik karena untuk mencapai BEP diperlukan penjualan barang yang lebih banyak. b) Adanya perubahan biaya tetap atau variabel Naik turunnya biaya (biaya tetap dan variabel) juga akan memperngaruhi besarnya titik impas, Apabila biaya naik, berarti kita memerlukan barang yang lebih banyak untiuk mencapai titik Titik impas, Sebaliknya apabila biaya turun,
maka kita
memerlukan jumlah barang yang lebih sedikit untuk mencapai titik impas.Batas penurunan jumlah produk yang direncanakan untuk dijual dianggap aman disebut margin of safety. Besarnya biaya penurunan yang dimaksud adalah penurunan dari penjualan yang direncanakan sampai penjualan pada BEP. c) Adanya perubahan komposisi penjualan (sales mix) Analisis titik impas merupakan analisis keuangan yang cukup lemah karena asumsinya. Asumsi analisis titik impas bahwa perusahaan hanya menjual satu macam produk hampir tidak mungkin terpenuhi. Hal ini karena sangat jarang perusahaan yang hanya menjual satu jenis produk saja. Oleh karena itu, apabila analisis BEP diberlakukan bagi perusahaan yang menjual barang lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau perimbangan
18
biaya dan produk yang dijual harus tetap. Misalnya perusahaan menjual dua macam produk A dan B dengan perimbangan 2 banding 3. Maka apabila perusahaan A menambah penjualannya 2 bagian, maka produk B juga harus menambah 3 bagian, Dengan demikian maka komposisi penjualan produk A dan B akan tetap sama. 2.5.2 Manfaat Analisa Titik Impas Analisa Titik impas secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan,
bagaimana
pola
hubungan
antara
volume
penjualan,cost/biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.Analisa Titik impas dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal berikut : 1) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2) Jumlah
penjualan
yang
harus
dicapai
untuk
memperoleh
keuntungan tertentu. 3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menerita kerugian. 4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. 2.6 Jenis Biaya Berdasarkan Titik Impas Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai berikut : a. Variabel Cost (Biaya Variabel)
19
Merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan atau variabel cost perunit dikalikan dengan penjualan dalam unit. b. Fixed Cost (Biaya Tetap) Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak berpengaruh oleh penjualan melainkan hubungan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan. c. Semi Variabel Cost Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.
2.7 Jenis dan Analisa Biaya pada Perusahaan Asuransi Jiwa 2.7.1 Jenis Biaya pada Perusahaan Asuransi Jiwa Adapun jenis biaya yang terdapat dalam industry asuransi jiwa adalah sebagai berikut : a. Biaya-biaya Investasi Biaya-biaya Investasi merupakan biaya-biaya yang dikaitkan dengan kekayaan perusahaan. Contoh dari biaya-biaya investasi adalah
termasuk
didalamnya
biaya-biaya
pembelian dan penjualan aset, dan perbaikan aset.
analisis
investasi,
20
b. Biaya Umum dan Administrasi 1. Biaya-biaya untuk Contractual Benefit Biaya-biaya untuk Contractual Benefit merupakan jumlah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi untuk memenuhi ketentuan dalam perjanjian polis maupun anuitas. Manfaat polis merupakan jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kontrak asuransi.Didalam kontrak asuransi jiwa dan anuitas,beberapa contoh biaya-biaya untuk pembayaran manfaat polis yang harus dibayarkan kepada nasabah yaitu Cash Surender Value, Manfaat meninggal dunia, pembayaran manfaat anuitas secara berkala, dividen kepada pemegang polis, manfaat hidup. 2. Biaya-biaya Operasional Biaya-biaya operasional merupakan biaya-biaya yang muncul dalam kegiatan bisnis perusahaan secara normal. Didalam perusahaan asuransi terdapat empat jenis biaya operasional yaitu : a) Biaya-biaya akuisisi Bagi perusahaan asuransi maupun produk anuitas biaya akuisisi merupakan biaya-biaya yang berkaitkan dengan penerbitan polis. Banyak perusahaan asuransi yang menganggap semua biaya yang muncul pada tahun pertama merupakan biaya akuisisi namun beberapa perusahaan
21
asuransi menganggap biaya akuisisi merupakan biaya yang muncul sebelum polis terbit. Beberapa contoh dari biaya akusisi adalah iklan, komisi tahun pertama untuk para agen, beberapa biaya manajemen agen, biaya-biaya underwriting untuk bisnis asuransi jiwa, dan biaya-biaya yang dipersiapkan untuk polis baru maupun catatan-catatan untuk nasabah baru b) Biaya-biaya pengembangan Untuk
produk
pengembangan
asuransi
merupakan
dan
anuitas
biaya
biaya-biaya yang dikaitkan
dengan memulai jalur produk baru seperti biaya-biaya untuk memperoleh
sistem
administrasi
baru
ataupun
untuk
pengakuan bisnis secara hukum. c) Biaya-biaya pemeliharaan Dikenal sebagai biaya renewal, merupakan biaya yang muncul selama polis tersebut aktif dalam menjaga polis tersebut agar tetap inforce. Beberapa contoh dari biaya pemeliharaan meliputi komisi lanjutan, pajak atas premi, biaya-biaya dalam pembayaran manfaat aniutas secara periodik, nilai tunai polis, biaya ketika nasabah keluar, manfaat hidup, biaya-biaya untuk pelayanan kepada nasabah seperti perubahan nama, ahli waris, nama, beberapa biaya manajemen
agen.Beberapa
perusahaan
asuransi
mengelompokkan hanya biaya-biaya yang muncul setelah
22
tahun
pertama
sebagai
biaya
pemeliharaan,
namun
perusahaan asuransi lainnya menganggap semua biaya setelah polis terbit sebagai biaya pemeliharaan. d) Biaya-biaya umum (overhead expenses) Merupakan biaya yang muncul selama aktifitas bisnis secara normal dan tidak secara langsung berhubungan dengan pelayanan produk secara spesifik. Beberapa contoh dari biaya umum antara lain adalah biaya –biaya untuk furniture dan fixture, biaya pelayanan telepon, listrik, biaya umum untuk perhitungan aktuaria, biaya untuk penelitian, biaya untuk general legal, biaya pelayanan accounting, pajak, biaya untuk memperoleh lisensi, dan biaya-biaya bisnis lainnya, Biaya umum pada umumnya dikelompokkan sebagai biaya langsung. 2.7.2 Analisa Biaya pada Asuransi Jiwa a. Biaya Langsung Biaya langsung merupakan biaya produk yang timbul atau secara fisik berhubungan dengan produk secara spesifik. Adapun contoh dari biaya langsung pada perusahaan asuransi adalah Komisi agen, biaya penerbitan polis, biaya dalam proses transaksi, Biaya underwriting. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung biasa dikenal dengan biaya umum, pada beberapa produk perusahaan asuransi jiwa dan anuitas
23
merupakan biaya yang tidak muncul untuk satu produk secara spesifik. Adapun contoh dari biaya tidak langsung ini adalah beberapa biaya system informasi, biaya accounting, kompensasi bagi Chief Executive Officer, biaya sewa, dan pajak atas property. c. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan aktivitas operasional perusahaan. Yang termasuk contoh dari biaya variabel pada perusahaan asuransi jiwa adalah biaya penerbitan polis, biaya premi, komisi agen, pajak atas premi, biaya dalam proses transaksi. d. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang ditetapkan agar sejumlah polis dapat terjual atau ukuran lain dari aktivitas tetap operasional, beberapa contoh dari biaya tetap dari perusahaan asuransi adalah eksekutive salaries, biaya sewa, pajak atas properti, biaya iklan dan pemasaran, computer dan peralatan kantor. 2.8 Pendekatan Aljabar untuk Satu Produk dan Multi Produk 2.8.1 Pendekatan Aljabar untuk Satu Produk Rumus yang berkaitan dengan titik impas dalam unit dan dolar adalah sebagai berikut : BEPx =
Titik impas dalam unit
BEP$ =
Titik impas dalam dolar
P = Harga per unit (setelah semua diskon)
24
X = Jumlah unit yang diproduksi TR =
Pendapatan total = Px
F = Biaya tetap V = Biya variable per unit TC =
Biaya total = F + Vx
Titik impas terjadi saat pendapatan total sama dengan biaya total oleh karena itu : TR = TC atau Px = F + Vx
Untuk menemukan nilai x didapatkan :
Laba
Dengan menggunakan persamaan ini, titik impas dan laba dapat langsung ditemukan, Ada dua formula yang patut diperhatikan :
25
2.8.2 Pendekatan Aljabar untuk Multi Produk Hampir semua perusahaan mulai dari perusahaan manufaktur hingga restoran memiliki beragam penawaran termasuk didalamnya perusahaan asuransi. Setiap penawaran memiliki harga jual dan biaya variabel yang berbeda.Hal ini dilakukan dengan memberikan bobot pada kontribusi setiap produk pada proporsi penjualan. Sehingga formulanya menjadi :
Dimana : V = biaya variabel perunit P= harga perunit F= biaya tetap W= persentase setiap produk dari total penjualan dalam dolar i= masing-masing produk