10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Organisasi Dalam organisasi terlibat banyak orang, oleh karena itu komunikasi sangat diperlukan dalam membentuk, membesarkan dan mengelola organisasi. Lebih dari itu dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai pembentuk. Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasikan aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari beberapa bagian yang saling tergantung satu sama lain.1 Menurut R. Wayne F. Faules :2 “Komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit omunikasi dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”. Arni Muhammad dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi mengatakan bahwa para ahli mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai komunikasi organisasi, diantara adalah :
1
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, pT. Bumi Aksara, 2011, Jakarta, hal 24 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek, UUM Press, 2010, malang, hal 5 2
11
Menurut Goldhaber adalah: “Organizational communications is the process of creating and exchangig messages within network of interdependent relationship to cope with environmentttal uncertainty”. (komunikasi organisasi adalah proses menciptakan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah). Definisi komunikasi sendiri mengandung tujuh konsep kunci atau unsurunsur komunikasi organisasi, yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidak pastian.3 Komunikasi organisasi yaitu terjadinya komunikasi di dalam organisasi, seperti komunikasi ke bawah (Downwoard Communication), komunikasi ke atas (Upward Communication) serta komunikasi antar sejawat (Horizontal Communication). Ketiga bentuk tersebut adalah arus pesan dalam jaringan komunikasi formal Yang mengikuti garis komunikasi seperti apa yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu: 1. Downwoard Communication (Komunikasi Kebawah) Menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasa berhubungan dengan pengarahan, tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. 3
Op.cit, hal 67
12
2. Upward Communication (Komunikasi Keatas) Komunikasi ini adalah pesan yang mengalir dari bawahan ke atasan, atau dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memebrikn saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan. 3. Horizontal Communication (Komunikasi Horizontal) Komunikasi Horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi di arahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubugan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberi informasi.4 Begitu
pentingnya
makna
dalam
komunikasi
organisasi
secara
keseluruhan, adapun beberapa fungsi komunikasi dalam organisasi tersebut, yaitu: a. Fungsi informative Informasi yang di dapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011 hal 102-121
13
b. Fungsi regulative Berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. c. Fungsi persuasive Kadangkala kekuasaan dan wewenang tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang dih0parapkan. d. Fungsi integrative Setiap
organisasi
berusaha
untuk
menyediakan
saluran
yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan tugas dan pekerjaan dengan baik.5 2.2 Public Relations Menurut The International Public Relations Association (IPRA) definisi Public Relations adalah : “Public Relations is a,anagement function, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win retain the understanding, symphaty, and support of those with whom they are or may be concerned by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as fat as possible, their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive cooperation and more efficient fulfillment of their common interest”. (Humas adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasiorganisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada 5
Sasa Djuarsa Sendjaja, teori Komunikasi, Universitas Terbuka, 2003, Jakarta, hal 136
14
kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk mengkorelasikan sedpat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka yang dengan informasi berencana dan tersebar luas mencapai kerja sama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien). 2.2.1 Fungsi, Tugas, dan Peran Public Relations Fungsi
Public
Relations
adalah
menumbuhkan
dan
mengembangkan hubungan baik antara organisasi/lembaga dengan publiknya, internal dan eksternal, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini public) yang menguntungkan lembaga/organisasi. F. Rachmadi menjabarkan tugas Public Relations adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi/pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang akan segera dilakukan. b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum/masyarakat. c. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan/lembaga, maupun segala macam pendapat
15
d. Menyelenggarakan hubungan baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion, dan perubahan sikap.6 Dalam mengidentifikasikan peran Public Relations dari waktu ke waktu, praktisi Public Relations menyesuaikan pola perilakunya untuk menangani situasi yang senantiasa terjadi dalam pekerjaan mereka dan megakomodasi harapan orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan mereka. Peran Public Relations dalam suatu organisasi dibagi menjadi empat kategori, yaitu : a. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedeit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi Web, dan menangani kontak media. Praktisi yang melakukan peran ini biasanya tidak hadir saat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. b. Expert Prescriber Peran “pakar perumus” atau expert prescriber ini menarik perhatian praktisi karena menjalani peran ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang punya otoritas ketika ada 6
F. Rachmadi, Public Relations dalam teori dan praktek, PT. Gramedia, 1996, Chapter 2
16
sesuatu hal yang harus dibereskan atau pihak yang punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan segala sesuatu. Ketika expert prescriber dipangil dalam situasi krisis secara periodik selama menjalankan proses program, dalam jangka panjang ia merintangi difusi pemikiran PR di seluruh organisasi. c. Fasilitator Komunikasi Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai
pendengar
yang
peka
dan
broker
(perantara)
komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya.
Praktisi
yang
berperan
sebagai
fasilitator
komunikasi ini bertindak sebagai sumber inormasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi,
menyusun
agenda
diskusi,
meringkas,
dan
menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. d. Fasilitator Pemecah Masalah Praktisi pemecah masalah
membantu manajer lain dan
organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen
17
bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisosial lainnya. Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam tim manajemen karena mereka punya keahlian dan keterampilan dalam membantu mnajer lain untuk menghindari masalah atau memecahkan masalah. 2.3 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.7 Pola sikap dan perilaku yang ditampilkan pimpinan tersebut akan memberi pengaruh pada penerimaan karyawan, motivasi karyawan bahkan budaya organisasi sekalipun. Untuk itu perlunya gaya kepemimpinan yang sesuai atau justru dinamis pada setiap organisasi yang ada. Pada pokoknya terdapat tiga gaya kepemimpinan menurut Kurt Lewin, yaitu:8 1. Kepemimpinan Autokratis Pemimpin mengambil keputusan sendiri. Mereka cenderung lebih menaruh perhatian pada pencapaian tugas daripada perhatian kepada orang. Kepemimpinan autokratis cenderung meningkatkan permusuhan dan agresi atau apati dan menurunkan inisiatif.
7
Abdullah Masmuh. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek.Malang: UMM Press. 2010. Hal 265 8 Russell C. Swanburg. Pengembangan Staf Keperawatan Suatu Komponen Pengembangan SDM.Jakarta: EGC.2001. hal 325
18
2. Kepemimpinan Demokratis Pemimpin melibatkan pengikutnya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada orang dan berfokus pada hubungan manusia dan kerja tim. Kepemimpinan yang demokratis mengakibatkan peningkatan produktivitas dan kepuasan kerja. 3. Kepemimpinan Laissez Faire Pemimpin yang kendur dan permisif serta abstain dalam memimpin staff mereka. Mereka memupuk kebebasan untuk semua orang dan menginginkan agar setiap orang merasa nyaman. Kepemimpinan yang bersifat laissez faire mengakibatkan produktivitas yang rendah dan frustasi para pekerja. Manajemen harus menyesuaikan gaya kepemimpinan yang ada pada organisasinya, atau mengupayakan agar gaya kepemimpinan dinamis, sehingga dapat menyesuaikan dengan kondisi organisasi pada saat tertentu. Gaya kepemimpinan yang sesuai akan berpengaruh terhadap budaya organisasi yang selanjutnya akan menumbuhkan motivasi yang positif. Menurut Pandji Anoraga, terdapat Sembilan peranan seorang pemimpin yaitu sebagai berikut:9
9
Mohammad Pabundu Tika. Budaya Organisasi dan Peningkatan KInerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010. Hal 65-66
19
1. Sebagai Perencana Dalam menghadapi dan mengatasi suatu masalah, guna mendapatkan penyelesaian dan pencapaian tujuan yang baik, diperlukan perencanaan tujuan yang baik. 2. Sebagai Pembuat Kebijakan Pengaruh dari luar maupun dari dalam sangat berperan dalam pembuatan kebijakan, kebijakan itu sendiri dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari pihak yang berkuasa, bawahan dan pemimpin sendiri. 3. Sebagai Ahli Pemimpin
dituntut
sebagai
sumber
informasi,
sumber
keahlian,
keterampilan dan kemampuan yang berkaitan dengan bidang yang dibutuhkan. 4. Sebagai Pelaksana Pemimpin berfungsi sebagai pelaksana satuan kerja untuk mencapai tujuan bersama. 5. Sebagai Pengendali Pemimpin bertugas memimpin dan mengendalikan hal-hal detail dan spesifik termasuk hubungan internal kelompok.
20
6. Sebagai Pemberi Hadiah dan Hukuman Sesuai dengan kedudukan, fungsi dan wewenangya, pemberian hadiah dan hukuman dapat dilaksanakan ole seorang pemimpin. 7. Sebagai Teladan dan Lambang Kebkan dan kebrukan perilaku seorang pemimpin dapat menjadi panutan bagi pengikutnya. 8. Sebagai Tempat Menimpakan Segala Kesalahan Tuntutan terhadap pemimpin selaku penanggung jawab keseluruhan, serta sorotan dan pandangan yang terarah kepadanya, maka kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh anggota, pada akhirnya merupakan tanggung jawab seorang pemimpin. 9. Sebagai Pengganti Peran Anggota Lain Sesuai dengan kekuasaan wewenang dan tanggung jawabnya, dalam keadaan tertentu pemimpin dapat menempati dan menggantikan peran dari kedudukan yang bersangkutan. Selain peran-peran tersebut, pimpinan harus menjalankan fungsi-fungsi dengan baik. Beberapa fungsi kepemimpinan dalam setiap organisasi diantaranya sebagai berikut:10
10
M.H. Matondang. Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Jakarta: Graha Ilmu. 2008. Hal 10
21
1. Menentukan Tujuan Menentukan tujuan-tujuan demi perkembangan organisasi. 2. Mengalokasikan SDM dan SDA yang langka Mengalokasikan dan mengoptimalkan potensi-potensi dari seluruh asset perusahaan yang ada, dengan tetap memberikan pengawasan demi kemajuan organisasi. 3. Fokus Pada Tujuan Focus pada tujuan yang telah ditentukan dan motivasi karyawan untuk bersama-sama dengan mencapai dan mewujudkan tujuan tersebut. tujuan yang ditetapkan juga harus bersinggungan dengan kepentingan anggota organisasi lainnya, atau dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut, anggota mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu. Akan tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada setiap anggota dalam pencapaian tujuan tersebut. 4. Mengkoordinasikan Perubahan-perubahan Anggota harus memiliki wawasan mengenai perusahaan. Perubahanperubahan yang terjadi pada organisasi juga harus diinformasikan kepada anggota. Hal ini untuk menghindari adanya kesalahan atau pelanggaran apabila perubahan terjadi pada peraturan perusahaan.
22
5. Menetapkan arah yang jelas dan benar Dengan menjadi panutan, pimpinan dapat memberi arah yang jelas danbenar kepada karyawannya. Selain yang telah disebutkan, salah satu fungsi yang paling penting adalah “leadership communication” dengan lingkungan dan terutama dengan karyawan serta pengikutnya. 2.4
Iklim Komunikasi Ada hubungan yang sirkuler antara iklim organisasi dengan iklim
komunikasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi dengan secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim negative menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.11 Menurut pengertian peneliti berdasarkan penjelasan mengenai iklim komunikasi yang peneliti baca dari beberapa sumber, iklim komunikasi adalah suasana pada suatu lingkungan atau organisasi yang terjadi akibat pengaruh beberapa factor diantaranya; lingkungan fisik, sosialn budaya, psikologi, dimensi waktu seperti cuaca atau musim. Dan karenanya mempengaruhi bagaimanaya suatu komunikasi di dalam lingkungan atau organisasi tersebut berlangsung. Istilah iklim disini merupakan kiasan (metafora). Kiasan adalah bentuk ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frase yang jelas artinya diterapkan pada 11
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi 1st ed. Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Hal 85
23
situasi yang berebda dengan tujuan menyatakn suatu kemiripan. Frase ‘iklim komunikasi organisasi’ menggambarkan suatu kasan bagi iklim fisik. Sama seperti cuaca membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang bereaksi terhadap aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi, di pihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai
terhadap
pegawai
lainnya,
harapan-harapan,
konflik-konflik
antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam organisasi.12 Sebagai tambahan terhadap struktur organisasi, perlu diperhatikan bahwa strukturisasi juga menimbulkan apa yang disebut dengan iklim (climate) komunikasi.13 Iklim komunikasi dipandang sebagai salah satu variabel penting yang mempengaruhi komunikasi, yang selanjutnya mempengaruhi produktivitas dan kepuasan karyawan. Bagi Poole dan McPhee, iklim adalah: “general collective description of the organization’s performance that shapes member’s expextations and feelings and therefore the organization’s performance.” (gambaran kolektif dan umum mengenai kinerja organisasi yang membentuk harapan dan perasaan anggota dan karenanya juga kinerja organisasi.)14 12
R. Wayne Pace & Don F. Faules. Oleh Deddy Mulyana. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan 7th ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010 hal 146-147 13 Marshall Scott Poole. Communication and Organizational Climate: Review, Critique, and a new Perspective. Oleh Morissan. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 66 14 Poole dan McPhee. Structurational Analysis, dalam Little John dan Foss, Theories of Human Communication. Hal 263. Oleh Morissan. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 66
24
Anggota organisasi mempeertimbangkan iklim ketika mereka melakukan kegiatan mereka sehari-hari dan setiap organisasi memiliki berbagai macam iklim bagi kelompok orang yang berbeda. Poole dan McPhee mendefinisikan iklim secara structural sebagai suatu sikap bersama yang di produksi dan diproduksi kembali secara terus menerus oleh anggota peserta interaksi.15 Poole melihat iklim sebagai suatu hierarki atau strata yang terdiri atas tiga tingkat, yang memiiki pengertian sebagai berikut:16 1. Kumpulan konsep (concept pool), yaitu sejumlah istilah yang digunakan anggota organisasi untuk menentukan dan menjelaskan organisasi. Kumpulan konsep menciptakan pengertian mengenai organisasi dan apa apa yang terjadi pada organisasi. 2. Iklim Kernel (Kernel Climate), yaitu konsep bersama yang bersifat mendasar dan abstrak mengenai atmosfir organisasi. Iklim kernel mampu menembus ke seluruh bagian atau segmen organisasi.dengan kata lain, iklim kernel berlaku pada semua bagian yang terdapat dalam organisasi. 3. Iklim Khusus (Particular Climate), yaitu terjemahan oleh berbagai kelompok dalam organisasi terhadap terhadap iklim kernel dalam istilah yang lebih kongkret yang mempengaruhi bagian-bagian tertentu di organisasi. Dengan demikian, iklim khusus tidaklah sama pada semua bagian tetapi bervariasi dari satu bagian ke bagian lagiannya dalam organisasi. 15 16
Ibid. Hal 66 Ibid. hal 67
25
Menurut Redding (Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut, yaitu: 1. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. 2. Partisipasi membuat keputusan. 3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan. 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Uraian untuk dimensi tersebut, peneliti mengambil dari penjelasan yang dikemukakan oleh Pace dan Faules:17
Partisipasi membuat keputusan, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
Kepercayaan, personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pertanyaan dan tindakan.
17
R.Wayne & Don F. Faules. Oleh Deddy Mulyana. Op.Cit., 159-160
26
Keterbukaan dan keterusterangan, kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjssn mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.
Tujuan kinerja yang tinggi, personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang
tersedia. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi jelas dipengaruhu oleh persepsi bagaimana baiknya aktivitas komunikasi dari suatu organisasi memuaskan tuntutan pribadi.18 Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini
didefinisikan,
disepakati,
dikembangkan
dan
dikokohkan
secara
berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.
18
Arni Muhammad, op.cit., 85&87
27
Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakantindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.19 Secara umum menurut pengertian peneliti, iklim komunikasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisasi karena bersifat tidak menetap dan tidak dapat diatur atau ditentukan. Karena yang membentuk suatu iklim komunikasi pada organisasi yaitu lebih ke perilaku, sikap dan perasaan pelaku komunikasi di dalam
organisasi, maka pimpinan hanya dapat menerapkan suatu peraturan
namun tidak dapat memaksakan bagaimana anggotanya harus bersikap. Walau demikian hal tersebut tidak selalu berakibat negative, bias juga menjadi positif bila organisasi tersebut membuat ketetapan yang dapat mangayomi aspirasi anggota organisasinya sehingga para pelaku komunikasi di dalam organisasi tersebut mau mendedikasikan keahliannya dengan sepenuhnya untuk tujuan organisasi. Sikap tersebut akan membentuk suatu kenyamanan dan rasa memiliki terhadap organisasi sehingga otomatis dapat membentuk suatu iklim komunikasi yang positif yang dapat mendukung kegiatan organisasi untuk mendapatkan hasil yang positif pula. Iklim komunikasi yang posituf akan cenderung meningkatkan produktivitas dan komitmen anggota organisasi terhadap organisasi itu sendiri. 2.5 Hipotesis Teori Berdasarkan landasan teori yang ada, peneliti juga mengambil penelitian terdahulu menganai gaya kepemimpinan dan iklim komunikasi, yaitu “Pengaruh
19
R.Wayne Pace & Don F. Faules. Oleh Deddy Mulyana. Op.cit., 149
28
Gaya Kepemimpinan Autokratis Terhadap Iklim Komunikasi Di Petrojava”20, pada tahun 2013. Dari penelitian tersebut, disebutkan bahwa terdapat hal-hal positif maupun negative yang dapat memberikan pengaruh, namun ada juga halhal positif maupun negative yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dengan menggunakan metode survey berupa instrument kuesioner. Perusahaan ini berada di Indonesia namun juga memiliki sister company yang berlokasi di Malaysia (South East Asia), Oman (United Arab Emirates), dan Moskow (Rusia) yang juga bergerak dibidang pertambangan minyak dan gas bumi sebagai operator. Untuk pembegaian kuesioner di sebarkan di kantor Petrojava di Indonesia dengan populasi 60 Orang. Kuesioner terdiri dari 24 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Hasil data yang diterima menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada variabel X (Gaya Kepemimpininan) dan variabel Y (Iklim Komunikasi), berdasarkan hasil analisis regresi menggunakan uji t, hasil hipotesis menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan autokratis berpengaruh terhadap iklim komunikasi di Petrojava.
20
Ita Puspitasari. “Gaya Kepemimpinan Autokratis Terhadap Iklim Komunikasi Di PetroJava”. Skripsi Universitas Mercu Buana. 2013