BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH DALAM WAYANG A. Makna dan Konsep wayang 1. Sejarah wayang Pada mulanya, nenek moyang kita percaya bahwa roh leluhur yang sudah merupakan pelindung dalam kehidupan. Mereka beranggapan bahwa roh-roh itu masih tinggal di gunung-gunung, pohon-pohon besar, dan lain sebagainya. Lebih kurang 1500 SM, nenek moyang melakukan upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan penyembahan roh nenek moyang yang telah mati, yang kemudian lebih dikenal sebagai pertunjukkan bayangan roh nenek moyang.1 Dari keadaan seperti ini, orang kemudian sampai pada usaha untuk mendatangkan roh-roh leluhur yang dianggap keramat yang tinggal di pepohonan, batu-batu, maupun sungai ke rumah atau pekarangan. Dengan pikiran merekalah yang mendorong untuk menciptakan perwujudan orang yang telah mati dengan berbagai bentuk patung-patung untuk mendatangkan roh leluhur mereka. Kepercayaan ini pula yang mempengaruhi cara pembuatan bayangbayang. Orang-orang kemudian meniru bayang-bayang dari aktifitas sehari-hari. Penggambaran roh semacam ini, mungkin secara kebetulan. Budaya ini juga merupakan bahasa bermuala pada zaman 1
Rizem Aized, Atlas Tokoh-Tokoh Wayang (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 21
28
29
kuna ketika nenek moyang menganut animisme dan dinamisme. Paduan animisme dan dinamisme ini menempatkan roh nenek moyang yang dulunya berkuasa, tetap mempunyai kuasa. Mereka terus dipuja dan dimintai pertolongan. Untuk memuja roh nenek moyang ini, selain melakukan ritual tertentu mereka mewujudkannya dalam bentuk patung dan gambar roh nenek moyang yang dipuja ini disebut “hyang” atau “dahyang”. Orang bisa berhubungan dengan para hyang ini untuk minta perlindungan dan pertolongan, melalui medium seseorang yang disebut „syaman‟. Ritual pemujaan nenek moyang, hyang dan syaman inilah yang merupakan asal mula pertunjukkan wayang. Hyang menjadi wayang, ritual kepercayaan itu menjadi jalannya pentas dan syaman menjadi dalang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa asli yang sekarang masih dipakai dalam pertunjukkan wayang.2 Pertunjukkan roh nenek moyang itu kemudian dikembangkan dengan
cerita
yang
lebih
berbobot,
seperti
Ramayana
dan
Mahabharata. Selama abad X dan XV, wayang berkembang dalam rangka ritual agama dan pendidikan kepada masyarakat. Pada masa ini sudah ditulis tentang cerita wayang. Semasa kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit kepustakaan wayang sudah mencapai puncaknya seperti tercatat pada prasasti di candi-candi, seperti karya sastra yang ditulis oleh Empu Sendok, Empu, Sedah, Empu Panaluh, Empu Tantular, dan lain sebagainya. 2
http://suprakelana.wordpress.com/2013/04/20Sejarah-asal-usul2013). Diakses, 10 Februari 2015
wayang/.
(20
April
30
Tetapi kita sudah mengetahui, bahwa perkembangan budaya wayang tidak berhenti disitu saja. Wayang yang ada pada zaman dahulu berbeda dengan wayang sekarang. Karena perkembangan wayang juga tidak lepas adanya peran dari walisongo. Sebelum Islam masuk ketanah Nusantara, khususnya di Jawa. Bentuk wayang pada awalnya menyerupai relief yang bisa kita jumpai di candi-candi seperti candi Prambanan dan candi Borobudur. Tetapi ketika walisongo datang dan wayang dijadikan media penyebaran agama Islam. Wayang telah mengalami perubahan. Wayang dibuat oleh para wali terbuat dari kulit kerbau dengan wajah yang digambarkan miring, yang lehernya panjang, serta tangan yang yang dibuat memanjang sampai ke kaki. Bentuk bagian wajah juga dibuat berbeda dengan wajah manusia. Selain itu, ada banyak sisipan dalam cerita dan pemaknaan wayang yang berisi ajaran-ajaran dan pesan moral Islam.3 2. Pengertian Wayang Dalam Kamus Bahasa Indonesia, wayang adalah boneka tiruan dan sebagainya yang terbuat dari pahat kayu atau kulit yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh di pertunjukkan drama tradisional (Bali, Sunda, Jawa, dsb).4 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang adalah boneka yang berbentuk manusia yang dibuat dari kayu atu kulit, dan di tegaskan juga wayang sebagai sandiwara boneka. Menurut Rizem Aizid dalam bukunya Atlas 3
Rizem Aized, op. cit. hlm. 16-17 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: :Balai Pustaka, 2011), hlm, 611. 4
31
Tokoh-Tokoh
Wayang,
mengemukakan
bahwa
wayang
bisa
mengandung makna gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca serat (fibre-glass), atau bahan dwimata lainnya, dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi.5 Sedangkan menurut R.T. Josowidagdo, wayang berarti “ayangayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah bayangannya yaitu pada kelir atau kain putih yang dibentang sebagai pentas pargelaran wayang. Bayang-bayang wayang muncul karena “belencong” yang bergantung diatas kepala sang dalang. Adapula yang mengartikan wayang merupakan “bayangan ayang-ayang” oleh karena dalam ceritanya menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam angan-angan.6Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa wayang merupakan bentuk tiruan manusia (boneka) yang terbuat dari kulit atau pahatan kayu, kertas, seng, atau bahan yang lainnya yang melambangkan karakter manusia dan dimainkan oleh seorang dalang. Sehingga dapat diartikan bahwa dalang adalah seseorang yang dapat memainkan wayang dan ia juga yang memainkan alur cerita pewayangan tersebut. Untuk menjadi seorang dalang itu membutuhkan keahlian/ ketrampilan khusus, karena dalang adalah orang yang utama dalam pementasan wayang. Tanpa seorang dalang pertunjukkan wayang tidak akan bisa berjalan.
5
Rizem Aized, op. cit. hlm. 20 http://Anindita Wikanti.wordpress.com/2013/09/16/Mengenal-Wayan/. (16 September 2013). Diakses oleh 10 Februari 2015 6
32
3. Macam-macam wayang Didalam buku Atlas Tokoh-Tokoh Wayang karangan Rizem Aized di Indonesia banyak sekali wayang yang terbuat dari berbagai bahan dan sampai sekarang masih eksis di tengah-tengah masyarakat,7 diantaranya: a. Wayang Purwa Wayang purwa disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara dibelakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada disisi layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh dari kelir. Secara umum, wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata danRamayana, tetapi tidak dibatesi dengan pakem (standar) tertentu. Dalang juga bisa memainkan Lakon carangan (gubahan)
7
Ibid., hlm. 37-47
33
b. Wayang Madya Wayang diciptakan oleh K.G Mangkunegara IV pada awal abad XVIII. Sumber ceritanya diambil dari cerita Pandawa setelah Perang Bharatayuda, misalnya prabu Parakesit. Umumnya, tokohtokoh raja pada wayang madya tidak memakai praba (sinar atau timbus), suatu perhiasan yang dipakai pada punggung setiap raja sebagai lambang kedudukannya. Sementara, cara memakai kainnya adalah dengan banyakan (seperti tabiat angsa). c. Wayang Klitik Wayang klitik (Jawa: wayang klithik) adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit. Cerita wayang klitik diambil dari cerita Panji dan Damarwulan. Wayang klitik tidak ditancapkan pada pelapah pisang melainkan menggunakan kayu yang telah diberi lubang-lubang. d. Wayang Beber Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang terbuat dari kain atau kulit lembu yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang, baik Mahabharata maupun Ramayana. Tiap beberan merupakan satu adegan cerita. Jika sudah tidak dimainkan, wayang bisa digulung . wayang ini dibuat pada zaman kerajaan Majapahit.
34
Wayang beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra-Islam dan masih berkembang di daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Konon, para wali diantaranya Sunan Kalijaga, memodifikasi wayang beber ini menjadi wayang kulit dengan bentuk-bentuk yang bersifat ornametik. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam dan yang kita kenal sekarang. e. Wayang Gedog Wayang
Gedog
diciptakan
oleh
Sunan
Giri
untuk
menceritakan Panji, yang merupakan cerita panji-panji Jenggala, mulai dari Prabu Sri Ghataya (Subrata) sampai dengan panji Kudalaleyan. Bentuk wayang gedog ini mirip dengan bentuk wayang purwa, tetapi pada tokoh-tokoh rajanya tidak digunakan gelung supit urang. Pada jenis wayang ini tidak ditemukan wayang-wayang raksasa dan wayang kera. Semua wayang menggunakan kain kepala yang disebut dengan budeg giling. f. Wayang Golek Wayang golek adalah salah satu seni tradisionalsunda yang terbuat dari boneka kayu, istilah golek dapat merujuk dua makna , sebagai kata kerja golek bermakna “mencari”, sebagai kata benda
35
golek bermakna „boneka kayu‟.8Wayang golek kebanyakan berpakaian jubah (baju panjang) tanpa digeraikan secara bebas dan terbuat dari kayu yang berbentuk bulat seperti lazimnya boneka. Banyak orang yang menyebut wayang ini dengan wayang tengul. Sumber ceritanya dari sejarah misalnya cerita tentang Untung Surapati, Batavia, Sultan Agung, Trunajaya, dan lain sebagainya. Kesenian
wayang golek awalnya menggunakan bahasa
Sunda , karena wayang golek berkembang di Jawa Barat pada masa Mataram abad ke-17, meskipun sebenarnya beberapa pengaruh warisan budaya Hindu masih bertahan di beberapa tempat di Jawa Barat sebagai bekas wilayah kerajaan Sunda Padjajaran. Pertunjukkan wayang golek ini mulai mendapatkan bentuknya yang seperti sekarang pada abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek merupakan seni pertunjukkan teater rakyat yang yang di pagelarkan di desa atau kota karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selametan atau ruwatan. Wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam pagelaran tertentu. g. Wayang Suluh/ Perjuangan Wayang perjuangan atau wayang suluh diciptakan oleh Badan Kongres Pemuda R.I tahun 1946/ 1947 di Yogyakarta Pementasan wayang suluh ini biasanya untuk penerangan 8
http://Saepudin.wordpress.com/2014/05/06/wayang-golek/. (6 Mei 2014). Diakses, 10 Februai 2015
36
masyarakat. Wayang ini tergolong dengan wayang modern. Wayang ini terbuat dari kulit yang menggunakan pakaian lengkap lazimnya manusia. Gambarnya pun mirip manusia. Sementara, ceritanya diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Menceritakan tentang tokoh-tokoh perjuangan tanah air seperti Bung Karno, Muhammad Hatta, Sultan Syahrir, Jenderal Sudirman, dan lain sebagainya. h. Wayang Titi Wayang Titi adalah wayang Cina. Sumber ceritanya berasal dari Cina. Wayang ini bisa ditemukan di perkampngan Cina atau Klenteng. Wayang kulit ini lahir di Yogyakarta tahun 1925 dan diciptakan oleh Gan Thwan Sing. Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Jawa. Demikian juga dengan musikan gamelannya juga menggunakan Bahasa Jawa. Diperkirakan wayang ini pernah berjaya sekitar 1930 hingga 1960an. Setelah sang dalang sekaligus penciptanya wafat, tahun 1966 wayang ini lenyap dan sunyi.9 i. Wayang Wahyu Wayang wahyu sering disebut dengan wayang bibel, sebab ceritanya diambil dari kitab Injil. Wayang ini diciptakan oleh Bruder Themotheos tahun 1960, beliau adalah seorang pastur yang dari
kota
Malang,
Jawa
Timur.
Generasi
dalang
yang
meneruskannya antara lain Paulus Harsono dan Lucia Aminah. 9
http://dwiworomastuti.wordpress.com/2004/09/20/Wayang-cina-di-jawa-sebagai-wujudakulturasi-di-jawa- budaya-dan-perekat-Negara-Kesatuan-Republik-/.(20 September 2004). diakses, 10 Februari 2015
37
Mereka berdua adalah dalang wayang kulit purwa yang tertarik untuk memulai mementaskan wayang wahyu. Wayang wahyu diciptakan dalam rangka untuk menyiarkan agama Kristen. Kisah cerita yang diambil berdasarkan atas kitab Perjanjian Lama yang berkaitan dengan kitab Injil, dan dilanjutkan dengan Perjanjian Baru yang mempunyai fungsi untuk pendidikan umat Katolik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. j. Wayang Orang Wayang orang adalah cerita wayang purwa yang dipentaskan oleh orang dengan busana seperti wayang. Sumbernya pun sama dengan wayang purwa. Wayang orang disebut juga dengan wayang wong (bahasa Jawa adalah wayang yang tokoh dalam cerita wayang tersebut dimainkan oleh orang). Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944) kesenian wayang orang mulai diperkenalkan pada masyarakat diluar keraton. Usaha memasyarakatkan kesenian ini makin pesat ketika Sunan Paku Buwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukkan
wayang
orang
bagi
masyarakat
umum
di
Balekambang, Taman Sri Wedari dan alun-alun. Para pemainnya pun bukan hanya abdi ndalem tetapi juga melibatkan rakyat yang berbakat menari. k. Wayang Suket
38
Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permaianan atau penyampaian cerita pewayangan
pada
anak-anak
di
desa-desa
Jawa.
Untuk
membuatnya, beberapa helai daun rumputan dijalin, lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. l. Wayang Pancasila Wayang pancasila adalah wayang yang mirip dengan wayang purwa. Bedanya dalam wayang pancasila, dalam tokoh-tokoh dan ceritanya diambil dari perjuanan Bangsa Indonesia. 4. Istilah-Istilah Wayang Didalam pewayangan juga terdapat istilah-istilah umum yang dipakai. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Arya, yaitu sebutan seseorng dari kaum satria atau bangsawan yang tidak memiliki kedudukan. b. Batara dan Batari, yaitu sebutan untuk tokoh wayang yang erjiwa ketuhanan, dwa dikahyangan atau merupakan titisan dewa. Batar untuk sebutan pria dan Batari untuk sebutan wanita. c. Begawan, yaitu sebutan untuk seorang pendeta, resi, pertapa, atau seorang guru yang berasal dari satria atau raja yang meninggalkan istana. d. Cantrik, yaitu abdi, pesuruh, atau anak murid seorang guru ahli ilmu/ petapa.
39
e. Cekel, yaitu sebutan bagi calon pendeta atau pembantu seorang pendeta (petapa) yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh pertapa yang bersangkutan. f. Dayang, yaitu sebutan yang sama dengan pendeta atau orang yang dikeramatkan. g. Dewa, yaitu sebutan untuk tokoh wayang yang berjiwa ketuhanan atau tinggal dikahyangan. h. Dewi, yaitu sebutan untuk seorang putri kerajaan atau sebutan untuk anak dewa wanita yang tinggal dikahyangan. i. Janggan (Yanggan), yaitu sebutan yang lebih rendah bagi tokoh Wasi (pendeta tidak tetap) atau pujangga. j. Kapi, yaitu sebutan bagi seekor monyet yang perilakunya seperti manusia. k. Kulup, yaitu sebutan rasa sayng orang tua kepada orag yang usianya lebih muda. l. Pandita, yaitu seseorang yang ahli dalam ilmu atau pertapa. m. Prabu, yaitu sebutan bagi seseorang berkedudukan sebagai raja. n. Putut, yaitu sebutan bagi anak kecil yang merupakan murid atau pelayan pendeta. o. Raden, yaitu sebutan bagi seorang satria keturunan bangsawan. p. Resi, yaitu sebutan untuk seseorang yang mempunyai ilmu tinggi dan sering melukukan pertapaan, sehingga jiwanya menjadi suci.
40
q. Sangkanparandumadi, yaitu sebutan untuk menunjukkan asal muasal kehidupan. r. SangHyang, yaitu awalan sebutan penghormatan bagi tokoh yang mempunyi kedudukan tinggi atau agung dan luhur. s. Teja, yaitu sebutan bagi sorot cahaya yang terpancar dalam diri 9aura) yang menimbulkan suatu kewibawaan yang dimilikinya. t. Wadat, yaitu sebutan bagi seseorang yang telah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup. u. Wara, yaitu sebutan seseorang yang tersohor, baik laki-laki atau perempuan. v. Wasi, yaitu sebutan seorang pendeta yang agak rendahan. w. Waskita, yaitu sebutan seseorang yang tinggi keluan batinnya, sehingga mampu mengetahui sesuatu yang belum terjadi. x. Wasu, yaitu sebutan bagi seorang dewa yang derajatnya lebih rendah.10 B. Nilai-Nilai Pendidikan Akidah 1.
Nilai Nilai berasal dari bahasa latin valere atau Perancis kuno valoir(Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002). Sebatas arti denotatifnya, valere, valoir, value , atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Namun dalam memberikan ulasan tentang harga dapat
10
Rizem Aized, op. cit,. hlm. 47-50
41
dipersepsikan dari sudut pandang yang berbeda pula.11Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, maksudnya
kualitas
yang
memang
membangkitkan
respon
penghargaan12 Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Sedangkan nilai dari segi keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai suatu kebaikan. Lain kata dari suatu nilai positif adalah „tidak bernilai‟ atau „tidak berguna‟. Baik akan menjai suatu nilai dan lawannya (jelek, buruk) akan menjadi suatu „nilai negatif‟ atau „tidak bernilai‟.13 Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip, yang menjadi pedoman dalam hidup. Sebab itu, nilai menduduki tempat penting dalam kehidupan seseorang, sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai. Seperti halnya dijelaskan di dalam buku yang berjudul “Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000” dijelaskan bahwa nilai yang menjadi sesuatu yang abstrak dapat dilacak dari tiga realitas ini yaitu nilai ( pola tingkah laku, pola berpikir, sikap-sikap), 11
Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai ( Bandung : Alfabeta, 2004), hlm.
7. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-2. Ed. III, hal. 783 13 Dudung Rahmat Hidayat, “Hakikat dan makna Nilai”, Makalah Disampaikan dalam Mata Kuliah Pendidikan Nilai yang Diselanggarakan oleh ProgramPendidikan Umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 17 januari 2006
42
(seorang pribadi atau suatu kelompok). Untuk mengetahui nilai, kita tidak dapat memisahkan satupun dari ketiga realitas tersebut.14 Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Nilai terjadi pada wilayah psikologi yang disebut keyakinan. Seperti ahli psikologi pada umumnya, keyakinan ditempatkan pada wilayah psikologis yang lebih tinggi dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan dan kebutuhan. Karena itu keputusan baik-buruk, benar-salah, indah tidak indah pada wilayah ini merupakan hasil dari serentetan proses psiokologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan nilai pilihannya. Selain dari definisi diatas, ada nilai yang lebih panjang dan lebih lengkap yang dikutip oleh Rahmat Mulyana dan Kluchohn, nilai sebagai konsepsi (tersirat atau tersurat yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok). Dari apa yang diinginkan yang mempengaruhi terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan mencakup pula sesuatu dipandang memiliki nilai apabila dipersepsi sebagai sesuatu yang diinginkan. Untuk memperolehnya memilii sikap seperti: kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Kejujuran misalnya menjadi sebuah nilai bagi seseorang, apabila ia memiliki komitmen yang dalam terhadap nilai itu yang menjadi tercermin dalam pola pikir, tingkah laku dan sikap. 14
EM. K. Kaswardi,Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), hlm. 21.
43
Nilai berperan penting sebagai dasar pijakan seseorang dalam melakukan sesuatu. Nilai tumbuh menjadi keyakinan hidup yang berimplikasi terhadap aktivitas manusia. Hal tersebut kemudian berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, karena nilai membentuk pola fikir dan nalar manusia. Secara lahiriah, dorongan manusia untuk melakukan sesuatu sangat dipengaruhi oleh nilai yang diyakini. Bahkan terkadang manusia merasa tidak perlu untuk berbuat sesuatu karena dianggapnya tidak bernilai. Nilai tidak terhenti pada telaah tentang pola-pola tingkah laku manusia, namun juga tentang pola fikirnya yang kemudian membentuk sebuah budaya. Karena terkadang nilai yang sama dapat memunculkan dua pola tingkah laku yang berbeda, dengan didasari perbedaan pola fikirnya. Nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat bersifat dinamis dan dipengaruhi kondisi sosial-ekonomi, politik, agama dan etnik. Oleh karenanya golongan-golongan dalam masyarakat menentukan nilai-nilai yang diyakini. Di dalam buku Zaim Elmubarok dikatakan secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (Values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi, disiplin, dll. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang
44
perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, dll.15 Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian, dimana pengertian satu berbeda dengan yang lainnya. Adanya perbedaan pengertian tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks dan sulit ditentukan batasannya. Nilai-nilai yang ada itu bersifat obyektif dan intrinsik, sehingga Brubacher membedakan nilai antar lain: a. Nilai Intrinsik adalah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan didalamnya dan dari dirinya sendiri. Nilai ini bersifat pribadi, ideal dan merupakan nilai yang berpusat pada kodrat manusia. b. Nilai Instrumental adalah nilai yang dianggap baik kaena bernilai untuk ssesuatu yang lain. Niali ini bersifat relatif dan subyektif tergantung kepada akibat-akibat yang ditimbulkan untuk mencapai nilai-nilai yang lain.16 Ciri-ciri nilai, yaitu: (1) nilai berkaitan dengan subjek, (2) nilai ditampil dalam suatu konteks praktis ketika subjek ingin membuat
15
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai(Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 7. 16 Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, Landasan nTeoritis dan Praktik (Pekalongan: STAIN Press, 2007), hlm 38.
45
sesuatu, (3) nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambahkan subjek pada sifat-sifat yang dimiliki oleh objek. Nilai tidak dimiliki oleh objek pada dirinya sendiri. A valuecan be if it is held to be more than a verbal formulation, sebuah nilai dapat terwujud andai kata nilai itu dilakukan dari pada hanya sebagai bentuk ucapan saja. Secara psikologis kedekatan hubungan nilai dengan tindakan dapat dipahami andai kata dicermati dari hirarki, motivasi yang menempatkan nilai pada struktur kebutuhan yang tertinggi. Konsep aktualisasi diri (self-actualization) sebagai motivasi atau kebutuhan yang tertinggi, tidak lain sebagai perwujudan sederetan tindakan yang dipicu oleh seperangkat nilai terpuji. Dapat ditegaskan bahwa nilai berlaku sebagai tujuan yang melekat pada tindakan. Nilai dapat merujuk pada sekumpulan kebaikan yang disepakati bersama. Ketika kebaikan itu menjadi aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah yang disebut norma. Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku dan tindakan.17 Tolak ukurnya adalah perilaku sopan dalam melewati orang lain. Dapat dikatakan bahwa norma adalah standar-standar nilai kebijakan yang dibakukan, sedangkan nilai adalah harga yang dituju dari sesuatu perilaku sopan sesuai aturan yang disepakati. Norma kesopanan adalah kesepakatan umum yang terkandung dalam etika, norma moral adalah kesepakatan
17
Rohmat Mulyana, op.cit. hlm 12-15
46
yang menentukan perilaku itu baik atau buruk dari suatu etis. Norma moral adalah norma yang tertinggi. Dari perbedaan itu dapat disimpulkan bahwa (1) nilai pada tataran norma memiliki cakupan yang universal dibanding norma itu sendiri (2) nilai melukiskan suatu harga yang diyakini seseorang (termasuk didalamnya keyakinan normatif), sedangkan norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial sebagai hasil kesepakatan bersama. Dalam istilah Durkheim sebagai akal koleektif atau sesuatu lahir karena kewajiban agama (3) nilai adalah tujuan dari penegakan norma, sedangkan norma adalah cara yang ditempuh untuk mewujudkan standar, aturan atau kaidah tertenu. Etimologis kata moral dari latin moralis yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup. Nilai adalah rujukan dn keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi ini dapat mewakili definisi yang diajukan walaupun ciri-ciri spesifik seperti norma, keyakinan, cara, tujuan, sifat, dan ciri-ciri nilai tidak diungkapkan secara eksplisit. Nilai sebagai hal yang abstrak, harganya mensifati dan disifatkan pda suatu hal dan ciri-cirinya dapat diihat dari tingah laku, memiliki kaitan dengan fakta, tindakan, moral, norma, cita-cita, keyakinan dan kebutuhan. Nilai itu ada dan tidak mudah dipahami, sebagai nilai yang terkait dengan fakta, nilai lahir dari sebuah konsekuensi penyikapan atau penilaian suatu hal yang faktual. Dengan kata lain, ketika seseorang melihat sesuatu kejadian,
47
merasakan
suatu
suasana,
mempersepsi
suatu
benda,
atau
merenungkan suatu peristiwa, maka disanalah kira-kira nilai itu ada. Jarak nilai dan fakta sifatnya relatif tergantung pada pengalaman dan pengetahuan seseorang atas sesuatu fakta yang tengah dihadapi. Salah satu cara yang digunakan untuk menjelaskan nilai adalah dengan cara membandingkannya dengan fakta. Disini dapat disimpulkan bahwa nilai itu memiliki realitifitas sedangkan fakta memiliki objektifitas. 2.
Pendididikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara mendidik.18Istilah education, dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa latin educate/education, yang berarti to give moral and intellectual training yang artinya menanamkan moral dan melatih intelektual. Kata „pendidikan‟ dalam bahasa Yunani, dengan nama peadagogos yang berarti penuntunan anak. Dengan bahasa Romawi, dikenal dengan educare yang artinya membawa keluar (sesuatu yang ada didalam. Dalam bahasa Belanda istilah pendidikan dengan nama opvoeden, yang berarti membesarkan dan mendewasakan, atau voden memberi makan.
19
kalau dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahn yang diperlukan dalam tingkah laku manusia, proses 18
Departemen Pendidikan Nasional. KamusBesar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 204 19 Fatah Yasin. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 16
48
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian.20 Menurut M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk kepribadian formal maupun non formal.21 Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap pekembangan jasmani dan rohani si tpeserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.22 Pengertian pendidikan menurut orang-orang Yunani, lebih kurang 600 Sebelum masehi, telah dinyatakannnya bahwa pendidikan ialah usaha manusia untuk menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama”membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar menjadi manusia. Seseorang bisa dikatakan manusia apabila telah memiliki nilai sifat kemanusiaan. Hal ini menunjukkan tidaklah mudah untuk menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu manusia sering gagal menjadikan dirinya sebagai manusia. Jadi, tujuan mendidik adalah memanusiakan manusia.23
20 21
Departemen Pendidikan Nasional., Op. cit. Hlm. 232 Arifin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),
22
Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), hlm.
hlm. 12 19 23
Bashori Muchisin dan Abdul Wahid. Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: PT. Refika aditama, 2009), hlm. 2
49
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya supaya dapat menuju terbentuknya kepribadian yang utama dalam arti menjadi manusia yang lebih baik. Sedangkan menurut Abdul Khobir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islamyang mengemukakan pendapat Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukkan bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh enak. Bagian-bagian itu tidak boleh terpisahkan agar kita dapat memajukkan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak yang kita didik sesuai dengan dunianya dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.24 Menurut Zuhairini, bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat sesuatu berdasarkan nilainilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam.25 Sedangkan menurut Abudin Nata pendidikan Islam adalah segenap upaya penanaman (internalisasi) nilai-nilai (ajaran) islam kedalam diri subyek didik dengan tujuan terwujudnya kepribadian muslim dengan tujuan pendidikan Islam agar dapat
24 25
Abdul khobir. op. cit. hlm 3 Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 152
50
diarahkan guna merealisasikan pendabdian manuusia kepada Allah, baik pada tingkat individual maupun tingkat masyarakat yang luas.26 Sedangkan menurut Achmadi mendifinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim.27 Hakikat Pendidikan Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan
agarmenjadi
manusia
dan
dewasa
perkembangan sesuai
tujuan
anak
didik
pendidikan
Islam.28Dengan definisi diatas nampak bahwa jelas penekanan poin penting dari pendidikan adalah menumbuh kembangkan peserta didik untuk menjadi manusia yang mempunyai karakteristik unik yaitu kepribadian dan akhlak mulia, keduanya merupakan pengejawantahan ketaatan kepada Allah SWT. Cita rasa sebuah makna kata pendidikan akan terlihat apabila kita menembalikan arti pendidikan dari asalnya. Jadi pendidikan yang dimksud adalah pendidikan Islam. Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa dewasa ini sering dijumpai adanya kerancuan dalam penggunaan istilah pendidikan Islam. Bila kita menyebut pendidikan Islam konotasinya sering 26
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 28 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), hlm. 14. 28 M. Arifin,IlmuPendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara,1996), cet. Ke-4. Ed.I, hlm. 16. 27
51
dibatasi pada pendidikan agama Islam. Padahal apabila kita dikatakan dengan kurikulum pendidikan formal atau nonformal, pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidang-bidang studi agama seperti tauhid, fiqih, tarikh, membaca al-Qur‟an dan al-Hadits. Bentuk dari risalah Islamiyah yang bertujuan memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta mewujudkan rahmatallil‟alamiin, maka timbul pertanyaan apakah semuai itu akan tercapai hanya dengan pendidikan agama.29 Selain itu, potensi atau sumber daya manusia yang telah dianugerahkan Allah SWT , kepada mausia memang dipersiapkan untuk diperankan sebagai khalifatullah fii al-ardli yang diamanahi untuk membudayakan alam sekitar. Apakah cukup sumber daya manusia hanya dikembangkan melalui pendidikan agama. Pendidikan agama memang sangat penting dan strategis dalam rangka menanamkan nilai-nilai spritual Islam. Akan tetapi, hal ini baru merupakan sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam. Mengingat betapa luas dan kompleksitasnya risalah Islamiyah, maka sebenarnya yang dimaksud dengan pengertian pendidikan Islam adaah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia
29
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-1. hlm. 28
52
serta sumberdaya manusia yang ada padany amenuju terbentuknya manusia sutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.30 3.
Akidah a. Pengertian Akidah Kata akidah merupakan mashdar (infinitif) dari kata kerja „aqada, yang berarti “ikatan”. Dalam Islam Akidah (aqidah) dimaknakan sebagai keyakinan-keyakinan dasar islam yang harus diyakini oleh setiap muslim.31 Relevansi antara arti aqdan dan „aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.32 Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, berpendapat bahwa akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) didalam hati (serta) diyakini oleh keshahihannnya dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak dengan segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Akidah bukan hanya membahas tentang rukunul Iman, akan tetapi menurut Hasan al-Banna ada beberapa ruang lingkup pembahasan akidah, antara lain:
30
Ibid. hlm 29 Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution, (Ed), Ensiklopedi Aqidah Islam (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 37 32 Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam) cet. Ke-13, hlm. 10. 31
53
1. Illahiyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dngan Iiah (Allah), seperti wujud Allah, sifasifat Allah, nama-nama Allah, af‟al Allah, dan lain-lain 2. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat, keramat, dan lain sebagainya. 3. Ruhaniyat yaitu pembahasan segaa sesuatu yang erhubungan dengan alam metafisik sepperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaithon, ruh dan lain sebagainya. 4. Sam‟iyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa dilihat oleh sam‟i (dalil naqli berupa al-qur‟an dan sunnah) seperti alam barzah, azab kubu, tanda-tanda kiamat, dan lain sebagainya. b. Tujuan Pendidikan Akidah
ٍراَحياَح َحياَح َح ُن ُنو َّد ِإ َح اَح ْح َح َّد َح ُن َح ا ِإآاَح ْح ِإ َح َح َح
َح ْح َح ياِإ َح ا ِإآاَح ْح ِإ
َح َّد َح َحياَح ْح َح ْحى ُن ِإ ْح َح ياَح َح َّد َح َحيا ْحا ُن َح ِإ َحي َح َح ْح َحاِإ ُّز يالاَح ْح ِإ َح َّد يا َّد ُن َحي َح ْح ِإ َح َح َّد َح َح ْح َح َّد ِإ ْحا ِإ َحآ َحا َح ا ِإآاًيي ِإا ْح َح ياٍر َح َح َح َّد َّد ىَحياِإىًيي َحا َحواَح ْح َح ُن َح ْح َحي ْحا ِإ َحآ َحا ِإ َّدواا ُّز َح ااُن
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu Az Zubair dari Jabir berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya anak Adam memiliki satu lembah harta niscaya dia akan menginginkan dua lembah. seandainya dia memiliki dua lembah harta niscaya dia akan menginginkan yang ketiga, dan tidak akan pernah penuh perut anak Adam kecuali dengan tanah” (H.R. Ahmad).
54
Sifat serakah selalu menyelimuti pada diri manusia. Keserakahan yang ada pada diri anusia tidak akan pernah hilang kecuali kematian telah menjemputnya. Dalam bahasa Arab, serakah disebut juga dengan tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas dengan yang sudah dicapai. Karena ketidakpuasannya
tersebut,
segala
cara
apapun
akan
dilakukannya. Sehingga serakah adalah salah satu ppenyakit hati. Sehingga manusia perlu dididik atau dibimbing, dibina, diarahkan, diberi bekal ilmu pengetahuan yang memadai. Sehinggga manusia akan mempunyai kekuatan moral spritual, disamping kemampuan laiinnya. Dengan memiliki kemampuan ini, diharapkan manusia tidak menunjukkan sikap dan perilaku yang bercorak melanggar hak-hak orang lain, atau didalam dirinya ada kekuatan pengendalian, sehingga tidak sampai terjadi pelaku sosial sehingga akan menimbulkan perilaku yang merugikan orang lain. Dengan adanya manusia memiliki sifat agar bisa dibimbing, sehingga banyak sekali para pakar pendidikan
mendefinisikan
adanya
tujuan
pendidikan.
Sehingga didalam mendidik akan mempunyai suatu tujuan atau arah yang ingin dicapai oleh pendidik. Tujuan adalah pulau harapan yang hendak dicapai oleh perahu-perahu yang mempunyai misi dalam hidupnya, dengan tujuan akan memberikan dorongan atau motivasi agar apa yang
55
ia capai bisa terlaksana. Begitu juga dengan pendidikan yang harus
mempunyai
tujuan
dan
arah,
sehingga
dalam
penyampaiannya pun tidak sia-sia Dengan hadits diatas menunjukkan bahwa pendidikan memiliki tujuan khusus. Adapun yang dimaksud dengan tujuan khusus pendidikan yang bersifat cabang dari tujuan umum pendidikan. Dengan kata lain, proses menumbuhkan dan mengembangkan serta memelihara ketrampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terkandung dalam tujuan umum tidak dapat terlaksana dengansempurna
manakala
tidak
memuaskan
tujuan
khususnya. Hal ini dikarenakan tujuan umum pendidikan masih terlalu luas untuk dilaksanakan secara praktis. Diantara tujuan-tujuan
khusus
diantaranya
untuk
menumbuhkan
dorongan agar taat beragama dan mempunyai akhlak yang bagus (akhlak al-karimah). 5. Syirik Adapun dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah
SWT
dengan
sesuatu.
Adapun
perbuatan
yang
mempersamakan sesuatu dengan Allah serta menyembah kepada yang selain Allah disebut dengan syirik. Misalnya, menyembah kepada batu-batu, pepohonan, percaya dengan kekuatan sihir, dan lain sebagainya. Maka dari itulah syirik
56
dikatakan dosa yang paling besar yang diterangkan oleh Allah SWT, sesuai didalam Al-Qur‟an yang berbunyi:
ِإ َّنو ٱلَّن َه َه َهن ْغ ِإ ُر َهو ُرن ْغ َه َه ِإ ِإ َهۦ َهن ْغ ِإ ُر َه ُراۦ َهو َه ٱِإ َه لِإ َه و َهن َه ٓا َهُرۦ َه و ُرن ْغ ِإ ْغ ِإ ٱلَّن ِإ َه َه ِإا ْغٱ َه َه ً ٓاىإِإ ْغث ً عَهظِإ ن Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa
mempersekutukan
Allah,
maka
sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48) Imam Abu Abdullah Muhammad menyebutkan didalam bukunya yang berjudul Dosa-Dosa Besar menggolongkan dua jenis dosa besar,33 diantaranya: 1. Mempersamakan sesuatu Allah dengan yang lain serta menyembah kepada selain Allah SWT 2. Riya‟ (mempamerkan kebaikan) dengan apa yang telah dikerjakan olehnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
َهٌرۦ ِإو ٌرا َهٱ َه و َه َهو َهن ْغ ۟ا ُرۦوٱِإ َه ٓا َه َه ِّم ِإ ٓا َه َهو ًۢ ًاو
ُرۦو ٓاىإِإٱَه َّنى َه َّنو َه ٓا ِإٱَه ُر ُر ْغ إِإٱَه َه ٌر ْغِّمثل ُر ُر ْغ ن َه صلِإوً َهۦ َهَل ُرن ْغ ِإ ْغ ِإ ِإع َه َها ِإة َه ِّم َه ً َه
ُر ْغ ِإ َّنو َه ٓا َه َهو ۠ا َه ِإه َهٱ ْغل َهنعْغ َه ْغل َهع
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima
33
Abu Abdullah Muhammad, Dosa-Dosa Besar (Surabaya: Al-Qonatah Surabaya, 1984), hlm 4.
57
wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
Maha
pertemuan mengerjakan
Esa."
dengan
Maka
barangsiapa
Tuhannya
kebajikan
maka
dan
mengharap
hendaklah janganlah
dia dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Q.S. Al-Kahfi: 110) Ahmad Bahjat mengatakan bahwa syirik dalam amal perbuatan merupakan syirik asghar, sedangkan syirik dalam keyakinan merupakan syirik akbar.34Dalam syirik pun, terdapat beberapa bagian khafi (tersembunyi) dan beberapa bagian lain yang zhahir (terlihat), syirik zhahir sudah dikenal oleh kaum Muslim secara umum, sedangkan syirik khafi, Rasulallah SAW telah memberikan suatu kaidah melalui sabdanya “Syirik itu lebih tersembunyi daripada semut hitam yang berjalan diatas baju hitam pada malam yang gelap gulita. yang paling rendah adalah kamu mencintai sesuatu dari keadilan. Agama itu tidak lain hanyalah cinta dan kebencian”. Kemudian beliau membacakan firmannya: Katakanlah, “ Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Alllah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah lagi Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. 2:31) C. Bahasa dan Hermeneutik 34
Ahmad Bahjat, Mengenal Allah Risalah Baru tentang Tauhid (Bandung: Pustaka Hidayah, 1986), hlm. 200.
58
Menurut Mudjia Raharjo mengatakan bahwa bahasa merupakan turning
point
atau
titik-titik
tolak
studi-studi
antropolinguistik,
sosiolinguistik, filsafat bhasa, fenomenologi, dan pasca-modernisme. Bahasa dipercaya menggambarkan pandangan dunia atau pandangan milik hidup pemiliknya, sebab bahasa dan pikiran saling melekat dan bahasa juga merupakan cermin masyarakat pemakainya. Apa yang terjadi di masyarakat tampak perilaku berbahasa masyarakatnya, sebagai sesuatu yang mengalami perubahan, melainkan sesuatu yang memiliki ketertujuan di dalam dirinya.35 Dengan berdasarkan yang diungkapkan oleh Mudjia Raharjo mengenai bahasa tersebut. Maka dari itu dengan bahasa Dalang Ki Enthus Susmono yang diungkapkan lewat video Wayang Santri lakon “Murid Murtad” tersebut pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu dan yang diucapkan oleh Dalang Ki Enthus Susmono juga tidak semata-mata spontanitas, melainkan ada rencana dan tujuan yang ingin dicapai oleh dalang Ki Enthus Susmono tersebut. Maka dari itu, penulis akan menggunakan teori hermeneutika menurut Gademer, dimana penafsir mempertimbangkan konteks historinya bersama dengan prasangkaprasangka sang penafsir, seperti tradisi, kepentingan praktis, bahasa, dan budaya.36 Sehingga penulis tidak melibatkan dengan penciptany atau pencetusnya yaitu Dalang Ki Enthus Susmono dan dapat diskemakan sebagai berikut: 35
Mudjia Raharjo, Dasar-Dasar Hermeneutika antara Intensionalisme & Gadamerian (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2014), hlm. 89. cet. III 36 Mudjia Raharjo, Ibid, hlm. 93
59
Tradisi Pemaknaan
Kepentingan Praktis
Teks
P
Bahasa
Konteks Historis
A
Sosial Budaya
Keterangan:
Kebenaran
P: Penafsir A: Arthor (Pencipta)
Pembuatan teks yang dilakukan oleh Dalang Ki enthus susmono di pengaruhi oleh beberapa faktor, terutama faktor sosial dan budaya masyarakat sekitar, karena kita akui manusia merupakan makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup berhubungan dengan manusia lain bahkan untuk urusan sekecil apapun kita tetap membutuhkan orang lain untuk membantu kita. Menurut Munandar Soelaeman mengatakan bahwa masyarakat sering disebut dengan makhluk sosial atau sistem sosial, karena mempunyai persyaratan seperti anggotanya lebih dari dua orang, terjadi interaksi diantara mereka dan memiliki struktur. Sistem sosial ini meliputi: a. Keyakinan (pengetahuan), yaitu keyakinan/ pengetahuan yang dimiliki oleh warga masyarakat.
60
b. Perasaan (sentimen), yaitu mengacu kepada bagaimana perasaan anggota masyarakat dalam mengahadapi berbagai peristiwa. c. Cita-cita atau tujuab, setiap individu yang berinteraksi tentu mempunyai tujuan atau maksud yang ingin dicapai. d. Norma, yaitu patoka atau tingkah laku yang mewajibkan atau dibenarkan di dalam situasi-situasi tertentu. e. Posisi kedudukan/ peranan. Status adalah kedudukan dalam sistem sosial yang tidak bergantung epada pelakunya. f. Kekuasaan adalah kemampuan atau kapasitas dalam mempengaruhi atau menguasai orang lain. g. Tingkatan. Tingkattan dalam sistem sosial disebut kepangkatan sosial, yang ditentukan oleh posisi status atau hubungan peranan. h. Sangsi. sangsi merupakan sistem ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) dalam suatu sistem sosial. i. Sarana. sarana merupakan cara atau jalan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan sistem sosial.37 Manusia bukan hanya berinterksi atau berhubungan dengan sosial, melainkan manusia dengan kebudayaan pada hakekatnya mempunyai hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan.38
37
M. Moenandar Soelaeman, Ilmu Sosisal Dasar Teori dan Konsep Sosial (Bandung: PT. Eresco, 1995), hlm. 32-34 38 http://Jaenudinar92.blogspot.com/ Hubungan Manusia dengan Budaya dalam Lingkup Arsitektur/ (02 April 2011). diakses, 28 April 2015. oleh Jaenudin
61
Menurut Rusmin Tumanggor, mengatakan antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yng sangat erat, karena manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu sendiri. hampir semua tindkan manusia merupakan produk kebudayaan. Keculi tindakan yang sifatnya naluriah saja (animal instinct) yang bukan merupakan kebudayaa. Tindkan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi dan akulturasi. Karena itu budaya bukanlah suatu yang statis dan kaku, melainkan berubah sesuai perubahan sosial yang ada.39
39
Rusmin Tumanggor, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: PT. Kencana, 2010),
hlm. 17